Manohara, Ambalat, dan Sentimen Nasionalisme

Selain kasus memilukan tentang kecurangan Ujian Nasional (UN) dan Bu Prita Mulyasari, ada dua kisah lain yang tak kalah dramatis, yakni Manohara dan Ambalat. Berbeda dengan kasus UN dan Bu Prita yang murni merupakan persoalan internal, Manohara dan Ambalat bisa dibilang sebagai “amunisi” yang bisa mengusik sentimen kebangsaan. Manohara dan Ambalat, sebagaimana gencar diwartakan, setidaknya melibatkan Malaysia sebagai “patron” yang berdiri di balik dua peristiwa itu.


Kasus yang menimpa Manohara Odelia Pinot, mencuat ke publik setelah kisah cintanya dengan Sang Pangeran Kelantan Malaysia, Tengku Temenggong Muhammad Fakhri Petra, berjalan kurang mulus. Berdasarkan pengakuannya, Mano sering mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Dalam sebuah wawancara yang disebarluaskan melalui youtobe, Mano dengan suara terisak-isak menuturkan nasib hidupnya yang kurang beruntung. Kabarnya, dia hanya diperlakukan sebagai asesoris dalam sebuah kehidupan domestik kaum aristokrat Kelantan. Dia hanya dipamerkan pada saat pesta dan pertemuan-pertemuan resmi dengan busana dan perhiasan ala Cinderella. Di tengah deraan nasib yang menelikungnya, Mano sering dipaksa untuk selalu menaburkan senyuman sebagai bagian dari “tradisi” bangsawan Kelantan saat menyambut tamu. Mano harus terus berakting dalam sebuah pementasan drama kehidupan yang kontras. Menaburkan pesona senyum dan kecantikannya ke tengah publik Kelantan, Malaysia, di balik derita fisik dan psikis yang terus menderanya.

Sepenggal kisah hidup Manohara yang tragis, dengan serta-merta menjadi santapan media. Mano tak ubahnya seorang selebritis yang tersakiti dan ternistakan di negeri orang, hingga banyak orang simpati atas deraan nasib yang dialaminya. Dukungan setia sang Ibu, Daisy Fajarina, makin menguatkan kesan, betapa tidak manusiawinya Sang Pangeran dalam memperlakukan dara cantik yang baru berusia 17 tahun itu. Meski kita belum tahu persis kenyataan yang sesungguhnya sedang terjadi, tak urung Mano telah membuat banyak pihak tiba-tiba merasa geregetan dan terusik sentimen nasionalismenya.

Sentimen nasionalisme itu kian tersulut ketika dalam waktu yang hampir bersamaan kasus Ambalat kembali mencuat ke permukaan. Kasus itu dipicu ketika Malaysia melakukan provokasi atas wilayah perairan Indonesia di utara Kalimantan Timur itu dengan mengirim kapal-kapal perangnya melewati perairan Indonesia di Blok Ambalat. Menurut pengamat hukum laut internasional, Wilhelmus Wetan Songa, provokasi Malaysia itu merupakan sebuah taktik diplomasi yang menuntut kita (Indonesia) untuk sesegera mungkin membicarakan masalah Ambalat dengan negeri serumpun Melayu itu.

Berdasarkan catatan Wikipedia, sengketa awal tentang Blog Ambalat ini muncul setelah pada tahun 1967 dilakukan pertemuan teknis hukum laut antara Indonesia dan Malaysia. Kedua belah pihak akhirnya sepakat (kecuali Sipadan dan Ligitan diberlakukan sebagai keadaan status quo), sehingga pada tanggal 27 Oktober 1969 dilakukan penanda tanganan perjanjian antara Indonesia dan Malaysia yang disebut sebagai Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia- Malaysia. Kedua negara masing-masing melakukan ratifikasi pada 7 November 1969.

Tak lama berselang, masih pada tahun 1969, Malaysia membuat peta baru yang memasukkan pulau Sipadan, Ligitan dan Batu Puteh (Pedra blanca). Hal ini tentu saja membingungkan, sehingga Indonesia maupun Singapura tidak mengakui peta baru Malaysia tersebut. Kemudian, pada tanggal 17 Maret 1970 kembali ditandatangani Persetujuan Tapal batas Laut Indonesia dan Malaysia. Akan tetapi, kembali pada tahun 1979 pihak Malaysia membuat peta baru mengenai tapal batas kontinental dan maritim dengan serta-merta menyatakan dirinya sebagai negara kepulauan dan secara sepihak membuat perbatasan maritimnya sendiri dengan memasukkan blok maritim Ambalat ke dalam wilayahnya, yaitu dengan memajukan koordinat 4° 10′ arah utara melewati pulau Sebatik. Nasib peta ini pun sama dengan terbitan Malaysia pada tahun 1969, yaitu diprotes dan tidak diakui oleh pihak Indonesia karena berkali-kali pihak Malaysia membuat sendiri peta sendiri, padahal sudah ada perjanjian Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia-Malaysia tahun 1969 dan Persetujuan Tapal batas Laut Indonesia dan Malaysia tahun 1970. Aksi-aksi sepihak dari Malaysia ini dipahami sebagai perbuatan yang secara terus menerus dari ingin melakukan ekspansi terhadap wilayah Indonesia.

Mencuatnya kasus Ambalat makin melengkapi daftar sentimen nasionalisme yang selama ini memang sudah sering terusik akibat sikap arogansi dan jumawa yang nyata-nyata dipraktikkan oleh negeri jiran itu dalam sejarah diplomatik Indonesia. Bukankah Malaysia juga telah mengklaim lagu “Rasa Sayange”, batik, dan berbagai seni tradisi lainnya, sebagai bagian dari karya-karya mereka?

Meski demikian, kita jangan sampai terperangkap dalam irama gendang yang sengaja dimainkan pihak Malaysia agar kita terus menari-nari hingga akhirnya lupa diri dan masuk ke dalam perangkap yang mereka pasang. Lepasnya Sipadan dan Ligitan sudah bisa menjadi bukti dan pengalaman berharga, betapa kedaulatan negara yang seharusnya menjadi harga mati itu masih demikian gampang dipermainkan orang. Kini, sudah saatnya bangsa kita membangun kesadaran kolektif bahwa Indonesia adalah sebuah negeri besar yang merdeka, berdaulat, dan bermartabat! ***

No Comments

  1. Numpang ngakak dulu pak. Wakakakakakakakak.

    Malaysia emang pantas menyandang nama Malingsia(Lan).
    Semuanya mau dia akui. katanya negara makmur. kok masih merampas hak2 hak negara inndonesia. apa karena hukum negara di indonesia lemah atau kurang tegas. mulai dari pulau sampai makanan dari indonesia sudah banyak mereka akui.
    Semoga saja Pancasila yang tertanam di Jiwa Masyarakat indonesia tidak ikutan di rampas…

  2. Semoga masalah Indonesia-Malaysia dapat berakhir dengan win win solution Pak 😀

    Tapi harus diakui, bahwa pemerintah kita juga kurang tegas terhadap Malaysia, padahal dalam beberapa hal jelas-jelas Malaysia salah.

    Ah, jadi rindu teriakan lantangnya Bung Karno, “Ganyang Malaysia!” hahaha.

  3. lebih baik mati terhormat daripada hidup tanpa martabat, mana kedaulatan yang diagung-agungkan dahulu….

    we need to move,
    we need to wake up,
    we need to change,
    we need to speak up…

    Baca juga tulisan terbaru -bias- berjudul Dilema

  4. Saya melihat kesamaan dengan Manohara kok pak, boleh ketawa boleh nyengir, didelete juga boleh hahaha… bahwa Manohara dan pertahanan tapal batas vital itu selalu juga dimasuki oleh pihak Melesye, jiahaha…, belum yang kapal selam kita ndak tahu, apalagi jika ada minyaknya…karena pengeboran miring kan bisa dilakukan dan katanya lebih enak, seperti kasus Kuwait dan Irak, emang jika sampai sejauh itu bisa jadi konsumsi umum, tentusaja hanya orang yang datang melakukan perjanjian saja yang dapat kompensasi bukan, siapa dahulu yang bernegosiasi dengan Melesye tentu sekarang orangnya kaya raya pula….

    Baca juga tulisan terbaru suryaden berjudul it can happen

    1. wakaka … manohara dimasuki juga oleh malingsia? doh, mas surya bisa saja nih, keke … saya juga ndak tahu persis, kenapa persoalan ambalat jadi makin rumit. padahal jelas2 secara teritorial masuk dalam NKRI. jangan2 apa yang mas surya katakan itu benar!

  5. Kita harus arif dalam menyikapi masalah ini. Jangan-jangan ada orang atau negara yang memanfaatkan situasi ini dan cenderung memperkeruh suasana. Lebih baik kita kedepankan jalur diplomasi, karena kita negara beradab dan bukan negara anarkhis

    Baca juga tulisan terbaru istiyanto berjudul Promosi Blog Melalui Facebook

  6. kok bisa ya, ada negara sendableg malaysia di jaman post-kalatidha seperti sekarang ini?
    kalau memang melayu harus identik dengan malaysia, lama-lama saya kok jadi ndak nyaman tho memakai bahasa indonesia -hanya gara2 kemelayuan bahasa indonesia. 🙁

    1. hehe .. bahasa indonesia memang dari bahasa melayu, mas. tapi jangan gara2 kejadiannya seperti itu jangan lantas kehilangan kebanggaan terhadap bahasa nasional dong, hehe …

  7. Sebagai orang indonesia saya sih benci dengan keadaan kita yang selalu mengalah dan kalah tapi mau apa lagi kita mau lawan malaysia tapi saudara2 kita yang kerja disana berjuta juta banyaknya lalu gimana ? tentang manohara biarlah antar keluarga saja yang menyelesaikan jangan negara ikut campur.

    1. itulah yang terjadi, mas. saya geram juga sih dg malingsia. tapi kalau melihat saudara2 kita yang banyak mengais tezeki di sana, repot juga nih. ttg manohara, duh, makin ndak jelas tuh kasusnya. banyak pengacaranya yang mengundurkan diri!

  8. saia baru saja liat berita, kalau aparat malaysia sekurangnya sudah 3 kali pernah menggeser perbatasan darat dengan indonesia, mencaplok wilayah darat sampai lebih dari 100m
    👿
    strategi malaysia untuk mengajak indonesia duduk kembali merundingkan sesuatu yg sudah jelas. indonesia sudah puluhan kali mengirim nota protes tapi tak pernah digubris.

    terlepas dari rasa geram saya, saya salut dengan keberanian malaysia dan miris dengan kemurah hatian negeri ini.
    😈

    Baca juga tulisan terbaru pakacil berjudul Kada Pati Itih

  9. Weh… weh… weh…
    Pak Sawali mosting Manohara juga to.
    Aku malah rak tertarik, karena Manohara juga nggak tertarik saya.
    Gambarnya sampai dipajang bertubi2…
    Weh… weh… weh…
    (Aku kok malah koyo wong kepedesen yo…)

    Baca juga tulisan terbaru marsudiyanto berjudul STIE

  10. entah apa yang diinginkan oleh negara subtitle DVD bajakan itu. Yang jelas mereka akan menunggu keterlibatan opini dunia luar untuk ketrwujudann pembicaraan soal ambalat. mau di tapuk pake DVD bajakan pun kalo udah bebal bebal lah sudah

    Baca juga tulisan terbaru senoaji berjudul Ublik

  11. Kalau liat ke belakang lagi, kayaknya emang Malaysia suka cari gara2 sm kita.
    Tapi konyol kalau kita meladeni mereka di tengah gerakan damai yg diserukan negara2 di dunia.
    Meminjam perkataan dalam ceramah AA Gym, mungkin ini ladang ujian bagi kita untuk bersabar dan melatih diri untuk menjadi lebih pintar dalam berdiplomasi dan untuk lebih menghargai milik kita sebelum dilabelin harga ma orang lain ;D

    Keep Peace and Say No To War..

    Baca juga tulisan terbaru Adi berjudul Launching STANFocus.com

    1. sepakat, mas adi. kalau bisa sih jangan sampai perang itu terjadi. konon, dalam perang itu, baik kalah maupun menang sama2 merugi. upaya diplomatik memang perlu terus dilakukan. tapi kalau mentok, doh, ndak tahu juga bagaimana nanti endingnya?

  12. Saya melihat peran media juga luar biasa pak, dan soal sentimen nasionalisme, baguslah. Dari dulu m’sia memang usil kok pak. Tapi anehnya, TKI kita masih aja suka ke sana

  13. tidakkah ini adalah Bom Waktu Pak Sawali,
    tinggal menunggu waktunya dan meledaklah.
    Mudah-mudahan sih tidak terjadi,
    tapi melihat seringnya Malaysia melakukan provokasi, bukan tidak mungkin kan?

    Baca juga tulisan terbaru mascayo berjudul Menunda Kesenangan

    1. bener, mas dion. dari berbagai berita yang saya ikuti, agaknya pihak mano dianggak kurang serius dalam menghadapi masalah yang menderanya, sampai2 banyak pengacara kondang yang mengundurkan diri.

  14. benar2 kita dipermainkan ya oleh malaysia. btw, beberapa tahun yang lalu (lupa tahunnya) kita sempat dipanaskan juga. Media dengan latar belakang musik seakan mengajak kita untuk berperang melawan malaysia, seakan kita rela mati demi indonesia, negeri tercinta. lalu apa yang bisa kita lakukan untuk saat ini pak. kita sudah cinta, lalu apa? bagaimana semangat yang perlu kita bangun menurut pandangan bapak sebagai pemuda generasi penerus bangsa?

    Baca juga tulisan terbaru antown berjudul Visualisasi Mbok Jamu pada Ganti Baju

    1. wah, agaknya memang bukan hal yang mudah, masa anto. bagi saya, *doh kok jadi sok tahu saya* negeri kita tetep “istikomah” pada kedaulatan negara. dan ini yang perlu terus diperjuangkan. generasi muda bisa menunjukkan kiprahnya dalam persoalan ini dg membangun opini bahwa sejengkal tanah pun jangan sampai ada yang terkepas dari NKRI!

  15. soal manohara, saya sudah males mengikutinya pak… dia sepertinya sangat memanfaatkan kasus ini, dan sudah sangat tidak proporsional menurut saya… jadi, saya cuma bisa bilang “cape deh” buat jeung mano… ❗

    soal ambalat, saya setuju untuk dilakukan tindakan tegas. karena itu terkait dg martabat kita sebagai bangsa. hanya, bila jalur diplomasi masih bisa dilakukan untuk menyelesaikannya, tentu lebih baik. perang bukanlah solusi tepat. karena, ia akan mengorbankan banyak hal, terutama hubungan emosional antar individu kedua bangsa.

    Baca juga tulisan terbaru vizon berjudul bukan cinta biasa

    1. bener memang, mas vizon. kisah manohara agaknya tdk lagi menarik utk diikuti. ttg ambalat, kalau bisa, upaya2 diplomatik perlu dioptimalkan, sehingga bisa menghindari terjadinya perang terbuka. konon, dalam perang itu, kalah atau menang, sama2 rugi!

  16. Memang susah juga posisi Indonesia itu mas. Di satu sisi harga diri terinjak-injak, di sisi lain ngga punya duit buat beli peralatan perang. Hari gini kan udah ngga bisa lagi perang pakai bambu runcing.
    Jadinya ya sudahlah, berhubung bangsaku melarat, jangan banyak cita-cita.
    Lebih baik mencari jalan bagaimana caranya agar Indonesia bisa makmur seperti negara lain. Kekayaan alam melimpah, sumber daya murah, perkebunan luas sekali.
    Tips buat para petinggi negara: Apakah ada kesulitan dalam mengelola tanah darat, perkebunan dan pertambangan itu? Karena tidak ada dana? Karena tidak ada yang mampu? Sudah banyak negara yang tidak punya dana awal toh bisa maju juga. Kenapa tidak meniru mereka? Salain itu ada alternatif outsourcing yang bisa dipelajari. Outsourcing dana maupun tenaga ahli.

    Baca juga tulisan terbaru Lambang berjudul Joko Penthil dan Manusia Poligami

  17. *Avatarnya nda muncul, terpaksa posting lagi. Yang atas itu boleh dihapus mas*

    Memang susah juga posisi Indonesia itu mas. Di satu sisi harga diri terinjak-injak, di sisi lain ngga punya duit buat beli peralatan perang. Hari gini kan udah ngga bisa lagi perang pakai bambu runcing.
    Jadinya ya sudahlah, berhubung bangsaku melarat, jangan banyak cita-cita.
    Lebih baik mencari jalan bagaimana caranya agar Indonesia bisa makmur seperti negara lain. Kekayaan alam melimpah, sumber daya murah, perkebunan luas sekali.
    Tips buat para petinggi negara: Apa sih susahnya mengelola tanah darat, perkebunan dan pertambangan itu? Karena ngga punya dana? Karena ngga ada yang mampu? Itu sih alasan klise, banyak negara yang ngga punya dana awal toh bisa maju juga. Ada alternatif outsourcing yang bisa dipelajari.

    Baca juga tulisan terbaru Lambang berjudul Joko Penthil dan Manusia Poligami

  18. hummm… manohara sih ga ada apa2nya pak kalo dibandingin sama Ambalat… Mano pan cuman mo ngetop aja gituh 😛 mungkin pengen maen sinetron kali jadi dia “harus terus berakting dalam sebuah pementasan drama kehidupan yang kontras.”

    Baca juga tulisan terbaru carra berjudul CarraMedia : Graphics on Mug

  19. Kita harus instrufeksi diri, jangan gegabah menyalahkan orang lain. Kenapa semua itu terjadi … baik manohara maupon ambalt itu intinya adalh duit dan duit, manohara mencari duit gampang dan ambalat merupakan laham minyak dapat menghasilkan duit … UUD … ujung-ujungnya duit … toh

    Baca juga tulisan terbaru Wongndeso berjudul Indonesia perang dengan Malaysia

  20. hihihi….

    ganyang aja tapi siap2 pincang.. why??

    karena indonesia kalah “duit”… Duit banyak persenjataan ya lengkap…

    dari segi ranpur aja kalah teknologi… mending cari jalan damai yang bermartabat deh…. “win win solution” amin

    Baca juga tulisan terbaru bima berjudul Geisha

  21. Sentimen nasionalisme saya tidak pernah tersentuh sejak pertama kali berita tentang Manohara tersiar. Beda dari berita tentang wasit karate dari Indonesia yang dikeroyok polis diraja Malesah dulu, yang langsung menumbuhkan tanduk nasionalisme di kepala saya.

    Kasus Manohara bagi saya juga berbeda dari kasus TKI kita yang dianiaya di Malesah. Para TKI mungkin ingin mencari nafkah untuk diri dan keluarganya. Akan tetapi Manohara ke Kelantan karena ngudi kamukten sebagai istri pangeran. Ketika akhirnya terjadi KDRT pada rumah tangganya, saya anggap saja KDRT seperti yang terjadi di mana saja. Saya tidak setuju KDRT tetapi KDRT terhadap Manohara hanyalah urusan rumah tangga, bukan urusan antarbangsa. Beda dong dengan Ambalat atau perbatasan darat Sebatik dan Kalimantan.

    Mengenai somasi oleh KBRI di Malesah, itu adalah karena Manohara menuduh KBRI menerima suap dari Malesah. KBRI meminta agar Manohara mencabut tuduhannya dan meminta maaf. Menurut saya sah-sah saja.

    Lihat saja kelakuan Manohara saat kembali ke Indonesia. Mukanya tidak tampak sedih kok. Dia nampak gembira diekspose media dan selalu menuyediakan diri berpose apabila difoto wartawan.

    Ngomong-ngomong, sudah 3 hari tuh, Manohara menghilang. OC Kaligis pun sudah mundur sebagai pengacaranya.

    Hehehe, saya memilih Siti Nurhaliza daripada Manohara Odelia Pinot. Setidaknya, Siti pernah menghibur kita dengan suaranya yang merdu.

    1. hehe … saya sendiri juga meragukan kisah tragis yang dialami mano itu, mas arif. apalagi sejak awal ratna sarumpaet meragukan kebenaran kasus itu. kisah mano makin kehilangan simpati ketika OC kaligis akhirnya ndak mau lagi jadi pengacaranya setelah melihat ketidakseriusan pihak mano dalam menyiapkan bukti2 KDRT itu.

  22. Malaysia udh terlalu arogan…!!! kayaknya perlu dikasih pelajaran tuh..!! mereka udh menginjak-injak harga diri bangsa…!!!

  23. Sejak dulu saya selalu menyangsikan maksud baik pemerintah Malaysia (bukan rakyatnya lho) terhadap Indonesia. Mereka itu begitu memandang rendah kita, meski di mulut terdengar manis. Batas wilayah kok beribah-ubah demi keuntungan mereka. Selain di laut juga batas tanah di Kalimantan. Klo mau ngganyang mereka tapi nunggu punya senjata dulu, ya keburu abis property kita tapi belum ngganyang2. Gimana klo kita urunan, misalnya buka rekening utk menampung sumbangan dana rakyat buat beli peralatan perang yang memadai. Saya tidak merokok, tidak makan ayam goreng, pizza, atau daging, tidak minum di cafe atau tempat dimana uang akan mudah habis terbelanjakan, sebagai gantinya uang tersebut akan saya donasikan ke rekening diatas. Tiap bulan, saya sisihkan dari penghasilan saya.

    1. wah, ide yang bagus banget ini, mas. andai saja setiap warga negara punya pandangan seperti ini, mungkin negeri ini tak akan pernah mengalami masalah dalam soal pertahanan. memang geram juga kalau kita melihat sikap arogan negeri jiran itu. semoga saja upaya diplomatik kita berhasil shg ndak sampai terjadi perang terbuka.

  24. cerita hidupnya perlu dibuat pelem tuh pak ya? tragis menurut saya… seumur itu saat waktunya sekolah2… malah merit.. di gituin lagi…

  25. saya baru saja membaca blog berisi hujatan pada Indonesia dengan mengatasnamakan malaysia. soal manohara ini, saya kok jadi gimana gitu kalo masalah ini kita jadikan sentimen perang dengan malaysia. kasus TKI yang mati itu jauh lebih penting, amabalat demikian. manohara ini hanya “bikinan” media saja, pak.

    Baca juga tulisan terbaru haris berjudul Politisasi Mitos Pangeran Samudro

    1. kalau baca blog2 orang malaysia, memang bikin kita geram, mas haris. mereka menyebut kita dg istilah “indon” yang jelas2 memiliki konotasi negatif. ttg manohara, agaknya memang begitu, mas. banyak yang mulai kurang simpatik terhadap mano dan ibunya.

  26. untuk manohara saya kok tidak tertarik blas ya pak dan sepertinya lebih penting mengurusi para TKI dan TKW yang tertindas di negeri itu.

    Apakah negeri ini telah kehilangan kehormatannya sehingga mereka(di baca malaysia) dengan mudah mempermainkan Endonesia?

    Baca juga tulisan terbaru dafhy berjudul Mahasiswa Indonesia Masa Kini

    1. itulah yang masih sering jadi dilema, mas. ternyata tak sedikit saudara2 kita yang mengais rezeki di sana. meski demikian, kedaulatan negara tetep harus jadi nomor satu. semoga saja upaya bangsa kita berhasil tanpa harus menmpuh jalan perang.

  27. berita manohara itu masih simpang siur, yg benar yg mana ya. kasus Ambalat kian memanas saja.

    hehehe…dress nya memang mahal2, casualcutie ga liat harganya tapi liat bagus ato tidaknya desain dress itu sendiri. karya desainer Indonesia jg ga kalah lo harganya. 1 potong kebaya aja ada yang sampe 21jt lo…

    Baca juga tulisan terbaru casual cutie berjudul True Religion

  28. keknya pemberitaan di malay gak seheboh di indo….tapi koq lama2 manohara terkesan jadi agak2 caper di infotainment yah…btw rasa kebangsaan penting tapi lebih penting menyelesaikan secara kepala dingin…kalo dikit2 perang kan rugi 2 belah pihak…

    1. kisah manohara makin tenggelam, mas tono, lebih2 setelah OC kaligis resmi mengundurkan diri sbg pengacaranya. ttg kedaulatan negara, itu sdh jadi harga mati yang harus terus diperjuangkan.

  29. sebenernya manohara tuh pro ambalat…

    dia merasa benci sama malay soalnya dah menginjak2 kedaulatan bangsa indonesia tercinta… mulai dari ngaku2 lagu rasa sayange, reog ponorogo, ngambil pulau sempadan dan ligitan… dll

    makanya dia menyusup ke kerajaan malaysia untuk membalas dendam…. he..3x..

    teori konspirasi yg ngawur… wakakak 😆 😆 😆
    nb: semoga gw gak dituntut gara2 nulis ini…

  30. Ada kesamaan yg jelas tuh antara Manohara dan Ambalat….
    Setelah kena kasus oleh tangan jail tetangga sekarang jadi jauh lebih diperhatikan oleh pemilik negeri ini.

  31. hehehe.. kayanya memang gayanya begitu entu teteeeep santaaaaai.. walau pergi dugem sama ibunya.. ❓ bingung tuh mana nyang bener yaaaaaa.. 😯
    Salam Sayang
    Salam Hormat

    Baca juga tulisan terbaru KangBoed berjudul MARIFATULLAH

  32. Sebenarnya perdamaian itu indah ya pak? tapi kalau ada aja hal diperbuat lama – lama kan gerah juga. Kesabaran kan ada batasnya ya pak, apa lagi kalo masalah kedaulatan. Kalau menurut saya tidak ada kata kompromi.

    Baca juga tulisan terbaru ciput mardianto berjudul Refleksi

  33. Pemerintah harus lebih bijak dan belajar dari pengalaman pak.. Semoga martabat sebagai bangsa yang berdaulat dapat kita jaga..

  34. Malaysia emang sedang senang mempermainkan Kita.
    Apalagi patok batas di P. Sebatik dipindahkan 100 ke wilayah RI.
    Indonesia harus bersikap tegas, jika memang harus menembak mereka tegaskan kepada prajurit di lapangan. Kasihan emosi prajurit di permainkan oleh ulah malaysia (kini diubah namanya malingsial aja tuh negara).
    Kami di Tarakan sangat menginginkan Ketegasan dari Pusat!

  35. walah pak-pak, kok ya mau ikut campur urusan manohara toh?
    mending ikutan yang lain GANYANG MALAYSIA bela Indonesia pertahankan AMBALAT.
    oza pak, kemarin rame banget lo acaranya. bapak ga ikut si!!!!!!

  36. halo Pak Sawali, selamat berakhir pekan ya…….

    iya Pak, casualcutie pun isi kantong blm ckp pake beli. hehehe…hrgnya itu lo…tp kualitas memang sangat terjamin!!

  37. Indonesia Raya

    merdeka Merdeka
    tanahku Negriku Yang ku Cinta…. 😀

    Weleh ko malah nyanyi… 😆

    Ya intinya tetep cinta Indonesia lah
    Dukung Warga Indonesia mencapai hak nya 😀

    Baca juga tulisan terbaru Kumpulan Resep Masakan berjudul

  38. Kalo kasus Manohara, ga perlu dilihat sebagai kasus antar negara Pak. Itu mah kasus pribadi keluarga, yang ternyata kalau memang ada kekejaman antara mereka, KDRT ngga cuma di sana. Di Indonesia juga banyak, bahkan ngga perlu jadi pangeran atau orang terdidik untuk melakukannya.
    Untuk kasus ambalat, kita memang harus pertahankan kedaulatan Pak. Maju terus TNI, untuk pertahankan Ambalat, hue he he he.

    Baca juga tulisan terbaru Iwan Awaludin berjudul Jalan-jalan Singapore III

  39. patah hati rasanya menyaksikan (dan merasakan) perselisihan abang dan adik serumpun ini. malaysia memang selalu memprovokasi, memanfaatkan kelemahan bangsa kita yang memiliki wilayah maha luas dengan ribuan pulau ini. mudah-mudahan kita segera sadar dan membuka mata, lakukan aksi cerdas agar tak terus-terusan dibodohi. pasti ada hikmah dari setiap peristiwa.

    Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Obrolan Jahat

  40. setidaknya ini menginatkan kita kembali yang mungkin selama ini merasa aman sehingga mejadi “anak manja” yang mungkin sedikit banyak melupakan jasa para pahlawan, dengan suasana panas tersebut kata “perang” kembali tercletuk, sehingga buat saya yang selama ini bahkan lupa dengan kata nasionalisme dapat kembali tersadar 🙂

  41. saya setuju dengan nasionalisme tapi jangan perpandangan sempit. seperti kasus manohara mungkin perlu kita lihat ke belakang, kenapa kok kasusnya bisa berkembang sampai sejauh itu. perasaan dulu waktu menerima mas kawin adem ayem saja sekarang giliran susah gembar gembor. mohon maaf jika ada yang tidak berkenan

    Baca juga tulisan terbaru endar berjudul Alun-alun Purwokerto

  42. Bagi saya, menghadapi ular haruslah berdesis, menghadapi macan haruslah mengaum dan menghadapi ayam haruslah berkokok *halah* :))

    Menghadapi Malaysia, seharusnya negara kita bagus kalau pake skala ekskalasi. Maksud saya, ketika cara yang halus nggak bisa ‘mengatasi’ mereka, ya kita pakai yang lebih kasar..:)

    Negara yang bermartabat adalah negara yang memang mengutamakan diplomasi, tapi kalau daerah semakin menciut karena hal yang remeh-temeh, martabatnya juga hilang ganti menjadi martabak, Pak 🙂

    Baca juga tulisan terbaru DV berjudul Untaian Cinta Kepada Bunda di Penrose Park

    1. @DV,
      sepakat banget, mas don, sepakat. kalau ndak kita hadapi dg desisan dahsyat, bisa2 ular itu benar2 mencaplok kita, hehe …. duh, mudah2an saja negeri yang brmartabat ini ndak sampai jadi martabak, mas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *