Pakdhe Semprul dan Maut

Pakdhe Sempul bersyukur, tahun ini masih diberi kesempatan untuk beribadah puasa. Baginya, puasa tak hanya sekadar menjalankan ritual peribadatan sebagai perwujudan sikap pengabdian kepada Sang Khalik semata, tetapi juga sebagai ajang berlatih untuk membangun sikap kearifan hidup di tengah maraknya godaan nafsu keduniawian yang acapkali memanjakan dan menggiurkan. Di tengah usianya yang sudah mencapai kepala enam lebih lima tahun, setiap detakan napasnya selalu bermakna.

Betapa tidak! Usia 65 merupakan usia yang amat rawan terhadap maut. Bisa jadi, Malaikat Izrail hanya tinggal menunggu komando Tuhan untuk mencabut nyawa dari wadag kasarnya. Pakdhe Semprul seperti merasakan getaran maut dalam setiap gerak dan langkahnya. Setiap sudut ruang, bola mata Sang Malaikat Maut seperti terus mengintainya.

Sungguh, betapa tidak nyamannya hidup dalam usia senja. Selain kekuatan fisik yang terus menurun, Pakdhe Semprul juga merasakan penurunan daya ingat. Bahkan, lelaki berperut buncit itu juga merasakan atmosfer kejiwaan yang tidak stabil. Sesekali, di tengah bentangan layar memorinya muncul silhuet peristiwa masa silam ketika dia masih begitu perkasa membangun kekuasaan dalam birokrasinya.

Sebagai seorang birokrat tulen, Pakdhe Semprul jelas sangat fasih dan paham benar bagamana cara memutar roda birokrasinya. Ia sangat piawai membangun lobi dan negosiasi. Proyek-proyek besar yang mustahil bisa dikerjakan oleh kolega-koleganya, di tangan Pakdhe Semprul bisa menjadi begitu mudah. Dukungan sang big bos jelas menjadi taruhan. Oleh karena itu, sejak proyek dikerjakan, Pakdhe Semprul mesti pandai-pandai menyenangkan hati atasannya itu. Jangan sampai sedikit pun kesan kesalahan itu muncul dalam benak sang big bos.

Bukan Pakdhe Semprul kalau proyek gagal mendatangkan keuntungan-keuntungan. Upeti yang disetorkan kepada sang big bos boleh saja amat besar nilai nominalnya. Namun, hal itu sungguh tak sebanding dengan nilai keuntungan yang dia dapatkan. Dia bisa mendapatkan untung sepuluh kali lipat dibanding upeti yang disetorkan itu. Tak perlu heran kalau Pakdhe Semprul bisa hidup bergelimang kemewahan. Hampir tak ada koleganya yang sanggup menandingi kekayaannya.

Kekayaan, agaknya telah membuka peluang munculnya godaan yang lain. Entah, tiba-tiba saja dia makin bernafsu untuk berpoligami. Setidaknya sudah ada empat perempuan cantik yang –entah setia atau tidak—mendampingi hidupnya. Setiap istrinya telah berikrar untuk selalu siap memberikan pelayanan terbaiknya. Belum puas berpoligami, Pakdhe Semprul juga masih doyan kelayapan bermain dugem. Pulang larut pagi dengan bau ruap minuman keras yang menyengat.

Pakdhe Semprul tersentak. Silhuet peristiwa itu tiba-tiba memudar ketika gendang telinganya menangkap suara azan Maghrib. Kini, di usia senjanya, Pakdhe Semprul seperti Gatotkaca kehilangan gapit. Kekuatannya telah loyo. Ketiga istrinya juga telah minggat entah ke mana setelah berhasil membujuk untuk membagi paksa harta warisannya. Satu-satunya istri yang masih setia merawatnya adalah Nyi Kentring, istri pertamanya yang gagal memberikan keturunan.

Ya, ya, ya, senja itu, Pakdhe Semprul bisa menikmati buka puasa dengan begitu nikmatnya bersama istrinya di rumahnya yang sederhana. Meski demikian, dia masih dihinggapi rasa takut setiap kali merasakan bola mata Sang Malaikat Maut yang masih terus mengintainya. Jujur saja, Pakdhe Semprul belum siap jika harus menghadap Sang Khalik ketika tumpukan dosa semasa mudanya belum sanggup dia cuci dari hati dan jiwanya. ***

No Comments

  1. Masa muda senengane gitu, masa senja waktunya tobat.
    Istri tua yg paling menerima apa adanya. Jadi jngn suka bnyk istri,ntar cuma di ambil duit kita doank!
    Puasa menahan jidat.nab.su

  2. makanya allah dan rasul mencintai orang tua yang rajin beribadah, namun lebih mencintai anak muda yang rajin beribadah. agaknya siapa pun manusia di muka bumi ini takut akan kehidupan setelah mati, pak satu, termasuk saya, masih sedikit pesangon amal untuk dibawa. bila mengandaikan diri sebagai pakdhe semprul, saya akan bersyukur karena diberi kesempatan untuk bertobat sebelum maut benar-benar menjemput.

    intinya: jangan sampai terlambat, karena never too young to die, tidak ada istilah terlalu muda untuk mati. ya tho, pak satu?
    .-= Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Solusi Monster =-.

  3. wah pakdhe semprul terlalu percaya diri…. padahal Allah gak pernah bilang kapan kan datag menjemput….. beruntung si pakdhe semprul dah poligami 4 lagi….he he lengkap dunianya…tapi akhiratnya gimana tuh kang sawali…..moga lebih baik tabungan amalnya ya minimal seimbang lah he he

  4. saya rasa patutlah jika pak dhe semprul takut mati sebelum punya bekal cukup untuk menghadap pengadilan terakhir. namun sebagai sesama muslim patut bangga jika diusia senjanya ia mau bertaubat..

  5. Saya kira bulan ramadhan ini merupakan bulan yang sangat tepat bagi Pak Dhe Semprul untuk melakukan taubatan nasuha. Memohon ampun atas segala dosa, berjanji untuk tidak mengulangi dan beribadah serta beramal sebanyak-banyaknya. Bukankah janji Allah bahwa seseorang akan diterima taubatnya kecuali maut sudah sampai lehernya?

    Untuk para Pak Dhe Semprul, tobatlah. Taubatan nasuha, jangan tobat lombok.
    .-= Baca juga tulisan terbaru kombor berjudul Hasil Sidang Itsbat Penentuan Awal Puasa 1 Ramadhan 1430 H =-.

  6. Memang susah kalau sudah seusia 65, seperti pakde seprul, merasa belum siap untuk menghadap ilahi. Kisah ini mengingatkan kita2 yang masih muda untuk selalu ingat kepada pencipta, dan harus tahu bahwa maut dapat datang tiba tiba.

  7. beribadah dengan rajin di kala usia senja adalah hal yang lazim, tapi beribadah dengan rajin di usia muda adalah hal yang luar biasa. sehingga Allah menjanjikan orang muda yang hatinya terpaut dengan masjid menjadi salah satu dari tujuh golongan yang akan terlindung di padang mahsyar nanti…

    selamat puasa pak sawali..

  8. karena tak ada yang abadi, maka kita mesti menyiapkan diri untuk mati. usia berapapun, semestinya. tapi jika mati adalah satu-satunya cara untuk bertemu kekasih sejati, kenapa harus takut? karena mati adalah wafat. karena mati adalah pintu menuju keabadian sejati, kehidupan hakiki….(meski terkadang ingat, hutang belum dibayar. hehe…)

    selamat berpuasa Pak, mohon maaf untuk semua khilaf. semoga kita dianugerahi kesempatan menjadi insan sejati, sejatining manusia yang layak disebut sebagai manusia…
    .-= Baca juga tulisan terbaru onabunga berjudul Karena Malam Pasti Kan Berganti Fajar =-.

  9. entah muda apa tua, kita harus tetep mengingat bahwa kita akan tetap mati, dan tidak tau kapan malaikat akan menjemput kita, semua akan terjadi jika allah menghendaki. dengan demikian maka kita akan terus bertakwa kepada allah.
    selamat menjalankan ibadah puasa, mohon maaf lahir dan batin.
    kenali dan kunjungi objek wisata di pandeglang
    .-= Baca juga tulisan terbaru Pasang Iklan Gratis berjudul ** Ingin Pasang Iklan Links – Anchor Text Murah di 10 Iklan Baris ** =-.

  10. seperti pakdhe semprul, saya juga masih takut dengan maut pak…
    semoga ramadhan kali ini memberi pencerahan

    selamat menjalankan ibadah puasa pak.. 🙂
    .-= Baca juga tulisan terbaru azaxs berjudul Ramadhan Karim =-.

  11. haddiiirrr….
    malam2 mengunjungi sahabat… hhmm… ada kopi hangatkah untukku…????

    hhmmm…, salam untuk p dhe semprul ya pak… sampaikan padanya tak ada kata terlambat untuk memperbaiki segalanya, untuk mencuci habis sebuah dosa… selama hajat masih di kandung badan, selama itu pula pintu taubat masih terbentang…

    cu…

  12. Siklus kehidupan barangkali menghendaki demikiankah..?Ketika kekuasaan,uang sudah di tangan…maka perempuan menjadi arena bermain selanjutnya….?Saya sendiri tidak berani membayangkan..apakah masih ada orang yang sedemikian bisa menjadi “suci” ketika kekuasaan dan uang telah berada dalam genggaman….?
    .-= Baca juga tulisan terbaru esha di birulangit berjudul mBah Kakung dan puasa hari pertama…… =-.

  13. Umur sebegitu memang rawan tetapi bukankah Malaikat Pencabut Nyawa punya pedoman 3 TAK PEDULI yaitu :
    1. Tak peduli umurmu berapa ( belum tentu yang tua mati duluan),
    2. Tak peduli kamu siapa( Belum tentu jenderal mati lebih dahulu daripada Kopral),
    3. Tak peduli kamu sedang apa( belum tentu orang yang sudah terkapar 7 hari di rumah sakit mati duluan daripada orang yang sedang membaca komentar saya ini)
    Salam hangat dari Surabaya

  14. Bulan yang penuh himah yang didalamnya terdapat luapan ampunan dan berkah. Marilah kita pergunakan bulan ini dengan sebaik2nya. Bulan yang meningkatkan rasa keimanan yang membumbung tinggi pada setiap muslim. Diharapkan tidak hanya buan yang trend doank, masjid penuh minggu pertama, habis itu bolog deh

    salam. mampir ke blog kami

  15. pencerahan dengan gaya simbolisasi dan bertutur yang aduhai pak. Sungguh deskriptif dan mengena. Pas dengan momentum Ramadan yang bulan penuh ampunan. Mari istighfar…

  16. Ya Allah, muliakan & sayangilah saudaraku ini, bahagiakan keluarganya, berkahi rizkinya, kuatkan imannya. Berikanlah kenikmatan ibadahnya, jauhkan dari segala fitnah. amiin. “AHLAN WASAHLAN YA RAMADHAN 1430 H ” mohon maaf lahir dan batin.[-o<

  17. waaaa… “kepulangan”.. bukan khususan untuk pakdhe yang STW.. tapi juga seluruh manusia..mulai balita.. (bawah lima puluh tahun) hingga Alita (atas lima puluh tahun)….
    Tulisan ini mengingatkanku..

    thx yaaa
    .-= Baca juga tulisan terbaru yanti berjudul Gangguan Gizi pada Autisme =-.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *