Semut vs Gajah: Refleksi Menjelang Tahun Baru Hijrah

Belakangan ini nurani kita terusik oleh berbagai fenomena anomali sosial, politik, dan hukum yang dinilai telah mengebiri nasib rakyat kecil. Masih jelas terbayang dalam layar memori kita sebuah drama pertarungan sengit antara cicak melawan buaya yang ber-ending memilukan buat sang buaya. Retorika yang terus dibangun akhirnya runtuh berkat dukungan dan tekanan publik bertubi-tubi.

HijrahFenomena perlawanan sengit juga ditunjukkan dalam perseteruan dahysat antara Mbak Prita Mulyasari versus RS Omni Internasional di atas panggung sosial negeri ini. Dukungan dan empati publik yang terus mengalir dari berbagai sisi melalui gerakan “Koin Keadilan”, diakui atau tidak, telah merontokkan nyali para elite sebuah rumah sakit yang dengan pongah menahbiskan dirinya sebagai RS berstandar Internasional itu. Secara resmi, mereka telah mencabut gugatan perdata dan meminta maaf secara terbuka kepada mantan pasiennya itu.

Fenomena “Koin Keadilan” dalam perseteruan antara Bu Prita vs RS Omni mengingatkan saya tentang dongeng “Semut dan Gajah”. Secara kasat mata, semut mustahil sanggup menaklukkan gajah. Namun, dalam situasi yang berbeda, kerumunan semut yang muncul secara bergelombang dan bertubi-tubi sanggup melawan gajah, bahkan bisa membuat sang gajah mati berdiri akibat tak sanggup lagi menghadapi amukan kerumunan semut yang muncul dari berbagai sisi. Lantas, menggigit telinga atau menerobos lubang dubur, hingga akhirnya membuat sang gajah lemas, loyo, dan tak berdaya. Habis!

Menjelang Tahun Baru 1431 Hijrah, mencuatnya fenomena “Koin Keadilan” seharusnya bisa dijadikan sebagai bahan refleksi bahwa tidak selamanya arogansi dan sikap takabur akan mampu membuat rakyat kecil kehilangan nyali.

Kalau kita kembali membuka catatan sejarah, ada beberapa contoh etos keteladanan tentang makna pengorbanan demi menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keyakinan. Pertama, kisah Ali bin Abi Thalib yang merelakan dirinya menggantikan Rasulullah dengan menempati tempat tidur Rasulullah untuk mengecoh orang-orang musyrik. Padahal, dia tahu betul bahwa taruhannya adalah nyawa.

Kedua, kisah Asma binti Abi Bakar R.A. yang harus berjalan sendirian pada hari yang gelap untuk menghindari pengamatan orang-orang Quraisy. Dia pun beresiko tertangkap orang-orang Quraisy yang selalu memburu Rasul dan sahabatnya. Namun, demi kebenaran, keyakinan, dan keselamatan Rasulullah, ia lakukan pekerjaan yang sarat resiko. Bahkan, ketika Rasul dan Abu Bakar membutuhkan dua tali pengikat, ia merelakan sebagian dari selendangnya untuk dibelah menjadi dua bagian agar bisa dipakai sebagai tali oleh Rasul.

Ketiga, kisah Abdullah bin Abu Bakar yang mondar-mandir antara gua Tsur dan Mekkah mencari berita dan mengikuti perkembangan, kemudian melaporkannya kepada Nabi dan ayahnya, Rasul dan Abu Bakar tetap mengetahui secara persis apa yang terjadi di sekelilingnya, meski berada di persembunyian. Abdullah ibarat surat kabar atau media online yang terus di-update secara intens, sehingga strategi Rasul tidak pernah meleset atau salah, sebab data yang didapat selalu akurat.

Keempat, kisah Amir bin Fahirah, pembantu Abu Bakar. Setiap hari dia harus membawa kambing-kambing piaraannya ke arah bukit Tsur guna menghapus jejak-jejak kaki Asma dan Abdullah ketika mereka pergi ke gua Tsur atau ketika mereka pulang kembali dari sana.

Ya, ya, ya, beberapa contoh keteladanan seperti kepingan puzzle dalam sebuah mozaik peradaban yang membuat nurani kita makin tersentuh dan terharu.

Situasi semacam itu sungguh kontras dengan situasi Indonesia kontemporer. Yang terjadi, bukannya semangat mengorbankan jabatan atau harta benda demi menegakkan kebenaran dan keadilan, melainkan sebaliknya. Tidak sedikit orang yang justru mengorbankan kebenaran demi mendapatkan jabatan dan harta.

Namun, sungguh, kebenaran itu tidak akan pernah bisa mati! Nah, selamat menyongsong Tahun Baru 1431 Hijrah, semoga kita benar-benar bisa berhijrah secara kultural dan spiritual, hingga akhirnya bisa melaju di tengah jalan tol peradaban dunia yang lebih bermoral, beradab, dan bermartabat. **

No Comments

  1. salam pak guru, mungkin sekarang lagi sibuk ujian akhir sekolah juga ya…:-)
    semoga semangat tahun baru Hijriah ini membawa kita bertransofrmasi diri dari sukma zhulmani (jiwa yang gelap) menuju sukma nurani (jiwa yang terang benderang) ..ammin
    hijrah adalah momentum perubahan diri, keluarga dan bangsa menuju manusia seutuhnya secara intelektual, emosional dan spiritual..
    .-= Baca juga tulisan terbaru pensiun kaya berjudul "Compound Interest: Rahasia Pensiun Kaya!" =-.

  2. Menjelang tahun baru ini kita dihindagkan dengan fenomena kemasyarakatan yang membuat kita menjadi lebih bijak. Selamat tahun baru Hijriyah, semoga tahun depan menjadi hari yang leih baik daripada tahun yang sudah lewat.
    .-= Baca juga tulisan terbaru mandor tempe berjudul "ESD (part II)" =-.

  3. Saat ini kalau ditunjuk untuk menjadi ketua RT banyak yg nolak pak, mungkin karena tidak ada bayarannya, tapi kalu untuk setingkat ketua daerah dan sebaginya, malah berebut. Jadi mungkin banyak yang kehilangan semangat untuk jihad, tapi yang ada semangat untuk uang 😉

  4. saya sangat setuju kalimat “bahwa tidak selamanya arogansi dan sikap takabur akan mampu membuat rakyat kecil kehilangan nyali”
    sehingga sang penguasa tdk semakin arogan..
    pakabar pak sawali?

    salam, ^_^
    .-= Baca juga tulisan terbaru Didien® berjudul "Mahalnya Harga Keadilan" =-.

  5. Pak Sawali, saya suka perumpamaan gajah vs semut untuk menganalogikan kondisi Prita vs RS Omni.

    Bagi saya, hasil kegiatan pengumpulan koin yang semalam kabarnya sudah tembus setengah milyar itu sangat mengagumkan karena membuktikan bahwa “rakyat bersatu tak bisa dikalahkan”

    Energi positif ini sebenarnya bisa dijadikan sebagai sebuah contoh metode pembangunan kolektif dari masyarakat ya…

    Kalau tau begini, sebenarnya dari dulu, selama kita bersatu, kita bisa jadi semakin besar.
    .-= Baca juga tulisan terbaru DV berjudul "Perlengkapan Musim Panas" =-.

  6. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tibalah kita di tahun baru.
    Wong Jalur mengucapkan selamat Tahun Baru 1 Muharram 1431H.
    Mari kita berhusabah, dan menghadapi tahun baru ini dengan senyuman dan penuh OPTIMIS.
    Kita realisasikan mimpi dan cita-cita kita, serta kita perbaiki kekurangan-kekurangan di tahun lalu.
    Salam Hangat selalu dari Banyuasin, SumSel.
    Muhammad Ni’am.@};-
    .-= Baca juga tulisan terbaru Wong Jalur berjudul "1 Muharram (Sebuah Catatan Kecil)" =-.

  7. fitrah manusia pasti mencari kebenaran.
    kezaliman, kelaliman pasti akan terkalahkan, asal kita berpegang teguh untuk terus mencari keadilan dan kebenaran sejati

  8. Selamat tahun baru Hijriah juga pak Sawali, ya, semoga saja contoh keteladanan di atas akan tetap bisa kita aplikasikan dalam kehidupan,
    walaupun tahun berganti tahun telah kita lewati dan saya sangat setuju bahwa kebenaran hakiki itu tak akan pernah mati…:)

  9. :)SElamat Tahun baru hijriyah pak wsawali…
    SALAM KENAL>>>>>>>
    :d

    Oh ya,,,,,kok postingannya persis seperti puisi saya ttg gajah dan semutttttt???HIHIHI>>>>>>>

    Pak, kapan2 bertkunjung ke site jelek saya yuk,,maaf ya kalau isinya ga menarik, maklum masih bocah kemarin sore
    http://www.cosmorary.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *