Usai sudah ritual Lebaran itu. Yang sempat mudik, pasti sudah bertemu dan bersilaturahmi dengan saudara dan sanak-kerabatnya di kampung halaman. Rasa rindu yang selama ini menggumpal di dada tertumpahkan sudah. Ada selingan pesta kecil, canda, dan tawa; berkumpul bersama dengan orang tua dan sanak-kerabat dalam suasana yang sarat sentuhan nilai keakraban dan persaudaraan. Selalu saja ada romantisme masa silam yang hadir di balik ritual Lebaran itu. Masa lalu yang khas anak-anak kembali terbentang dalam layar memori kita. Seringkali sebuah pertanyaan sentimentil pun menggoda nurani kita. “Benarkah masa kecil saya dulu ada di sini?” Aha …, sebuah pertanyaan yang terkesan cengeng, tapi seringkali kita tak punya kesanggupan untuk menolaknya.
Namun, ritual Lebaran juga tak sebatas meninabobokan kita ke dalam bentangan romantisme masa silam semata. Ada nilai-nilai kekerabatan hakiki yang perlu terus digali dan ditumbuhsuburkan. Ini artinya, Lebaran juga bisa dimanfaatkan sebagai momentum untuk menanamkan nilai-nilai silaturahmi kepada anak-anak kita. Bagaimana kita mesti bersikap kepada kedua orang tua, sanak-kerabat, tetangga, atau handai taulan, merupakan wujud pendidikan nyata yang bisa langsung diteladani dan diterapkan oleh anak-anak kita.
Apa yang akan terjadi kalau anak-anak tak pernah kita pertemukan dengan orang tua yang sekaligus juga kakek-nenek anak-anak kita? Apa juga yang akan terjadi kalau anak-anak tak pernah kita pertemukan dengan sanak-kerabat dan handai taulan?
Tak salah kalau ada yang mengatakan bahwa hidup itu ibarat “mampir ngombe” (mampir minum) dalam sebuah pengembaraan yang jauh. Hidup kita konon begitu singkat untuk selanjutnya mesti melanjutkan perjalanan panjang hingga menggapai batas-batas “misteri” yang telah ditentukan oleh Sang Maha Berkehendak. Dalam pemahaman awam saya, sungguh tidak menguntungkan kalau dalam hidup yang begitu singkat itu kita gagal menghidupkan tali silaturahmi sebagai salah satu akar kekerabatan yang perlu terus dijaga dan diabadikan.
Seiring dengan bertambahnya (atau berkurang?) usia, anak-anak juga memiliki dunianya sendiri. Kelak, mereka juga akan jadi orang tua seperti kita. Alangkah tidak nyamannya kalau dalam situasi seperti itu, tali persaudaraan dalam hubungan kekerabatan tiba-tiba tak lagi dapat tersambung akibat kelalaian kita dalam mempertautkan tali kekerabatan. Lebaran idealnya memang perlu dijadikan sebagai momentum untuk menghidupkan tali kekerabatan itu. Lebih-lebih berdasarkan kacamata religi, silaturahmi tak hanya sebatas mengadakan pertemuan keluarga untuk selanjutnya saling mengenal hubungan kekerabatan, seperti kakek, paman, bibi, atau keponakan. Akan tetapi, juga bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai akhlak dan budi pekerti. Dalam konteks demikian, sangat beralasan kalau banyak orang yang rela berpayah-payah diri melakukan mudik Lebaran dengan membawa “pasukan anak-anak” ke kampung halaman demi mempertautkan tali silaturahmi dan kekerabatan itu. Bagaimana dengan Sampeyan?***
Keterangan: Gambar diambil dari sini.
Hihi… Bapak…
kalo saya ada crita yang selalu diceritakan oleh ortu jika berkumnpul dengan saudara setiap lebaran…
pertama : mandi rinso ingin jadi putih…
kedua : jalan-jalan ke kebun binatang dan ditanya, kamu mau lihat apa? saya jawab ‘mau lihat ayam…’
dan setiap orang tertawa… ke kebun binatang kopk lihat ayam… didepan rumah juga ada… setipa tahun selalu diceritakan… namu setiap tahun selalu tertawa… dan saya senang mereka diusianya bisa menertawakan saya yang akan selalu jadi anak kecil…
hehe… senang jadi anak kecil… walaupun saya ingin selalu jadi anak kecil bagi diri saya sendiri, bukan orang lain… Biarlah setidaknya setiap orang ceria setiap kali lebaran karena cerita itu :d
kalau saja waktu bisa diputar mundur, inginnya saya jadi anak2 terus, mas satria, hehehe …. sama dong, lebih2 saat lebaran.
:d pengin jadi anak2 terutama karena anak2 gak takut salah…
gak takut gagal…
gak takut dibilang bodoh saat belajar…
gak putus asa ketika belum berhasil…
anak2 melihat semuanya bisa dipelajari…
ingin mencoba dan terus penasaran 🙂
hehe….
senang bisa ketemu bapak di dunia blog :d
memeng bener, mas satria. anak2 dikenal lugu dan polos, dan yang pasti ndak mungkin bohong, haks. waduh, makasih apresiasinya, saya juga senang bisa bersilaturahmi dg mas satria.
yap satu ilustrasi yang sangat kita harapkan pada saat lebaran kemudian mudik dan bersilaturahmi bertemu dengan saudara di kampung halaman menjabat kembali tangan mereka sebagai sahabat dan keluarga …..tentu itu bagi orang yang terpola dewasa seperti pak Sawali ….karena tak sedikit yang mengkaburkan maknanya sebagai ajang pamer yang tidak jelas hehehehe
tapi ya mungkin itulah lengkapnya hidup ya pak Mungkin Pak Sawali juga melihat hal itu heiiiiik eheheheh saya dan keluarga sebenarnya sangat ingin sekali bersilaturrahmi ke tempat bapak mudah mudahan ada kesempatan untuk datang sekeluarga ke rumah bapak salam dulu dari keluarga kami^:)^
wah, sangat senang rasanya kalau bisa ketemuan di darat dg mas totok dan keluarga. suatu ketika mudah2an bisa terwujud, mas totok.
mengumpulkan modal setaun untuk mudik.. ah itu lumrah…. agenda tahunan macam ini memang memunculkan niat yang hebat dari masing2 individu untuk balik lagi ke kampung halaman…. suasana saat melepas rindu dan kangen itulah yang tidak bisa dinilai dengan uang pak….. mereka rela menempuh perjalanan berhari2 dan menghabiskan banyak biaya ya demi itu…..
betul banget, mas anangku. silaturahmi yang ditempuh dg mudik yang merepotkan agaknya memang tak bisa dinilai dg uang.
kayaknya cuman endonesa yang punya tradisi mudik, pak. tapi di satu sisi saya bangga, karna dengan tradisi mudik itu artinya bangsa kita masih menghargai yang namanya silahturahmi dan berkumpul bersama keluarga besar…. di jaman yang serba digital gini, kekerabatan itu kian jauh dari pribadi. mau gajian aja tinggl transfer, kangen dikit tinggal telpon/chatting. wah semua ngandelin yang serba otomatis. berbahagialah bagi yang masih memiliki kemauan untuk berkumpul bersama keluarga, apalagi dibela-belain menempuh jarak yang panjang…
hehehe ,….. bener banget, mbak fenny. semua komunikasi dan interaksi sudah serba digital. tapi dg lebaran, silaturahmi secara langsung bisa terwujud.
sampai saat ini ingatan sy tentang ritual lebaran di tempat saya adalah silaturahmi..
sy terasa masih anak2 ngikut orang tua keliling kampung menemui sanak sodara dan tetangga 🙂
seru bisa makan2 enak….
wah, ternyata sama dg masa kecil saya, mas aRul, seharian muter2 kampung. capek, tapi seneng.
Benar nih Pak Sawali, walaupun tempat tinggal saya sekarang cuma 30 menit perjalanan dari rumah Ortu, tapi saya tetap ikut menikmati ritual mudik walaupun cuma jarak dekat.
Sunggu indah saat-saat berkumpul orang tua, saudara, kerabat, teman dan handai taulan. Mungkin hal ini cuma ada di Indonesia kali ya….
Sekali lagi selamat idul fitri Pak Sawali, kami sekeluarga di Kandangan-Kalsel mengucapkan mohon maaf lahir dan batin.
mungkin benar, pak syam, tradisi dan budaya mudik utk kepentingan silaturahmi hanya ada di Indonesia. dari sisi budaya, agaknya bisa menjadi momen yang strategis utk mempererat nilai kekerabatan dan silaturahmi. makasih ucapan dan salamnya, pak syam. selamat idul fitri juga.
Satu lagi pak, dengan bersilaturahmi dan saling kunjung ke rumah kerabat dan saudara, dapat menyambung dan memperjelas silsilah keluarga, terutama keluarga besar yang sudah malang melintang kemana-mana.
Kemarin, waktu fi berkunjung ke rumah bulek, ada tamu lain yang juga sedang bersilaturahmi, ternyata setelah dirunut asal-usul dari embah kakung sampai mbah buyut masih sodaraan di tanah jawa sono, heu..nambah sodara lagi jadinya :d
nah itu dia, manfaatnya silaturahmi dg sanak kerabat, mbak fifi, hehehe … hubungan kekerabatan jadi kembali terjalin. syukurlah mbak, seneng rasanya kalau bisa kumpul kembali bersama sanak-kerabat.
Buat saya sendiri ritual lebarab belum selesai, Pak Sawali. Sabtu pagi ini masih ada Syawalan Trah Kasmodiryan. Mbah Kasmodiryo adalah mbah buyut saya. Anggota trah sudah hampir 200 orang.
Lalu, Minggu malam besok di rumah mas saya masih ada Syawalan Trah Mbah Demang. Lima generasi di atas saya ada pepundhen yang jadi Demang. Namanya masih jadi perdebatan. Ada yang menamai Ronggowarsito. Ada yang menamai Ranupawiro. Nama diperdebatkan tapi makamnya ada. Makam Mbah Demang dengan kedua istri beliau. Makam yang dicungkup. Nisan dari ketiga makam itu hanya kayu nangka dan tidak diberi tetenger (nama). Dari situlah awal mula perselisihan soal nama.
Saya sendiri menikmati kegiatan syawalan trah karena bisa bertemu dengan keluarga besar yang apabila didatangi satu per satu mungkin waktu seminggu tidak cukup. Kekerabatan dan kekeluargaan memang harus terus dipupuk selain tentunya, kita terus mengembangkan silaturahim untuk menambah kenalan, teman dan sahabat.
wah, pasti ramai, meriah, dan seru acaranya. salut banget dg trah kasmodiryan yang masih memiliki kepedulian tinggi utk membangun trah kekerabatan dari generasi ke generasi. yang pasti, acara semacam itu sangat bermanfaat utk mempererat hubungan kekerabatan keluarga besar almarhum. semoga sukses acaranya, mas arif.
Ya, betul kang Jalinan kekerabatan yang sangat membutuhkan keikhlasan yang benar-benar mendalam. Bagaimana tidak, biaya tidak murah, energi juga tidak sedikit belum lagi berhari-hari untuk sampai tujuan, hanya untuk sebuah kalimat yang ikhlas terucap dengan leleran air mata “Minal aidzin wal faidzin, maaf lahir bathin” atau bahkan yang hanya sampai nama saja sebab sudah terlanjur naik pangkat menjadi “almarhum”. ya kang! sebuah perjuangan yang betul-betul tidak bisa dipandang remeh. ini yang betul-betuk ikhlas lho kang!
beda lagi yang menjadikan lebaran sebagai moment “Pamer” ini lain lagi gak usah di bahas ya Kang! he he
yaps, bener banget, pak didik. banyak orang yang rela berpayah-payah mudik demi menegakkan tali silaturahmi. yang mudik dg maksud utk berpamer diri, jelas tak masuk dalam “kamus” pembahasan ini, hehehe ….
Sama dengan Mas Arul..
Ngikut orang tua silaturahmi ke sanak saudara.. 🙂 makan-makan seruuu.. ~o) =p~ 😡
Pak Sawali ndak mudik ya? kok bisa posting lebih awal?
wah, enak dong pastinya, mas totz. btw, kami sekeluarga mudik selama 3 hari. tiba di kendal kamis sore jam 17.30.
Sebenarnya sih ‘ritual’ mudik berlebaran ya sah2 saja dan bagus2 saja, asal jangan terlalu memaksakan sehingga menyusahkan diri sendiri apalagi menyusahkan orang lain. Dan harus ingat…… ‘ritual’ mudik lebaranan jangan sampai ritual yang sebenarnya yang jauh lebih penting yaitu puasa di bulan Ramadhan. Jangan sampai puasa nggak, tapi mudik lebarannya heboh. Wah, kata orang Belanda, itu sih benar-benar onnozel. Huehehe…. :d
wah, betul juga, bung yari, apalagi kalau mudik hanya dimaksudkan utk pamer kesuksesan, haks, ndak puasa lagi.
Week salah komen sedikit…..
Di sana tertulis:
Seharusnya:
.
Btw… fasilitas edit komennya udah di-remove ya pak? 😀
makasih ralatnya, bung yari. waduh, plugin itu membuat loading blog jadi agak berat, bung. jadi saya lepas saja, hehehe ….
wah….awal mudik sih karna ingin merayakan lebaran..
namun jadi ajang arus kedatangan orang baru kesuatu daerah..
seperti contoh dijakarta, jadi ramai ouy…..
wew… kalau lebaran, jakarta kan malah sepi, mas okta, karena banyak yang mudik. memang iya juga sih, pascalebaran, jakarta kembali dibanjiri para pendatang baru.
Lebaran dan berkumpul bersama keluarga selamanya menyisakan atmosfir romantisme yang menyenangkan. Selalu ada pemaknaan hidup di sana. Namun jika terlalu larut tak kurang bisa melenakan juga.
Sudah tahunan lamanya aku tak pernah lagi meraskan romantisme semacam itu. Berbahagialah yang masih lagi dapat mengecapnya.
(OTT: Pak Sawali yang baik, mohon maaf aku belum lagi dapat membalas e-mail Njenengan. Ada sedikit masalah dengan e-mail pribadiku. Masalah di hosting. Biasa. Nanti coba kujawab melalui e-mail yahoo saja. Sementara itu no hp Njenengan sudah kusimpan. Ribuan terima kasih, Tuan. Salam hangat selalu).
yap, mudah2an saja suatu ketika mas daniel bisa mudik, hehehe … waduh, makasih banget responnya. sukses selalu buat mas daniel.
mohon maaf lahir batin pak sawali.
sama2, mas hendra, maafkan lahir dan batin segala salah dan khilaf saya selama ini.
Sy sekarang mudik. Dan sepertinya bkalan lama dkampung. Malas kembali k kota besar.
wah, semoga makin nyaman lebaran di kampung, mas ardy, hehehe, mumpung masih liburan.
rasanya tulisan pak sawali sudah lengkap sekali, seperti biasa.
mungkin karena terus dilestarikan, silaturrahim dan kekerabatan masyarakat indonesia tetap (lumayan) terjaga hingga kini, bila dibandingkan dengan negara-negara maju yang masyarakatnya sudah sangat hedonis dan individual.
satu keuntungan lagi mungkin, mudik lebaran itu terus mengingatkan diri tentang siapa kita, dari mana asal kita, dan betapa bersyukurnya kita for what we are today.
(duh, bahasanya campur sari)
nah, coba pak sawali cek dulu bagaimana kampung blagu merayakan lebaran di sini.
yaps, sepakat sekali dengan pendapat, mbak yulfi. itulah beberapa nilai positif dari mudik dan lebaran kali, mbak, hehehe … wah, saya dah membaca postingannya. salut. lebaran di masyarakat blagu memang unik dan khas, haks.
pertautan saudara seyogyanya memang harus terus diusahakan, apalagi mumpung orangtua masih ada.
lebaran memang momen yang pas, karena semua punya tujuan yang sama di waktu yang sama.
jadi meski saya ndak sempet, tetep anak dan istri saya usahakan pulang
yaps, begitulah mascayo. lebaran dan mudik bisa menjadi momentum utk merajut tali silaturahmi. sungguh menyenangkan bisa berkumpul bersama dengan sanak-kerabat.
Saya sendiri malah menikmati kesunyian Yogyakarta, pak. Dengan kesulitan mencari warung makan yang buka, tentunya. 😛
wah, ternyata lebaran ketiga belum ada warung buka juga, ya, mas gun. sehari lagi yogya pasti dah rame lagi, mas.
wah saya malah ga jadi pulang ke banjarnegara pak. purwakarta jadi sepi banget :d/
wew… memangnya kenapa, mas iz? dapat job review, yak? hehehe …. tapi nggak apa2 juga kok, kalau sudah longgar waktunya, ada baiknya sempatkan juga untuk mudik ke banjarnegara, haks *sok nasihatin*
sebenarnya sih pak sering pulang ke banjarnegara, tapi pulang saat idul fitri belum pernah. pengen ngerasain suasananya[-( oh job review itu, iya pak, masih sedikit.
wah, baguslah, mas iz. semoga lancar dan sukses!
Kang, maafin kesalahan saya yang suka koment sekenanya di blog bermutu ini …
yap, sama2, mbak rindu, maafkan lahir dan batin juga kesalahan dan kekhilafan saya selama ini. btw, jadi ge-er nih, hanya blog abal2 aja kok, mbak, haks.
saya mudik ke tuban buat mamerin anak saya yang guantueng kayak bapaknya 😀
wakakaka … ayo kalau jujur, nggantengan mana, kyai? aku bisa menebak, bapaknya mesti lewat, dilibas abis sama anaknya, hiks. btw, maafkan segala kesalahan dan kekhilafan saya selama ini, kyai. semoga kita semua bisa kembali ke fitrah-Nya, amiin.
…dan efeknya mangkin susah ajahh menghindari praktek nepotisme :d
Terhitung mulai tahun ini sampe 2 tahun kedepan, saya ndak perlu repot cari tiket pesawat lagee Pak buwat mudik :d/
hehehe …. bisa jadi bener bung serdadu, haks, tapi asalkan masih sesuai dg kemampuan, nepotisme kayaknya masih bisa dimaklumi. wah, syukurlah, bung, sekarang malah bisa lebih dekat dg keluarga.
wah nanti aku kerumah deh mas.., kayanya banyak oleh oleh nih 😀
ah, yang bener, mas jun. sungguh senang rasanya kalau bisa ke rumah beneran.
ngomong-ngomong, pak sawali mudik nggak? atau malah ngota (ke kota)?
Zulmasris last blog post..MALIN KUNDANG
mudik 3 hari, pak, terus pulang bersama keluarga ke kendal. pak zul sendiri gimana? ndak ke padang, ya, pak?
Lebaran benar2 ritual yg luar biasa buatku, pak sawali.
Terutama kalo udah lama banget ga ketemu sanak famili.
Lebaran kemana aja nih pak?
Oya, mohon maaf lahir batin ya pak. Mungkin ada kata atau perbuatan yg kurang berkenan selama ini.
Selamat idul fitri 1429 H
sama2, mbak tini, maafkan lahir dan batin juga kesalahan dan kekhilafan saya selama ini. btw, saya mudik 3 hari ke rumah mbahnya anak2 trus pulang ke kendal, hehehe …
Lebaran benar2 ritual yg luar biasa buatku, pak sawali.
Terutama kalo udah lama banget ga ketemu sanak famili.
Lebaran kemana aja nih pak?
Oya, mohon maaf lahir batin ya pak. Mungkin ada kata atau perbuatan yg kurang berkenan selama ini.
Selamat idul fitri 1429 H.
t i n is last blog post..
kok dobel, mbak. jawabannya idem aja kalo gitu, hehehe ….
aku belum pernah mudik neh…soalna masih dikampung halaman… tapi klu lagi jalan2 pas lebaran gini…serasa jadi kayak orang mudik…. soalna jalanan macet gitu…hehehe….maav lahir batin ia pak sawali…
sama2, mas rizo, maafkan lahir dan batin juga kesalahan dan kekhilafan saya selama ini. wah, kalau tinggal fi kampung sendiri ya mesti mudik ke mana, haks, malah sdh bisa berkumpul keluarga setiap hari.
Yang paling saya suka dari lebaran adalah bisa mudik ke Jogja dan berkumpul dengan semua keluarga. Ibadah puasa terakhir juga jadi lebih bermakna, karena suasana di rumah sangat mendukung 🙂
Selamat Idul Fitri 1429H
Mohon maaf lahir bathin…
septys last blog post..reuni KATY 2001 (Keluarga Alumni Teladan Yogyakarta angkatan 2001)
yaps, bener sekali mbak septy. alangkah senangnya ketika pada akhir ramadhan kita bisa bertemu dan berkumpul dg sanak famili di kampung halaman. btw, selamat idulfitri juga, mbak, mohon maaf lahir dan batin.
moga2 mudik lebaran bisa membawa arti yang penting bagi masing2 pribadi 🙂
Herrys last blog post..Web Hosting On Web Hosting Geeks
amiin, semoga demikian mas herry. makasih doanya.
Kalau saya, pokoknya mohon maaf lahir batin. Terlambaaaaaaaaaaat … soalnya internet ngadat. Maaf ya Pak. Salam dari Kalimantan.
sama2, pak ersis, nggak terlambat kok, kan masih suasana idulfitri. maafkan lahir dan batin juga kesalahan dan kekhilafan saya selama ini, pak.
Selamat Idul Fitri Pak Sawali
Mohon maaf lahir dan bathin
Maaf, terlambat. Soalnya habis mudik juga. 🙂
mezzas last blog post..Sisa Purnama
selamat idul fitri juga, mbak hibah, maafkan lahir dan batin semua kesalahan dan kekhilafan saya selama ini, semoga kita semua bisa kembali kepada fitrah-Nya, amiin. btw, nggak terlambat kok, kan masih suasana idul fitri. btw, mudik di jepara berapa hari, mbak? ramai atau sepi, haks.
BETEWE
TAQABBALALLAHU MINNA WA MINKUM TAQABBAL YA KARIM. MINAL AIDIN WAL FAIZIN. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN YAAAA…. MULAI DARI NOL YA… HE..HE…
amiin, makasih mas encips. maafkan juga semua kesalahan dan kekhilafan saya selama ini.
:(( Saya ga bisa mudik Pak.
mathematicses last blog post..Berbagi Saat Idul Fitri
nggak apa2, pak jupri. mudah2an ada waktu dan kesempatan lain kali.
Benar pak sawali banyak nilai nilai yang tidak bisa dikatakan hanya rutinitas belaka,
Saya malah sekuat tenaga harus bisa mudik,
sangat berkesan dan kadang sangat saya tunggu setiap 1 tahun sekali,
Bahkan waktu saya harus ke surabaya lagi rasanya masih kurang, ingin kembali lagi dan kembali lagi mudik.
sumintar.com
wah, alut juga dg pak sumintar yang masih sangat peduli utk mudik. saya juga berpikiran yang sama dg bapak. kalau ndak mudik saat lebaran rasanya kok gimana gituh *halah*
nda mudik saya tahun ini :((:((:((
nggak apa-apa, mas yhadee, mudah2an ada waktu dan kesempatan lain kali.
sayang bgt taun ini saya nggak bisa mudik 🙁
kuros last blog post..Fall For You – Secondhand Serenade
sedang ada kesibukan ya *mas atau mbak nih* yaps, mudah2an lain kali ada waktu dan kesempatan utk mudik.
Perjalanan hidup manusia memang panjang, Pak.
Hidup di dunia ini memang ibaratnya mampir ngombe.
Jadi hidup di dunia ini sebenarnya hanya sesaat saja.
Ada yang lebih abadi.
Met idul fitri, Pak.
Mohon maaf lahir & batin
sama2, pak edi. maafkan lahir dan batin juga semua kesalahan dan kekhilafan saya selama ini.
Menjaga tali silaturahmi dan mengikis individualisme.
didis last blog post..the_sims_2__bon_voyage_cheats
yaps, setuju banget, mas didi.
minal aidin walfaidzin..
mohon maafkan semua kesalahan ulan ya..
ulans last blog post..maap..
sama2, mbak, maafkan juga salah dan khilaf saya selama ini. sukses selalu buat mbak ulan.
wahh saya jarang mudikk pak,, jadi kurang tau makna nya
wew…. kalau tinggal di kampung sendiri, mesti mudik ke mana, mas zoel? haks ….
wahhh ini ada momentum Mempererat Siraturahmi Dan Menyambung Siraturahmi Yang terputus mas
I LOve Siraturahmi Apa lagi makan2nya banyak 😀
yaps, betul banget, mas maulana. silaturahmi konon bisa memanjangkan umur dan melancarkan rezeki.
Kasihan ya anak-anak yang tinggal bersama ortunya di luar negeri. Ngga ada kenangan tentang kampung halaman. Hiks.
Kalo saya masih ada kenangan naik kerbau, makan dawegan, berenang di kali, dan hal-hal lain yang dikangeni dari kampung. Anak saya gimana ya nanti?
Iwan Awaludins last blog post..Cedera Jiwa
anak2 juga memiliki dunianya sendiri, pak iwan, hiks, mereka pasti juga punya kenangan yang tak kalah menarik meski selama ini tinggal di luar negeri.
mohon maaf lahir dan batin
pengendaras last blog post..belajar berkendara
sama2, mas, maafkan juga salah dan khilaf saya selama ini.
saya malah repot pak, tinggal di luar negeri harus menggilir mudik. (Di Jepang mudik pada saat tahun baru dan OBON 13-14-15 Agustus) Tahun Baru harus di Jepang, padahal maunya Natal di Jakarta. Tapi yang pasti 1 bulan dalam setahun saya ingin anak-anak saya tahu kampung halaman ibunya.
wah, keinginan dan harapan yang bagus itu, bu ikkyu. anak2 memang perlu diperkenalkan dg kampung halaman papa dan mamanya. suks selalu buat bu ikkyu.
minal aidin wal faidzin, maaf lahir dan bathin…
(baru dapat online sekarang pak..)
sama2, mas fey, maafkan juga salah dan khilaf saya selama ini. sukses selalu buat mas fey.
Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Semoga tidak hanya dengan adanya hari raya lebaran saja, kekerabatan bisa terjalin… 🙂
makasih, mas sapimoto, maafkan lahir dan batin juga salah dan khilaf saya. amiin, mudah2an, mas.
saya sih tiap tahun insyaAllah selalu mudik ke Ngawi (mertua) soalnya hari ke2 idul fitri “versi pemerintah” kami selalu reuni keluarga… cuma berangkat/pulangnya itu yang males.. macet jalanan
Mohon maaf lahri bathin ya pak..
salam hangat dari malang 🙂
heris last blog post..Indahnya Idul Fitri: Album SMS Lebaran 1429 H
wah, syukurlh, mas heri. nah itulah dinamikanya mudik, mas. jalanan macet dan berbagai hambatan sering terjadi di jalan. btw, maafkan juga salah dan khilaf saya selama ini, mas.
Biasanya saya mudik ke rumah nenek di Blitar karena keluarga dari ayah termasuk ayah adalah muslim.
Tapi tahun ini tentu ndak bisa karena saya pergi… Semoga tahun-tahun depan bisa 🙂
Donny Verdians last blog post..Berpikir Sudah
oh, baguslah, mas donny. kalau tahun ini ndak bisa kan masih ada waktu lain, mas.
Kangen ama tulisan2 p.sawali nich yg segar
Menikmati ritual lebaran ,berkumpul dan saling memaafkan sesuatu yg saya tunggu2 selama setahun.Jadi jangan sampai ketinggalan…:)
Minal Aidzin Wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir dan Batin ya Pak
Diahs last blog post..Kapan Robot Malang jadi Pemenang..?
waduh, makasih apresiasinya, mbak diah. itu juga yang saya rasakan saat mudik, mbak, bisa kumpul dalam suasana yang akrab. bener2 menyenangkan. btw, maafkan juga salah dan khilaf saya selama ini, mbak.
Karena kesibukan masing-masing, justru diperlukan adanya pertemuan antara kerabat, dan hari Lebaran adalah momentum yang tepat.
Maaf baru bisa komentar, sejak beberapa hari lalu, terpaksa berlibur komentar, gara-gara lewat intenet di Bandung hanya bisa blogwalking.
edratnas last blog post..Monitor perkembangan keluarga melalui blog
betul bu enny. makasih banget, bu. blogwalking juga sudah lebih dari cukup, kok, kan tidak harus selalu berkomentar. matur nuwun, bu.
Berhubung rumah orangtua sekarang bukanlah tempat saya dibesarkan pd masa kecil, saya kurang bisa bernostalgia, Pak. Hiks….
Tempat saya dibesarkan ada di perkebunan yang jaraknya cukup jauh (2,5 jam) dari rumah orangtua saya saat ini.
jadinya, kalau mudik pun, nostalgianya kurang terangkat.
Begitupun, silaturahmi dengan keluarga ayah/ibu saya tetap berkesan…
Hery Azwans last blog post..Catatan Seputar Lebaran
wah, masa kecil setiap orang agaknya memiliki dinamika sendiri-sendiri, mas azwan. tapi pasti masa kecil selalu memberikan kenangan tersendiri.
Salam.
Aku paling nggak demen ama mudik. Bayangkan duit yang capek2 dicari selama setahun, bisa habis dalam hitungan hari.
Selalu saja kucari alasan untuk tidak mudik. Kadang rutinitas mudik telah membuat rangkaian ibadah puasaku jadi bolong-bolong di saat jam perjalanan mudik.
Pernah bahkan, pas menjelang mudik, duitpun belum terkumpul buat mudik. Ini adalah alasan yang paling kuat untuk tidak mudik.
Manusia berusaha dan Tuhan jualah yang menentukan. Aku selalu akhirnya bertemu dengan Emak di kampung. Selalu saja ada magnet yang menarikku untuk pulang kampung dan selalu saja ada rejeki untuk pulang kampung [meskipun kadang-kadang muncul di saat “injury time”]
Semoga tahun depan aku masih diberi kesempata pulang kampung lagi.
Hanya satu tujuanku, bertemu dngan emak dan bersimpuh di kakinya.
Sesungguhnya seberapapun besarnya kasih kita pada Emak, tidak akan pernah bisa menyamai kasih emak pada kita.
Salam
eshape
eshapes last blog post..BEI TuTuP ? [kok bisa ya?]
Iyach..
Benar juga tuch kata pak eshape.