Gelar Budaya Dewan Kesenian Kendal Tahun 2013

Budaya

Oleh: Sawali Tuhusetya

Minggu, 1 Desember 2013, saya bersama dua pengurus Dewan Kesenian Kendal (DK2) menghadiri pentas Gelar Budaya yang dihelat oleh Komisariat Dewan Kesenian Kecamatan Gemuh di desa Lumansari. Gelar Budaya yang dimulai pukul 09.00 WIB itu menampilkan Group Turangga Mudha, salah satu group barongan yang baru berusia tiga bulan. Meski baru seumur jagung, penampilannya tidak mengecewakan. Di bawah besutan Edi Suprayitno sebagai pelatih dan Slamet sebagai sesepuh, pertunjukan berlangsung atraktif. Di bawah iringan gamelan pengiring yang rancak dan tertata apik dipadu dengan musik pentatonis, para pemain yang rata-rata berusia muda, mereka berusaha tampil maksimal.

Gelar Budaya

Pemain Dhawangan menunduk hormat kepada penonton sebelum beraksi

Gelar Budaya

Para pemain jaran kepang sedang unjuk kebolehan di tengah para penonton yang berjubel

Gelar Budaya

Leak, salah satu produk seni dari Bali, menjadi salah satu daya tarik penonton

Gelar Budaya

Aksi pemain barongan tengah “memangsa” seorang bocah

Pemilihan Komisariat Dewan Kesenian Kecamatan Gemuh terhadap group barongan Turangga Mudha untuk tampil pentas dalam Gelar Budaya yang difasilitasi oleh DK2 tahun ini agaknya memang tidak salah. Sebagai salah satu penjaga dan pemangku kepentingan seni rakyat, para pengurus komisariat perlu melakukan pembinaan serius terhadap keberadaan group-group seni rakyat yang hingga saat ini masih eksis di Kabupaten Kendal. Group Turangga Mudha memiliki prospek yang bagus untuk berkembang menjadi besar pada masa-masa mendatang. Dari segi sumber daya seniman dan dukungan kebijakan dari para pemangku kepentingan yang lain cukup mampu membuat group seni rakyat ini menggeliat untuk selanjutnya tampil eksis dalam berbagi event pertunjukan.

Harus diakui, di tengah arus globalisasi yang demikian kuat menggerus nilai-nilai kearifan lokal, seni rakyat di daerah Kendal tak gampang aus dimakan zaman. Kantong-kantong seni terus bermunculan. Di Kecamatan Gemuh saja, ada sekitar 7 group barongan yang selalu siap tampil kapan dan di mana pun mereka dibutuhkan. Belum lagi terhitung 19 kecamatan lain yang juga memiliki potensi seni dan budaya yang tak kalah kompetitif dan potensial. Dalam situasi demikian, dibutuhkan dukungan suprastruktur dan kebijakan yang berpihak terhadap tumbuh-kembangnya kantong-kantong seni rakyat yang tumbuh bermekaran di (hampir) setiap kecamatan.

Pemangku kepentingan lain yang memiliki peran besar dalam menghidupi dan menghidupkan seni tradisi adalah warga masyarakat sebagai penikmat seni. Sebuah seni tradisi, bahkan juga seni global lainnya tak akan bermakna tanpa apresiasi publik. Demikian juga hanya dengan keberadaan seni rakyat, termasuk barongan. Apresiasi mereka terhadap keberadaan seni rakyat sangat dibutuhkan di tengah menjamurnya hiburan-hiburan modern beraroma global. Dan layak disyukuri, hingga saat ini tingkat apresiasi masyarakat Kendal terhadap keberadaan seni rakyat masih sangat mengagumkan. Setiap kali seni tradisi digelar, seluruh warga masyarakat dari berbagai lapisan usia berbondong-bondong untuk menikmatinya. Itulah salah satu sumber spirit para seniman tradisional dalam menggeluti dunianya. Mereka tak mudah tergoda untuk meninggalkan seni tradisi meski serbuan seni-seni global dan mondial terus datang berseliweran di sekelilingnya.

Semoga pentas Gelar Budaya yang difasilitasi DK2 tahun ini bisa ikut memberikan spirit dan support buat para seniman tradisional sehingga mereka bisa terus eksis berkiprah sebagai pelaku seni sejati, meski godaan terus datang bertubi-tubi. ***

8 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *