Agupena Pasca-Munaslub dan Muswilub

Minggu, 4 Juli 2010, yang lalu, bertempat di SMP 7 Semarang, Agupena Jawa Tengah menggelar Musyawarah Wilayah Luar Biasa (Muswilub) untuk merespon keputusan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Agupena Pusat yang telah berlangsung di Tangerang, 25-26 Juni 2010. Salah satu keputusan Munaslub Agupena adalah perlunya penyegaran kepengurusan organisasi di tingkat wilayah setelah reorganisasi Agupena Pusat berlangsung pasca-mendiang Achjar Chalil. Penyegaran kepengurusan di tingkat wilayah, berdasarkan rekomendasi Munaslub, dipandang penting, sebab beberapa pengurus ditarik ke pusat untuk memperkuat barisan organisasi. Agupena Jawa Tengah, misalnya, Pak Deni Kurniawan (Ketua) didaulat menjadi Sekretaris Umum, sedangkan saya sendiri (Wakil Ketua) diberi amanah untuk membidangi Pengembangan Profesi.

MuswilubMuswilubMuswilubAgar tidak menimbulkan konflik kepentingan yang bisa berimbas terhadap keberpihakan primordial, maka pengurus wilayah yang ditarik ke pusat perlu menanggalkan “kursi” lamanya. Mereka diharapkan bisa fokus dan eksis berkiprah secara utuh dan total di pusat. Dengan demikian, Agupena Jawa Tengah perlu segera memilih pengurus baru untuk memperlancar roda organisasi. Itulah agenda utama yang dibahas dalam Muswilub yang dihadiri sekitar 13 pengurus itu. Namun, sebagian besar peserta yang hadir berpandangan lain. Pak Wahono, misalnya, berpendapat bahwa dalam AD/ART hasil Munaslub, tidak ada ketentuan seorang pengurus dilarang merangkap jabatan. Ini artinya, Pak Deni dan Pak Sawali, lanjut Wakil Bendahara Agupena Jateng yang juga Kepala SMP 4 Geyer-Grobogan itu, tak harus meninggalkan Agupena Jateng, meski ditarik ke pusat. Tenaga dan pikiran Pak Deni, tegas Pak Wahono, masih dibutuhkan untuk membesarkan Agupena Jawa Tengah yang baru berumur sekitar satu tahun. Selain itu, Muswilub dinilai tidak memenuhi qourum, sehingga tidak sah apabila akan mengambil keputusan penting berkaitan dengan pergantian pengurus.

Gayung pun bersambut. Pendapat Pak Wahono dengan serta-merta diamini oleh para peserta Muswilub. Namun, agaknya Pak Deni masih belum bisa memutuskan. Pak Deni bersikukuh agar terjadi pergantian kepengurusan. Rekomendasi Munaslub, menurut Pak Deni, meski tidak tertulis, perlu dipertimbangkan. Lantaran agak “deadlock”, saya mengusulkan agar keputusan apa pun yang dihasilkan oleh Muswilub agar disampaikan kepada pengurus pusat, baik lisan maupun tertulis. Intinya, Agupena Jateng tidak keberatan kalau Pak Deni ditarik ke pusat, tetapi mohon kebijakan agar Pak Deni tidak meninggalkan Agupena Jateng, paling tidak sampai 35 Agupena Cabang di Jateng terbentuk. Pembina Agupena Jateng, Pak Warjito Suharso, yang saat itu hadir juga memiliki pertimbangan yang sama. “Vox pupuli vox dai,” begitu tegas widyaiswara Prov. Jateng itu. Walhasil, usulan itu pun disetujui. Atas nama Agupena Jateng, Pak Wahono diminta untuk menyampaikan kesepakatan Muswilub itu kepada Pak Naijan (Ketua Umum Pusat). Alhamdulillah, dengan berbagai pertimbangan, Pak Naijan pun berkenan menerima keputusan Muswilub.

Selain membahas agenda kepengurusan Agupena Jateng, Muswilub juga membahas beberapa agenda, di antaranya: (1) merespon kemungkinan kerjasama antara Agupena Jateng dan pengelola majalah “Merah Putih” dan (2) Lomba penulisan cerpen yang diagendakan oleh Divisi Penulisan Fiksi. Berkaitan dengan penerbitan media, peserta Muswilub menghendaki agar Agupena Jateng memiliki majalah dan jurnal sendiri sebagai wadah sosialisasi dan informasi tentang Agupena kepada komunitas guru di Jateng. Hal ini senada dengan pernyataan yang disampaikan oleh Pak Warjito Suharso selaku Pembina Agupena Jateng bahwa Agupena Jateng perlu merintis usaha penerbitan secara mandiri. Sedangkan, tentang lomba penulisan cerpen untuk guru yang diagendakan oleh Divisi Penulisan Fiksi, para peserta Muswilub memberikan dukungan sepenuhnya. Bahkan, saya sendiri juga mengusulkan agar ditambah dengan lomba penulisan puisi. Pada saat pengumuman, para peserta diundang untuk menghadiri workshop penulisan fiksi dengan narasumber dari luar Agupena Jawa Tengah. Dengan cara demikian, kreativitas penulisan fiksi di kalangan guru makin terasah dan teruji.

Itulah beberapa agenda penting yang dibahas dalam Muswilub Agupena Jateng. Sebagai organisasi profesi yang baru “seumur jagung”, Agupena memang belum banyak berkiprah dalam berperan serta memberdayakan guru di bidang kepenulisan. Masih banyak tantangan yang mesti dihadapi. Selain tantangan internal yang berkaitan dengan koordinasi dan konsolidasi organisasi, Agupena juga menghadapi tantangan eskternal yang berkaitan dengan kerja sama dengan pihak lain dan upaya penggalian dana untuk menjalankan roda organisasi.

Dengan dukungan berbagai pihak, semoga pada masa-masa mendatang, Agupena bisa lebih banyak berbuat dan berkiprah dalam memberdayakan rekan-rekan sejawat di bidang kepenulisan, sehingga dunia pendidikan kita bisa maju dan berkembang lebih dinamis. Salam Agupena! ***

Comments

  1. Wah disemarang,? Pak sawali mau tanya, UNNES itu apakah dekatnya SMP 7 Semarang, soalnya kemaren nyoba udah daftar di Unnes, siapa tahu bisa lolos seleksi .. Aamiin o->

    • @Denmasmister,
      Jauh, denmas. UNNES berlokasi di Sekaran, Gunungpati, sedangkan SMP 7 berada di Jl. Imam Bonjol, Kompleks Udinus. Semoga diterima ya seleksinya di UNNES.

  2. Dunia pendidikan harus selalu diutamakan, untuk membangun pribadi pemuda yang cinta tanah air… :-w

  3. yup bener pak dengan dibentuknya organasisasi tujuan guru akan terealisasikan dengan baik Pak…adanya kesamaan ide dan pemikiran…..semoga organisasinya dapat berkembang….

  4. Dunia tulis-menulis memang agak kurang diminati anak muda sekarang Pak, semoga dengan Agupena ini bisa membangkitkan minat mereka di bidang ini, yang pasti harus ada terobosan baru yang menarik.

    • memang benar, mas, perlu terobosan baru yang visioner agar anak2 muda juga punya minta serius terhadap dunia kepenulisan.

  5. Kami sedang berjuang untuk mendirikan organisasi yang berwawasan pendidikan dan informasi karena kami ingin seperti pak Sawali dan kawan-kawan. Sungguh perjuangan yang berat:(

    • wow…. saya sangat mendukung, mas akhta. untuk mencapai tujuan dan maksud mulia, memang bukan hal yang mudah dan banyak tantangannya. ayo, tetep semangat, mas akhta.

  6. Amin.
    Moga aja Agupena kedepannya bisa lebih luas dalam menjangkau masyarakat, khususnya bidang kepenulisan :)

  7. Selamat Sore Pak …
    Dunia Pendidikan Harus diutamakan ….
    Berkaitan dengan apa yang di Katakan oleh Pak Akhta …
    jangan asal gratisan … (kualitas tidak diperhatikan)..

    Walaupun Banyak sekolah yang serba gratis … (mutunya harus di nomer satukan)….

    • malam mas bayu. setuju banget, mas. memang idealnya seperti itu. pendidikan gratis di negeri ini agaknya masih belum memungkinkan selama pemerintah pusat belum sanggup memberikan anggaran yang memadai utk semua semua sekolah.

  8. itulah pak sawali, tenaga dan pemikirannya dibutuhkan dimana-mana untuk mengembangkan pendidikan Tanah Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *