Dari Dunia Maya Menuju ke Pelaminan

Kategori Blog Oleh

Siapa bilang dunia maya tidak bisa mempertemukan dua insan berbeda jenis menuju ke pelaminan? Siapa pula yang berani bilang kalau internet tak sanggup menjalankan fungsinya untuk mendekatkan hati dan emosi dua makhluk Tuhan yang sedang menjalankan fitrah percintaannya? Jika ada waktu, datanglah ke kampung Teluk Wetan RT 22/03 Welahan, Jepara, Jawa Tengah, pada hari Senin, 19 Juli 2010 (pukul 10.00 WIB). Sampeyan pasti akan menemukan jawabannya. Di sana, Sampeyan akan menyaksikan sebuah pesta pernikahan yang mempertemukan dua bloger di atas tahta perkawinan sebagai bukti kepada khalayak bahwa mereka telah menyatukan hati, cinta, jiwa, dan raganya menjadi sepasang suami-isteri.

Al Jupri, Hibah, dan sayaAl Jupri dan HibahHibah dan istrikuYa, ya, mereka adalah Al Jupri, S.Pd., M.Sc. dan Rohma Mauhibah, S.Pd., dua bloger yang selama hampir lebih dari 3 tahun lamanya telah menjalin cinta dan kesetiaan melalui dunia maya. Sungguh, sebuah pertaruhan cinta yang layak diapresiasi. Mungkin ada benarnya kalau ada yang bilang, kalau sudah jodoh, tak kan lari gunung dikejar. Begitulah dinamika pra-pernikahan yang mesti dilalui kedua bloger itu. Mereka mesti bersabar merajut keutuhan benih-benih cinta di tengah tantangan dan godaan ketika mereka masih harus bersikutat memburu ilmu. Al Jupri menempuh S2 di Freudenthal Institute, Utrecht University, Belanda, sedangkan Rohma Mauhibah menempuh S1 di IAIN Wali Songo, Semarang. Awalnya, mereka –mungkin kebetulan saja memiliki basis keilmuan yang sama, yakni Matematika—hanya sekadar berkunjung melalui blog. Namun, mungkin itulah salah satu “skenario” Tuhan yang telah dirancang sebagai bagian dari alur kehidupan yang mesti mereka tempuh. Dari tradisi saling berkunjung di blog, komunikasi pun meningkat lebih intens. Namun, jauhnya jarak diakui menjadi salah satu kendala buat mereka untuk serius menjalin hubungan. Saya yang kebetulan saat itu berada di “luar jalur” hanya sebatas bisa memberikan suntikan semangat bahwa jodoh itu menjadi “hak prerogatif” Tuhan semata. Kalau memang berjodoh, cinta tak lagi mengenal sekat-sekat geografis, perbedaan status, atau nilai-nilai priomordial yang lain. “Gegarane wong akrami, dudu bandha dudu rupa, amung ati pawitane …,” (modal orang hidup berumah tangga itu bukan harta, bukan wajah, melainkan hanya hati), begitulah adagium yang sering saya lontarkan ketika mereka berdua tengah diselimuti kegelisahan menentukan sikap. *sok tahu, hehe … * Selebihnya, mereka berdualah yang mesti menentukan sikap di tengah jalinan percintaan jarak jauh yang memang sarat tantangan dan godaan.

Alhamdulillah, kesabaran dan kesetiaan mereka dalam menjalin cinta jarak jauh akhirnya membuahkan hasil yang manis. Kamis, 1 Juli 2010, sekitar pukul 14.00 WIB, mereka berdua bersilaturahmi dengan membawa kabar gembira itu. Wajah mereka tampak sumringah, mengekspresikan kebahagiaan yang tak terkatakan, sambil menyodorkan sebuah surat undangan:

Menikah:

Al Jupri, S.Pd., M.Sc.
Putra Bp. Azhari – Ibu Tuhiyah
Cilegon Banten

dengan

Rohma Mauhibah, S.Pd.
Putri Bp. Ahmad Rifa’i – Ibu Salwati
Jepara Jawa Tengah

Akad Nikah:
Hari: Senin, 19 Juli 2010
Jam: 10.00 WIB
di rumah mempelai putri

Alhamdulillah, kami sekeluarga benar-benar ikut merasakan kebahagiaan itu. Mereka memang sudah kami kenal, karena sekitar dua tahunan yang lalu, mereka berdua juga pernah hadir di gubug kami. Tak lupa, kami sekeluarga turut berdoa semoga mereka berdua mampu membangun keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, selalu “antut-runtut kadya mimi lan mintuna”, amiiin.

Pasangan Al Jupri-Rohma Mauhibah bisa jadi hanyalah satu di antara sekian pasangan suami-isteri yang mampu memanfaatkan media virtual untuk membangun kemaslahatan hidup. Ini artinya, di tengah peradaban informasi dan teknologi global seperti saat ini, piranti apa pun bisa mendekatkan komunikasi antarumat manusia berbasiskan hati dan emosi.

Nah, selamat menempuh hidup baru buat Pak Al Jupri dan Mbak Rohma Mauhibah, semoga bahagia. Ayo, siapa menyusul? **

Penggemar wayang kulit, gendhing dan langgam klasik, serta penikmat sastra. Dalam dunia fiksi lebih dikenal dengan nama Sawali Tuhusetya. Buku kumpulan cerpennya Perempuan Bergaun Putih diterbitkan oleh Bukupop dan Maharini Press (2008) dan diluncurkan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada hari Jumat, 16 Mei 2008 bersama kumpulan puisi Kembali dari Dalam Diri karya Ibrahim Ghaffar (sastrawan Malaysia).

179 Comments

  1. Info yang Bagus,,
    kebetulan mempelai perempuan yang tertulis disini adalah saudara sepupu saya, dan saya baru tau proses perjodohan itu dari tulisan ini..
    Nice Info..
    salam kenal, Thanks..

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.