Kekuasaan Negeri Kelelawar dalam Kepungan Ambisi Petualang Politik

Kisah ini merupakan bagian ke-6 dari serial “Negeri Kelelawar”. Yang belum sempat membaca, silakan nikmati dulu kisah Menagih Janji Politisi di Negeri Kelelawar (1), Ontran-ontran di Negeri Kelelawar (2), Situasi Chaos di Negeri Kelelawar Makin Parah (3), Angin Reformasi Berhembus Juga di Negeri Kelelawar (4), dan Menyiasati Kecamuk Separatisme di Negeri Kelelawar (5)!

Kecaman terhadap kepemimpinan Ki Jantur Branjangan mulai datang bertubi-tubi. Selain dianggap sebagai bagian dari rezim lama yang korup dan tirani, kelelawar berjidat licin dengan bola mata yang selalu membeliak seperti kelereng itu dianggap suka menggunakan pasukan kelelawar sipil dalam mempertahankan kekuasaannya yang baru seumur jagung. Kerusuhan demi kerusuhan pun tak dapat dihindarkan. Rakyat dan mahasiswa kelelawar yang tengah berunjuk rasa seringkali dilawan dengan pasukan sipil berseragam. Tak ayal, kerusuhan dan kekerasan makin meluas.

Situasi negeri kelelawar semakin tak menentu ketika terdengar isu santer telah terjadi pembantaian sejumlah tokoh spiritual yang dianggap menggunakan ilmu teluh. Konon, tokoh-tokoh spiritual itu dibantai oleh segerombolan kelelawar misterius berjubah yang bisa bergerak supercepat dan sulit terdeteksi. Suasana benar-benar mencekam. Berbulan-bulan lamanya, negeri kelelawar tenggelam dalam kepungan kecemasan dan kekerasan dari berbagai sudut. Meski demikian, tak satu pun intel kelelawar yang sanggup melacak jejak gerombolan kelelawar misterius berjubah itu hingga akhirnya kabar itu tenggelam oleh berbagai isu yang muncul belakangan.

Seiring dengan berjalannya sang waktu, kekuasaan Ki Jantur Beranjangan pun mendekati masa-masa antiklimaks. Para wakil rakyat yang sudah mulai merasakan denyut nurani rakyat menuntut digelarnya sidang istimewa. Itu artinya, dia harus siap-siap menderita post power syndrom. Dia belum bisa membayangkan seandainya kekuasaan yang selama ini berada dalam genggaman tangannya harus benar-benar terlepas. Sebelum semua itu terjadi, Ki Jantur Branjangan berupaya melobi para wakil rakyat kelelawar untuk mau diajak kompromi, setidak-tidaknya separuh lebih anggota sidang yang hadir menerima laporan pertanggungjawabannya. Namun, upayanya sia-sia. Laporan pertanggungjawabannya mutlak ditolak oleh forum sidang istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat Kelelawar (MPRK). Merasa sudah tak berguna bagi negerinya, Ki Jantur Branjangan terbang menuju sebuah goa pertapaan hingga beberapa bulan lamanya untuk mengusir kekecewaan dan sakit hati yang bersemayam dalam rongga dadanya.

Kekuasaan negeri kelelawar yang vakum, membuat para wakil rakyat sibuk melakukan proses suksesi kepemimpinan nasional melalui Pemilu. Kran kebebasan berserikat dan berpartai politik dibuka lebar-lebar. Sejumlah dana digelontorkan untuk memberikan subsidi kepada partai politik yang dinyatakan lolos verifikasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam waktu singkat, sudah puluhan partai yang dianggap layak mengikuti pesta demokrasi. Rakyat negeri kelelawar untuk pertama kalinya –setelah era kekuasaan Ki Gedhe Padharane yang fasis itu– menikmati pesta demokrasi yang konon benar-benar demokratis. Rakyat bebas menentukan pilihan sesuai dengan nuraninya.

Namun, nilai-nilai demokrasi pada era multipartai tak sepenuhnya berjalan mulus. Tidak adanya partai politik yang memenangkan Pemilu secara mutlak membuat bargaining politik menjadi sangat alot. Para wakil rakyat dari berbagai parpol harus saling berbagi kue kekuasaan. “Siapa menguntungkan siapa” menjadi idiom politik yang demikian dominan di pusat kekuasaan negeri kelelawar. Maka, setelah melalui proses kompromi, lobi, dan negosiasi yang alot, akhirnya Ki Gusra-gusru yang selama ini dikenal sebagai tokoh demokrasi, dipilih sebagai presiden negeri Kelelawar. Terpilihnya Ki Gusra-gusru tak lepas dari peran poros kebangsaan kelelawar yang merupakan kumpulan beberapa pentolan parpol yang selama ini justru sering berseberangan paham dengan sang presiden terpilih. Meski demikian, Ki Gusra-gusru yang memang sudah terbiasa bergelut dalam wacana politik kebangsaan tetap tampil percaya diri. Dengan dukungan penuh tokoh-tokoh demokrasi yang berada di belakangnya, Ki Gusra-gusru bermaksud membuat desain negeri kelelawar yang benar-benar terhormat dan bermartabat. Untuk itu, dia dengan para pembisiknya, berani mengeluarkan kebijakan yang kurang populer dalam upaya melakukan perubahan. Istana negeri kelelawar yang selama ini dianggap “angker” dan tak bisa sembarang orang menjamahnya dibuka lebar-lebar buat siapa saja yang hendak mengadu. Mitos dan aturan-aturan protokoler kepresidenan pun tak lagi dipatuhinya. Sang presiden lebih suka mengatur negara dengan caranya sendiri.

Meski demikian, Ki Gusra-gusru juga tak bisa mengabaikan hasil kompromi poros kebangsaan yang telah memosisikan dirinya sebagai orang nomor satu di negeri kelelawar. Dengan terpaksa, dia harus menerima lamaran menteri dari beberapa partai yang telah mendukungnya. Apa boleh buat! Meski tak cocok dengan beberapa menterinya, bahkan juga dengan wakilnya sendiri, dia tetap harus menjalankan roda pemerintahan yang telah dipercayakan kepadanya.

Maka, berjalanlah roda pemerintahan Ki Gusra-gusru dalam situasi yang terus memanas. Selalu saja muncul rasa tidak puas dari kelompok tertentu yang merasa tidak diuntungkan. Kebijakan-kebijakan yang dia ambil seringkali tidak selaras dengan kehendak sebagian besar wakil rakyat yang selama ini memang tidak menyukainya. Setiap kali ada dengar pendapat selalu terjadi banjir interupsi. Lantaran tak kuasa menahan emosi, Ki Gusra-gusru seringkali melontarkan kata-kata yang bisa memerahkan telinga para pengkritiknya. Tak ayal lagi, konflik dan intrik yang selama ini terselubung berubah menjadi “kekerasan politik” yang vulgar dan terbuka. Saling serang dan saling bantai menjadi pemandangan yang rutin.

Komunikasi politik antara wakil rakyat dan presiden negeri kelelawar yang kurang harmonis berimbas pada meluasnya konflik dan kekerasan di kalangan akar rumput. Kelompok pendukung dan penentang sang presiden sama-sama turun ke gelanggang. Perang urat syaraf terus dihembuskan. Situasi politik pun makin memanas, sehingga memicu rentetan konflik horisontal yang kian memanjang.

Dalam situasi seperti itu, pentolan partai dari poros tengah yang dulu mendudukkan Ki Gusra-gusru di kursi kepresidenan terpaksa kembali melakukan kompromi politik. Mereka menilai, langkah-langkah sang presiden sudah di luar perhitungan dan skenario yang mereka rencanakan. Jadilah pemerintahan Ki Gusra-gusru sebagai “tumbal politik” untuk menuntaskan ambisi sekolompok politisi negeri kelelawar yang sesungguhnya sudah amat lama haus akan kekuasaan. Meski demikian, apakah ambisi politik mereka akan sukses menggulung kekuasaan Ki Gusra-gusru sekaligus mampu menjalankan skenario yang telah mereka rancang dengan rapi? Agaknya, sang waktu juga yang akan memberikan kesaksian-kesaksian. *** (bersambung)

120 Comments

  1. pas banget saya tadi subuh mikir: udah lama negeri kelelawar belum update ceritanya. tapi biasalah, pak. internet sudah jadi kemewahan sekarang, koneksi mulus rasanya langkaaaa… banget. nah, baru ini deh berhasil buka blog ini dan membaca ceritanya.

    nah, agaknya negeri kelelawar mulai merasakan berbagai jenis kepemimpinan dalam jangka waktu yang relatif singkat. tak heran ini menimbulkan euforia di berbagai kalangan. suasana perpolitikan yang jauh berbeda setelah puluhan tahun di bawah pemerintahan ki gedhe padharane yang statis.

    *menunggu kisah negeri kelelawar berikutnya*

    • @marshmallow,
      hehehe … iya nih, mbak yulfi. kadang2 lupa kalau dah punya seri kelelawar sebelumnya. wah, bisa jadi begitu nih, mbak. postingan ini juga hanya sekadar iseng yang bernada slengekan, kok, mbak. bukan sesuatu yang serius, sekadar jampi sayah, hehehe ….

  2. Kalau mengenai Pendekar Jerangkong Hidup sang penguasa ilmu Kelelawar Sakti itu ada beneran nggak to pake?

    Baca juga tulisan terbaru Ndoro Seten berjudul GAMBANG SYAFAAT

    • @Ndoro Seten,
      wew… kok sampai pendekar jerangkong hidup toh, mas nanang, hehehe … saya malah ndak tahu nama pendekar itu?

  3. nuwun pak, bukan 13 lagi kekeke..

    ereksi kekuasaan itu semakin membuat cepat keruntuhan langit…

    mantabs… ulangi lagi ah…

    Baca juga tulisan terbaru suryaden berjudul Differently abled People

  4. Gimana kalau para kelelawar adu jotos aja buat merebut kekuasaan. :mrgreen: . Biar ada Presiden Kelelawar Wiro Sableng, Presiden Kelelawar Brama Kumbara, Presiden Kelelawar Si Hantu dari Gua Buta, de el el….

    Baca juga tulisan terbaru Bawor berjudul Birokrasi Bangsatku Kok Kayak Gini Yach???

  5. DV

    Istilah kata indonesia itu air bening, kalau gelas cerita ini dituangkan sepertinya tak mengubah warna air sedikitpun krana sama identik ya, Pak hehehe

    • @DV,
      hehehe …. tapi ada bedanya loh, mas dony, hehehe … ini semata-mata fiksi, kok, hehehe … kelelawar pulak!

  6. salam hormat…..
    sampe bingung mau komen nopo….lha wong mbaca saking asiknya….ning ilo ilone nek mpun moco yo ngisi komen lah…..pokoknya sae…terus teksih nenggo mali pak…..kulo remen kalih karakter ki grusa grusu pak….
    nuwun…nuwun…nuwun…

    Baca juga tulisan terbaru sakti berjudul Nyai Rantamsari…I

  7. Dunia politik memang penuh dengan misteri ya, Pak? Seperti yang dialami oleh Ki Grusa-grusu. Orang-orang yang pada awalnya mendukungnya, kini berbalik arah dengan menentang kebijakannya. Hal seperti itu sepertinya juga sudah biasa terjadi di kancah perpolitikan negara kita.

    Baca juga tulisan terbaru Edi Psw berjudul Gerakan Sekali Bilas Molto Ultra

    • @Edi Psw,
      wew…. ternyata ada yang sama, ya, pak, hiks. jagat perpolitikan di mana saja agaknya memang sama, pak. ruwet dan mahal, tapi banyak yang suka.

  8. kalo saya baca artikel mas sawali diatas sangat bagus mas, perumpamaan diatas bisa menjadi kritikan para elite politik yang sedang bersaing menjelang Pemilu 2009 ini. 🙂

    • @harianku,
      tapi kritikan apa pun kayaknya dah ndak mempan bagi politisi negeri ini, mbak, apalagi sekadar cerita fiktif erbau slengekan, hehehe … makasih apresiasinya, mbak.

    • @gajah_pesing,
      hehehe … matur nuwun, mas fay. mudah2an masih ada yang bisa diposting utk lanjutannya …

    • @marsudiyanto,
      banyak, pak, kan bisa pinjem milik tetangga, hehe … pak mar punya kalong, nggak. kapan2 saya pinjam juga, yak?

  9. hii… semua. blog yang sangat bagus… cuci mata yuk ke blog aku dijamin puas.

    Baca juga tulisan terbaru kristo86 berjudul foto 2

  10. mestinya para politisi negeri kelelawar itu berkaca pada apa yang terjadi di negeri tetangga. Negeri Indonesia Raya. apa di negeri mereka belum punya tim penerawang negeri tetangga ya.. andai mereka mau belajar dari kasus negeri Indonesia, mungkin ceritanya tak akan senada seirama…

    • @onabunga,
      kekeke … mungkin masih mahal alatnya, mbak lintang, hehehe … negeri kelelawar masih mengandalkan terawangan ahli nujum, hiks.

  11. NGeri juga melihat suasana persaingan politik. Saya hanya bisa berdoa: “Ya ALlah, jangan jadikan aku, anakku dan keturunanku sebagai politikus, Hidupkan dan matikan kami sebagai rakyat biasa..Amin”.

    Baca juga tulisan terbaru SyamsIderis berjudul Software Scan LJK

    • @SyamsIderis,
      wah, bener itu, pak syam? wah, sepertinya pak syam bener2 dah alergi politik, nih, hehehe …

  12. klau boleh saya prediksi hasilnya seperti ini…
    Setelah melalui sidang yang alot.. dan antipati dari poros tengah terutama dari pentolannya yang juga ketua MPRK.. Namun Ki Gusra-gusru tetap bergeming dan malah berniat untuk membubarkan lembaga MPRK.. Tidak bisa dihindarkan lagi negeri kelelawar semakin kacau.. kembali terjadi demo ada yang pro ada yang kontra ki gusra-gusru… setelah melalui sidang paripurna MPRK ki gusra gusru akhirnya lengser juga dan ia digantikan oleh Srikandi XXXXX 😀

    mungkin itu kesimpulannya huehuehuehe maaf pak maen sambar ajahhh

    Baca juga tulisan terbaru zoel berjudul Model Rambut 2009

    • @zoel,
      duh, jadi malu sama, mas zoel, nih. eh, tapi ada untungnya, mas, bisa saya jadikan bahan utk postingan lanjutannya, hehehe ….

  13. walah, pak shodiq kok jadi ikut2an, hiks.

    Maksud saya, ikutan ngasih komentar lah. Boleh, ya, ngasih usul walau asal-asalan?

    Saya lihat, istilah-istilah di cerita ini mirip acara di TV, kayak “Republik Mimpi” dan “Republik BBM”. Cuman, di TV itu banyak humornya, cerita Pak Sawali ini banyak seriusnya. Capek juga saya baca narasinya. Mungkin akan lebih “seru” kalau ceritanya disisipi dialog-dialog. (Mode sok tahu: on. Saya sendiri gak mampu nulis kayak gitu.)

    Baca juga tulisan terbaru M Shodiq Mustika berjudul Pengalaman Memalukan: “Kaya” Mendadak, Malah Hilang Ingatan walau hanya sesaat

    • @M Shodiq Mustika,
      iya, memang bener, pak, kadang2 mau nyelipkan humor susah juga, yah. jadilah postingan yang panjang dan melelahkan utk dibaca, hehehe … makasih masukannya, pak shodiq.

  14. Wow, ini to Catatan Sawali Tuhusetya. Nggak cuman ngecap, Pak Sawali, saya semakin nggandrung pada catatan Anda, meski baru kenal Blog Catatan Sawali Tuhusetya. ‘Khususon’ serial kisah “Negeri Kelelawar” Anda, saya gunakan model baca kilas balik. Dimulai serial ke 6 dan terus turun ke serial sebelumnya. Eh, siapa tahu malahan dapat sebuah sense yang lebih dahsyat. He he he… Sembah nuwun, sampun kersa nyambangi rompok ‘web’ kula. Nyuwun pangapunten dene rompokipun taksih glondhangan. Kel kel kel kel kel.

    Baca juga tulisan terbaru Ki Dhalang Sulang berjudul Cerita Pendek

    • @Ki Dhalang Sulang,
      walah, biasa saja, kok, pak shalang sulang, hehehe … matur nuwun apreiasinipun, mugi kita saged tansah silaturahmi sinaosa namung wonten ing jagad maya.

  15. Kebebasan tanpa batas, dalam negeri kelelawar yang rakyatnya belum semua berpendidikan, memang berisiko, karena menjadi benar-benar bebas tanpa mengindahkan etika.
    Jika kita belajar dari negeri tetangga, kepemimpinan politikpun ada hierarchi nya, sehingga jika suatu ketika dapat mencapai posisi diatas, akan menjadi seorang negarawan, bukan hanya sebagai wakil partainya dan memikirkan kepentingan kelompoknya.
    Ditunggu lanjutannya pak…

    Baca juga tulisan terbaru edratna berjudul Naik Kereta Api Bandung-Jakarta tetap menyenangkan

    • @edratna,
      iya, bener sekali, bu eny. kebabasan tanpa batas, apalagi tanpa diimbangi sg pendidikan yang memadai bisa berubah menjadi anarkhi. semoga negeri kelelawar bisa balejar juga dari negeri tetangganya. matur nuwun, bu.

  16. Babad Negari “Lowo”, Kalau edisi barat namanya Spider Country, tapi kalau anak2 Spider Man …hiks. Saya tak Sign Up (register) dulu di negerikelelawar.com ah ….

    Baca juga tulisan terbaru wahyubmw berjudul INFO AUDISI ….

  17. Kelelawar sayapnya hitam
    Terbang rendah ditengah malam
    Pagi-pagi mereka pulang
    Dibawah dahan berglantungan

    • @Fuad,
      loh, kalau ndak salah, itu judul lagu, kan, mas fuad? hiks, maklum telingaku terlau akrab dgsuara pesinden dan musik campursari, kekeke ….

  18. sekarang dunia perpolitikan kelelawar semakin tidak jelas pak… bahkan sudah merambah persaingan melalui surat kabar dengan isu-isu yang semakin banyak dan kurang fokus, saya tidak tahu kelelawar mana yang salah tapi seandainya melihat persaingan di negeri tetangga perpolitikan melalui media massa sebenarnya lumrah dilakukan, tapi… harus fokus dan memang pantas untuk dipublikasikan… menurut saya sih :p

    Baca juga tulisan terbaru parvian berjudul 1st Anniversary

    • @parvian,
      wah, bener juga tuh, mas parvian. ternyata bangsa kelelawar pun sudah mampu memanfaatkan media utk melakukan “perang politik”, hehehe …

  19. Cerita2 Bapak itu selalu sarat hikmah dan pesan moral
    Semoga banyak pimpinan negeri ini yang terbiasa membacanya 😕

    Baca juga tulisan terbaru achoey berjudul Perbincangan Kejujuran

    • @achoey,
      walah, mas achoey bisa saja, nih, hehehe … postingan biasa saja, kok, mas. makasih apresiasinya.

    • @Mikekono,
      sungguh memilukan betul, mas agus, dinamika demokrasi ternyata mesti ditbus dg harga yang teramat mahal. semoga amal baik pak azis menjaid pengantar utk menuju kehidupan abadinya menjadi lebih tenteram dan damai.

  20. Alhamdulillah, bisa bertemu Pak Sawali, meski di sela kesibukan acara pembentukan pengurus Agupena.

    • @Zulmasri,
      walah, lha wong mengikuti pembentukan agupena kok ya sempat2nya blogwalking toh, pak zul, hehehe …

  21. waw

    Itu setting negeri kelelahar tahun 99 ya pak? Jadi ga sabar nunggu tahun 2009? 😉

    • @waw,
      hehehe … memang ini sekadar fiksi, kok, mas dewanto, jadi ndak kenal setting waktunya, hiks.

  22. jd ngebayangin klo endonesa itu isinya kelelawar smua., gk ada manusiana. :mrgreen:

  23. “Situasi negeri kelelawar semakin tak menentu ketika terdengar isu santer telah terjadi pembantaian sejumlah tokoh spiritual yang dianggap menggunakan ilmu teluh”

    apaan tuh ilmu teluh pak sawali??? kalo di daerah sy teluh itu artinya telur. emang ada ilmu per teluran ya pak?? aduh bingung..

    Baca juga tulisan terbaru casual cutie berjudul Sex Toys

    • @casual cutie,
      ilmu teluh? duh, mbak cutie kok pura2 ndak tahu sih? konon itu sama dg santhet itu, loh, mbak, kekeke …

    • @TENGKU PUTEH,
      loh, paling lucu? kok mas tengku tahu? memang pernah tinggal di neger kelelawarkah?

  24. ini kehidupan politik di negeri kelalawar terus bagaimana politik di negara sebelah yang sekaranga hampir melaksanakan pesta demokrasi kunjungan pertama pakdhe . . .

    Baca juga tulisan terbaru abis berjudul Pendidikan

  25. Ki Gusra-gusru ituh semangkin gusra gusru saja kekeke

    • @Nyante Aza Lae,
      wah, gambaran dunia politik di negeri kelelawar agknya juga seperti itu, mas kunria, hiks. yang ada hanya kepentingan mlulu. sapa menguntungkan sapa?

    • @andi,
      duh, jadi teranjung dapat pujian pak dokter, hiks, biasa saja, kok, dok. tapi makasih banget apresiasinya, dok.

  26. nice info. thank you
    aku nyasar kesini nih.
    mari berteman ^^

    btw, main2 ke blog happy ya. n jangan lupa komen. makasi.

    • @Ahmed Ridho,
      walah, kok ditanyakan lagi, hehehe … mungkin bisa dilihat berdasarkan bentuk dan cara hidupnya.

  27. para petualang politik rupanya telah menjajaki di negeri kelewar juga nich..
    bahaya mengancam

    Baca juga tulisan terbaru ciwir berjudul SPIDERMAN SHOLAT

    • @ciwir,
      hehehe … kalau petualang politik agaknya selalu ada di setiap zaman, mas santri, tak terkceuali di negeri kelelawar.

  28. Salam
    jadi kuncinya adalah komunikasi yang ndak jalan atau kepentingan politik yang tak sejalan ya Pak De wah sami mawon kayaknya, apakah endingnya mau dihancurkan saja negeri ini 😀

    Baca juga tulisan terbaru nenyok berjudul Rokok, Jengkol, Pete dan fatwa

    • @nenyok,
      walah ya, jangan dihancurkan toh, mbak ney, hehehe …. negeri kelelawar mesti diselamatkan, dan sosok penyelamat itu pasti akan hadir. entah kapan?

  29. Rasa-rasane aku kok ya familiar ya sama pentolan partai dari poros tengah tersebut. Di negeri tetangga sepertinya angin poros-porosan pun hendak digulirkan lagi kini… 😀

    Baca juga tulisan terbaru Daniel Mahendra berjudul Petualang Manapun Rindu Pulang

    • @Daniel Mahendra,
      wew… rupanya mas dainel mengikuti dinamika politik di negeri kelelawar juga, ya, hehehe … jangan2 sampeyan pernah berpetualang hingga ke sana, mas daniel, kekeke ….

    • @afwan auliyar,
      walah, cerita hanya mengalir begitu saja kok, mas afwan, dan belum kepikiran utk membuat endingnya, hehehe … mudah2an masih punya bahan utk melanjutkan kisah slengekan ini, hehehe ….

    • @soerdjak,
      hiks, di negeri kelelawar sepertinya belum ada poros tengah bernama gerindra, tuh, mas soerdjak, hehehe ….

  30. mokamula tokopedia

    Kekuasaan Negeri Kelelawar dalam Kepungan Ambisi Petualang Politik: Catatan Sawali Tuhusetya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *