Santhet
Kang Jolodot marah besar. Darahnya berdesir deras. Kabut duka menyumbat dadanya.
“Pasti ada yang nggak beres!” berangnya menyaksikan ayam jagonya dihantam telak lawannya. “Jagoku ini sudah tiga kali jawara! Mustahil, mustahil!” pekiknya. Kang Jolodot menjadi gusar. Batinnya menerawang jauh. Tenggorokannya panas. Sementara matahari membakar bumi dengan dahsayt. Menambah beban arena semkin panas. Penonton sabung ayam jingkrak-jingkrak tanpa irama. Rasanya Kang Jolodot ingin menyumbat mulut mereka. Namun, kini benar-benar terpjok. Merasa asing.