Televisi dan Pesta Demokrasi

Pesta demokrasi untuk memilih calon wakil rakyat memang telah usai 9 April 2009 yang lalu. Namun, gaungnya masih sangat terasa menggetarkan. Bahkan, tensinya makin meninggi, terutama bagi caleg yang sudah…

Anak-anak dan Imajinasi tentang Perang

Perang-perangan termasuk salah satu mainan favorit anak-anak kampung. Dengan menggunakan senjata mainan dari pelepah daun pisang, anak-anak bisa dengan sangat bangga mencitrakan dirinya sebagai pahlawan. Lewat bunyi onomatope ”dor!” dari…

Gaya Selebritis Para Wakil Rakyat

Oleh: Sawali TuhusetyaBelakangan ini baliho politik bertaburan (hampir) di sepanjang jalan raya. Dengan tampilan foto keren dipadu slogan-slogan politik yang membius, para calon wakil rakyat berusaha menarik simpati publik. Tak…

Kang Badrun Juga Puasa

Sebagaimana muslim yang lain, Kang Badrun juga puasa. Lelaki separo baya ini harus menghadapi tiga tantangan sekaligus. Menahan diri dari makan dan minum, memanjakan nafsu, serta tidak iri dengan orang-orang…

Pringas-Pringis

(Sekadar jampi sayah di tengah kenaikan harga BBM)

Berbeda dengan teman-teman sekampungnya yang larut dalam antrean demo bayaran menentang kenaikan BBM, Karjo Puyeng justru asyik dengan dunianya sendiri. Seirama dengan usianya yang sudah memasuki masa puber, hasrat untuk memiliki pasangan hidup semakin menggerus ubun-ubunnya. Matanya yang bundar-lebar kayak mata barongan itu selalu jelalatan kalau melihat gerombolan cewek yang tengah melintas. Itu terjadi gara-gara calon istrinya dibawa kabur orang. Malam ndak pernah bisa tidur hingga matanya yang liar itu jadi ngiyip. Jangan heran kalau saban hari biyungnya ngomelin habis-habisan bak bibir sak tumang kari sak merang.

“Apa kamu nggak malu jadi tontonan para tetangga. Saben hari kerjanya kok ngluyur terus. Mbok nyoba-nyoba nglamar jadi priyayi,” celoteh biyungnya ceriwis.

“Semua ini gara-gara Sampeyan kok, Mbok! Milihkan jodoh nggak cocok!” sahut Karjo Puyeng sembari mengepulkan asap rokok tingwe alias nglinting dhewe.

“Eeee … Lha kok malah nyalahkan aku? Kamu ini saya sekolahkan sampai es-em-a, supaya kamu bisa jadi priyayi. Kalau jadi priyayi, cah wedok kan mesti datang sendiri, tahu?”

Sang Bunga Layu Sebelum Mekar

(Ini hanya sekadar "ngrumpi" dan fiktif belaka. Kalau ada kesamaan nama, itu hanya kebetulan semata). Dada Pak Warsam serasa terbakar. Panas, nyeri, dan perih. Pandangan matanya berkunang-kunang. Napasnya sesak dan…