Perang-perangan termasuk salah satu mainan favorit anak-anak kampung. Dengan menggunakan senjata mainan dari pelepah daun pisang, anak-anak bisa dengan sangat bangga mencitrakan dirinya sebagai pahlawan. Lewat bunyi onomatope ”dor!” dari mulut kecilnya, anak-anak mendadak berubah seperti seorang ksatria dari negeri Antah-berantah yang sanggup menghabisi musuh-musuhnya. Pada saat yang lain, sang anak berubah jadi seorang pecundang, sedangkan teman mainnya yang harus berperan sebagai sosok pahlawan. Sungguh, sebuah permainan yang benar-benar indah dan memukau di waktu kecil.
Namun, bagaimana dengan anak-anak yang tengah berada di daerah konflik? Bisakah mereka merasakan keindahan dan keterpukauan bermain perang-perangan ketika kosakata “perang” bukan lagi sebuah imajinasi, melainkan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan? Masih bisakah mereka mengucapkan bunyi onomatope “dor” ketika desingan peluru, martil, atau rudal nyata-nyata telah memekakkan telinga dan mengancam nyawa mereka?
Maka, melayanglah dunia imajiner kita ke jalur Gaza, yang konon hanya berupa sepetak tanah tandus Palestina yang berada di ujung dekat perbatasan Mesir. Sepanjang sejarah peradaban, kawasan itu (nyaris) tak pernah sepi dari konflik dan kekerasan. Pertanyaannya, mengapa penduduk di wilayah perbatasan yang seharusnya bisa menyatu dalam suasana yang kuyup dengan nilai-nilai ukhuwah itu tak henti-hentinya dirundung konflik dan selalu diselubungi kabut berdarah-darah meski sang pengendali wilayah terus mengalami suksesi dari zaman ke zaman? Adakah sesuatu yang salah dari para pengambil kebijakan dalam mengelola konflik kewilayahan sehingga selalu berujung pada perang dan kekerasan?
Kalau kita melakukan sedikit flashback, konon anak-anak sekolah di Israel telah diindoktrinasi melalui bangku sekolah. Mereka juga harus mengalami proses pencucian otak lewat pendidikan secara khusus. Bisa jadi, pola pendidikan semacam itulah yang berhasil menanamkan kebencian bangsa Israel terhadap penduduk Palestina. Tak berlebihan kalau mereka tak pernah bisa hidup berdampingan secara damai. Selalu saja ada alasan untuk menaburkan benih-benih perseteruan dan kebencian sepanjang sejarah peradaban yang mereka lalui.
Atmosfer lingkungan yang keras dipadu dengan proses indoktrinasi dan pencucian otak semacam itu, agaknya sangat memengaruhi karakter dan kepribadian anak. Mereka banyak belajar dari orang tua dan lingkungan, bagaimana mereka harus mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kekerasan yang sudah menjadi peristiwa jamak dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak, telah membuat anak-anak memiliki imaji kekerasan sebagai upaya penyelesaian masalah. Tak berlebihan jika jalan kekerasan menjadi alternatif paling jitu bagi mereka.
Sungguh, dalam situasi seperti itu, kita jadi trenyuh dan tersentuh ketika ingat sindiran Dorothy Law Nolte seperti berikut ini.
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar menentang.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar jadi penyabar.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia akan terbiasa berpendirian.
Ya, ya, ya, anak-anak merupakan bagian dari sebuah siklus kehidupan sebelum mereka akrab dengan peradaban yang menyentuhnya. Mereka memiliki sebuah dunia yang “mandiri” dan “otonom”. Mereka memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk mengekspresikan naluri dan dunianya. Ketika kemerdekaan mereka dirampas, sama saja kita telah berbuat “biadab” kepada mereka; anak-anak zaman yang kelak akan menorehkan tinta sejarah yang memfosil dalam labirin kehidupan.
Meminjam teori tabularasa, anak-anak ibarat kertas putih berselaput lilin. Mereka masih polos, putih, dan bersih. Mau jadi apa kelak mereka akan sangat ditentukan oleh peradaban yang membentuknya. Jangan salahkan anak-anak kalau pada akhirnya mereka menjadi tukang jagal, preman, atau bromocorah. Lingkungan, pendidikan, dan tempaan pengalamanlah yang membangun mereka menjadi sosok semacam itu. Oleh karena itu, perlu ada upaya serius dari orang tua, tokoh-tokoh masyarakat, atau tokoh-tokoh spiritual untuk ikut berkiprah membangun dan menciptakan atmosfer lingkungan yang kondusif. Sindiran Dorothy Law Nolte perlu dijadikan “warning” buat semua pihak yang memiliki kepentingan untuk membangun generasi masa depan yang santun, beradab, dan berbudaya.
Kalau saja anak-anak Palestina itu punya pilihan, pasti mereka akan memilih hidup di sebuah negeri yang merdeka dan bebas dari perang dan kekerasan. Dalam situasi apa pun, perang sesungguhnya sangatlah tidak menguntungkan, baik bagi yang mengklaim diri sebagai pemenang maupun yang dinyatakan telah kalah. “Kalah jadi abu, menang jadi arang!” begitulah ungkapan yang sudah demikian akrab di gendang telinga. Menang maupun kalah dalam sebuah peperangan akan sama-sama merugi.
Maka, beruntunglah anak-anak yang hidup di negeri merdeka seperti di negeri kita. Mereka bisa menikmati dunia dan naluri bermainnya dalam suasana yang bebas dari rasa takut, kecemasan, dan ketakutan. Mereka bisa berimajinasi tentang perang dan kekerasan, tanpa dihantui rasa takut terkena peluru nyasar atau desingan peluru. Mereka juga bisa dengan sangat leluasa mengucapkan bunyi onomatope “dor” sambil melepaskan peluru mainan dari pelepah daun pisang. Sungguh kontras dengan nasib anak-anak Palestina yang saat ini selalu dihantui rasa takut akibat atmosfer lingkungan yang tidak menentu. Ah, anak-anak yang malang itu, kami sungguh berempati pada nasib negerimu. ***
anak-anak akan mencontoh yang ada disekitarnya, dengan itu jadilah kita menjadi tauladan bagi mereka. apa yang menjadikan mereka tumbuh berkembang baik optimal
Baca juga tulisan terbaru Oby berjudul Cintaku Sebening Embun
@Oby,
yaps, setuju banget, mbak oby, idealnya memang begitu, lebih2 bagi orang tua. memberikan keteladanan menjadi keniscayaan.
ada suatu kaum yg hanya bs dbinasakan oleh tuhan dan diri mereka sendiri. smoga itu zionis
@mantan kyai,
wah, ternyata begitu, ya, mas ardy. israel memang ndak ada kapok2nya tuh bermusuhan dg palestina.
anak-anak adalah harapan bangsa..sindiran Dorothy Law Nolte memang sangat mengena bagi mereka yang mempunyai mata hati..
anak-anak “yang disana”, maaf jika saia hanya bisa ber-simpati kepadamu tanpa bisa “berbuat lebih”..
Baca juga tulisan terbaru gajah_pesing berjudul Ziarah Wali Blogger
@gajah_pesing,
iya, bener banget, mas vay, sebagai “warning” buat orang tua dan tokoh2 masyarakat.
Maka dari itu kalau anak dinegeri kita sudah beruntung jangan disia-siakan dong..
@Starwrite,
betul banget, mas starwrite. idealnya mesti begitu. mudah2an anak-anak masa depan negeri ini mendapatkan lingkungan yang tepat dan nyaman untuk hidup.
Susah juga jadi anak…..
@Pencerah,
bisa jadi, mas pencerah, terutama yang tinggal dan hidup di daerah konflik.
jadi teringat berita di koran tentang anak2 israel yang mengumpulkan rongsokan roket dari palestina untuk dikoleksi. 🙂
Baca juga tulisan terbaru denologis berjudul Thanks, Obama and Ozawa!
@denologis,
wew… malah baru tahu saya, mas deno, hehehe … jangan2 tuk didaur ulang jadi senjata, mas hiks.
Ndak cuman anak2, lha wong saya saja senang perang2an siang malam kok…
Bukankah Pak Sawali demikian juga???
Baca juga tulisan terbaru marsudiyanto berjudul Yang di sini, yang di sana…
@marsudiyanto,
hehehe … itu main perang2an apa, pak mar, kok siang-malam, hiks.
yang kualami disini adalah anak-anak yang di cuci otaknya dengan kebohongan dan manipulasi sejarah kebangsaan, akan jadi apakah produk seperti ini, pak sawali yang baik…. hehehe… sementara saya juga merupakan produk pendidikan seperti dan hingga saat ini masih jutaan anak-anak yang bahkan tidak tahu akan kesejarahan yang seharusnya…
Baca juga tulisan terbaru suryaden berjudul AWARD dari Atca-Griyaunik
@suryaden,
wah, mudah2an tak ada lagi manipulasi dan kebohongan sejarah buat anak2 negeri ini, mas surya. mereka adalah wajah masa depan negeri ini. bagaimana nasib masa depan bangsa kalau anak2 sdh dicuci otaknya melalui kebohongan sejarah.
faktor venotif alias faktor lingkungan memang sangat berpengaruh pada proses perkembangan anak2…
Baca juga tulisan terbaru ciwir berjudul Tidak Memilih itu Pilihan
@ciwir,
betul banget, mas santri. sungguh repot anak2 yang hidup di daerah konflik.
iya betul kang.
ini merupakan perhatian terbesar kita juga bahwa anak terbentuk dari keluarga. maka bila disekolah kita harus menghaluskan lagi tetapi keluarga tetap yang utama.
eh kang. kasus Lasi di belantik mungkin saat ini sedang mewabah di pelajar2 lho kang. yang diharapkan muncul Tohari baru. tetapi yang justru banyak malah lasi-lasi kencur lho kang. ini kan juga harus kita perangi kang.(maaf mau koment i Belantik kok ndak ada tempatnya sekalian di sini ya)
@aakdidik,
duh, itu pertanyaan besar yang perlu kita jawab juga, pak didik. kenapa yang muncul malah sosok2 seperti itu, bukan orang2 kreatif semacam kang ahmad tohari?
Kita beruntung, terlalu beruntung. Sampai-sampai lupa kalau keberuntungan itu adalah nikmat yang sangat besar. Biasanya ingat lagi kalau keberuntungan itu akan atau sudah hilang.
Na’udzubillah.
@Iwan Awaludin,
wah, mudah2an kita selalu eling, ingat, dan waspada, pak iwan.
[gajah_pesing kalo komen di sini tok yang panjang]
memang benar pak sawali. anak2 israel jangankan mau berimajinasi perang, bahkan mereka memang dalam suasana perang.
sebenarnya bukan perang, tapi dijajah, diinvasi, diagresi!
entah bagaimana jadinya mereka kelak. takutnya akan timbul rasa benci yang mendalam kepada kaum yahudi penjajah itu. bisa dibayangkan 10 20 tahun lagi. balasan apa yang akan mereka lakukan kepada yahudi. (kecuali yahudi memang sengaja memberangus semua rakyat palestina)
Baca juga tulisan terbaru det berjudul Desain Logo Baru Tugupahlawan.Com
@det,
nah itu dia, mas det, kita juga ndak bisa membayangkan bagaimana nasib anak2 masa depan palestina kalau mereka selalu dirundung konflik.
Pak Sawali, ini tulisan yang menyentuh! Saya suka cara Pak Sawali membawa analogi mainan perang-perangan lalu masuk menusuk ke perang betulan! Brilian!
Adapun peperangan, saya sangat tidak setuju karena bagaimanapun menurut saya perang ada satu bentuk degradasi moral manusia.
Ketika kita bicara yang tua-tua yang tetap berkeras mengangkat senjata, mungkin kita cuma bisa mengelus dada, tapi ketika kita harus melihat anak-anak yang juga harus mengalami degradasi dalam banyak hal, kita tertunduk kelu melihat satu generasi ke depan yang akan tumbuh itu tumbuh dari lingkungan yang serba menyeramkan, menyiratkan dendam dan amarah…
Ah beruntungnya kita, anak-anak kita!
Baca juga tulisan terbaru Donny Verdian berjudul Mengapa Mereka Berani Hamil ?
@Donny Verdian,
walah, hanya kebetulan saja kok, mas dony, hehehe … perang dari sisi mana pun agaknya memang sangat tdk menguntungkan, mas. sayangnya masih banyak juga orang yang suka berperang g berbagai macam dalih.
Jika anak dibesarkan dengan telinga kita, ia belajar menggunakan lisannya.
Jika anak dibesarkan dengan pertanyaan kita, ia belajar logis.
Begitu, ‘kan, Pak Sawali?
Baca juga tulisan terbaru M Shodiq Mustika berjudul Cara Mudah Mencerdaskan Anak
@M Shodiq Mustika,
nah, betul banget, pak shodiq, hehehe ….
Hm, kalau saya ngeliat isunya masalah agama sih. Agak susah kayaknya.
Israel menganggap daerah yang direbut sebagai tanah terjanjikan sebaliknya Palestina (mungkin yang seiman juga) menganggap Israel tak boleh ada.
G ada titik temu.. 🙁
Baca juga tulisan terbaru Adi berjudul Taylor Swift – You’re Not Sorry
@Adi,
wah, jadi makin rumit kalau konfliknya dikaitkan dg masalah agama, mas adi. mungkin bisa makin meluas.
Mungkin kalau impian Butet Kartarajasa terwujud, hal ini bisa teratasi.“Dalam keluarga ada anak dengan agama berbeda”
Maksudnya anak-anak diberi kebebasan berpikir dan memilih mana jalan yang akan mereka tapaki..
Mungkin perlu ada sosok Mahatma Gandhi di sana (bermimpi lagi)
Baca juga tulisan terbaru Adi berjudul Taylor Swift – You’re Not Sorry
@Adi,
kalau itu bisa terwujud, mungkin ada baiknya juga, mas adi, meskipun banyak yang tak sependapat.
Berarti ajari anak kita dengan cinta
Cinta sepenuh jiwa
@achoey,
betul banget, mas achoey, cinta dan kasih membuat batin anak2 jadi tercerahkan.
Bersyukurlah kita jika dinegeri ini tidak terjadi perang konvensional seperti apa yang terjadi di Gaza. Namun satu hal yang perlu dicatat bahwa perang tidak selalu identik dengan dentuman bom, serentetan senapan mesin, serdadu2 berseragam lengkap, dll. Narkoba, sex bebas, doktrin2 yg tidak sesuai dengan kepribadian bangsa adalah secuil contoh peperangan yang harus dihadapi oleh kita dan anak2 kita mengingat dampak yang juga tidak kalah ngerinya dengan perang konvensional.
@Blog Competition 2009,
betul banget, pak bugi, aya sependapat bahwa perang tdk selalu identik dg bom dan peluru. bangsa kita sesungguhnya juga harus memerangi narkoba, seks bebas, dan semacamnya yang bisa meruntuhkan mental generasi muda.
Jangan biarkan anak-anak melihat peperangan.. walau itu dirumah dia sendiri sekalipun. semoga mereka yang disana diberikan ketabahan dan terobati rasa traumanya..
ya mungkin hanya doa yang bisa kita berikan saat ini.. hanya sekeping uang logam yang bisa kita sumbangkan.. tanpa bisa berperan nyata di sana.. walau ingin rasanya berada disana dan melindungi anak-anak dengan rasa cinta dan kasih sayang…
Pakde.. makasih.. saya sudah terima bukunya 🙂
Baca juga tulisan terbaru Menik berjudul Merenung
@Menik,
betul banget bunda, saya setuju banget. kalau memang harus berperang *bapak dan ibu, hiks* jangan sampai anak2 melihatnya. btw, syukurlah kalau dah sampai bunda.
Apapun bentuknya yang namanya perang selalu membawa kehancuran baik yang menang lebih2 yang kalah semoga di kehidupan kita terhindar dari hal tersebut pak
Baca juga tulisan terbaru achmad sholeh berjudul Perjuangan Caleg Pasca Keputusan Mahkamah Konstitusi
@achmad sholeh,
iya, pak sholeh. tak ada untungnya memang, sayangnya masih banyak juga yang suka berperang.
aku datang membawa tongkat, tongkat ini bukan sembarang tongkat kalau gak ngasi koment keblogmu bisa gawat
@tukyman,
wew…. apa makusdnya nih, mas tuky, hehehe … ndak mudheng saya, hiks.
kita sebagai sesama hanya bisa membantu lewat doa, agar perang tersebut bisa berangsur selsai
@harianku,
doa juga sdh merupakan bagian dari jihat, mbak, konon begitu menurut pak ustadz, hiks.
semua masalahnya ini bermula dari pencaplokan tanah palestina oleh Zionis 1948 silam…………Palestina dijajah sama ibaratnya dgn Indonesia dijajah belanda dulu…….
moga semua bisa berakhir ya pak
Baca juga tulisan terbaru Alexhappy berjudul SURAT TERBUKA ANAK BANGSA PALESTINA
@Alexhappy,
wah, bisa jadi bener kalau dirunut dari sejarah, bung abdillah. kita juga hanya bisa berharap dan berdoa, semoga konflik itu segera berakhir, bung.
ikutan 2nd IBSN Award.. bulan ini pendaftaran teakhir tgl 25 jan ‘ 09 jam 23.59wib kami tunggu yah… IBSN (Berbagi Tak Pernah Rugi)
@Odie,
makasih infonya, mas odie.
kalau sebatas perang-perangan
sih wajar dan boleh boleh saja
tapi anak-anak Palestina
yang melihat sendiri orangtuanya
menjadi korban ‘perang’ dan kezholiman
Zionis Israel….sungguh membuat
miris….perasaan kemanusiaan
kita tercabik-cabik
sayangnya, kita tak bs berbuat apa-apa 😉
Baca juga tulisan terbaru Mikekono berjudul Pemimpin Gagal Harus Dihukum !
@Mikekono,
kita hanya bisa berdoa, mas agus, semoga konflik dan peperangan itu segera berakhir.
kalau mau berperang, ya silakan berperang saja, silakan cari tempat yang luas, silakan beradu kekuatan, senjata, taktik, dan sebagainya.
yang diminta orang seluruh dunia itu gampang kok, jangan libatkan warga sipil, perempuan, dan anak-anak.
@adipati kademangan,
hehehe … bener juga tuh, mas adipati yang suka berperang jangan pernah melibatkan anak2 di dalamnya. mereka juustru sangat membutuhkan cinta dan kasih sayang.
Terus terang cerita perang th. 45, Surabaya dan G30S, … membuat aku sangat ketakutan. Dulu sewaktu aku SD, aku sempat membungkus beras, arang, gula,… yang aku simpan dibeberapa tempat. Aku berhenti ngompol di kelas 5/6 SD, gara-gara mimpi perang. Ibuku sering marah, tapi tidak pernah bertanya mengapa dan tak pernah membawaku ke psykolog.
Aku mengalami sedikit trauma akibat keributan di Solo (Cina-jawa) dan Petrus. Setelah itu, th. 2003, orang-orang kampung Depok Sawangan mengroyok toko dan rumahku. Ketika itu aku dan Ines ada di dalam toko itu. Traumaku mungkin sudah hilang (karena aku berpikir itu hanya material).
Tetapi bagi Ines, hingga sekarang dia masih dalam perawatan psykologi. Paling sepi kontrolnya 2 atau 3 bulan sekali. Namun sejak bulan Nov. 2008, tiap bulan sekali harus kontrol: karena tiba-tiba dia marah, ketakutan, pokoknya perilaku yang aneh. Padahal semua orang bilang: Ines sangat cantik, baik, pinter… sayang orang-orang itu tidak mendampingi setiap hari dan tidak melihat perubahan perilakunya secara total.
Baca juga tulisan terbaru Juliach berjudul Polo: Tolong fotoin aku telanjang!
@Juliach,
wah, semoga ines segera pulih, mbak julia. apa pun wujudnya, kondisi chaos seperti jelas sangat memberikan pengaruh terhadap perkembangan jiwa anak2.
Anak-anak bak kertas putih yang polos…
Baik buruknya warna untuk menulis kertas yang polos tadi,tergantung dari kita…
Tanamkanlah nilai-nilai positif dalam peri kehidupan dunia anak-anak, sebagai bekal untuk pencitraan jati diri mereka saat besar nanti…
Selamat sore pak…
Baca juga tulisan terbaru Perspektif Senja berjudul Di Balik Antrian Panjang
@Perspektif Senja,
selamat pagi, mas. say setuju banget tuh, mas. lingkungan, orang tua, dan masyarakat yang akan memberikan corak dan warna dalam “kanvas” anak-anak masa depan.
Perang2an masa kecil dengan menggunakan pelepah pisang memang indah, namun perang sesungguhnya sangat mengerikan, terutama bagi anak-anak.
Semoga segera ada kedamaian…..dan tak ada perang lagi. Mungkinkah?
Baca juga tulisan terbaru edratna berjudul Ayah dan putri nya
@edratna,
bener sekali, bu enny. perang2an pun agaknya hanya akan menjadi indah jika dilakukan oleh anak2 yang tinggal di negeri yang damai.
perang memang hanya meyisakan kedukaan bagi siapa pun yang terlibat di dalamnya. itu adalah fakta yang tak terbantahkan. dan saya sangat terkesan dengan analogi yang disuguhkan: bermain perang-perangan.
bagaimana menghentikan perang? rasanya terlalu jauh di luar kuasa kita sebagai pribadi. namun saya yakin kita mampu menghentikan siklusnya dengan mengindahkan sindiran dorothy law nolte.
great post, pak sawali!
@marshmallow,
agaknya begitulah, mbak yulfi. perang memang kejam, bisa memberangus mnilai2 kemanusiaan. saya juga sepakat dg mbak yulfi, kita bisa mencegah perang dg selalu mengingat sindiran nolte itu.
Perang itu adalah Ego. ego dari penguasa yang haus akan bau neraka
@Gelandangan,
wah, pernyataan mas maulana benar adanya. dari sisi mana pun prang tu sesungguhnya tak membrikan keuntungan apa2.
kenapa yach…, ko da orang yang suka perang….. 😳
Karena pas kecil suka main perang-perangan.
Baca juga tulisan terbaru Adi berjudul Ada Band – Seberkas Kisah Lalu
@Adi,
hehehe … saya waktu kecil juga suka main perang2an loh, mas adi, kkeekke ….
@dloen,
mungkin utk menyalurkan naluri agresivitasnya, hehehe …
mmmm…assalamualaikum….ku p’tama X nya ngasih komen wlpun ke 33 kali ya? : 😉
bwat apa sih,mreka para algojo nindes hamba-Nya yg di palestin??huh…kasian y pak mreka?ntar kalo salah satu mreka ada di bawah tangannya,klo dah besar gmn?mau musuhin islam jg?
na’udzubillah…..
Baca juga tulisan terbaru tika berjudul I was…Senam Di depan Guru
@tika,
waalikum salam, mbak tika. makasih kunjungan dan komentarnya, mbak. wah, itu dia, mbak, apakah mesti menunggu Tuhan mengutus burung ababil utk menghancurkan mereka, yak?
wah pak Sawali pandai menyalurkan empati kedalam sebuah tulisan yang kreatif. Saya suka tulisannya pak,
salam
Baca juga tulisan terbaru mascayo berjudul didalam hati ini berniat
@mascayo,
walah , hanya kebetulan saja kok inget waktu kecil yang suka main perang2an, mascayo, hehehe …
Entah kenapa saya sangat yakin kaloanak2 di sana punya cara tersendiri menikmati masa kanak2 mereka, entah lempar2an granat atau maen menjinakkan ranjau, ini serius lho bukan becanda.
Yang namanya anak-anak, dimanapun itu akan tetap menjadi seorang anak-anak dengan jiwa polos mereka.
Teriring doa saya untuk seluruh rakyat Palestina dengan ditekannya “posting komentar” diakhir form komen ini.
Baca juga tulisan terbaru tukang nggunem berjudul Ziarah Wali Blogger
@tukang nggunem,
semoga dan mas sigid terkabul. duka palestina adalah duka kita semua. semoga mereka diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi kebiadaban zionis israel.
wah, klau sambil banyangin anak2 yg ada di palestina sana, jadi pengin nangis pak.
Baca juga tulisan terbaru hendra berjudul Appreciation for TV One
@hendra,
iya, mas hendra. kalau melihat tayangan gambar nasib mereka, sungguh, nurani kita benar2 tersentuh. semoga saja kecamuk perang itu segera berakhir.
Mudah-mudahan ada rekomendasi yang baik yang bisa dihasilkan dari ziarah bloger timur tengah nantinya pak. Khusus untuk anak palestina.
Baca juga tulisan terbaru Gempur berjudul [Resah 4]: Ideologi, Agama dan Tuhan di bawah ketiak Senjata
@Gempur,
mudah2an demikian, pak. ngomong2 pak gempur ikut ziarah jugakah?
@Sawali Tuhusetya, Insya Allah mengawal dari awal sampae akhir teman2,pak. nanti kalo jadi mampir ke semarang, saya berharap pak sawali turut serta.
@Gempur,
iya, pak, tolong dikontak, ya, pak. no hp saya masih sama dengan yang dulu, pak. saya tunggu infonya.
anak2 palestina akan survive mas…
mereka juga punya naluri sendiri untuk mempertahankan wilayah n exisistensi mereka…
Satu lagi Allah dan doa kita adalah perisai mereka…
Memang kasian mereka….anak2 dimana saja trekorban hanya karena kepentingan orang dewasa yg hanya memikirkan kepentingan sendiri…
Baca juga tulisan terbaru elly.s berjudul tak tertahan
@elly.s,
semoga demikian, mbak elly. Tuhan pasti sudah memiliki skenario terbaik buat hamba-Nya. semoga konflik dan perang itu segera berakhir.
klau saya ambil kesimpulan dari tulisan yg ini
“Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar menentang.”
hmmm klau anak yang dibesarkan dalam kondisi perang di gaza berarti masalah g’ bisa selesai dunk pak.. ada nuansa dendamnya githu..!!! secara… mereka dibesarkan dalam suasana yg g’ normal, bahkan melihat keluarganya hancur lrbur kena bom atau apalah… sudah pasti dalam jiwanya ada sedikit duri yang menganjal ampe dia besar,,,
trus solusinya gimana ya pak????
Baca juga tulisan terbaru zoel berjudul Walikota Bukittinggi jadi tersangka kasus korupsi
@zoel,
sungguh bukan hal yang mudah sepertinya, mas zoel.kalau kita menggunakan kacamata ala nolte, sungguh, nasib anak2 palestina jadi makin tak menentu. dalam kondisi seperti itu, mungkin diperlukan bimbingan dan pendidikan yang mencerahkan agar mereka bisa melupakan trauma perang yang selalu menghantui mereka.
pembekalan dan pendidikan yang baik sejak dini maka akan menumbuhkan akar yang baik pada diri anak.
kapan lagi kita bisa mendidik seorang anak jika tidak dilakukan sejak dini. 💡
Baca juga tulisan terbaru andi felani berjudul Kisah Penebang Kayu
@andi felani,
betul banget, mas andi. pendidikan merupakan fondasi utama utk membangun karakter dan kepirbadian anak.
saya ikut pasang baner mer-c peduli Palestina di blog saya, itu bener apa gak pak?. maklum wong ndeso
@budi,
walah, saya malah belum masang, pak budi, hehehe … saya hanya masang banner bikinan mas azaxs.
saya juga tanya seperti bang zoel, gimana pak
@budi,
hehehe … kalau gitu jawabannya sama dg jawaban reply di komen mas zoel, pak, hehe ….
Betul sekali pak..
Mari jaga anak-anak kita…
(padahal saya belum punya anak) 🙂
Baca juga tulisan terbaru azaxs berjudul STOP WAR!!
@azaxs,
sepakat, mas mas azaxs. btw, ngomong masalah anak kan nak mesti harus punya anak duluan toh, mas?
Anak-anak Palestina mungkin tak pernah mengkhayalkan perang. Karena mereka sudah berperang bahkan selagi mereka dalam kandungan.
Mereka akan melewati perang ini!
Ini hanyalah sebuah taman bermain kehidupan.
@Abu Yervant,
iya, bener banget, mas abu. perang bagi anak2 palestina bukan lagi fiktif, melainkan fakta.
anak anak itu ibarat kertas putih yang akan terisi oleh apa yang ada si sekitarnya.
bila kotoran yang ada di sekitarnya, maka kotor pula kertas itu.
tapi bila serpihan emas yang ada, maka emas juga yang akan menempel….
@alief,
nah, betul banget, mas alief, itu bukti kalau lingkungan memang memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak.
Saya sampai sekarang masih heran… kenapa main perang2an kok disukai banget sama anak2??? Mungkin terlalu banyak mendapatkan cerita tentang perjuangan kemerdekaan ya?
Dimana salahnya nih??? *bingung*
Baca juga tulisan terbaru Andy MSE berjudul Riyo, Yuli, dan Kyai… bambambam…
@Andy MSE,
kalau sekadar main perang2an ndak masalah, mas andy, hiks, mereka malah bisa mengembangkan imajinasinya. yang kita khawatirkan kan kalau anak2 selalu menyaksikan kekerasan yang sesungguhnya di tengah lingkungan mereka.
anak-anak palestina………
mereka akan menjelma sekuat pandawa. apapun strategi untuk menghilangkannya dari muka bumi, kebenaran akan selalu menemukan jalannya.
sepenuh doa untuk anak-anak palestina……..
Baca juga tulisan terbaru onabunga berjudul Dua Sopir, Dua Gaya Menyetir
@onabunga,
mudah2an demikian, mbak lintang. yaps, doa juga merupakan bagian dari jihad,semoga anak2 palestina diberikan ketabahan.
pingin banget mendidik anak dengan konsep yang bagus, tapi bagaimana mungkin, anak saja belum punya… 🙂
Baca juga tulisan terbaru alifahru berjudul Mari Pererat Tali Persahabatan Kita
@alifahru,
walah, membuat rancangan dg konsep yang bagus kan ndak ada salahnya toh, mas fahru. kan ndak harus nunggu punya anak duluan, kekeke …
anak-anak itu kelak yang akan mendampingi Imam Mahdi tuk meluluhlantakan yahudi-yahudi di israel
anak pak sawali berapa? 🙂
Baca juga tulisan terbaru novi berjudul Palestina koq Dibantu
@novi,
wah, mudah2an harapan mas novie bisa terwujud. widih, kok tanya anak segala toh, mas? hiks, waktu di g kelir kan dah saya ceritakan toh? kekeke …
anak2 suka mencontoh orang dewasa, guru kencing berdiri murid kencing jungkir balik 😆
Baca juga tulisan terbaru junjungpurba berjudul Batavia Air Mengecewakan
@junjungpurba,
iya, bener banget mas junjungpurba, makanya ini juga warning buat orang tua, hiks, agar memberikan teladan yang baik di depan anak2.
yup…
anak2 adalah korban yg paling menderita dari adanya peperangan…
trauma ttg perang akan terekam terus di dalam alam pikiran mereka seumur hidup..
posting yg mantabb mass..
salam kenal yah..
bonar
http://sihotang407.wordpress.com
Baca juga tulisan terbaru bonar sihotang berjudul empat kosong tujuh
@bonar sihotang,
salam kenal juga, bung bonar. walah, postingan biasa saja kok, bung, hehehe … itulah yang dikhawatirkan, bung, memori anak2 agaknya akan sulit melupakan trauma peperangan itu.
Memang yang namanya imajinasi akan membawa dampak baik positif maupun negatif, entah itu imajinasi perang, saru, de el el,.Waspadalah!!! Waspadalah!!! wekekekee
Baca juga tulisan terbaru Bawor berjudul Bikin Gravatar
@Bawor,
wew… kok pakai ucapannya bang napi, tph, mas bawor, kekeke …
tidak selayaknya anak2 dilibatkan dalam peperangan apalagi menjadi korban dari peperngan itu sendiri..
Baca juga tulisan terbaru emfajar berjudul A Song For Gaza
@emfajar,
iya, menag seharusnya demikian, mas fajar. tapi dalam perang yang sesungguhnya, agaknya hal itu sulit dihindari. yang lebih bagus memang mencegah agar jangan sampai perang itu terjadi.
orang yang gak pernah berperang memang sulit untuk mengerti jalan pikiran seseorang yang terbiasa hidup di jalur konflik..demikian sebaliknya..
Baca juga tulisan terbaru boyin berjudul Bikin Pe er singkat
@boyin,
hehehe … bener juga, mas boyin, tapi dari sisi mana pun perang itu sesungguhnya sangat tdk menguntungkan, baik yang mengkalim diri sbg pemenang, apalagi yang dinyatakan kalah.
memang anak-anak harus diajarkan hal yang baik-baik sejak dini, pola pikir dan pandangan mereka akan terbentuk sejak mereka masih kecil, walaupun bisa berubah juga seiring dengan berjalannya waktu dan pengaruh lingkungan….
semoga saudara2 kita di palestina diberi kekuatan dan ketabahan..
Baca juga tulisan terbaru rayearth2601 berjudul Aku Untuk Negeriku, pemikiran sederhana orang biasa
@rayearth2601,
amiiin, mudahan demikian, mas raye. lingkungan yang nyaman pasti akan lebih bagus buat perkembangan jiwa anak2.
iya ya saya baru sadar kalau anak anak kecil kebanyakan dan termasuk saya waktu masih kecil sangat suka perang. tanya kenapa?
Baca juga tulisan terbaru endar berjudul Cara mudah diindeks Google
@endar,
wew… namanya saja anak2, mas endar. dunia mereka kan identik dg dunia bermain. kebetulan saja mereka suka bermain yang penuh tantangan.
Pak mau OOT banget niih…. sekarang saya lagi di rumah bapak.
Bapak ada ga niiiiiiiiiih? *Becanda*
Ini lagi kopdar lhoooo… mau pada ikutan ga?
Peserta kopdar:
1. Pak Sawali Tuhusetya
2. mathematicse
3. mezzalena
Baca juga tulisan terbaru mathematicse berjudul Apa Kabar *****?
@mathematicse,
widih, jadi geli. ketmu langsung orangnya kok bikin komen di sini, hiks. pak jupri ada2 saja, haks.
faktanya pak, sejak anak2 kita memang di jejali oleh permainan2 yg cendrung untuk saling “melawan” ato paling tidak lomba-lomba yang punya semangat buat saling mengalahkan. dan itu juga yg terbawa hingga kita dewasa.
Baca juga tulisan terbaru tan berjudul tragedi
@tan,
yaps, itu bukti kalau lingkungan memang sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan watak dan kepribadian anak, mas tan.
mari belajar mengajra dengan mencontohkan contoh yang baik
Baca juga tulisan terbaru komuter berjudul IBSN: peduli,
@komuter,
ayo! sebuah ajakan yang simpatik banget, mas pengendara.
jadi twrinspirasi nulis ehari bersama anak jalanan
makasih inspirasinya ya pak guru
@suwung,
wew… program yang bagus juga tuh, mas suwung. kapan tuh aksinya?
Sing hobine perang yo opo sempat mikir anak-anak. Kalau belum rumahnya sendiri yang kena bom ya mereka nggak punya empati. Jan jan….-
Baca juga tulisan terbaru lovepassword berjudul Award dari dari Etikush
@lovepassword,
betul banget, mas love. mereka pasti ndak pernah semapt mikir nasib anak2. duh, makin repot!
Sindiran Dorothy Law Nolte-nya mesti aku catat, Pak Sawali.
Cukup layak untuk diajadikan salah sebuah rujukan. Thanx.
Baca juga tulisan terbaru Daniel Mahendra berjudul Bagaimana Kalian Bertahan Hidup?
@Daniel Mahendra,
hehehe …. matur nuwun, mas daniel, hehehe ….
begitu mendalam sehingga aku jadi bingun nich (malum baru berjalan tertatih untuk jadi bloger kaya kang………….?
@awie,
wew… bingung? widih, sukanya mas awie kok merendah begitu.
Di satu sisi, Pak, adanya konflik juga bisa membuat pribadi lebih matang, tangguh, dan bertanggungjawab. Ini berbeda dg mereka yg dibesarkan di daerah yg damai tentram. Jepang pun jadi tangguh pun karena sejak awal lingkungan alamnya miskin dan kurang bersahabat dibanding di Indonesia. Kecuali klo kita bisa mengondisikan diri terlepas dari bagaimanapun lingkungan yg membentuk.
@Akhmad Guntar,
bisa jadi benar, pak akhmad, kalau saja mereka kebetulan mendapatkan arahan dan bimbingan yang matang dan kondusif. namun, sungguh repot kalau mereka gagal menemukan jatidirinya gara2 lingkungan yang kejam dan keras.
stop kekerasan..karena akan menciptakan dendam yang tak berkesudahan
Baca juga tulisan terbaru Nyante Aza Lae berjudul Iklan !
@Nyante Aza Lae,
iya, bener juga tuh, mas kurnia. damai dari kacamata apa pu lebih menguntungkan ketimbang hidup di tengah lingkungan yang penuh kekerasan.
iya pak, anak skrg cpt tanggap. jd harus dididik dgn benar
Baca juga tulisan terbaru casual cutie berjudul Busana VS Underwear
@casual cutie,
bener banget, mbak cutie. semoga saja kita bisa mendidik anak2 dg benar.
banyak juga kasus di negara2 afrika, yang melibatkan anak-nak sebagai serdadu dalam perang saudara… fiyuh…
sungguh bersyukur anak-anak dinegeri ini masih bisa menikmati masa anak-anaknya, meskipun masih jauh dari status kelayakan.
Baca juga tulisan terbaru Epat berjudul Budaya Terimakasih ( Sebuah Obrolan )
@Epat,
duh, kita ndak bisa membayangkan kalau anak2 di negeri ini bernasib spt anak2 di afrika itu, mas epat, hiks.
perang apapun bentuknya akan menghasilkan kesengsaraan yang paling berat menanggung adalah anak-anak
Baca juga tulisan terbaru imoe berjudul …pesona carlos…
@imoe,
betul banget, mas imoe. memng seperti itulah yang terjadi. perang bener2 telah menghancurkan nlai-nilai kemanusiaan.
Perang / perang2-gan kok nggak begitu suka ya ama putraku yg sulung pak…malah dia suka cuman lihat2 gambar2 artikel seperti dinosaurus, komodo pokonya ttg binatang…dan kau ditanya terobsesi pingin jadi manager bank bca..hihihih lucu juga..nggak pingin jadi aparat seperti TNI.
pernah ditanya pingin beli model2 tank2 perang apa buku ttng gambar2 binatang, eh malah milih bukunya oppsss kok jadi cerita ..maap pak
abis nggak sadar kalu udah ngetik
Baca juga tulisan terbaru Diah berjudul Tips Singkong Renyah
@Diah,
wah, itu artinya s sulung tergolong penyayang binatang, mbak diah, hehehe … bagus juga kok itu. tapi cita2nya kok pingin jadi manager bank bca, yak, hehehe … kira2 ada nggak ya hubungannya dg hobi si sulung yang selalu senang melihat gambar2 binatang?
Selama ini Abu pikir main perang2an adl Fitrahnya anak laki2… Soalnya waktu kecil suka… Trus anak2 kampung sekitar juga msh main “dor-doran” juga…
Baca juga tulisan terbaru TENGKU PUTEH berjudul LAUTAN YANG TERSIA-SIAKAN
@TENGKU PUTEH,
tapi perangnya abu sekarang pasti dah jauh berbeda, hehehe ….
lama gak kesini… Wah Pak Husnun traveling seminggu ke Jateng+DIY inget mampir ke pak sawali nggak ya ?
Baca juga tulisan terbaru heri berjudul NaD@MU # 16 : Nasi Gudeg Campur Sembarang # 1
@heri,
gpp, mas heri, blog ini bisa dikunjungi kapan saja, kok. btw, pak husnun ke jateng dan jogya? wah, seneng banget kalau beliau inget kendal, lalu pinarak ke gubug saya, hehehe ….
background (apalagi yang kelam), memang berkontribusi besar terhadap proses tumbuh kembang si anak ya pak. ini menjadi bahan kajian menarik untuk saya teliti lagi. Kalau di postingan saya dahulu tentang menimbang latar belakang seseorang yang mana di situ saya memang sudah memaksakan diri menjustifikasi tindakan (biarpun melanggar nilai kemanusiaan) seseorang dengan dalih background, mungkin untuk kali ini saya bisa lebih bersikap adil dalam memandang sebuah peristiwa, sekalipun ada pengesah tak tertulis bernama latar belakang. Ya, untuk sementara, kita hanya baru bisa memberikan empati dan uluran tangan sekadarnya. Mungkin generasi kita kelak bisa lebih cerdas dan mampu menawarkan solusi lain yang lebih aplikatif.
salam persaudaraan
Baca juga tulisan terbaru ariss_ berjudul Poem of the Day
@ariss_,
ayaknya memang menarik, mas ariss, apakah memang bener sih yang dikatakan nolte itu?
hmm, tentang anak kalo dibesarkan akan jadi apa itu, gak semuanya bener lho … kadang anak emang perlu “dikerasin dan dipukul”)*
)*syarat dan ketentuan berlaku 😛
@firman,
iya, memang ada benarnya, mas firman, tapi agaknya perlu juga disesauaikan dg situasinya. *walah kok jadi sok tahu saya, hiks.
Merenungkan dampak kekerasan, praktek dan lingkungan yang penuh kekerasan terhadap anak-anak melalui karya perupa Haris Purnomo dan budayawan Sindhunata
Menunggu Aba-aba : Bayi Bertato, Kepompong dan Pisau Sangkur
Bagi saya karya-karya Haris Purnomo dalam pameran Kaum Bayi : Alegori Tubuh-tubuh yang Patuh ini merupakan kritik atas peradaban, kekerasan dunia orang dewasa, kekerasan tatanan masyarakat baik di lapangan politik, ekonomi, budaya, teknologi terhadap alam dan sesama manusia. Bumi air tanah tumbuh bayi-bayi mungil dengan tato sekujur tubuh, dalam bedong ber-pisau sangkur. Hangat kepompong dalam proses metamorfosis menjadi bentuk lain, kepribadian lain.
Mereka Menunggu Aba-aba!!!!
grekgrek, grekgrek, grengkek, grekgek atau seperti bunyi orang mengasah sangkur
grek grek suara motor penggerak pisau sangkur menghipnotis ruang bentara budaya yang temaram mencabik kenyamanan, membuat ngeri, seperti dengkur pasukan perang, tentara pembunuh …… alien, mutan, monster…
atau seperti bunyi orang mengasah sangkur
Mereka Menunggu Aba-aba!!!
bayi-bayi lelap dan jaga yang menimbulkan sayang dan haru itu, menyembul harap dan bahagia dan kengerian di sekitarnya, kontradiksi pedih, kemanusiaan abad ini….
silah kunjung ….
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/05/menunggu-aba-aba-bayi-bertato-kepompong.html
@andreas,
wah, terima kasih banget tambahan informasinya, mas andreas. salam kreatif!
terus lah berimajinasi
anak”
indonesia..!!
http://www.evernote.com
Anak-anak dan Imajinasi tentang Perang: Catatan Sawali Tuhusetya