Depdiknas telah meluncurkan Buku Sekolah Elektronik (BSE). Ada dua fasilitas yang disediakan dalam website tersebut, yakni Download dan Baca Online. Menurut Mendiknas, Bambang Sudibyo, masyarakat luas dapat mengakses secara gratis buku dalam bentuk elektronik atau ebook melalui website Depdiknas. Guru, murid, pemerintah daerah, ataupun pengusaha diperkenankan untuk mengunduh, meng-copy, mencetak, menggandakan, bahkan sampai memperdagangkannya. Buku yang diterbitkan secara online tersebut, menurut Mendiknas, merupakan buku-buku yang telah dibeli hak ciptanya oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang telah dinilai kelayakannya oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pemerintah menargetkan untuk membeli sebanyak 200 hak cipta buku pada Agustus 2008.
Di tengah wacana pembelajaran elektronik yang kini tengah hangat diperbincangkan, langkah Depdiknas lewat BSE-nya memang bisa dibilang sebagai terobosan yang jitu dan visioner. Melalui BSE, masyarakat luas yang memiliki fasilisitas internet dapat mengunduh dan membaca buku-buku teks, mulai jenjang SD hingga SMA/SMK, secara gratis. Bahkan, mereka yang memiliki naluri bisnis, bisa memanfaatkan fasilitas tersebut jadi memiliki nilai jual.
Di tengah mahalnya harga buku yang dinilai memberatkan orang tua/wali murid, BSE bisa dianggap sebagai upaya untuk menyiasati kegelisahan orang tua. Bayangkan saja, di SMP ada sekitar 12 mata pelajaran. Kalau harga sebuah buku, misalnya Rp30.000,00, praktis setiap awal tahun pelajaran orang tua mesti mengeluarkan uang dari koceknya sebesar Rp360.000,00. Itu baru alokasi dana untuk membeli buku, belum terhitung pengeluaran untuk membayar SPP, seragam, atau keperluan sekolah yang lain. Memang, selama ini pemerintah telah memberikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Namun, tak sedikit sekolah yang masih tetap memungut biaya dengan dalih macam-macam. Begitulah kenyataan “pendidikan biaya tinggi” yang mesti dihadapi oleh orang tua.
Dari sisi ini, kehadiran BSE bisa dianggap sebagai upaya untuk meringankan beban orang tua dalam memenuhi kebutuhan buku teks untuk putra-putrinya. Yang jadi persoalan adalah, sudahkah penyediaan fasilitas elektronik semacam itu diimbangi dengan intensifnya sosialisasi dan pelatihan bagi para guru dan siswa?
Kita harus jujur mengakui, kesenjangan desa-kota selama ini masih sangat lebar. Bagi sekolah-sekolah yang berada di daerah perkotaan yang sudah demikian akrab dan mudah dalam mengakses internet, kehadiran BSE jelas akan memberikan dampak positif dalam mendukung kegiatan pembelajaran. Di bawah bimbingan guru, para siswa bisa diajak bersama-sama untuk mempelajari buku secara online, membahas dan mendalaminya secara bersama-sama, melakukan diskusi secara dialogis dan interaktif, sehingga atmosfer pembelajaran pun menjadi lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Namun, bagaimana halnya dengan sekolah-sekolah pinggiran yang masih jauh dari sentuhan internet? Alih-alih koneksi internet, perangkat komputer saja masih banyak yang belum memilikinya. Sekolah-sekolah pinggiran semacam itulah yang perlu mendapatkan perhatian dan subsidi lebih optimal untuk mengatasi lebarnya kesenjangan desa-kota. Selain itu, website BSE juga belum didukung dengan software yang praktis dan memudahkan bagi publik dalam mengaksesnya. Proses download dan membaca online-nya tergolong berat. Dengan menggunakan software adobe flash player, akses terhadap BSE cenderung melelahkan dan memboroskan bandwith. Memang tampilannya menarik dan interaktif. Namun, hal itu tak akan manfaatnya jika masyarakat luas mengalami hambatan teknis dalam mengaksesnya.
Di tengah peradaban global, memang sudah saatnya sekolah mulai melirik pembelajaran elektronik sebagai upaya untuk melahirkan generasi-generasi masa depan yang tidak “gagap” teknologi; generasi yang mampu berpikir global dan bertindak lokal. Untuk itu, perlu ada sosialisasi dan pelatihan secara intensif tentang pembelajaran berbasis Teknologi dan Informasi (TI) kepada para guru agar mampu memanfaatkan media tersebut secara kreatif dan inovatif. Mudah-mudahan kehadiran BSE menjadi awal yang bagus dalam mempersiapkan generasi masa depan yang cerdas, terampil, kreatif, dan beradab, lewat sentuhan teknologi elektronika yang mencerahkan. ***
Saya pikir bukan langkah jelek. Malah bagus.
Tapi untuk sekolah pinggiran (pelosok), belum bisa diaplikasikan dalam waktu singkat. Susah.
Kalaupun diterapkan Harga Eceran Tertinggi, semisal buku itu dicetak oleh Pemda, atau apalah…. Siapa yang bisa menjamin harga benar-benar di level HET itu. BBM saja buktinya, siapa yang bisa ngatur HET. Gak berfungsi itu di lapangan.. Masih banyak yang nakal dan suka kongkalikong
Saya lebih suka buku dicetap oleh depdiknas pusat, trus didistribusikan ke seluruh pelosok. Kayak jaman saya masih SD dulu. Tapi e-book juga terus dikembangkan. Mau tidak mau kita harus ke sana juga.
Menurut saya…. walaupun ide Buku Sekolah Elektronik ini adalah positif namun kurang efektif untuk ukuran Indonesia. Karena untuk membacanya kita perlu sebuah alat (notebook atau PDA) yang bagi rata2 orang tua murid di Indonesia belum tentu terjangkau. Kalau di sekolah mungkin ada komputer sekolah, namun kalau di rumah mungkin akan sulit dipelajari karena tidak ada alatnya. Sedangkan kalau di-print menjadi lebih tidak ekonomis daripada buku aslinya.
Menurut saya yang paling penting adalah bagaimana meningkatkan minat baca termasuk minat baca pada buku2 pelajaran secara maksimal, itu saja dulu yang penting untuk kasus Indonesia. 😀
Yari NKs last blog post..“Letters From Iwo Jima” Sebuah Film Perang Dilihat Dari Sudut Pandang “Musuh”
sekarang ini adalah era digital Pak Sawali… 😡
Buku pun harus digital biar ndak nenteng buku berat2… :205
Langkah yang bagus pak, cuma keefektifannya masih perlu diuji. Tak semua orang bisa membaca langsung dari internet, saya masih perlu mencetak untuk hal-hal yang penting. Saya lihat anak sayapun masih demikian….walau dia sudah termasuk pembaca cepat….tetap aja diprint dan biar ngirit maka satu halaman ada 2 (jangan2 nanti malah tambah biaya kacamata?)
Secara paralel, pemerintah juga harus memperbaiki jaringan internet agar mudah terjangkau di seluruh tanah air sampai kepelosok. Namun bagaimana jika listrik mati? Bahkan d Jakarta pun, menurut Kompas, pemadaman akan tetap dilakukan….Pas saya mengajar 40 sesi di Jayapura, nyaris setiap hari mengalami lampu padam…dan saya mengajarnya di emperan yang bisa diterangi matahari…..perlu akrobat agar semua materi dapat diserap, hawa yang panas menyengat, listrik mati, in focus tak berfungsi….hehhe, pengalaman yang mentakjubkan, karena siswanya sangat antusias, dan masih suka berkirim email atau sekedar menyapa di blog ku sampai sekarang.
edratnas last blog post..Kadang-kadang kita perlu bersikap “spontan”
Memang efektif dan bisa memangkas teknis yang tidak praktis selama ini. Namun, sejauh mana bisa digunakan secara massal, kan yang penting itu. Bakal ada revolusi dalam teknis membaca. Sementara budaya membaca anak sekolah di Indonesia saat ini? Hmm-hmm-hmm.
Selamat pagi pak (di tempat saya skr msh pagi 🙂 ) wah.. tampilan themes barunya dengan dominasi warna putih, kerasa lebih ringan niyy 😡
soal e-book buat anak sekolah tentunya ini bagus banget dan memang harus dikembangkan. dan betul saja masalahnya terletak pada sekolah2 di ‘daerah pinggiran’ yang tergolong kesulitan mendapatkan akses tsb dibanding dengan sekolah2 yang berada di ‘daerah maju’.
Jika fasilitas ini tidak merata hingga ke daerah2, maka sisi kurang dari program ini adalah makin jauh saja kualitas belajar siswa-siswi yg sulit mendapatkan akses ini (e-book). Skr saja sekolah2 yg berada di daerah malah akan mengusulkan untuk tidak diberlakukan lagi UAN untuk tahun depan (terkait dengan jumlah ketidaklulusan siswa), karena masalah perbedaan materi belajar, fasilitas pendidikan, juga perbedaan kualitas guru yang disebut-sebut. 8)
Tapi sisi baiknya harusnya hal ini bisa memacu bapak/ibu guru yg mengajar di ‘daerah’ untuk bisa lebih kreatif dan menyiasati hal ini (bagaimanapun caranya memanfaatkan fasilitas pemerintah) agar metode belajar tetap merata, seimbang, dan tidak jauh tertinggal, karena masyarakat kita terus menuju pada kemajuan.
Semoga dunia pendidikan Indonesia semakin maju! hidup Buku Sekolah Elektronik 🙄
Indonesia ini kok sepertinya cuma ingin tampil “oke” ya di mata dunia, padahal kita akui saja secara jujur bahwa masih banyak ketimpangan disana-sini. Jujur, saya mungkin satu2nya manusia Indonesia yang paling miris, jengah dan pesimis setiap melihat pemerintah melakukan hal2 yg diklaim sebagai terobosan atau revolusi untuk progresivitas bangsa. Padahal jika kita menggunakan cara yang umum, alias buku fisik, itu lebih baik dan lebih ideal.
.
Jika Indonesia mampu membangun perpustakaan sekelas Library of Congress, silakan canangkan program e-book!
.
Mohon Pak Sawali sampaikan kegeraman saya ini kepada Pak Mendiknas itu.
Salam,
Arisss last blog post..Kenyang; Refleksi Hukum Gossen & Pola Makan Rasulullah
Langkah dan gebrakan yang bagus memang pak.Jadi bisa blog dan d/l tentunya Ebook trsu di print dech ..itung2 optimasi dana biar nggak keluar2 banyak 🙂
Tapi kadang “beberapa “sekolah “meng”haruskan beli buku dari sekolah.itu kadang yg sering saya temukan.
coz…Themenya seger banget pak..jadi pingin themes juga 😀
Diahs last blog post..Resep Roti Unyil Nan Mungil
Ane dukung kebijakan pemerintah soal buku elektronik ini… faling tidak, hal ini diharafkan dapat menekan harga buku. buat daerah yang belum terjangkau internet, desak pemerintah sufaya juga menyediakan fasilitas internet beserta jaringannya… :112
Cabe Rawits last blog post..Setelah Koma Panjang…
Terobosan 3 langkah lebih maju! Namun masih ada 2 langkah yg belum dirampungkan, yaitu: 1) Apakah orang tua atau sekolah mampu untuk menyediakan hardware-nya? Baik komputer maupun laptop/PDA. 2) Bagaimana dengan infrastruktur seperti listrik/PLN, sinyal, dsb. Mengingat banyak sekolah di pelosok hutan papua atau kampung laut, kan tidak adil kalau mereka tidak bisa menikmatinya. 😕 😕 🙄
laporans last blog post..Teori Paling Dibenci Tapi Rindu
Saya kok meragukan solusi ini yah….
Bagi saya solusi terbaik namun tersulit untuk memberikan bantuan buku adalah membuat murah atau bahkan menggratiskan buku itu sendiri.
Seorang Bambang Sudibyo yang menteri itu harusnya mengerti berapa persen siswa KURANG MAMPU yang MAMPU mengakses internet dan sebaliknya, berapa siswa MAMPU yang TIDAK MAMPU membeli buku?
Solusi-solusi seperti malah terkesan sebagai proyek jumawa yang membuat orang berpikir betapa canggihnya kita…
Padahal sebenarnya apa yang memang demikian adanya?
Pripun, Pak Guru ?
Donny Verdians last blog post..Kisah EMEIL dan EMAIL yang Ber WWW
Langkah yang bagus sih dan setuju dengan usulan pak Suhadi. Sebaiknya, yang mempunyai hak untuk mencetak adalah depdiknas pusat atau kembalikan ke penerbitnya tapi dengan ketetapan harga yang ditentukan dari diknas pusat (setelah dibeli pemerintah). Selain itu perlu diperhatikan kondisi infrastruktur untuk sekolah-sekolah yang ada di pelosok.
enggars last blog post..Veni Vidi Vici
Ntar gurunya suruh download, terus diprint, dikopi rame-rame. Siswa cukup mbayar ongkos potokopi, atau sukur-sukur bisa ditutup dari dana lain. Eh, internet sekarang sudah ada di semua sekolah ya Ki?
Nayantakas last blog post..Gendhel
Guru gapnet, kelaut aja ya pak.
ubadbmarkos last blog post..TERNYATA ADA YANG LEBIH NIKMAT DARI SENGGAMA
Bagus tapi tidak serta merta dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa. Saya pernah unduh, sebagaian besar jumlah halamannya nyampai 150-200 an. Fotocopy perlembar Rp 150,00 berarti 200 hal kali Rp 150,00 =Rp 30.000 :oke
Kalau mau bicara harga, modul lebih murah. Tapi mungkin buku itu bisa untuk pegangan guru dan sebagian siswa tertentu. Belum berbicara di sekolah yang nun jauhhhh….di pegunungan luar Jawa sana. Konon mau ke sekolah aja harus jalan kaki selama 2 jam lebih.
Nampaknya fasilitas internet masih barang langka. :112
Lagi-lagi masih terjadi kesenjangan….
Anehnya dalam penilaian akhir kok diseragamkan..
Halah…
Kepriwey?? :411
Deni Kurniawan As’aris last blog post..LOMBA BLOG KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN INDONESIA BALAI BAHASA BANDUNG 2008
Buku Sekolah Elektronik (BSE)? Bagus. Sudah saatnya sekolah saling berpacu mencari informasi dengan harga murah tentunya. Dan bagi sekolah yang belum punya internet (apalagi komputer) biar termotivasi untuk memiliki
Zulmasris last blog post..edi irawan
Ah, akhirnya nongol lagi.
Ternyata setelah sekian lama tak berkunjung kesini, tulisan2 pak sawali semakin kritis aja nih.
Itulah teknologi pak, punya kekurangan dan kelebihan. Dan meskipun sekarang saya sudah duduk dibangku kuliah, tapi saya sangat senang dengan adanya BSE ini. Mudah-mudahan dengan adanya BSE para siswa lebih mengenal jauh tentang tata cara penggunaan internet, dan siapa tahu aja mereka juga tertarik untuk ngeBlog, bener gak pak?
bse ini gud idea banget.
bisa membuka pintu teknologi ke daerah2 di indonesia.
bayus last blog post..Download dengan uTorrent (Micro Torrent)
utk sekolah yg sudah ada perangkat komputer lengkap, masih ada guru2 n siswa2 yg blm sanggup memanfaatkan kemudahan IT…
mari saling berbagi utk perbaikan pendidikan Indonesia :112
sialnya, mas….
blm semua orang bisa ngebuka and ngoprek2 buku elektronik itu… ➡
okta sihotangs last blog post..Jelas Sudah … ASTRA (2)
ya, kesenjangan desa kota masih terasa lebar… belum lagi jika dihitung dengan kalkulasi ekonommi rakyat, antara beli buku langsung yg mungkin ada di kisaran 36rb-50rb sementara utk akses online dan download paling tidak 10rb kemudia untuk print outnya gimana? dibaca di monitor? listriknya? dicetak? berapa tinta dan kertasnya? hehehehehehe…. bukan itu maksud saya pak.. itu cuman guyon… yg penting terobosannya dah bagus banget deh! hanya mungkin perlu menggratiskan akses internet.. insya Allah menjaidkan BSE bisa murah.. Amin
Buku Sekolah Elektronik…
Tergantung dari sudut pandang mana kita nglongoknya.
Kalau mau cari positifnya:
1. gratis (Rp. 0,00 dari menit pertama sampai ndower)
2. modern
3. bersih
4. abang-ijo.
Kalau mau cari negatifnya:
1. Harus ada listrik atawa genset
2. Harus punya komputer online (atau punya uang buat ke warnet),
3. Harus punya piranti penyimpan, punya piranti pencetak (penyetak???)
Sampai disini saya mau tanya dulu ke Pak Sawali, yang bener “pencetak” apa “penyetak” Pak ???
Tak semua harus teknologi modernlah, tapi sebagai alternatif ya boleh juga. Dene downloade kewer2 alias nggremet yo nasib.
marsudiyantos last blog post..
Salam
OOT dulu ya Pak Dhe: Huhuhu.. Pak Dhe saya suka bangget theme disainnya, simple tapi sangat menarik…
Back to the topik:
Senada dengan komen2 yang sudah2, wah alhamdulillah ini terobosan sangat spektakuler salah satunya bisa memacu kalangan dunia pendidikkan baik dari murid, guru atau bahkan kalangan awam misalnya para orangtua murid sendiri, untuk lebih melek teknologi informasi khususnya penggunaan internet, tapi di sekolah2 yang minim fasilitas dan tak ada networknya mungkin hal ini masih sebatas angan he..he.. ya semoga dapat tersosialisasikan dengan baik, thus bisa juga ladang bisnis baru.. buat jualan buku.. dengan mengunduh, mengcover seadanya mungkin, kan yang penting isi dan kontennnya, betul ga Pak Dhe??
OOT lagi: Final jagoin mana Pak Dhe, German or Spain???
nenyoks last blog post..Skenario Kenaikan BBM 2009
Ide cerdas, perbuatan bagus, langkah futuristik … tetapi tanpa memahami kondisi obyektif. Itulah bodohnya Depdiknas, apa ngak punya peta kondisi obyektif pendidikan ya? Berapa orang sih yang bisa mengakses? Apakah ini tidak berpihak pada yang berpunya? Coba sesekali pakai fasilitas internet jardiknas yang bak kura-kura, dan ada berapa sekolah yang terkoneksi. Apa ngak paham sih peralatan IT di sekolah-sekolah Indonesia begitu payah? Kenapa tidak disiapkan alatnya, orangnya, dan seterusnya. Saya cemas, bangun gedung sekolah bak SD Impres dulu terulang dalam bentuk lain. Kapan ya pendidikan ditangani secara holistik, komprehensif? Indonesia, Indonesia.
Ersis Warmansyah Abbass last blog post..Membaca Tulisan
ya mayan lah lebih canggih githu 😀
Great job from diknas 😛
semoga bisa konsisten dan berkembang lagi content2nya 😯
Ya, setelah ada bantuan kompor dan gas untuk warga miskin, semoga pemerintah selanjutnya mau memberi bantuan perangkat komputer / laptop..
Serta jangan lupa menurunkan “harga” internet.. 😀
Lha njenengan pripun, Pak? Murid-muridnya sudah diajari ngeblog belum? 😛
wah tugas pak sawali sebagai guru bahasa dan sastra tampaknya makin berat. Bagaimana makin menggiatkan murid2 nya untuk suka dan gemar membaca.
*untungnya anakku ketularan gemar membaca karena sering melihat ibunya membaca buku hhehe*
Maju terus pendidikan Indonesia
karena dengan pendidikanlah Indonesia bisa berjaya :112
achoey sang khilafs last blog post..Diorama Dua Hati (cerita fiksi bersambung, mungkin tamat)
Langkah positif dari pemerintah yang mesti didukung dengan memberikan kontribusi dalam bentuk tulisan, kritikan, ataupun sumbangan buku pelajaran dari para guru, penulis, dosen, dan profesi sejenis. Salut Pak Sawali. Thanks infonya.
Rafki RSs last blog post..Tips Update Antivirus : Avira Antivir
Tes Pak. Kenapa ya nggak bisa nulis komen.
Ah, ternyata comment luv nya mesti didisable dulu. Informasi yang mantap Pak. Sudah seharusnya kita mengapresiasi langkah-langkah pemerintah ini dengan memberi sumbangan ebook yang berguna.
Seperti biasa, pemerintah tidak memberikan waktu yang cukup bagi masyarakat untuk mempersiapkan dan menyesuaikan diri. Di kota pun masih banyak anggota masyarakat yang “buta” internet; sehingga ada kemungkinan ongkos belajar mendownload akan lebih mahal ketimbang harga buku konvensional.
Jadi, apanya yang bersifat terobosan ?
Kecanggihan internet bukanlah rahmat bagi rakyat yang gagap, tapi menjadi siksaan baru karena bersifat terpaksa. Entah kapan pemerintah bikin kebijakan yang tidak memusingkan rakyat… :DD
Raja Hutas last blog post..Piala Eropa di Layar TV Kita : Norak !
ya, saya sangat setuju dengan pendapat raja huta.
Pemerintah.. lagi dan lagi, menggunakan dasar pembanding sekolah-sekolah yang sudah melek teknologi. Sementara adalah kenyataan, lebih dari setengah sekolah di negeri ini masih belum memiliki fasilitas yang memadai, jangankan teknologi, memadai pun tidak. :DD :DD
Sebuah jurang yang masih terlalu lebar, untuk menjadikan BSE sebagai terobosan, atau selusi terhadap peningkatan mutu pendidikan. 🙁
Tapi bagaimanapun, idenya lumayan bagus dan berorientasi ke depan.
Yah mungkin 5 atau 10 tahun lagi :acc , BSE memang benar-benar menjadi terobosan yang membantu bagi SEMUA :112 :112
lainsijis last blog post..Serdadu-serdadu rakyat
lalu apakah ada pemaksaan kepada siswa untuk harus memiliki buku pegangan? Kasus seperti inilah yang harus diberantas dan yang paling penting dari keberadaan ini adalah Indonesia harus meningkatkan akses internet dimasyarakat dan menurunkan harganya sekalian.
quelopis last blog post..Google tidak suka blog kamu
Alhamdulillah, saya sudah bisa men-Down Load dengan lancar.
Tetapi sayang saya baru bisa men-Download hanya sebagian saja.
Anak saya baru mau masuk SMP kelas 1 (satu). Saya baru bisa men-DownLoad buku Bahasa indonesia untuk kelas satu saja, sedang yang lainnya seperti Matematika, IPA, IPS dan yang lainnya untuk SMP kelas satu belum ada. Apakah baru itu yang ada untuk SMP kelas satu?
Terima kasaih pak Menteri.
yang paling baru, nintendo ngeluarin buku resep elektronik yang bentuknya kayak nintendo DS
fennys last blog post..Roy Suryo again?
Seandainya yang kertas bisa semurah yang elektronik. Soalnya buku elektronik belum membudaya di Indonesia. Saya saja yang sudah lama kenal internet masih lebih nyaman kalo paper yang saya dapat diprint terlebih dahulu
ada positif dan negatifnya mengenai e-book. tapi bukannya e-book ini bisa dibajak? tinggal copy paste… :411
Saya kira kita harus mengapresiasi terobosan Depdiknas dalam membuat BSE ini. Saya pernah menyinggung soal Depdiknas yang membeli hak cipta buku pelajaran ini pada artikel Pak Sawali sebelumnya. Kita tidak usah memperdebatkan masih rendahnya penetrasi PC dan internet tetapi mari kita lihat bahwa Depdiknas telah menyediakan buku gratis untuk kita. Saatnya bagi kita yang memiliki akses internet untuk membantu mereka yang belum punya. Kita qbisa membantu dengan mendownload versi pdf lalu mencetaknya.
Sumbangkan ke sekolah hasil printout supaya bisa diperbanyak melalui fotokopi murah.
Mari kita pandang semuanya dari sisi yang positif. Dengan adanya BSE, terbuka ladang amal bagi kita.
Mau?
arifs last blog post..Musyawarah Nasional Ikatan Alumni SMA Taruna Nusantara Tahun 2008
pak ni desing nya mantaff kapan kapan mau dunk di ajarin
Seperti Linux.. kan butuh internet yang bagus. Hasilnya?
1. ada mirror server lokal seperti kambing, kebo, komo, kuya.
2. ada yang menjual linux dalam bentuk CD/DVD.. walau kadang2 penjual cd yang sama juga menjual cd bajakan sih.
3. bahkan untuk yang membutuhkan repository dari internet, ada yang bersedia membuat versi DVD dari repo-nya, misalnya yang dilakukan oleh para Juragan.Kambing.ui.edu yang membuat DVD repo Ubuntu.
Jadi kurasa, dari Depdiknas (terutama yang di daerah2) mesti ada yang bersedia membuat mirror untuk daerah atau mengunduhkan dan membuat versi CD-nya. Mungkin juga perlu tawarkan ke warnet-warnet 😛
kunderemps last blog post..Ada yang sudah lihat "video" yang belum diedit?
Kita perlu mengapresiasi kebijakan BSE ini, tetapi pemerintah harus bekerja keras untuk menyediakan infrastruktur yang memadai di sekolah2, terutama di desa2, dan memberikan pelatihan kepada guru2 untuk menggunakan fasilitas ini.
Saya jadi teringat guru saya yang kini masih mengajar di SD.
Ternyata beliau masih belum pede menggunakan komputer.
Padahal sekolah beliau di kota besar lho…
Kalau infrastruktur dan keterampilan ini tidak diperbaiki, maka kesenjangan desa-kota terus berlangsung, malah semakin besar.
Hery Azwans last blog post..Tenabang
Pingback: Buku Sekolah Elektronik: Harapan dan Kenyataan « Hery Azwan
Salut dah ma Pak Guru …
salam kenal Pak Guru..
siap diajarin bikin blog kaya punya Pak Guru..
Sekedar info ..
Bagi yang merasa file bse dari diknas terlalu besar (contoh Matematika SD kelas 2 besarnya 398MB, saya kecilkan jadi 5 MB, tanpa mengurangi isi), bisa coba download dari homepage saya .. http://www.invir.com (Jumlah ebook akan ditambah terus … server diknas sering sibuk, dan ada beberapa file yang tidak bisa didownload) …
Mudah2an homepage saya belum secrowded server diknas ..
Salam ..
Memang dari beberapa komentar yang jadi masalah adalah:
1. Masalah infrastuktur internet
2. masalah Listrik,
3. Masalah daya beli sekolah terhadap peralatan PC dll.
Buku Gratis….
Ide bagus,
Misi bagus,
Tapi ya itu tadi pak…..
Petani Sekolahs last blog post..Menanam Adsense Berbuah 100 dollar
Dear Blogger,
Saat ini tim pengelola BSE.depdiknas.go.id sedang melakukan banyak pengembangan penting mulai dari kecepatan akses, mirror server, dan beberapa hal lainnya. Kami mengharap bantuan anda agar aplikasi ini semakin bermanfaat.
Kritik dan Saran dapat anda disampaikan melalui :
–Kirim Saran [Official] -> http://bse.depdiknas.go.id/?top=3&mn=2
–Kritik dan saran [Blog saya] -> http://galih.net/kritik-saran-bse/
Salam Edukasi.
Galih P.[Tim Pengelola BSE]
hiiiiii, wah bagus bangedh :11 😈 ➡ 😎 🙂
Langkah ini memang merupakan terobosan yang sangat jitu dalm menyikapi perbukuan dalam sekolah, namun hambatan dalam penyampaian ini masih begitu dominan, seperti sulitnya buku-buku tersebut di unduh dikarenakan server dari diknas yang masih belum optimal.
sekedar info, jika ingin mendownload buku secara gratis tapi juga mudah silahkan kunjungi http://www.desainternet.com. Buku-buku didalamnya juga diadopsi dari web dinas pendidikan.
Pingback: e-book depdiknas: download buku pelajaran gratis « cermin sebuah hati
Suatu saat anak sekolah bawa laptop sendiri2
Fikars last blog post..Im Back !
Kualitas BSE, menurutku, masih rendah. lihatlah isi dan pembahasan di setiap buku. Lucu, buku setebal 100 halaman tanpa variasi evaluasi dibeli pemerintah seharga Rp 175.000.000,00. Harga yang sangat mahal. Apakah tidak lebih baik:
1. Pemerintah hanya berfungai sebagai regulator. biarlah guru berfungsi optimal untuk memilih buku2 yang telah dinyatakan lolos BNSP?;
2. Pemerintah memberi perlakuan khusus kepada guru2 agar gemar menulis buku? Coba saja Bapak baca biografi penulis buku ajar : 90% DOSEN. Secara kebahasaan terlalu tinggi sehingga sulit diterapkan untuk tingkat kebahasaan anak. GURULAH YANG PALING TAHU BAHASA ANAK.
3. Salam kenal dari saya, terima kasih…
salam kenal juga, pak johan, makasih banget kunjungan dan komentarnya. mungkin ada juga buku teks yang berkualitas bagus meski persentasenya kecil. saya sepakat banget kalau gurulah yang mestinya diberikan kesempatan dan keleluasaan utk menulis buku teks. selama ini justru mereka yang tak paham dunia siswa yang menulis buku hingga akhirnya buku tersebut tak memberikan pencerahan buat siswa.
Mohon maaf sebelumnya…..saya amat sangat membutuhkan daftar-daftar buku ajar SMPN yang sudah lolos seleksi oleh BSNP atau DEPDIKNAS. Mohon segera dikirim melalui e-mail saya, dan saya sangat mengharapkan hal tersebut. Atas perhatian dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.
@Anto Widyantoro,
pak anto, utk daftar buku ajar SMP yang lolos seleksi bisa dilihat di http://bse.depdiknas.go.id/
Mohon dengan segera, saya sangat membutuhkan daftar-daftar buku ajar Pendidikan Kewarganegaraan kelas VII yang lolos seleksi oleh BSNP atau DEPDIKNAS. Saya mohon dengan sangat kirim melalui e-mail saya anto_antie@yahoo.co.id. terima kasih.
@Anto Widyantoro,
silakan dilihat link pada komen sebelumnya, pak.
UNTUK DI DAERAH TERPENCIL:
yang pasti BSE secara perlahan akan menuntut para guru yang mengajar di daerah terpencil untuk memiliki kemampuan mengakses internet demi kelancaran pendidikan murid2nya,entah dari komputer atau laptop sendiri atau dari warnet yang sudah banyak dimana-mana,bahkan di daerah pinggiran sekalipun.
para guru tersebut juga tidak perlu datang jauh2 dan menghabiskan banyak ongkos perjalanan ke kota hanya untuk mencari buku di toko buku atau memesan pengiriman buku dalam jumlah banyak yang pasti cukup banyak memakan ongkos pengiriman. dia akan selalu bisa up to date dengan buku keluaran terbaru walaupun dia berada di daerah terpencil.
memang guru tersebut sudah pasti harus menghabiskan waktu untuk mendownload materi dan memfotokopinya untuk murid2nya.tapi itu masih lebih baik ketimbang dia harus menghabiskan banyak ongkos perjalanan dan waktu untuk ke kota untuk sekedar melihat buku terbaru di toko buku.
UNTUK DI DAERAH PERKOTAAN:
akan mendorong semangat para murid utk semakin aktif untuk mempelajari teknologi baru,seperti internet.bagi para siswa yang sudah punya laptop atau komputer di rumah dan sudah terbiasa memakainya, hal ini dapat menghemat pengeluaran mereka dalam membeli buku. mereka juga dapat membaca buku itu dimana saja,asalkan tersedia komputer atau laptop dan akses internet atau hotspot.
mungkin itu saja yang kira2 bisa saya pikirkan tentang BSE..:)
@Teguh Adimarta,
ya, pak teguh semoga memang demikian. melalui BSE, guru2 diharapkan makin kreatif dan inovatif dalam mendesain pembelajaran dg memanfaatkan media berbasis ICT.
terobosan adalah sebuah kategori perubahan……….. perubahan yang konstruktif akan lebih berdaya gunna dan kompetitif,semoga anak-anak didik kita ke depan akan lebih comprehenship di dalam memandang persoalan
amiiin, kita semua memang berharap demikian, pak. sayangnya, belum semua sekolah memiliki koneksi internet yang bagus sehingga belum bisa memanfaatkan BSE itu.
bagaimana cara mengakses bse…?
langsung saja ke websitenya, mbak arny.
yach bagus juga sih, walau bagaimana jamn memang menuju ke era tehnologi, tapi yang namanya buku daerah sperti bahasa sunda untuk BSE masih belum nemu tuh …
hmm… utk bahasa daerah yang jadi mata pelajaran muatan lokal (Mulok) agaknya diserahkan kepada setiap daerah. jadi, tidak di-BSE-kan.
halo pak sawali yang energik dan simpatik
saya sedang nulis buku ajar PKn SMP kelas VII, VIII, dan IX , gimana caranya mendaftarkan ke BSNP, makasih…
wah, coba cari saja infonya ke situs http://www.bsnp-indonesia.org.
good luck/….!!!