Kopdar Guraru 2013: Upaya Menguatkan Jejaring dan Komunitas Guru

Blog

Oleh: Sawali Tuhusetya

Untuk pertama kalinya, sejak digelar tahun 2010, penganugerahan Acer Guraru Award 2013 “tampil beda”. Setidaknya, ada tiga agenda utama yang hendak digelar, yakni penilaian akhir terhadap presentasi tiga finalis untuk menentukan pemenang, demonstrasi Mini Classes oleh para pemenang Acer Guraru Award (tahun sebelumnya), dan Kopi Darat (Kopdar) bagi para Guru Era Baru (Guraru). Proses penganugerahan dengan kemasan semacam itu jelas sangat berbeda dengan proses penganugerahan Acer Guraru Award tahun-tahun sebelumnya yang lebih banyak melakukan “rekam jejak” kandidat pemenang berdasarkan “brand image” secara virtual semata, baik melalui blog maupun media sosial. Dari sisi ini, agaknya Panitia cukup akomodatif dalam menerima masukan dari para “pemangku kepentingan” dalam upaya menemukan desain agenda yang mampu menyentuh substansi dan “ruh” Guraru yang sesungguhnya –yang berupaya serius– untuk “melahirkan” guru-guru era baru pada abad XXI yang melek IT.

workshop

Foto kenangan saya dan Pak Dedi Dwitagama ketika berlangsung acara Workshop Nasional Pembuatan Blog di Andrawina Convention Center Owabong Cottage, Purbalingga (14 Maret 2010)

Dalam catatan saya, Program Acer Guraru merupakan satu-satunya program penganugerahan award terhadap guru-guru kreatif, inovatif, dan visioner dalam memasuki dunia pendidikan abad XXI yang telah banyak dihuni oleh generasi-generasi digital yang mengalami loncatan literasi yang luar biasa dalam memanfaatkan piranti teknologi internet dalam kehidupan sehari-hari. Dalam situasi seperti itu, jelas sangat dibutuhkan Guru Era Baru (Guraru) yang piawai dan cerdas dalam memanfaatkan piranti teknologi internet dalam dunia pembelajaran. Profil guru semacam ini tentu sangat dibutuhkan kehadirannya untuk menjawab kegelisahan sejumlah kalangan yang mulai meragukan kompetensi guru dalam mendesain pembelajaran yang cerdas dan mencerahkan. Dalam konteks inilah Program Acer Guraru Award layak kita apresiasi ketika Depdikbud sebagai pihak yang –seharusnya– paling bertanggung jawab terhadap peningkatan profesionalisme guru abad XXI yang makin rumit dan kompleks justru terkesan abai dan “miskin” kepeduliannya dalam memberdayakan guru, khususnya dalam memanfaatkan teknologi internet untuk kepentingan pembelajaran.

Selain itu, Program Acer Guraru Award agaknya bukan semata-mata “kompetisi blog guru” yang hanya sebatas mempertimbangkan nilai kompetitif blog semata, melainkan juga berupaya merekam jejak dan kompetensi guru secara “komprehensif”, baik secara online maupun offline. Kalau toh ada penilaian terhadap blog guru dalam progam itu, lantaran blog telah menjadi semacam “laboratorium virtual”, tempat menyimpan dan memublikasikan karya-karya kreatif dan inovatif para Guraru di jagad maya. Bahkan, blog dinilai telah menjadi bagian dari “brand image” sang guru untuk menentukan tingkat keakraban guru dalam memanfaatkan teknologi internet. Selain blog, rekam jejak guru juga dilacak berdasarkan intensitasnya dalam berjejaring sosial, baik melalui facebook, twitter, maupun website guraru.org. Dari sinilah potret Guraru bisa dibidik untuk menentukan layak atau tidaknya seorang Guraru mendapatkan anugerah “bergengsi” itu.

Rekam jejak Guraru dalam memanfaatkan blog dan media sosial menjadi amat penting untuk dibidik dalam Acer Guraru Award lantaran setelah dinobatkan sebagai pemenang, mereka akan ditahbiskan menjadi “juru bicara” dan narasumber secara online dan offline dalam berbagai event yang digelar Acer untuk berperan serta dalam membumikan pemanfaatan teknologi internet di kalangan rekan-rekan sejawatnya. Para pemenang, sepanjang yang saya ketahui, akan dilibatkan dalam berbagai event kegiatan edukatif, seperti seminar Guraru atau diskusi online dengan tagar #gurarutalk. Ini artinya, para pemenang Acer Guraru Award tidak hanya dituntut kepiawaiannya dalam ber-internet-ria, tetapi juga kelincahan dan kemampuannya dalam membangun semangat berbagi bersama rekan-rekan sejawatnya di jagad nyata. Oleh karena itu, sangat beralasan apabila mulai tahun ini, Panitia Acer Guaru Award tidak hanya sekadar merekam jejak guru secara online, tetapi juga akan membidik kemampuan kandidat pemenang dalam berunjuk presentasi di depan juri.

Yang tidak kalah menarik, tentu saja Puncak acara Penganugerahan Acer Guraru Award 2013 itu sendiri. Ia tidak hanya menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh para kandidat pemenang, tetapi juga oleh para Guraru yang berkesempatan untuk hadir dalam acara Kopi Darat (Kopdar) Guraru yang pertama kalinya digelar itu. Menarik lantaran dari event itulah Guraru yang selama ini hanya sebatas berinteraksi secara online, mereka bisa bertemu dan bersilaturahmi secara langsung, sehingga intensitas pertemanan bisa lebih terjaga. Sungguh, bukan sebuah Kopdar biasa, lantaran para Guraru yang memiliki passion dan kepedulian yang sama dalam pemanfaatan IT akan bersemuka dalam sebuah moment yang mengharukan sekaligus mendebarkan. Mereka bisa mengikuti sekaligus menikmati Mini Classes yang dirancang dan didesain oleh para pemenang Acer Guraru Award tahun-tahun sebelumnya. Tentu, situasi seperti ini akan mampu memicu “adrenalin” para Guraru untuk makin total dan intens dalam mencerdaskan anak-anak bangsa melalui penggunaan multimedia edukatif dalam atmosfer pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Para Guraru yang selama ini terhimpun dalam komunitas virtual melalui website guraru.org memang harus diakui telah mampu menjaring banyak guru untuk saling berbagi dan bersilaturahmi. Tulisan-tulisan mereka yang inspiratif dan mencerahkan setidaknya telah ikut memacu “adrenalin” para guru untuk membangun mindset dan passion baru dalam memanfaatkan teknologi internet untuk kepentingan pembelajaran dan/atau pendidikan. Namun, semangat semacam itu jauh akan lebih bermakna apabila ditindaklanjuti dengan Kopdar Edukatif; tidak hanya sebatas bertemu muka secara fisik, tetapi juga munculnya ikatan dan sentuhan emosional melalui diskusi interaktif, sambung rasa, brainstorming, dan semacamnya. Jika atmosfer semacam itu bisa terus dijaga, bukan mustahil Komunitas Guraru akan makin diperhitungkan keberadaannya di tengah menjamurnya berbagai komunitas guru pasca-reformasi.

Kesadaran kolektif di kalangan pendidik untuk berjejaring dan berkomunitas pada era global seperti saat ini memang menjadi sebuah keniscayaan. Ia tidak hanya sekadar dijadikan sebagai sarana bersilaturahmi, tetapi juga bisa dijadikan sebagai media yang tepat untuk saling berbagi, belajar, dan berkembang bersama. Guru merupakan profesi yang dinamis seiring dengan perkembangan peradaban dan kultur masyarakatnya. Dalam konteks demikian, seorang guru tidak bisa bersikap soliter, sibuk dengan dunianya sendiri, dan terus-menerus bertengger di atas puncak menara gading keilmuan. Dengan kata lain, guru perlu membumi, menguatkan jejaring dan komunitas, untuk selanjutnya secara kolektif membukakan jalan kebenaran, kearifan, dan kecerdasan kepada anak-anak bangsa yang kini tengah bersikutat menimba ilmu di bangku pendidikan.

Kopdar Guraru 2013 yang digelar untuk pertama kalinya itu, menurut hemat saya, merupakan salah satu upaya untuk menguatkan jejaring dan komunitas guru dalam menghadapi gelombang generasi digital yang makin kompleks sekaligus menantang. Nah, selamat berkopdar, Guraru! ***

Sawali Tuhusetya
(Penerima Penghargaan Khusus Acer Guraru Award 2011)

5 Comments

  1. Terima kasih gan atas informasinya, sudah beberapa hari ini saya mencari informasi ini, ini sungguh sangat membantu saya . mulai sekarang saya akan bookmark blog ini agar saya bisa kembali dan melihat informasi yang terbaru.
    mungkin agan atau pengunjung blog agan juga membutuh kan infomasi dari saya, silahkan liat artilek saya yang sangat Mohon kunjungi website kami
    http://www.168sdbet.com
    Terima kasih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *