AGUPENA Jawa Tengah dan Budaya Menulis di Kalangan Guru

Asosiasi Guru Penulis (AGUPENA) Jawa Tengah akhirnya terbentuk juga. LPMP Semarang Jawa Tengah, pada Rabu, 4 April 2009 (pukul 09.00-15 WIB) menjadi saksi terbentuknya kepengurusan periode I masa bakti 2009-2011. Menurut Ketua AGUPENA Pusat, Achjar Jalil, yang ikut hadir dalam acara itu, masa bakti pengurus AGUPENA seharusnya 4 tahun. Namun, karena alotnya diskusi tim formator, khususnya dalam menentukan posisi Ketua Umum, akhirnya diambil kesepakatan, untuk periode I kepengurusan AGUPENA Jawa Tengah berlangsung selama dua tahun. Alotnya kerja Tim Formatur yang dipilih berdasarkan voting dari 29 peserta yang hadir itu terjadi karena Deny Kurniawan Asy’ari (Banyumas) yang disepakati secara aklamasi oleh Tim Formatur menolak untuk menduduki posisi Ketua Umum. Untuk menuntaskan deadlock, akhirnya terjadi tawar-menawar. Deny Kurniawan Asy’ari bersedia menjadi Ketua Umum dengan catatan lamanya kepengurusan selama dua tahun. Karena sudah tak ada jalan lain, akhirnya usulan Pak Deny diterima. (Susunan pengurus AGUPENA Jawa Tengah Masa Bakti 2009-2011 bisa dibaca di sini dan di sini!)

Terlepas dari alotnya kerja Tim Formatur, yang pasti sejumlah persoalan sudah menghadang di depan mata. Salah satunya, dan ini yang cukup krusial dan urgen, adalah menjadikan aktivitas menulis sebagai sebuah budaya di kalangan guru. Tentu saja, ini perlu dijadikan sebagai sasaran bidik AGUPENA Jateng dalam melakukan aksi dan kiprah kerjanya.

Secara jujur memang harus diakui, budaya menulis di kalangan guru masih amat rendah. Menurut Sukartono (LPMP Jawa Tengah), persentase guru yang berhasil naik pangkat ke golongan IV-B masih sangat sedikit, yakni SD (0,20%), SMP (2,04%), SMA (1,65%), dan SMK (1,46%). Hambatannya adalah masih lemahnya guru dalam menyusun karya ilmiah sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat ke golongan IV-B.

Dalam konteks demikian, AGUPENA Jawa Tengah di bawah kepengurusan Dey Kurniawan Asy’ari, dkk. perlu berkiprah lebih intens dalam membudayakan aktivitas menulis di kalangan guru. Tentu saja, kerja pengurus perlu mendapatkan dukungan segenap pihak yang terkait agar sasaran itu benar-benar bisa terwujud.

Ada banyak agenda untuk mendukung terwujudnya sasaran itu. Selain membentuk kepengurusan AGUPENA di 35 kabupaten/kota se-Jawa Tengah, perlu ada agenda rutin untuk memberikan pendidikan dan pelatihan (Diklat), workshop, atau bentuk kegiatan yang lain secara simultan dan berkelanjutan. Dengan cara demikian, guru akan semakin terangsang dan termotivasi untuk membudayakan aktivitas menulis dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga AGUPENA Jawa Tengah yang sudah terbentuk itu benar-benar dapat menjalankan amanah dan mampu membangun sinergi yang kokoh di kalangan rekan-rekan sejawat guru sehingga dapat bersama-sama secara kolegial dan kolektif memberdayakan dan meningkatkan profesionalisme guru. ***

No Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *