Masihkah 2013 menjadi Tahun Kelabu buat Blog?
Mudik dan Tahun Baru 2013
Widget WordPress: Perlu atau Tidak?
Plugin WordPress dan Add-ons Firefox yang Perlu Digunakan
Tahun Ajaran Baru dan Wajah Indonesia Masa Depan
Oleh Sawali Tuhusetya
Setiap kali memasuki tahun pelajaran baru, saya selalu menyaksikan wajah-wajah optimis para siswa baru. Dengan busana serba baru, mereka tampil percaya diri, penuh vitalitas, dan tak pernah menampakkan kelelahan. Sungguh kontras dengan “aura” negatif yang memancar dari wajah pejabat-pejabat kita yang gagal mengemban kepercayaan publik. Kalau tidak tersandung masalah hukum akibat korupsi, tak jarang mereka terlibat dalam perselingkuhan atau kongkalingkong politik “hitam” yang tak sepenuhnya berjalan mulus. Menyaksikan wajah siswa baru selalu saja menumbuhkan imajinasi baru tentang wajah Indonesia masa depan di tengah beban dan persoalan bangsa yang kian berat. Merekalah yang dalam kurun waktu 15-25 tahun mendatang bakal tampil sebagai pengisi pos-pos penting dalam berbagai ranah kehidupan.
IDEOLOGI SASTRA INDONESIA
IDEOLOGI SASTRA INDONESIA
Dua tulisan tentang ideologi yang dimuat Kompas (Novel Ali, “Ideologi Media Massa” 15/4 dan Komaruddin Hidayat, “Reformasi tanpa Ideologi” 24/4) menegaskan pentingnya institusi, gerakan, dan teristimewa: bangsa, melandasi arah perjuangannya ke depan dengan sebuah ideologi. “Ideologi media massa berkaitan dengan idealisme yang mestinya menjadi dasar perjuangan pers nasional,” demikian Novel Ali. Sementara hal penting yang diajukan Komaruddin Hidayat adalah penyikapan negara menghadapi fenomena global. Di situlah, perlu diciptakan: “ideologi baru yang menyatukan kepentingan semua anak bangsa dan menjadi pengikat kohesi emosi dan cita-cita bersama ….”
***
Kesusastraan Indonesia sesungguhnya dapat memainkan peranan penting dalam menawarkan ideologi sebagai usaha membangun cita-cita bersama. Mengapa sastra? Bukankah itu cuma hayalan sastrawan belaka? Bukankah membaca karya sastra berarti membaca sebuah dunia fiksional? Bagaimana mungkin membangun cita-cita dan kepentingan bersama dapat dilakukan melalui sastra?