Reformasi Setengah Hati: Sebuah Refleksi Budaya Akhir Tahun 2009

Sudah lebih satu dasawarsa reformasi di negeri ini bergulir. Namun, dengan nada sedih harus kita katakan bahwa ayunan bandul reformasi belum juga menyentuh persoalan-persoalan substansial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang dulu gencar digembar-gemborkan. Ranah hukum, politik, ekonomi, atau pendidikan masih carut-marut. Yang lebih menyedihkan, proses reformasi hanya berlangsung setengah hati, hanya sekadar bermain-main dalam tataran retorika. Kaum elite kita suka gembar-gembor pentingnya reformasi dari atas mimbar, tetapi ketika kaki menyentuh bumi, petuah-petuah reformasi itu menguap entah ke mana. Yang tak kalah menyedihkan, proses reformasi itu setengahnya lagi diimplementasikan dalam praktik yang sarat dengan pembusukan.

mobil mewahDari ranah hukum, misalnya, kesan yang dirasakan publik selama ini, hukum belum mampu memberikan rasa keadilan kepada “wong cilik”. Hukum hanya sebatas ditafsirkan secara tekstual atau hanya sekadar memenuhi tuntutan legal-formal, tanpa menyentuh rasa keadilan yang seharusnya menjadi “entry point” sebuah negara yang berdasarkan hukum. Mereka yang berkantong tebal bisa demikian gampang “berselingkuh” melalui harta dan kekuasaannya untuk melicinkan jalan menuju drama pengadilan yang ber-ending tragis dan memilukan buat orang semacam Mbah Minah dengan tragedi kakao-nya, Kang Kholil dengan semangkanya, atau Yu Manisih dan Suratmi dengan kapuk randunya. Sungguh kontras dengan arogansi Anggodo –melalui rekaman yang diputar di Mahkamah Konstitusi–yang diduga telah melakukan skenario busuk dengan melibatkan aparat penegak hukum untuk “berkongkalingkong” demi menyelamatkan sang kakak dari jerat hukum, justru hingga kini makin tak jelas rimbanya.

Bidang ekonomi pun tak luput dari proses pembusukan. Maraknya korupsi yang menggurita di berbagai lapis dan jajaran birokrasi, nyata-nyata telah membuat nasib hidup “wong cilik” yang sudah terjebak dalam lubang kemiskinan kian tergencet dalam kubangan derita dan nestapa. Nasib kaum dhu’afa makin tergilas oleh kepongahan kaum kapitalis yang bersekutu dengan kekuasaan.

membongkar centuryDalam situasi korup seperti itu, justru ada upaya rekayasa untuk melumpuhkan peran KPK yang selama ini dikenal “galak” dalam memburu sarang koruptor. Terkuaknya rekaman seorang markus yang nyata-nyata telah melibatkan beberapa aparat penegak hukum untuk menggelandang dua petinggi KPK ke pengadilan dengan bukti-bukti yang konon sarat dengan rekayasa mengindikasikan betapa kuatnya arus untuk menutup-nutupi kebusukan korupsi dari lapisan atas yang limbahnya sudah amat jelas dirasakan oleh masyarakat akar rumput itu. Maraknya korupsi jelas membuat daya beli masyarakat semakin menurun. Dalam situasi seperti itu, kaum elite kita yang seharusnya menjadi anutan sosial dalam mempraktikkan pola hidup sederhana justru pamer kekayaan dengan mobil-mobil mewah.

Dari ranah politik, paradigma para wakil rakyat kita juga belum beranjak dari cara-cara purba dan fasis dalam menggapai ambisi dan singgasana kekuasaan. Maraknya money-politik dalam setiap putaran pemilu jelas menunjukkan banyaknya wakil rakyat kita yang telah kehilangan fatsoen dan kearifan dalam melenggang ke Senayan. Sementara itu, rakyat di lapisan bawah yang merasa sudah kecewa dan “muak” dengan perilaku para wakil rakyat yang terhormat mencari cara sendiri dalam memperjuangkan aspirasinya. “Parlemen” jalanan dan online menjadi tradisi baru yang marak di jagad perpolitikan tanah air.

Yang tak kalah menyedihkan juga muncul dari ranah dunia pendidikan kita. Sistem pendidikan kita dinilai belum berhasil memanusiakan manusia secara utuh dan paripurna. Setidak-tidaknya, ada tiga persoalan krusial yang hingga kini masih menjadi belenggu dunia pendidikan, yakni ujian nasional (UN), sertifikasi guru, atau UU Badan Hukum Pendidikan (BHP). Ujian nasional yang seharusnya mampu menjadi tolok ukur dan standarisasi mutu pendidikan nasional, justru tereduksi oleh praktik-praktik kecurangan yang terus terjadi setiap tahun. Generasi muda yang lahir dari produk UN pun tidak mampu lagi mengapresiasi budaya proses dan etos kerja keras dalam meraih sukses. Mereka lebih suka menempuh cara-cara pintas dan instan dalam meraih harapan dan impian.

Proses sertifikasi guru konon juga belum mampu memberikan imbas positif terhadap kemajuan dunia pendidikan. Tunjangan profesi satu kali gaji pokok bagi guru yang sudah tersertifikasi dinilai sebagai “berkah” yang sesuai dengan tuntutan dan dinamika zaman, sehingga belum diimbangi dengan etos kerja yang andal. Pada sisi lain, sertifikasi guru dianggap juga telah menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan internal guru karena tidak semua guru bisa mengikuti uji sertifikasi. Akibatnya, guru non-sertifikasi makin melemah etos kerjanya karena merasa telah “dianaktirikan” dalam perolehan tingkat kesejahteraan.

Yang tak kalah menyedihkan, tentu saja UU BHP. Konon, kehadiran UU ini akan makin mempersempit gerak anak-anak dari kalangan tak mampu untuk mengenyam bangku pendidikan lantaran pemerintah dan pemerintah daerah menanggung sekurang-kurangnya dua per tiga biaya pendidikan untuk BHPP dan BHPPD yang menyelenggarakan pendidikan menengah untuk biaya operasional, biaya investasi, beasiswa, dan bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik pada BHPP berdasarkan standar pelayanan minimal untuk mencapai standar nasional pendidikan. Sedangkan, peserta didik dapat ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan kemampuannya, orang tua, atau pihak yang bertanggung jawab membiayai. Biaya penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang dimaksud pada ketentuan tersebut ditanggung oleh seluruh peserta didik dalam pendanaan pendidikan menengah atau pendidikan tinggi pada BHPP atau BHPPD sebanyak-banyaknya satu per tiga dari seluruh biaya operasional.

gambarRanah hukum, ekonomi, politik, dan pendidikan yang baru tersentuh reformasi setengah hati jelas memprihatinkan kita semua. Dalam konteks demikian, perlu ada terobosan dan gebrakan visioner yang bisa membuat bangsa kita makin berbudaya dan beradab. Semua komponen bangsa perlu kembali menguatkan ikatan emosional dan spiritual untuk sama-sama kembali ke “khittah” sebagai bangsa yang besar.

Tidak lama lagi detik-detik pergantian tahun itu akan tiba. Momen seperti ini perlu dijadikan sebagai saat yang tepat untuk melakukan refleksi budaya guna mengevaluasi sekaligus merumuskan langkah jitu dan visioner guna menyongsong masa depan yang lebih baik.

Tahun 2009 dengan segala hiruk-pikuk dan segenap dinamikanya akan segera kita tinggalkan. Lembaran tahun 2010 pun akan segera terbuka. Setiap pergantian tahun jelas menyisakan kenangan dan menyembulkan optimisme untuk menyongsong perubahan dan harapan-harapan baru. Nah, selamat Tahun Baru 2010 buat sahabat-sahabat semua, semoga tambah sehat, segar-bugar, makin lancar rezekinya, dan makin sejahtera. Mudah-mudahan juga para koruptor makin insyaf dan kembali ke jalur yang lurus, amiin. ***

No Comments

  1. Proses sertifikasi guru konon juga belum mampu memberikan imbas positif terhadap kemajuan dunia pendidikan. Tunjangan profesi satu kali gaji pokok bagi guru yang sudah tersertifikasi dinilai sebagai “berkah” yang sesuai dengan tuntutan dan dinamika zaman, sehingga belum diimbangi dengan etos kerja yang andal. Pada sisi lain, sertifikasi guru dianggap juga telah menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan internal guru karena tidak semua guru bisa mengikuti uji sertifikasi. Akibatnya, guru non-sertifikasi makin melemah etos kerjanya karena merasa telah “dianaktirikan” dalam perolehan tingkat kesejahteraan.
    :-?:-?:-?:-w:-w:-w
    saya suka bagian ini pak karena tulisan ini banyak terjadi hampir di semua daerah… yang dapat sertifikasi bukannya rajin malah masih aja seperti belum dapat yang belum dapatnya apa lagi.. waduh…. tambah kacau aja nih pak.

  2. salam..
    tunjangan profesi ternyata belum menjadi solusi, meski awalnya diharapkan akan mendongkrak spirit dan etos kerja guru..ada yang dilupakan oleh para pendidik di negeri ini, keikhlasan dalam menunaikan tugas adalah segalanya. mari kita kembali pada fungsi dan peran guru sejatinya, bukan hanya sebagai transformator ilmu, tapi juga transmitter nilai-nilai dan kepribadian bangsa yang sesungguhnya. jangan pernah pesimis, masih banyak tipe-tipe Muslimah (tokoh guru dalam novel Laskar Pelangi) di negeri ini. semoga ke depan bukan hanya tunjangan profesi yang digembor-gemborkan, tapi juga tunjangan dedikasi yang hanya bisa dirasakan oleh para murid dan masyarakat sebagai lembaga yang mengawasi kinerja guru secara nyata…
    semoga
    (mohon maaf lagi kalo ga nyambung 🙂
    .-= Baca juga tulisan terbaru pensiun kaya berjudul "ER – Ulasan Pagi 29 Desember 2009 – Right Issue? Binatang Apa Itu?" =-.

    1. sangat nyambung, mas amsi. kita semua memang berharap seperti itu, mas. semoga guru yang benar2 terlibat secara intens dalam pengembangan potensi siswa didik benar2 mendapatkan perhatian secara layak.

  3. merefleksikan kejadian2 yang terjadi tahun 2009 memang begitu ribet, sampe ribetnya malah jadi awur-awuran negriku ini. mulai dari mbah minah si pencuri biji kakao, si pencuri semangka, anggodo, dll dimana ketara banget bahwa ketidakadilan seseorang dimata hukum, hukum hanya lebih memihak kepada orang yang punya duit.
    belakangan ini juga terjadi preseden yang tidak mengenakan dimana adanya penarikan buku yang menyerang pemerintah, lhah kaya balik meneh di zaman orba….yang maen tarik buku aja. seharusnya klo buku itu tak benar lawan dong dengan buku, bukan dengan penarikan buku oleh kejaksaan agung.
    yang jelas semooga di tahun depan Indonesia di segala bidang akan lebih baik. amin

  4. komplek memang ya pak sawali di mana para guru meminta tunjangan yang lebih baik tapi dilain pihak banyak juga kecemburuan sosial akibat adanya kebijakan tersebut,…. dinamika memang tapi semoga semua itu itu bisa membuat pendidikan di bangsa kita lebih baik lagi amien…
    .-= Baca juga tulisan terbaru dameydra berjudul "Car Free Day On My City" =-.

  5. “Parlemen” jalanan dan online menjadi tradisi baru yang marak di jagad perpolitikan tanah air.

    parlemen itu pun sekarang sedang terancam undang-undang, pak satu. jadi bagaimana lagi kita menghakimi? hiks…

    pak satu, setiap membaca tulisan njenengan, saya selalu kagum akan pemilihan diksinya yang tepat, gaya bahasanya yang luwes dan tidak menggurui, padahal hakikatnya saya berguru kepada pak satu. tulisan-tulisan di blog ini hampir tak bercela. analisanya pun tajam. duh, kapan bisa seperti pak satu, ya? mungkin 2010? amiiin…
    .-= Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul "Dhuyuf Ar-Rahman" =-.

  6. Selamat tahun baru 2010 semoga di tahun 2010 guru-guru semakin semangat mengembangkan potensinya dengan harapan mampu memerdekakan potensi siswa-siswinya, terutama dari kalangan menengah ke bawah.

    Tahun 2009 masih banyak menyisakan pekerjaan rumah bagi guru.

    Hidup Guru.
    .-= Baca juga tulisan terbaru Puspita W berjudul "Petruk Dadi Ratu" =-.

  7. semoga dengan dibukanya lembaran putih 2010, hal hal diatas, seperti korupsi, dan kawan kawannya akan berkurang, atau bahkan tidak ada.
    Selamat tahun baru 2010 Pak !

    1. @yayah, Klo ndak suka ya ga usah dibeli tho mas :d

      Meninggalkan yang lalu kemudian berjalan terus kedapan dengan semangat dan optimisme baru, target baru, amunisi baru, dan tentunya strategi baru.

      Selamat Tahun Baru 2010, Pak Guru. Lama tak berkunjung disini,,,,

  8. masih saja reformasi negeri ini setengah hati.
    penggulir reformasi seolah tidak siap dengan kondisi pasca pengguliran agenda reformasi.
    tidak dengan serta merta setelah menggulirkan maka agenda selesai.
    merebut wilayah strategis untuk direformasi bukan menjdi agenda bersama.
    apakah revolusi harus dilakukan? ya sakira tidak juga sebab revolusi pun akan sama saja kejadiannya.
    yng harus diganti bukan orangnya, tapi isi otak orang indonesia yang harus direformasi dan direvolusi.
    .-= Baca juga tulisan terbaru ciwir berjudul "Membayar Untuk Menyampah???" =-.

  9. Seperti benang “Super Kusut” keadaan SOSPOLEK di negeri kita ini…
    Kalo nyari yang salah, nggak bakal ada yang bisa disalahin…
    Karena yang salah hanya yang “ketangkap tangan” dengan bukti dan saksi yang valid, otentik dan bisa dipertanggungjawabkan. Kali bisa ngakali hukum dng manipulasi saksi dan bukti… berarti aman.

    Yang jelas belum adanya pemimpin yang tegas….!
    .-= Baca juga tulisan terbaru xitalho berjudul "A Mother’s Love" =-.

  10. Mau yang setegas gimana coba??
    Lha wong bangsa kita masih paranoid sama rezim Orde Baru…!

    Saking traumanya (mau apa-apa takut dituduh melanggar HAM oleh Amerika) sehingga membiarkan semuanya acak kadut…. rakyat meras bisa anarkhis semaunya, masalah sepele bisa jari Perang antar agama.. perang antar kampung… pembakaran kampus…:((:((:((
    .-= Baca juga tulisan terbaru xitalho berjudul "Hello world!" =-.

  11. Ulasan mendalam…
    Sampai2 saya semlengeren dan bingung mau komentar apa…
    Semua wis tinulis thirik2…
    Akhirnya saya ya setuja-setuju saja…
    [Jangan disimpulkan orang yg setuja-setuju itu nggak bagus lho Pak.]
    Daripada mencela orang, kan aluwung nyenengke orang…
    Wong saya sendiri juga seneng kalau ada orang yg setuja-setuju dengan saya.
    .-= Baca juga tulisan terbaru marsudiyanto berjudul "Ada 6.700.000.000.000 Manfaat Ngeblog" =-.

  12. Bangsa ini memerlukan orang-orang yang ingin meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membuat suatu pembaharuan nyata walaupun bentuknya sederhana sekalipun. Namun, bila setiap orang Indonesia melakukan satu pembaharuan kecil bagi bangsa ini, maka akan ada kurang lebih 200 juta pembaharuan yang nyata bagi negara dan bangsa Indonesia.
    .-= Baca juga tulisan terbaru Sharindo berjudul "Mesin Cuci Twin-Tub Seri SUPER AQUAMAGIC Terbaru dari SHARP" =-.

  13. memang yang setengah-setengah itu lebih asoy…
    slamat tahun baru. semoga tahun depan kita setengah isi bukan lagi setengah kosong walaupun masih setengah karena memang setengah-setengah itu lebih asoy… 😆

  14. Tiada gading yang tak retak, Pak Sawali.. meski kebanyakan retaknya bikin pusing juga hahaha.. Semoga tahun 2010 ini, Indonesia bisa semakin menyelesaikan banyak pekerjaan rumah menyangkut reformasi yg telah dirintis sejak 12 tahun silam.
    .-= Baca juga tulisan terbaru DV berjudul "Penemuan-penemuan revolusioner dekade 00" =-.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *