Belakangan ini baliho politik bertaburan (hampir) di sepanjang jalan raya. Dengan tampilan foto keren dipadu slogan-slogan politik yang membius, para calon wakil rakyat berusaha menarik simpati publik. Tak jauh berbeda dengan lomba baliho. Semuanya berupaya memberikan citra diri sebagai putra bangsa terbaik. Sungguh konyol kalau ada baliho politik yang mengimajinasikan diri sebagai calon wakil rakyat yang cenderung korup dan antiperubahan. Semangat yang mereka bangun jelas berbasis kerakyatan. Maju bersama rakyat membangun bangsa.
Persoalannya, apakah baliho-baliho politik yang dengan masif mengusung semangat perubahan, antikorupsi, dan berbasiskan kerakyatan semacam itu masih akan mereka ingat dan dijadikan sebagai platform perjuangan politik setelah mereka sukses menduduki kursi bergengsi sebagai wakil rakyat?
Kalau mau jujur, komunikasi yang mereka bangun selama masa-masa kampanye hanyalah komunikasi semu. “Rakyat dirangkul dan dijadikan sebagai subjek perubahan” hanyalah sebuah eufemisme, bahkan cenderung ke gaya pleonastis. Tak banyak wakil rakyat kita yang benar-benar sanggup bersikap istiqomah dan tetap berada dalam bingkai dan platform perjuangan yang pernah gencar mereka gembar-gemborkan. Bahkan, tak sedikit juga wakil rakyat kita yang gagal menahan godaan untuk bertindak korup sebagaimana yang pernah dikemukakan dengan nada pedih oleh Lord Acton. Ya, ya, ya, agaknya benar kalau kekuasaan itu cenderung korup.
Perhatikan saja berita-berita yang tersebar di berbagai media, baik cetak maupun elektronik! Hampir tak pernah sepi dari pemberitaan negatif tentang ulah wakil rakyat kita yang tersandung korupsi. Situasi anomali politik semacam itu jelas makin menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap kinerja para wakil rakyat yang terhormat. Persoalan kian rumit dan kompleks ketika mereka dengan sangat vulgar berkongkalingkong dan membangun jaringan-jaringan politik yang abai terhadap nasib rakyat.
Menjadi wakil rakyat sejatinya bukanlah pekerjaan mudah. Mereka menjadi representasi rakyat yang diwakilinya. Mereka harus bicara dan berjuang atas nama rakyat. Amanah yang berat tentu saja. Namun, akibat anomali politik yang demikian lama terbangun melalui proses demokrasi yang sarat “pembusukan”, menjadi wakil rakyat akhirnya jadi sebuah pertaruhan ambisi dan gengsi. Menjadi wakil rakyat bukanlah “kemauan politik” untuk mewujudkan sebuah perubahan, melainkan semata-mata untuk menjadi “selebritis”; penuh glamor dan hedonis. Tak jauh berbeda seperti repertoar “Petruk Dadi Ratu” dalam jagad pewayangan. Mereka bisa dengan mudah mendapatkan fasilitas-fasilitas serba wah. Mereka pun jadi begitu akrab dengan dunia malam yang memabukkan.
Meski demikian, saya juga percaya, masih ada wakil rakyat kita yang demikian total dan serius mengemban amanat rakyat. Tenaga, pikiran, dan komitmennya untuk membangun bangsa masih sangat diperhitungkan. Sayangnya, jumlah mereka tidak begitu banyak.
Kita sangat merindukan wakil rakyat yang tetap tampil bersahaja dan sanggup menghindar dari godaan untuk bergaya selebritis yang sarat keglamoran dan hedonis. Mereka juga bisa menjadi kekuatan kontrol terhadap ambisi-ambisi yang berkembang di tengah atmosfer politik yang busuk dan sarat anomali. Kalau saja para calon wakil rakyat kita kelak sanggup tampil seperti itu, sungguh, baliho politik yang demikian masif mereka taburkan di sepanjang jalan bukanlah media komunikasi semu. ***
Setuju mas!!
Wakil rakyat memang norak!!
Bisanya cuma ngumbar janji palsu
Psang foto narsis
ma bikin baliho
DASAR!!
Berita? Tips? Unik?
http://kang-adek.blogspot.com
Baca juga tulisan terbaru kang adek berjudul Mematikan Suara Sistem Windows
itulah kenyataan yang sering kita lihat, kang adek. m,ereka gencar berpromosi dan berkampanye dg bahasa yang berbusa-busa, hiks, tapi apakah kelak akan terbukti melalui kinerjanya yang peduli pada rakyat?
SEMOGA SAJA
yang memasang baliho besar nanti
bisa amanat
..
bukannya korupsinya yang paling besar
…
semoga
Baca juga tulisan terbaru ILYAS ASIA berjudul 4 kesalahan Eksekutif
amiiiin, semoga saja mereka bisa istikomah dalam menjalankan amanah, mas ilyas.
nyindir saya pak sawali?? contreng jenggotna 😀
walah, kok tersindir, toh, mas ardy. memang mau nyaleg jugakah? hehehe …..
tulisan membangun koq disebut nyindir ❓
🙄
Saya rasa menjadi wakil rakyat dianggap sebuah profesi untuk mencari uang. Kekuasaan besar dan gaji besar karena mereka dapat membuat peraturan-peraturan untuk menambah penghasilan gaji sendiri dengan nama lain “tunjangan”, “insentif”, dan lain-lain.
Demikian pula selebritis yang jadi wakil rakyat. Ada Dede Yusuf, Marissa Haque, Angelina Sondakh, Adjie Masaid dll. Sampai saat ini saya belum mendengar sepak terjang dan kegiatan mereka yang pro rakyat. Entah karena terlalu sibuk dengan urusan di parlemen atau memang sebenarnya tidak memiliki kemampuan menjadi wakil rakyat.
Baca juga tulisan terbaru Syamsuddin Ideris berjudul HSS Go Online!!!
itulah kenyataan yang sering kita lihat, pak syam. repotnya, para wakil rakyat justru malah bergaya hidup nyeleb, sementara seleb yang jadi wakil rakyat juga belum banyak melakukan aksi2 yang bermanfaat buat rakyat.
nggilani… ;))
ditemukan di: http://artindonesia.org/pawartos_jawi_rembugkithapraja_kejemuanitumenular.htm
wah, makasih banget tambahan infonya, mas jenang.
yah harus dua kali deh
dalam urusan politik yang INI saya memang nggak terlalu respon biarlah karena semua menawarkan janji perubahan ke baikan
tapi nyatanya nggak realistis sama sekali
saya cuman membayangkan jika biaya kampanye dan membuat baliho itu menelan banyak uang trus kalo jadi podo nggolek pulihan
kan gitu kali ya pak
terima saja lah kekalahan kita sebagai rakyat kaliiiii
dan pilihan saya sementara tidak memilih dulu karena memang belum saatnya hahaha
hehehe …. memang kenyataannya seperti itu, mas totok, hiks. wah, rupanya mas totok golput juga, hiks. duh, dua hari belakangan ini blog lagi error, mas. belum sempat jalan2, hiks.
saya nggak golput pak karena saat ini memang belum saatnya memilih maka saya belum memilih atau tidak memilih lebih dahulu
hahaha saya jadi ingat gara gara pernyataan ini pas jadi moderator langsung saya di seret ke polres ketika selesai dan harus memberikan penjelasan ” ngakak ”
Baca juga tulisan terbaru genthokelir berjudul Selamat Datang 2009 di Gunung Kelir
lho komentar saya tadi kok tidak masuk.
saya mau berkomentar
calon wakil rakyat gampang ditemui kalau sedang kampanye malah berusaha menemui kita, kalau sudah jadi boro-boro mau bertemu kita.
saya tersinggung karena mereka bergaya seperti saya.
kekeke … maksudnya mas endar bergaya nyeleb juga, gitu, hehe …
memang sedang ada masalah, mas endar, mohon maaf, hiks.
semoga aja mereka tidak hanya baek waktu kampanye..
ntar klo udah dapet kursi lupa segalanya 🙁
Baca juga tulisan terbaru emfajar berjudul Telat
mudah2an begitu, mas fajar. kalau dah jadi wakil rakyat luma sama yang milih, duh, mudah2an kalau nyalon ndak kepilih lagi.
namanya juga usaha pak heheheh
iya, bener juga, mas zoel, tapi nanti ditagih rakyat, loh.
ganti template nie?
sedang error, mas vay, hehehe ….
dapurhosting.com dapurhosting.com
memang… sekarang pada pengen jadi selebriti semua…
pengen terkenal sampe2 narsis pada masang poster dimana2..
padahal berapa efektif sih pemasangan poster dengan perolehan suara belum ada ukurn pastinya.
Baca juga tulisan terbaru ciwir berjudul Forsilatnas PATTIRO Raya
hehehe … itulah kenyataan yang sering kita lihat, mas santri. mungkin bisa efektif kalau janji2 mereka bisa terwujud.
emg gitu tuh…kacang lupa kulitnya..tpi emg biasany byk godaan tuh klo dah ngejabat..
itulah kenyataan yang sering kita lihat, mas ananto, hiks. kalau dah dapat kursi, ndak mau turun.
ganti template ya bang
kok kembali ke default???
duh. lagi error, mas anno, hiks.
😐
flash back :
soekarno > soeharto > habibie > megawati > gusdur > SBY > ❓
Baca juga tulisan terbaru ariss_ berjudul Blogger dan Ejaan yang Bermasalah
maksudnya apaan, mas aris? apa mereka bergaya seleb juga? hehe …
Selibritis dudu, Wakil rakyat yo dudu. Tapi ono uwong sing gayane koyo dua profesi itu. Yang jelas bukan saya…
Kalau toch saya, ya ndak apa2…
Baca juga tulisan terbaru marsudiyanto berjudul Rumah Tangga Adalah Blog Raksasa
hehehe … komentar pak mar selalu saja bikin saya tertawa ngakak, kekeke … pak mar jujur banget, hehehe ….
Baligho kampanye sudah menjadi polusi mata ….
1. Marilah kita mulai komentari(bukan ngajak beranten yah 😉 ) kerabat kita yang duduk di PNS karena mereka bagian dari sistem seutuhnya.
2. Dan jangan coblos calon dewan/calon presiden yang melakukan kelicikan2 selama kampanye. Belum jadi pejabat ajah dan licik apalagi klo udah jadi pejabat yang banyak akses
betul banget, mas faizal. kalau baliho yang mereka taburkan diimbangi dg kinerja yang bagus dan berpihak pada rakyat, rasanya masih bisa ditolerir, hiks. tapi umumnya setelah dapat kursi, jadi lupa deh sama rakyat yang telah memilihnya.
Jadi pengen nyanyi lagunya Iwan Fals, Wakil Rakyat.
Posting yang bagus, Pak Sawali..
Saya nantikan tulisan-tulisan seperti ini terlebih menjelang PEMILU 2009 nanti.
Selamat menantikan Tahun Baru!
walah, biasa saja kok, mas donny, hehehe …. selamat tahun baru juga, mas donny, semoga makin sukses di tahun depan.
fatwa politik: 1. Banyak partai beranggotakan politisi busuk. Semakin busuk jadinya bila mereka berkuasa. Bila anda percaya ini haram hukumnya memilih. 2. Banyak politisi mengumbar ayat suci saat kampanye pdhal stlh berkuasa sama busuknya dg politisi pertama. Jika anda percaya haram hukumnya memilih 3. Banyak politisi beridealisme tinggi tapi dikhawatirkan mengalami pembusukan pula saat berkuasa. Bila anda percaya makruh hukumnya memilih. Fatwa ini murni kreatif saya bandingkan dg fatwa MUI. Hiks . .
hehehe … kalau gitu, golput aja, mas roni, hiks. politisi kita kayaknya jarang yang tersentuh nilai2 kearifan.
Kalo semua caleg pada pasang baliho besar, habislah jalan-2 raya dipenuhi tampang2 narsis mereka. Kalo saya pasti malu, blm lg kepilih tp sdh pamer sana sini…. keluar uang utk kampanye tdk sedikit, wajar saja klo kepilih lalu korupsi..
Baca juga tulisan terbaru Mami Vaya berjudul 9 bulan, natal, & gulingan berujung jeduk!!
nah, itu dia persoalannya. berapa saja cost yang keluar utk pasang baliho di mana2, belum lagi nanti buat kampanye. bisa jadi tradisi seperti ini yang membikin para politisi jadi tergiur dg dhuwit, hiks.
Mudah2an dengan adanya fatwa MK tentang suara terbanyak yang akan jadi anggota legislatif, setidaknya kita semua bisa ikut mengcontrol perilaku para caleg itu dan kita semua yang menentukan siapa yang paling layak pergi ke senayan. Kalo memang perilakunya masih seperti itu ya jangan dipilih lagi 🙂
Baca juga tulisan terbaru Indra Kurniadi berjudul Berlibur ketika mayoritas orang sedang bekerja
yaps, perubahan peraturan ttg pemilu itu layak disambut gembira, mas indra. ndak hanya mereka saja yang kebetulan dapat nomor peci. dg aturan baru, caleg yang berada di nomor sepatu pun bisa jadi kalau memang dapat dukungan suara yang signifikan.
kita tak pernah tahu kontribusi mereka selama ini hanya sekedar wajah yang terpampang dalam poster 😐
Baca juga tulisan terbaru tomy berjudul TRISULAWEDHA
betul, pak tomy, seperti nonton pajangan barang dalam sebuah etalase toko, hik. hanya yang bagus2 saja yang dipertontonkan, hehehe ….
lha setelah kepilih kok malah mencereng mencereng nyalahin rakyat?
ini salah itu salah… yang salah selalu yang kecil utawa rakyat
Baca juga tulisan terbaru suwung berjudul Ngelmu Soewoeng: Tehnik Merayu
hehehe … betul banget, mas suwung, kapan ya negera kita bisa memperlakukan rakyat sbg subjek?
Hi Hi Hi, iya nih. Sekarang saatnya wakil rakyat adol bagus. Pasang spanduk besar – berbulan-bulan mringis juga tetep betah. Lha wong mringisnya cuma di spanduk. 😳 😯
Baca juga tulisan terbaru lovepassword berjudul Solidaritas untuk Palestina
hiks, saya ndak bisa membayangkan kalau itu bukan spanduk, mas love. sanggupkah mereka tabur pesona di sepanjang jalan? kekeke …..
bukan sebagai subjek mas sawali…tapi sebagai konsumen, biar rakyat dilayani sebagai raja (konsumen adalah raja) klo sebagai subjek sih sekarang juga lagi…….subjek penderitaan
yaaaach… begitulah potret wakil kita..!! kalua ada maunya baru mendekat, tapi waktu dah jadi mereka tidur! seolah buta..seolah tuli..nasib rakyat mana pernah dinomor 1 kan.. yang paling penting bagi mereka adalah duduk nyaman menikmati kemenangan. membuat produk hukum yang menikam rakyat. produk hukum yang dibvuat dipoles seolah-olah berpihak padahal berpihaknya pada penguasa yang notabene adalah penganut faham kapitalisme..duni perpolitkan kita memang mengalami FATAMORGANA. dari jauh keliatan, setelah didekati malah gak ada.
Buat para calon.. gambar-gambar yang terpampang dijalan-jalan pada dasarnya tidak memiliki efek terhadap para pemilih. yang paling mengefek itu adalah kinerja ataupun pola interaksi kita di masyarakat.
SALAM PEMBEBASAN UNTUK SEMUA…..!!!
salam pembebasan juga, mas chan’d. iya nih, mas, baliho2 semacam itu agaknya tak akan berpengaruh terhadap pilihan rakyat. rakyat juga makin cerdas dan kritis, kok.
Pingback: Serba Salah [sebuah epigram] « Esensi
sekarang lagi pada ngetrend ya seleb jadi wakil rakyat. gpp yang penting kerja nya bener aja deh
.-= Baca juga tulisan terbaru Sexy Celebrity Wallpapers berjudul "Megan Fox Wallpaper #1 | Megan Fox Beautiful Smile" =-.
Emang selebriti indo sekarang uda menjelma jadi wakil rakyat dan sebaliknya para wakil rakyat juga menjelma jadi selebriti… 😕 tanya kenapa?? kayak di iklan ya
.-= Baca juga tulisan terbaru ZTE MF627 berjudul "Modem ZTE MF627" =-.
seharusnya wakil rakyat itu merakyat,,,
lihatlah di pelosok pelosok desa masih banyak rakyat jelata yang melarat dan kelaparan,,,, eh ni para wakil rakyatnya malah enak enakan liburan keluarnegeri, belanja, dan bersenag senag.
sungguh wakil rakyat yang tak tahu malu,,
memangnya mereka gax menyadari apa,,
sama keadaan masyarakat sekarang yang sedang di rasakan,,..
ini malah berRia-ria..