Menyiasati Kecamuk Separatisme di Negeri Kelelawar (5)

Kisah ini merupakan bagian ke-5 dari serial “Negeri Kelelawar”. Yang belum sempat membaca, silakan nikmati dulu kisah Menagih Janji Politisi di Negeri Kelelawar (1), Ontran-ontran di Negeri Kelelawar (2), Situasi Chaos di Negeri Kelelawar Makin Parah (3), dan Angin Reformasi Berhembus Juga di Negeri Kelelawar (4)!

lawarPasca runtuhnya kekuasaan Ki Gedhe Padharane, situasi negeri kelelawar bukannya semakin membaik. Gelombang demo tak hanya terjadi di ibukota, tetapi juga telah meluas dan merambah ke berbagai pelosok negeri. Kebebasan rakyat kelelawar yang selama ini tersekap dalam tungku kekuasaan rezim Ki Gedhe Padharane telah menjelma menjadi kekuatan massa yang tak sanggup dibendung. Mereka dengan mudah melakukan aksi-aksi unjuk rasa sebagai ekspresi euforia reformasi yang sudah lama mereka rindukan. Mereka bebas mencericit, berteriak, bahkan kencing di sembarang tempat, termasuk di atas bubungan atap istana, tanpa merasa takut ditangkap aparat.

Ya, ya, ya, roda reformasi memang telah kencang menggelinding di seantero negeri kelelawar. Kelelawar yang selama ini hanya bersembunyi dan bertapa di balik bukit dan goa pun tergoda juga untuk menikmati atmosfer reformasi yang menjanjikan kemerdekaan berpendapat. Dengan segenap kekuatan argumentasi yang dimiliki, para pertapa kelelawar itu dengan suara lantang dan berbusa-busa menuntut kebebasan wilayahnya dari cengkeraman kelelawar ibukota yang selama ini mereka nilai tak lebih dari penjajah.

“Selama ini kita hanya setor upeti ke ibukota. Tapi nasib kita tak pernah mereka perhatikan. Kue kekuasaan hanya dinikmati oleh beberapa gelintir elite yang ada di pusat. Apa yang selama ini kita dapatkan Saudara-saudara! Ya, hanya penderitaan yang tak pernah berakhir!” teriak pertapa tua dari atas mimbar di depan istana Ki Jantur Branjangan dengan suara lantang, lantas disambut yel-yel ribuan kekelawar bersambung-sambungan.

“Betul! Kami menuntut kebebasan negeri kami dari cengkeraman orang-orang pusat. Berikan kebebasan kepada kami untuk membangun wilayah kami yang selama ini dipinggirkan!” sambung pendemo dengan wajah memerah tertimpa terik matahari.

“Setujuuu!” sambung kelelawar yang lain serempak. Suara mereka membahana hingga menggetarkan dinding langit.

Para pejabat, termasuk Ki Jantur Brajangan, tak sanggup menampakkan diri.

“Sudahlah! Biarkan saja! Kalau lelah, mereka akan bubar dengan sendirinya. Dalam situasi seperti ini, kita mesti pandai-pandai menulikan telinga dan membutakan mata! Well, ada yang punya pendapat lain?” kata Ki Jantur Branjangan di tengah rapat darurat yang digelar bersama jajaran kabinet reformasi.

“Menurut saya, aspirasi mereka perlu kita akomodasi juga, Pak. Mereka sudah lama tertindas akibat tindakan arogansi rezim masa lalu. Kalau saja mereka kita berikan kebebasan untuk lepas dari kesatuan republik kelelawar, kita akan mampu memberikan kesan positif kepada dunia bahwa kita benar-benar menjunjung tinggi hak asasi! Bukankah ini momen yang tepat untuk membangun citra?” sahut Menteri Kehakiman yang selama ini dikenal kritis.

“Ok, masuk akal juga! Ada pendapat lain?” jawab Ki Jantur Branjangan dengan bola mata membeliak seperti kelereng.

“Saya setuju saja, Pak, mereka kita berikan kesempatan untuk memerdekakan diri. Tapi perlu prosedur yang bisa dipertanggungjawabkan. Referendum, misalnya. Kita berikan kebebasan kepada rakyat wilayah yang bersangkutan untuk memilih. Tetap berada di wilayah kesatuan republik kelelawar atau terpisah sebagai negara yang berdiri sendiri. Bagaimana?” jawab Menteri Dalam Negeri.

“Oh, begitu? Bagaimana dengan yang lain?”

“Apa pun motifnya, saya atas nama jajaran tentara kelelawar sebenarnya kurang setuju, Pak. Pemberian referendum, otonomi, atau apa pun istilahnya, jelas-jelas mencederai keutuhan republik ini. Kita harus ingat, sudah berapa nyawa anggota tentara kita yang sudah menjadi korban gerakan separatisme yang sudah bertahun-tahun lamanya berlangsung di wilayah itu? Tetapi, semuanya saya serahkan kepada kebijakan pimpinan. Tugas kami adalah mengawal semua agenda dan kebijakan pimpinan!” sahut Panglima Tentara Kelelawar.

“Hemmm … agak rumit juga! Sekarang kita ambil vote terbuka saja. Siapa yang setuju dengan pemberian referendum, silakan angkat tangan!” jawab Ki Jantur Branjangan di tengah sayup suara pendemo yang masih berlangsung di luar sana.

Dalam sekejap, terhitung sudah ada 25 anggota kabinet yang angkat tangan dari 37 yang hadir. Ini artinya, para menteri lebih setuju jika tuntutan para pendemo itu dipenuhi dengan cara memberikan referendum.

Maka, dalam tempo singkat, referendum pun digelar. Hasilnya sudah pasti dapat ditebak. Rakyat kelelawar yang tinggal di bukit dan goa di wilayah paling timur itu memilih untuk terpisah dari kesatuan republik kelelawar. Teriak kebebasan pun kembali membahana. Mereka yang pro-referendum segera mengusir para kelelawar yang selama ini dikenal gigih dalam memperjuangkan sikap pro-integrasi. Tragedi pun tak bisa dihindarkan. Daerah perbatasan menjadi rawan konflik. Beberapa heri lamanya, wilayah yang sekarang terlepas dari kesatuan wilayah republik kelelawar itu tersekap dalam selimut intrik dan pertikaian.

Kekhawatiran bahwa pelaksanaan referendum akan menjadi preseden terhadap kesatuan wilayah negeri kelelawar agaknya mulai terbukti. Banyak wilayah yang menuntut kemerdekaan wilayahnya dari campur tangan pusat. Maklum, selama ini mereka tak mendapatkan keuntungan apa-apa ketika pusat dianggap sebagai “parasit” yang telah menyedot aset dan kekayaan mereka. Pengelolaan aset daerah yang salah urus dinilai telah mengebiri kemandirian kelelawar daerah.

Gerakan separatisme pun terus mengalir dari berbagai penjuru. Namun, secara suprastuktural, tuntutan mereka bisa diredam dengan keluarnya Undang-undang Otonomi Wilayah. Melalui UU tersebut, para pemimpin daerah bisa mengoptimalkan pengembangan aset dan kekayaan daerah sesuai dengan konteks wilayahnya masing-masing.

Sementara itu, kedudukan Ki Jantur Branjangan pun mulai terancam. Konon, dia kurang memiliki legitimasi yang kuat dari rakyat karena dianggap masih menjadi bagian dari rezim lama. Masa-masa kekuasaannya akan segera berakhir.

Maka, peraturan baru tentang pemilu pun segera dibuat. Setiap kelompok, sesuai dengan peraturan yang berlaku, boleh mendirikan partai politik. Terbukanya akses masyarakat terhadap parpol membuat naluri politik rakyat negeri kelelawar makin peka.

Akankah munculnya banyak parpol bisa membuat masa depan negeri kelelawar menjadi lebih baik? Bagaimana juga halnya dengan pelaksanaan otonomi daerah yang baru pertama kalinya diterapkan di negeri kelelawar itu? Sungguh, nasib perjalanan dan dinamika kehidupan negeri kelelawar agaknya mesti tunduk pada catatan sang waktu yang tak pernah lelah mengabadikan berbagai peristiwa yang berlangsung dari zaman ke zaman. *** (bersambung)

89 Comments

  1. Salam
    OOT dulu : Pakde, afwan baru silaturrahmi secara baru selesai hiatus sebelumnya met tahun baru ya, semoga esok lebih baik. Ami

    Baca juga tulisan terbaru nenyok berjudul Resolution

    • wah, kalau gitu, selamat kembali ke kompleks blogosphere, mbak ney, semoga tahun baru membuat semangat ngeblognya kambuh lagi, hehehe … met tahun baru juga, suks selalu buat mbak ney.

  2. Salam
    Hmm kisah yang menggelitik, persis seperti potretnya negeri ini 🙂
    btw banyak parpol bukan garansi apa2 kali ya, apalagi kalau orientasinya duduk di kekuasaan bukan berniat menjalankan amanah rakyat untuk melayani mereka, wah gawat deh ..
    Semoga di tahun baru negeri kelelawar bisa lebih baik

    • wew…. beda, mbak ney, ini negeri kelelawar, kok. kalau ada kemiripan, itu pasti saya senagaja, hiks. begitulah, mbak ney, era multipartai belum bisa jadi jaminan rakyat bakal makin sejahtera.

  3. 😛
    menghadirkan raja-raja baru,
    sementara wong cilik terus terpinggirkan

    ..
    tidak tahu mengadu kepada siapa?

    Baca juga tulisan terbaru ILYAS ASIA berjudul tiga hal

    • hiks, potongan negeri kelelawar masih seperti itu, mas ilyas, hiks. rakyat kecil makin jauh dari sentuhan kekuasaan.

  4. lanjutan kisah ini sangat membangkitkan imaginasi saya terasa sarat pesan yang di selipkan dengan sangat manis dan filosofis sekali mengandung nasihat yang mesti saya harus mengelupas
    salam hormat saya
    sambil mengikuti cerita selanjutnya

    Baca juga tulisan terbaru genthokelir berjudul Selamat Datang 2009 di Gunung Kelir

  5. lama lama negri kita ini mirip panggung sandiwara yah mas, xixixi.., inget nike ardila 😀

  6. sudah cukup satu bagian saja yang lepas saja dari keutuhan negeri ini ya pak, NKRI adalah harga mati

    Baca juga tulisan terbaru Epat berjudul Happy New Year 2009!

    • kalau di negeri kelelawar istilahnya bukan nkri, mas epat, tapi negara kesatuan republik kelelawar (nkrk), hehehe …

  7. Saya sebenarnya curiga nih, Pak Sawali!

    Mungkin saja segala kerusuhan, demo dan separatisme yang timbul pasca lengsernya Ki Gedhe Padharane memang sengaja dan dibiarkan terjadi.

    Tujuannya agar timbul kesan bahwa setelah lengsernya Ki Gedhe Padharane, keadaan negeri kelalawar menjadi kacau. AKhirnya para kelalawar berpikir bahwa zaman berkuasanya Ki Gedhe Padharane keadaan lebih baik dari pada sekarang.

    (***halah, sekarang saya kok sok jadi analis politik*****)

    Baca juga tulisan terbaru Syamsuddin Ideris berjudul Review Kegiatan Kayuh Baimbai ke Kandangan

    • eh, keren deh analisa pak syams.
      tapi rekayasa siapa dong? apakah masih ada sisa-sisa kekuatan ki gedhe padharane di kabinet dan pemerintahan saat setelah lengsernya yang bisa mengatur plot semacam itu?

      wah, kelelawar kok cerdas ya?

      Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Melbourne’s Sunset

      • bener juga tuh, mbak yulfi, hehehe …. mungkin yang dimaksud pak syam, yang bikin rekayasa orang2 lama yang masih bercokol di berbagai lapis dan lini masyarakat kelelawar, mbak, hehehe ….

    • duh, saya ndak tahu, pak syam, hiks, apakah orang2 lama memang masih begitu kuat bercokol di negeri kelelawar shingga bikin skenario yang mengesankan seolah2 hidup rakyat pada era kekuasaan ke gedhe padharane lebih baik, hiks. namanya aja negeri kelelawar, pak.

  8. kalau saya melihat negeri kelelawar ini seperti lepas dari mulut harimau jatuh ke mulut buaya, pak. abis kesialan tantangannya gak selesai-selesai, selalu ada aja masalah baru.

    mendingan saya tunggu aja kelanjutannya. sambil berdoa untuk kemaslahatan negeri itu tentunya. 🙂

    Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Melbourne’s Sunset

    • hehehe … kalau ndak ada konflik katanya kisah slengekannya, ndak rame, mbak yulfi, hehehe …. mudah2an juga masih ada ide utk melanjutkan kisah slengekan ini, hiks.

  9. OOT nih, pak.
    kalau gak salah ingat, di sidebar blog ini pernah ada tautan ke tulisan terbaru di blog “meniti pelangi | menatap matahari”, begitu pun sebaliknya. tapi sekarang gak ada lagi, padahal itu memudahkan saya buat transfer antar kedua blog loh, pak.
    mungkin akan ditampilkan lagi? 😛

    Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Melbourne’s Sunset

    • betul banget, mbak. maunya saya pasang. tapi sayangnya, widget itu ndak memenuhi standar web, mbak, termasuk adesense pun saya lepas, hiks. makasih mbak yulfi masukannya, kali lain saya pasang lagi deh, mbak.

  10. Kata iklan parpol, Negeri Kelelawar bakal maju klo stok buah-buahan tercukupi minimal harga buah-buahan murah meriah klo bisa si gretongan sekalian, jadi kelelawar gak rebutan pangan, kekekkekke. :mrgreen:

    Baca juga tulisan terbaru Bawor berjudul Blogger Gemblung VS Komentator Gemblung

    • hehehe … bener juga tuh, kang bawor, makanan khas kelelawar kan buah2an, hiks. analisis kang bawor kritis juga, nih, hehehe …

  11. Selamat siang Pak Sawali. Negeri kelelawar dalam cerita ini, saya yakin 100% adalah Negeri Indonesia. Jawabanya adalah bahwa nasib rakyat kelelawar masih sama dengan nasib yang telah lalu.

    Baca juga tulisan terbaru laporan berjudul Tahun 2009 Tahun Waspada

    • melam, pak aryo. walah, bukan, pak, ini tetep negeri kelelawar, kok. kalau ada kemiripan, memang itu saya sengaja, kok, pak, hehehehe ….

    • walah, kok pura2 sih, mas boyin, hiks, berarti mas boyin juga punya dugaan yang sama dg pak aryo, dong, hiks.

  12. kalo menurut saya ini sebuah proses yang harus dilalui, kalo mau menangis menangislah yang keras, mau protes proteslah yang keras, suatu saat dengan kesabaran, segala sesuatunya akan membuahkan hasil manis.

    Baca juga tulisan terbaru boyin berjudul Negara favorit pekerja ditinjau dari hari libur

    • wah, ini pernyataan yang menyejukkan, mas boyin, semoga para penguasa dan rakyat negeri kelelawar membaca komentar mas boyin. kira2 banyak ndak yah, rakyat kelelalawar yang ngeblog dan suka blogwalking, hiks.

  13. kecamuk separatisme
    menyebabkan negeri kelelawar
    makin tercabik-cabik dan
    semakin melemahkan nation building-nya
    btw, jumlah parpol yg demikian bnyk
    juga akan menyebabkan rakyat
    di negeri kelelawar kebingungan
    memutuskan wakil2 rakyat dan pemimpinnya
    masa depan negeri kelelawar
    sejatinya masih tak kunjung berubah,
    gelap dan penuh ketidakpastian ❓

    Baca juga tulisan terbaru Mikekono berjudul Belang Obama pun Terkuak

    • hiks, mungkin begitulah kenyataan yang mesti dihadapi rakyat negeri kelelawar, mas agus, hiks. posisi tawar mereka sangat tinggi menjelang pemilu, tapi habis itu, entahlah, nasib mereka ndak pernah juga berubah dari pemilu ke pemilu.

    • duh, kritik mas fahru kok keras banget nih, hehehe … pastinya ituk kritik utk negeri kelelawar, kan? hehehe ….

  14. katanya sih banyak partai mewakili keberagaman suara rakyat, tapi kok yang empunya partai-partai itu ya itu-itu juga orangnya. kebanyakan eks-partai lain juga. binun ahh.. 😀

    • hehehe … era multipartai memang konon era yang membingungkan, mas soerdjak, hiks. platform politik mereka ingin membangun negeri kelelawar yang maju, tapi ujung2nya kok duwit mlulu yang dicari, yak?

  15. setelah di otonomi pun banyak daerah nasibnya gitu2 ajah 🙁

    • hehehe … entah kalau di negeri kelelawar, mas toim, hiks, kan era otwil-nya baru saja dimulai, hehehe ..

  16. memang yang namanya separatisme selalu ada danmuncul karena ketidakadilan dari penguasa…
    mereka menjadi separatis karena penguasa yang nggak bener. apakah mereka salah?
    predikat separatis dilekatkan oleh penguasa, sementara oleh rakyat bisa jadi mereka pahlawan.

    ingat pangeran diponegoro, yang berontak pada belanda karena tanah leluhurnya dikuasi belanda. oleh belanda ia adalah pemberontak, namun rakyat indonesia bilang ia pahlawan…
    mana yang benar ya???

    • hehehe … bener juga tuh, mas santri. kalau menurut pengertian kamus sih, separatis itu sebuah gerakan politik yang ingin emisahkan diri sebagai negeri sendiri. duh, ternyata peradaban negeri kelelawar juga dah mengenal separatieme juga, hehehe ….

  17. terkadang saia juga ragu akan banyaknya parpol akan mengarah lebih baiknya suatu negri kelelawar…
    yang saia takutkan akan banyak mudharat (perang saudara) di dalam negeri tersebut…

    Baca juga tulisan terbaru gajah_pesing berjudul Bersama BENGAWAN

    • hehehe … otu dia yang menjadi pertanyaan rakyat negeri kelelawar, mas vay, hiks. bisakah para parpol memperjuangkan nasib mereka menjadi lebih baik?

  18. Akankah krisis di negeri kelelawar berakhir, Pak?
    Akan muncul, tentunya kelelawar-keleawar baru yang sama hausnya akan kekuasaan.

    • hehehe …. ndak tahu juga, pak suhadi. namanya saja cerita slengekan, hiks, jadi kalau makin banyak konflik konon makin seru. ini artinya, selama cerita ini masih ada lanjutannya, berarti konflik di negeri kelelawar belum akan berakhir, hehehe ….

  19. yang bisa menjawab pertanyaan itu dengan benar hanyalah Sang Penulis Cerita,
    mau dibawa kemana ceritanya, terserah Dia, karena Dia Yang Menulis

    • hehehehe …. walah, mas raye. sang penulis cerita dan dia yang menulis kok huruf kapital semua, mas, hehehe …. yang dimaskud seseungguhnya siapa ini, hehehe

  20. Yeach…. saya tahu pak, saya tahu…
    Goa Seplawan dan Goa Kiskendo yang masuk tlatah Gunungkelir akhirnya memisahkan diri dari negeri kelelawar…Beruntung, di sana dipimpin oleh Ki Gentho Kelir, sehingga kesejahteraan dan kedamaian lebih terjamin, pun tidak pernah terjadi bencana alam kecuali banjir benwit.

    Baca juga tulisan terbaru Andy MSE berjudul Sarung Kyai

    • hehehe … kjarisma mas totok memang beda dg ki jantur branjangan. sebagai “penguasa” g kelir agaknya mas totok bener2 sangat dihormati rakyatnya, kekeke …..

  21. Sakjane Negeri Kelelawar dibanding Negeri Garuda hebat endi to Pak…
    Kapan ganti cerita tentang Negeri Garuda, ya negeri kita?

    Baca juga tulisan terbaru marsudiyanto berjudul Saya Pektay?

  22. Reformasi telah berhasil melakukan perubahan struktural, pejabat banyak yang lengser tapi penggantinya sama saja penjahatnya.
    Sayangnya reformasi belum berhasil melakukan perubahan moral, so korupsi, kolusi, dan nepotisme tetap saja langgeng di negeri serba kegelapan ini.

  23. 3 bulan menuju pesta demokrasi semakin banyak kelelawar-kelelawar yang melebarkan sayapnya. tapi sayangnya, sayap yang dilebarkan tidak diimbangi dengan taring yang ditajamkan 👿
    semakin banyak janji-janji diumbar, tapi sayang tiada bukti yang dapat dinikmati rakyat 😯
    kapan negeri kita bisa berkembang pesat jika terus-terusan hanya mengikuti negeri kelelawar? ❓

    Baca juga tulisan terbaru farhan berjudul Mengharamkan yang Halal dan Menghalalkan yang Haram Sama dengan Syirik

    • hehehe … biarkan setiap negeri menemukan jatidirinya masing2, farhan. kalau hanya sekadar tiru2, repot!

  24. wahh muka baru dich pak…
    heheheheh banyak parpol banyak janji….

  25. Wah, masih bersambung lagi? Seperti ngikutin Api Di Bukit Menoreh… Padahal, saya ingin tahu apakah Ki Jantur Branjangan itu pertanggungjawabannya diterima atau ditolak oleh Majelis Permusyawaratan Kelelawar.

    • hehehe … iya, mas arif, mungkin juga alur ceritanya juga sampai ke situ, keke … jadi malu nih ketebak duluan, haks.

  26. banyaknya parpol setidaknya menunjukkan libido politik negeri kelelawar sangat tinggi…. :mrgreen:
    eh, bukan libido politik, tapi cenderung libido untuk berkuasa 😈

    Baca juga tulisan terbaru denologis berjudul Poor Obama….

    • hehehe …. makin banyak partai malah bikin rakyat kelelawar bingung utk memilih, makanya mereka banyak yang golput, mas deno, hiks.

    • hiks, kata mas daniel, kisah2 fiktif seperti ini mesti banyak konfliknya, mas, hehehe … katanya ndak seru kalau ndak gitu, hiks. bener nggak, yah?

    • walah, kalau dah geng2an seperti itu, biasanya gampang panas, pak tomy, hiks. gpp, sih, asalkan nggak anarkhis aja, pak.

  27. saya ingat ontran-ontran ini…negeri kelelawar sedang belajar berdemokrasi..setelah setengah abad memperoleh kemerdekaannya dari penjajah asing, terselip di dalamnya 30 tahun dijajah konglomerasi bangsa sendiri, lalu euforia itu datang…

    mereka sedang belajar..dan terus belajar…

    Baca juga tulisan terbaru icha berjudul Firasat

    • wew… kok seperti kisah di sebuah negeri yang pernah saya dengar, mbak icha, hiks. mudah2an mereka tdk terus2an belajar, mbak, hiks, kan perlu lulus juga, hehe …

  28. demokrasi…sebuah kata yang disakralkan. tapi benarkan demokratis adalah tujuan akhir sebuah negeri…?

    Baca juga tulisan terbaru matphoe berjudul LG Cell Phones

    • wah, kalau menurutku sih, sebenarnya demokrasi itu alat, mas, hehehe … bukan tujuan. kalau tujuan bangsa kelelawar sih jelas seperti yang tercantum dalam UUD dasar mereka, hiks. kebetulan saja cara utk mencapai itu konon lewat demokrasi itu tadi.

  29. kemakmuran nampaknya semakin menjauh dari negeri kelelawar. rakyat miskin tambah miskin, yang kaya semakin kaya.
    kok hampir mirip dengan negeriku ya…

    Baca juga tulisan terbaru endar berjudul PR dari tetangga desa

    • heheh … kok jadi mirip lagunya wak haji rhoma toh, mas endar, hehehe … kesenjangan antara si kaya dan si miskin itu bisa jadi juga disebabkan kaum elite yang sudah kehilangan sikap responsif.

    • walah, di toko buku? hiks … ndak tahu juga nih, mas. mana ada penerbit yang mau sama kisah slengekan kayak begitu, kekeke ….

  30. saya tunggu kisah selanjutnya mudah-mudahan Negeri kelelawar menemukan sosok2 pemimpin yang akan membawa perubahan kearah yang lebih baik pak

    Baca juga tulisan terbaru Achmad Sholeh berjudul Hubbud Dunn ya

    • amiiin, mudah2an demikian, pak sholeh. sungguh sia2 kalau reformasi yang sudah susah-payah diwujudkan akhirnya jadi berantakan.

  31. susah pak pastinya juga untuk bisa Menyiasati Kecamuk Separatisme di Negeri Kelelawar,,,kalau sudah tak terkendali..

  32. memang yang namanya separatisme selalu ada danmuncul karena ketidakadilan dari penguasa… mereka menjadi separatis karena penguasa yang nggak bener.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *