“Wejangan” di “Pertapaan” Cokrokembang
Diskusi Kelompok Terbimbing Model Tutor Sebaya
Quo Vadis Kurikulum Pendidikan Kita (Sebuah Refleksi Akhir Tahun)
Selamat Natal dan Tahun Baru 2008
Akankah Kurikulum 2004 Berakhir Konyol?
Blog Ini Sempat Tewas
Warni Ingin Pulang
Cerpen: Sawali Tuhusetya
Warni tercenung di kamarnya. Dadanya tiba-tiba sesak. Benaknya jatuh ke tempat yang jauh. Ia rindu Emak, Bapak, dan adik lelaki satu-satunya di tanah Jawa, yang sudah hampir sepuluh tahun ditinggalkannya. Kenekadan Warni untuk menerima tugas sebagai guru di luar Jawa seakan bebar-benar telah memutuskan hubungan darah dengan keluarganya. Ia sudah berkali-kali mencoba mengirim surat ke Jawa, tapi belum pernah sekali pun mendapatkan balasan. Warni tidak tahu, apakah surat yang dikirim memang tidak pernah sampai ke alamat yang dituju atau surat itu sampai ke tangan keluarganya, tapi sengaja tidak dibalas, yang bisa diartikan ia sudah tidak lagi dianggap sebagai anggota keluarga.
“Kamu hanya perempuan, Warni. Buat apa jauh-jauh meninggalkan kampung halaman hanya untuk memburu duit? Tanpa harus bekerja pun ayah sanggup menanggung hidupmu, bahkan sampai kelak kamu hidup berumah tangga!” kata-kata ayahnya menari-nari di lorong ingatannya.