Peristiwa-peristiwa heroik ketika negeri ini memasuki masa-masa revolusi fisik, sejatinya merupakan fase historis yang bisa digunakan untuk mencerahkan ingatan kolektif bangsa bahwa negeri ini pernah memiliki pahlawan-pahlawan sejati. Secara ragawi, sosok pahlawan sejati yang terlibat dalam konflik dan pertempuran fisik bisa jadi memang sudah tidak ada. Roh, semangat, dan kesejatian nilai kepahlawanan mereka telah diabadikan lewat buku-buku sejarah, museum, monumen, atau nama-nama jalan.
Meski demikian, tidak lantas berarti nilai-nilai kepahlawanan dengan sendirinya ikut terkubur ke dalam kubangan sejarah masa silam. Kesejatian nilai kepahlawanan bisa terus tumbuh dan berkembang seiring dengan dinamika dan konteks zamannya ke dalam bentuk dan wujud yang berbeda. Ini artinya, siapa pun memiliki “talenta” untuk menjadi pahlawan sejati melalui ranah perjuangan yang digelutinya. Pahlawan sejati bisa muncul dari kalangan politisi, penegak hukum, pejabat, pegawai rendahan, bahkan dari kalangan rakyat jelata sekalipun.
Cobalah tengok sejenak perjuangan seorang pemulung yang tak kenal lelah mengumpulkan puing-puing rupiah dari tong-tong sampah dan tempat-tempat kumuh. Mereka bergerak ketika semburat merah matahari pecah di ufuk timur hingga semburat jingga matahari tampak temaram di ufuk barat. Melalui barang-barang bekas yang memberat di punggung, para pemulung kembali ke markas. Lantas, mereka memilah-milah dan mengumpulkan serpihan-serpihan sampah sesuai dengan jenisnya, untuk selanjutnya dijual kepada para penadah.
Untuk mendapatkan rupiah, seorang pemulung mesti melewati beberapa fase perjuangan yang tidak ringan. Mereka mesti menghadapi stigma yang sudah lama ditimpakan oleh para petugas Tibum. Mereka telah dicitrakan sebagai sampah yang mesti disingkirkan. Berkali-kali, mereka harus berhadapan dengan barikade petugas Tibum yang telah diindoktrinasi lewat dogma-dogma ketertiban umum yang menyesatkan. Penggarukan, penggusuran, atau pemaksaan kehendak, sudah merupakan hal yang biasa mereka lakukan kepada orang-orang yang dianggap menyandang masalah sosial. Dengan beban keranjang dan senjata ”pulung” di tangan, para pemulung sering diangkut dengan cara paksa di atas mobil bak terbuka, seperti layaknya kerumunan babi yang barusan jadi korban jagal. Di markas petugas, mereka tak jarang ”diteror” dengan cara-cara fasis. Hujatan, sumpah serapah, dan sikap-sikap tak ramah lainnya seringkali dipertontonkan oleh bapak-bapak petugas yang tengah mempraktikkan kekonyolan-kekonyolan. Marah-marah tanpa memiliki kesanggupan untuk mencarikan solusi mata pencaharian yang lebih baik.
Tak hanya itu. Para pemulung juga harus menghadapi konstruksi sosial dan kultur masyarakat yang telah dihinggapi doktrin-doktrin materialisme dan hedonisme. Para pemulung sering dicitrakan sebagai “orang jahat” alias maling yang pantas dicurigai. Di jalan-jalan dan gang masuk kampung, misalnya, seringkali terpampang tulisan dengan huruf yang sangat mencolok: “PEMULUNG DILARANG MASUK!” dan sejenisnya. Dalam pemahaman awam saya, tulisan semacam itu tak lebih dari sebuah “pembiadaban” berdasarkan cara pandang pemikiran yang sempit dan nihil dari sentuhan nilai kemanusiaan. Mungkin ada beberapa pemulung yang “tersesat” sehingga punya keinginan untuk memiliki sesuatu yang tiba-tiba saja menggoda nafsu dan selera rendahnya. Namun, hal-hal yang bersifat kausistik semacam itu tak bisa dijadikan sebagai sebuah premis bahwa pemulung identik dengan maling.
Jadi pemulung bukanlah harapan dan cita-cita. Tak seorang pun yang menginginkan predikat semacam itu melekat pada dirinya. Namun, situasi kemiskinan struktural yang sudah demikian menggurita di negeri ini, disadari atau tidak, telah melahirkan terciptanya pemulung sebagai mata pencaharian baru. Jangan salahkan mereka jika kehadirannya terpaksa mengganggu kenyamanan pandangan mata para pemuja gaya hidup materialistis dan hedonis.
Para pemulung bisa jadi tak paham apa makna pahlawan yang sesungguhnya. Namun, secara riil, mereka telah mengaplikasikan nilai-nilai kepahlawanan sejati ke dalam setiap aliran darah, desahan napas, dan kucuran keringatnya. Mereka rela berkorban untuk direndahkan martabatnya tanpa punya pamrih untuk menggugatnya. Mereka rela diberi stigma sebagai maling tanpa punya pamrih untuk melakukan pemberontakan. Mereka juga merelakan dirinya dipanggang terik matahari demi memenuhi tuntutan perut sanak keluarganya. Sungguh kontras dengan perilaku koruptor yang sudah jelas-jelas terbukti mengemplang harta rakyat, tetapi masih menempuh berbagai cara untuk bisa lolos dari jeratan hukum.
Para pengambil kebijakan seharusnya memiliki kepekaan dalam menangani masalah-masalah sosial yang menghinggapi kaum dhuafa. Jangan gampang melakukan pembiadaban dan menempuh cara-cara fasis untuk menyingkirkan wong cilik yang sedang mencari peruntungan dan perbaikan nasib keluarganya jika tak sanggup memberikan jaminan penghidupan yang layak. Para pahlawan yang sudah berada di alam keabadian bisa jadi akan menangis dan merintih menyaksikan para petugas yang tak henti-hentinya melakukan teror, intimidasi, dan kekerasan terhadap sesamanya. Jangan sampai negeri ini jadi ”Malin Kundang” akibat ingatan kolektif bangsa yang sudah mulai melupakan kiprah para pahlawan sejati. ***
nelangsa saya dibuatnya. Jadi teringat apadong.com/2008/08/19/ming-ming-mengais-harapan-dari-tumpukkan-sampah/
ya, saya baru saja membuka link yang mas arif tunjukkan. sungguh membuat saya salut. seorang pemulung bisa menyelesaikan kuliahnya. pahalwan bener2 kalau ini.
Memang pemulung sebenarnya membantu kita untuk memilah mana sampah yg masih bisa didaur ulang atau ngak gitu.
Sebenarya yg demikian karena ketakutan para orang di sebuah komplek aja..
kalo mau sih, yah pisahkan sampah organik dan nonorganik, ntar di pembuangan akhir si pemulung cukup ke sana aja 😀
Oia pak Sawali di daerah kost saya, malah gini yg terjadi : anaknya 2 orang yang disuruh mulung, dari tempat sampah satu ke tempat sampah yang lain. 2 anak itu jadi itam kelam kulitnya.
sedang bapaknya enak2 ongkang2 kaki di becak menunggu anaknya yg ngumpulin sampah… hmm…
Baca juga tulisan terbaru aRuL berjudul Ulang Tahun Pertama Komunitas Blogger Surabaya http://www.tugupahlawan.com
betul, mas arul, pemulung sudah ikut berjasa dalam menyelamatkan lingkungan. sayangnya, masih ada beberapa pemulung yang yang menjadikan pekerjaannya sebagai kedok, apalagi menyuruh anaknya kerja, sementara si orang tua malah okngkang-ongkang.
ternyata negeri ini masih sarat dengan diskriminasi *sungguh terlalu*
Baca juga tulisan terbaru thimbu berjudul Kenapa Tidak Terpenuhi ?
itulah yang terjadi di negeri ini, mas thimbu. entah kapan akan terjadi sebuah perubahan.
waduh itu warga kampung apa kampung preman ??? ato mereka punya pengalaman buruk sama pemulung??? *ngelus dada ae* *dada saya sendiri lho pak* 😀
Baca juga tulisan terbaru mantan kyai berjudul Menjelang Fajar
saya juga tak tahu, mas ardy. saat blogwalking saya menemukan gambar itu di blog http://arians.staff.ugm.ac.id/wordpress/2008/05/29/pemulung-masuk/
hehe, tapi memang “kebanyakan” pemulung yang masuk daerah saiia di jkt seperti itu pak. kenapa saiia bisa bilang demikian, karena saiia sering memergokinya sendiri, swer ewer ewerrr… :d
Baca juga tulisan terbaru belajarseo berjudul Cara Keyword Stuffing Yg Sedikit Lebih Baik
itulah yang menyedihkan, mas. padahal, saya yakin, masih banyak juga pemulung yang jujur. meulung yang jujur inilah yang layak diberi predikat sebagai pahlawan.
wah betul banget om guru, pemulung itu sangat berjasa bagi kita, seperti para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan. pemulung juga berjuang untuk memerdekakan kita dari sampah da juga pencemaran lingkungan
TAPI
gara-gara pemulung pula saat ini banyak sekali produk recycle yang sebenarnya tidak layak pakai, seperti sedotan (pipet) untuk minuman itu kebanyakan dari plastik bekas yang diolah secara serampangan. kemudian tas kresek, juga banyak yang dari plastik bekas. kualitas dan keamanannya pasti tidak terjamin. baunya tidak enak. kalau diamati akan terlihat partikel2 kotoran. nggak food-grade banget lah
SEMOGA
pemerintah memerhatikan nasib pemulung. berikan mereka edukasi gimana memulung yang baik dan bagaimana mengolahnya kembali menjadi benda-benda bermanfaat namun tidak berbahaya
DAN JANGAN SALAH
banyak pemulung yang hidup bahagia. berangkat kerja di pagi hari bersama istri, mampir di warung pecel, bercanda, terlihat sinar bahagia di wajah mereka. banyak pula yang sukses secara finansial, memiliki rumah dan kendaraan bagus. anak-anak mereka sekolah hingga perguruan tinggi..
ANDAI SAJA
ada pemulung nafsu serakah, nafsu amarah, nafsu korupsi, nafsu selingkuh.. biar dipulung semua isi kotor otak pejabat dan rakyat indonesia. bersih…
wah, ini mungkin ada kesalahan dalam proses daur ulangnya, mas det. mestinya para pengolah barang-barang bekas tetep memperhatikan masalah sanitasi dan dampaknya terhadap kesehatan. pemulung kan hanya sekadar mencari dan mengumpulkan barang bekas. selama pemerintah belum bisa memberikan jaminan kelayakan hidup, masalah2 sosial, termasuk yang dihadapi para pemulung, masih akan terus ada di sekitar kita.
Memang kasihan nasib pemulung. Kehidupan mereka sangat susah dan harus berhadapan dengan stigma negatif dari petugas tibum bahkan stigma negatif dari masyarakat.
Ya..mungkin stigma ini sebagian disebabkan rusaknya citra pemulung karena ulah segelintir oknum pemulung yang berbuat tidak jujur. Saya pernah mengintip dan memperhatikan tingkah laku pemulung di sekitar rumah saya. Barang yang sejatinya tidak termasuk sampah buangan tapi saya letakkan di bawah kolong rumah mereka ambil dengan diam-diam. Padahal sekilas dapat dilihat bahwa barang tersebut masih bagus dan berfungsi dan sengaja disimpan yang punya rumah di bawah kolong bukan untuk dibuang.
Baca juga tulisan terbaru Syamsuddin Ideris berjudul Teknologi Tepat Guna Pendidikan
nah, bisa jadi akibat ulah beberapa gelintir “oknum” itulah yang membuat citra pemulung jadi tidak bagus. tapi masih banyak juga pemulung yang jujur dan bener2 mengandalkan kerja keras, pak syam.
semoga pemerintah lebih arif dalam melihat fenomena ini
amiin, semoga demikian, mas anang.
Sebelumnya maaf karena saya kurang respek sama pemulung rumah ke rumah. kenapa?
mereka mengobrak – abrik sampah hingga keluar dari tempat sampah dan tidak dikembalikan lagi. Akhirnya malah berserakan di depan rumah dan jatuh keselokan. Dan ketika diingatkan malah marah2. Tak jarang juga memanfaatkan kesempatan untuk mengambil lainnya. Di komplek perumahan saya sering kehilangan sandal,sepatu, helm dll. Makanya trus dikasih tulisan pemulung dilarang masuk.
Baca juga tulisan terbaru L 34 H berjudul Deles indah klaten
agaknya kejadian seperti itu tak hanya berlangsung di daerah mbak leah. di mana2 ada kok pemulung yang begituan. tapi tak sedikit juga kok pemulung yang layak dikagumi etos kerjanya. mereka inilah yang telah menjadi pahlawan sejati bagi keluarganya.
Memang ada yang hilang dalam beberapa tahun belakang ini Om,.. rasa toleransi dan tenggang rasa. Rasa curiga-mencurigai dan ketidakpercayaan antar sesama.Ya, memang tidak bisa menutup mata bahwa ada pemulung yan juga mencari “kesempatan”
:)>-
Baca juga tulisan terbaru wongbagoes berjudul Demi SBY semua harus rapi
semoga saja peristiwa semacam itu bisa memberikan hikmah dan pelajaran buat bangsa kita, wongbagoes. sungguh disyangkan kalau bangsa kita yang sudah lama dikenal sbg bangsa yang ramah dan santun akhirnya berubah jadi egois dan suka kekerasan.
itu tanda pemulung dilarang masuknya kok penuh kekerasan begitu. Dimana itu pak? kelihatannya itu baru dibuat ya pak, solanya mutilasi kan baru saja menjadi trend hhehhehe
soal pemulung…jika negara bisa sepenuhnya memenuhi amanah UUD 45, maka mestinya negara mampu memenuhi kesejahteraan rakyatnya, menekan begitu dalam angka kemiskinan.
Baca juga tulisan terbaru icha berjudul Alam Astral
wah, nggak tahu juga tuh, mbak icha. gambar itu saya temukan saat blogwalking. kok ada tulisan yang menarik, lalu saya kopas saja dg menctumkan link-nya, hehehe …. setuju banget, mbak icha, kalau pemerintah amanah dan konsisten, mestinya pekerjaan pemulung itu sudah tidak ada.
iya nih,,padahal kan kita sebagai sesama manusia harusnya saling menghormati,,blm tentu juga yg bukan pemulung lbh baik [-(
Baca juga tulisan terbaru Ananto berjudul MeT PaGi…
idealnya memang begitu, mas ananto, apalagi bangsa kita selama ini dikenal sbg bangsa yang santun dan ramah.
liat itu mas sawali…
masih aja ada diskriminasi sosial…
padahal pemulung sangat berjsa buat kita [-(
nah, itulah yang terjadi, mas okta, diskrimasi sosial pun marak terjadi di mana2.
Saya punya pengalaman yang sama dengan Mas Anang. Sampah di bak sampah depan rumah saya yang sudah rapi dibungkus sering diobrak-abrik pemulung sehingga petugas sampah nggak mau ngangkut. Akibatnya, saya sendiri yang harus membersihkan dan membungkus lagi sampah itu.
Solusinya, saya pisahkan sampah yang bisa dipulung dan tidak sehingga pemulung tidak perlu membongkar bungkusan sampah. Sialnya, apabila ada pemulung lain yang datang belakangan, bungkusan sampah akan dibongkar juga.
Saya tidak antipati sama pemulung. Kadang apabila ada sesuatu yang bisa saya berikan, misal sepatu atau pakaian bekas, kardus dan koran bekas saya berikan saja kepada mereka. Bekas dari saya menjadi baru buat mereka (khusus sepatu atau pakaian bekas).
wew… mas anak atau mbak leah, mas arif, hehehe … btw, mnemang ada pemulung yang bersikap seperti itu. tapi, masih banyak juga pemulung yang memiliki etos dan semangat kerja keras. ini perlu menjadi perhatian juga buat mas arif. kelak kalau jadi anggota legislatif, hilangkan dong kesewenang-wenangan petugas tibum yang seenaknya melakukan penggusuran.
wahh masa tulisan ke Pemulung seperti itu 😉
saya tidak setuju pa, walau bagaimana pun kita tidak boleh berbuat sewenang wenang, mereka juga manusia hanya nasib yang berbeda…
jahat tuh orang yang nulis kayak gitu:-w
Baca juga tulisan terbaru andif berjudul Cinta oh Cinta
nah, itulah fakta yang terjadi, mas andi. sungguh ironis, ya, kata2 kasar dan keras seperti itu muncul di sebuah negeri yang sudah lama dikenal sebagai negeri yang ramah dan santun.
saya jadi inget waktu pindah2an keLN, 2 kardus ball rokok isi baju untuk mereka..mata mereka berbinar binar bahagia..saya jadi trenyuh nglihatnya.
Baca juga tulisan terbaru boyin berjudul Belajar dari Philipino
wah, mas boyin sudah melakukan yang terbaik buat mereka. alngkah senangnya mendapatkan sesuatu yang menurut mereka sangat berharga. salut!
Kemarin di Televisi saya menonton acara yang menampilakn kisah seorang kepala sekolah yang nyambi jadi pemulung sebagai tambahan penghasilan .
Dia Kepala seklah tapi hidupnya sangat sederhana dan tidak gengsi-gensian dalam memenuhi kebutuhannya. . . .
Pemulung memang sangat berjasa , bayangkan di jakarta ratusan ton sampah di produksi setiap harinya. Dan pemulung lah yang paling bereperan penting dalam masalah sampah tersebut. Namun memang mereka hanya dipandang sebelah mata . . . .
kepala sekolah jadi pemulung? wah, sebuah pemandangan langka ini mas bach. sepakat banget, mas bach, setidaknya pemulung telah ikut berjasa dalam mengurangi dampak lingkungan yang tidak sehat.
Padahal mereka dengan caranya sendiri berperan juga mengurangi sampah 🙁
Baca juga tulisan terbaru itikkecil berjudul Satu jam bersama Itikkecil di Trijaya FM
betul banget, mbak ira, seharusnya mereka tdk blohe diperlakukan sewenang-wenang, apalagi diberi stigma sbg maling.
jadi ingat setiap kali saya mengisi pelatihan GOAL SETTING – anak-anak bisanya saya tanya…
“Apa cita-cita kalian?” kebanyakan mereka akan menjawab
“Jadi orang yang berguna” –
kemudian saya tanya lagi “Ini ada lowongan pekerjaan yang sangat mendesak.. dan pekerjaannya mulia dan sangat berguna bagi orang lain.. ada yang mau?”
mereka kembali tanya “apa pak?”
“kalian mau apa tidak?” tanya saya..
“ya apa dulu pak?”
“Kalian mau apa tidak…?”
“Mauuuu..” tapi sebagian menjawabnya dengan ragu.
“Itu di Pemkot masih butuh lowongan jadi pasukan kuning…” jawab saya
“Waaaaah…” begitu jawabnya
“lho emang pasukan kuning tidak berguna?”
“ya… tapi….”
***
Ya begitulah…
baru-baru ini saya bantu temen nyusun disertasi tentang KLK (Kelas Layanan Khusus) program pemerintah untuk mengembalikan anak-anak yg rawan jadi anak jalan – saya jadi sedih… kebanyakan mereka gak bisa sekolah gara-gara orang tuanya cuman pemulung,
ah malah curhat sih pak
makasih dah ditampung 🙂
Baca juga tulisan terbaru hmcahyo berjudul ibsn : A journey @ election day : Unlegitimate Governor
wah, salut juga nih sama perjuangan mas hmcahyo yang demikian peduli terhadap nasib anak2 jalanan. semoga saja kelak mereka bisa mendapatkan penghidupan yang layak.
@Sawali Tuhusetya,
BTW saya keduluan nulis tentang hari pahlawan yang mau mengangkat orang-orang seperti ini yang banyak berjasa tapi dilupakan..
selamat untuk pak sawali.. yang mendahului saya 😀
Baca juga tulisan terbaru heri berjudul Doa Rabithah – Izzatul Islam
walah, ditulis lagi kan ndak apa2, mas heri. malah makin banyak tulisan yang menunjukkan kepedulian terhadap nasib kaum dhuafa bersamaaan dg momentum hari pahlawan.
yah terkadang memang oknum-oknum pemulung yang hobi memulung “apapun” di halaman memunculkan sisi negatif. dan itu sudah terlanjur kebanyakan dari mereka. namun bagaimana pun mereka mempunyai jasa besar dalam siklus hidup ini.
betul, mas epat. di mana pun yang namanya pemulung hampir terjadi di semua sektor, termasuk dalam kehidupan pemulung. semoga saja masih banyak pemulung yang jujur dan beretis kerja tinggi.
Info aja ..hari ini Obama menang..di Indonesia pasti banyak yang jagoin dia.
Baca juga tulisan terbaru boyin berjudul Obama loves Obama. It’s Subconscious War!
wow… dugaan banyak pengamat ternyata tak meleset. obama memang layak utk menang, mas boyin, makasih infonya!
postingan yg memberi pencerahan !:)>-
kita memang selalu abai pada
kaum dhuafa dan mereka yg terpinggirkan
Pemulung jauh lbh mulia dari pengemis
benar mas Sawali, pemulung merupakan
pahlawan sejati. Mereka pahlawan yg tak
mudah menyerah pd nasib, dan terus berusaha
sekuat tenaga menghidupi anak istri
tak peduli gengsi…..
Baca juga tulisan terbaru mikekono berjudul Kekuasaan yang Menyesatkan
walah, biasa saja kok, mas agus. yang saya saluti adalah etos dan semangat lerja pemulung yang tak kenal lelah demi menghidupi anak-istrinya. kalau ada ulah beberapa gelintir pemulung, saya yakin mereka hanya oknum.
semoga negara Indonesia yang aku cintai ini sedang membaca postingan ini dan segera memberikan solusin yang terbaik..
amiiin, mudah2an hal itu bisa terwujud, mas vay. btw, yang dimaksud negara itu pemerintahkah?
Menarik pak… memang kondisi kultur sosial masyarakat kita memprihatinkan….
maaf pak lama tidak berkunjung… hiatus hehe.. sekarang saya pindah rumah di http://azaxs.net
saya tunggu kunjungannya pak… suwun
Baca juga tulisan terbaru azaxs berjudul Perjalanan Baruku…
itulah yang terjadi, mas azaxs. repotnya seringkali masyarakat kita menyadari bahwa aksi mereka itu keliru, hehehe … btw, selamat atas rumah barunya, segera saya subscribe ke google reader, yak!
padahal mereka sekedar mencari sesuap ehh sepiring makan nasi.
tapi kadang pemulungnya juga keterlaluan, barang masih di pakei diambil juga sich..
Baca juga tulisan terbaru ciwir berjudul Kena Musibah
hehe .., watak seperti itu mungkin tak hanya pemulung, mas ciwir. bisa jadi itulah yang membuat citra pemulung jadi ancur. semoga masih banyak pemulung yang berhati jujur dan memiliki etos kerja yang tinggi dalam mengais rezeki.
Tulisan di papan itu kok kejem banget ya ? Nggak ada sopan-sopannya. Duh. 😮
Baca juga tulisan terbaru lovepassword berjudul Lovepassword tentang lovepassword
saya juga tak tahu tuh, mas love. tulisan demikian kejam kok ya tega2nya dipasang, duh!
Memang didunia ini ada plus ada minus, ada baik ada buruk. disitulah bijaksananya Tuhan.
adaikata tidak ada yang kurup pasti tidak ada yang namanya KPK, LSM anti korupsi, website anti korusi dan sebagainya dan sebagainya. berapa ribu orang yang diuntungkan oleh penjahat korupsi.
begitu juga dengan pahlawan pemulung, berapa banyak yang dihasilkan pemulung sehingga banyak pabrik plastik beroprasi dengan bahan baku yang murah.
sebenarnya semua kalo disikapi dengan bijak dan lillahi ta’ala, tidak akan ada sesuatu yang mengganjal, tidak ada sesuatu yang nggak rela, tidak ada sesuatu yang nista.
Saya sakit hati ketika ada tulisan pada pintumasuk-pintumasuk gang yang bernada mengancam. tidak hanya kepada pemulung tapi kepada siapapn. (di gang tempat tinggal saya ada tulisan semacam itu)
ancaman tidak menyesaikan masalah, yang perlu di selesaikan adalah bagaimana merubah pola pikir masyarakat itu sendiri.
salut saya dengan tulisan pak sawali yang mem-PAHLAWAN-kan pemulung.
😀
Baca juga tulisan terbaru JAUHDIMATA berjudul Load balancing versi Mikrotik
terima kasih apresiasinya, mas jauh di mata. saya sependapat dengan mas jauh di mata, tulisan2 yang bernada ancaman seperti itu justru mengesankan kalau kita hidup di tengah masyarakat bar-bar. dan saya yakin tulisan bernada semacam itu tak akan menyelesaikan masalah. betul sekali, dalam konteks ini, diperlukan pola pikir masyarakat yang sesuai nilai2 kesantunan.
kita memang berada pada posisi yang serba sulit di satu sisi kasihan melihat nasib pemulung jika dilarang masuk perumahan, sementara itu jika tidak dilarang banyak oknum pemulung berbuat seenaknya ngobrak-abrik tempat sampah, ngambil barang-barang dll.
setelah melalui perdebatan panjang selama bertahun-tahun pada akhirnya di tempat saya minggu lalu juga memasang papan pemulung dilarang masuk.
eh.. beberapa hari kemudian helm pak rt malah diambil orang. siapa yang harus disalahkan kalau begini?
Baca juga tulisan terbaru endar berjudul Upgrade to Ubuntu 8.10
wah, ternyata papan peringatan ndak ada artinya juga. mungkin akibat stigma negatif itulah yang membuat para pemulung malah nekad, padahal saya yakin, itu hanya beberapa gelintir “oknum” pemulung!
saya juga kurang begitu setuju dengan ada gambar plang pemulung dilarang masuk, disini kita dapat melihat diskriminasi masih berlaku dikalangan kita, pemulung juga manusia yah 🙂
betul banget, mas harianku. para pemulung tak jauh bedanya dengan kita. mereka juga butuh perhatian sesamanya, semoga saja papan peringatan di jalan dan gang masuk kampung sedikit demi sedikit mulai berkurang.
Jiwa kepahlawanan bisa muncul darimana saja, tidak perduli umur, profesi ataupun jenis kelamin… :d
wah.. tuh gambar yang paling bawah kejem bener de…
hu uh.. gk tega liatnya..
hehe
nah itu, dia mas khafi, kenapa tulisan bernada ancaman dan sekasar itu tega2anya dipasang di gang masuk kampung, haks.
Hanya karena Oknum pemulung satu…jadi semua pemulung rusak..sama dengan hanya karena segelintir oknum yg tidak bertanggung jawab semua jadi kena getahnya pak.
cozz..gambarnya pas banget pak..serem abis
Baca juga tulisan terbaru Diah berjudul Ibu Rumah Tangga Dapat Adsense Juga
itulah yang terjadi, mbak. seringkali kita merumuskan sesuatu berdasarkan premis yang belum teruji kebenarannya. akhirnya, muncul generalisasi yang salah kaprah. demikian juga ttg pemulung.
Salah sendiri!! Siapa suruh miskin!!
*dipentung*
Yaah, maklumlah, Pak..
Hak bicara itu kan berbanding lurus dengan uang yang dimiliki..
*menghela nafas*
walah, mereka sebenarnya juga ndak mau miskin, mas nazieb, kekeke … agaknya kemiskinan struktural akibat manajemen negara yang salah urus telah membuat mereka mencari pekerjaan alternatif sbg pemulung.
Dipikir2, Pahlawan itu memang tidak jauh dari tempat kita bang. Orang cenderung melihat, pahlawan itu adalah mereka yang sudah memberikan kontribusi untuk negera. padahal di luar itu, masih banyak pahlawan-pahlawan lainnya, semua ada disekitar kita.
Yang bikin papan pengumuman duuuuuuuuuuh wise bener bang. 🙁 apa nggak ada bahasa yang lebih halus ….? nurani di simpan dimana ya…?
saya kira pakde benar. sosok pahlawan pada konteks sekarang tidak bisa lagi identik dg sosok yang berani mati seperti tempo doleoe, tapi bisa meluas ke sosok yang (nyaris) tak dikenal yang ada di sekitar lingkungan kita.
waduh pak…mantap bener kritikannya to the point…saya suka pak…mudah-mudahan para pejabat negara kita membaca blog bapak…biar mereka berfikir lagi untuk negeri ini….jangan cuman hanya mainkan dagelan belaka di pentas politik…udah capek kita….
walah, biasa saja kok, mas imoe. amiin, mudah2 demikian, mas imoe, agar mereka memiliki kepekaan terhadap nasib wong cilik yang selama ini (nyata2) telah tersingkir dan disingkirkan.
tapi kadang-kadang pekerjaan mulia para pemulung ini dikotori oleh segilintir orang yang berusaha memiliki sesuatu yang bukan haknya dengan memanfaatkan kelengahan pemilik rumah
Baca juga tulisan terbaru nuhutaqi berjudul beauty japanese idol maya koizumi 2
betul banget mas nuhutaqi. akibat ulah beberapa “oknum” citra pemulung jadi ancur di tengah2 masyarakat kita.
tuh warga kampung udah kayak raja aja,, sombong bgt bukannya pemulung juga manusia kan mereka juga ga kepengen jadi pemulung cuma keadaan aja yang memaksaka mereka melakuka pekerjaan begitu..
itulah yang terjadi, mas fajar. saya sendiri juga heran, kenapa dalam memberikan peringatan kepada pemulung mesti menggunakan bahasa sekasar itu, bernada ancaman lagi. sungguh tragis.
gara-gara oknum!
hehe … bener, mas kyai slamet. gara2 ulah segelintir orang, semua pemulung jadi kena karenanya.
Pemulung itu sama aja dengan Gelandangan 😀
Masing-masing manusia itu diberikan rezeki yang berbeda-beda tempatnya. kalau itu sangat bermanfaat kenapa tidak ? melihat kondisi negeri ini juga mereka sudah patah arang mereka hanya masyarakat tidak mampu, masyarakat yang tertindas oleh kurangnya tingkat sosial di jaman ini.
betul banget, mas maulana. kalau semua orang memiliki pendirian semacam mas maulana, agaknya tak akan terjadi penggarukan dan penggusuran terhadap pemulung yang sedang mempertaruhkan nasib hidupnya.
salam kenal mas
maaf kalo postingan ini hanya menambah penuh kolom komentar blog mas
mudah2an ini menjadi awal silaturahmi kita
nuhun
Baca juga tulisan terbaru pensiun kaya berjudul Forex Trader Levels
salam kenal juga, mas. terima kasih kunjungan dan silaturahminya!
Pemulung ilmu lewat blog. Kira-kira boleh nggak ya..:-?
walah, ndak ada yang melarang kok, pak jaitoe, hehehe … makin banyak pemulung ilmu malah makin baik. tapi utk pemulung yang satu ini sangat beda pastinya. tidak sama dg pemulung yang seringkali mendapatkan peringatan warga melalui kata2 yang kasar dan kurang santun.
istri saya pernah ketemu pemulung jujur. pas naek ojek dompetnya jatuh. dikira udah ilang aja. maklum, jakarta gitu loh… eh ternyata sehari kemudian ditelepon si pemulung dari wartel (bela-belain) mo balikin. “kemiskinan” satu ini ternyata tidak identik dengan kekufuran, pak.
btw, RSS blog ini kok gak muncul di tempat saya ya? alamatnya di mana sih? 😕
Baca juga tulisan terbaru SJ berjudul Kenapa Dengan Shaolin Badminton?
wah, bener2 pemulung yang jujur dan berhati mulia, mas jenang. btw, ttg rss-feed-nya kok bisa sampai ndak terbaca, wah, saya tak tahu persis penyebabnya. yang pasti kalau lancar, dengan memasukkan url-feed: http://sawali.info/feed/ tulisan terbaru akan muncul secara otomatis. terima kasih infonya, mas jenang.
ya begitulah realitanya pak. Sebetulnya, pemulung jg sangat membantu dinas kebersihan terutama terkait masalah sampah. Tanpa adanya pemulung, sampah bs menjadi musuh apalagi untuk kota2 besar semisal Jakarta. Di republik ini, masalah sampah masih menjadi momok.
Dan pahlawan tdk berarti hanya yg bermodalkan senjata tuk berperang. Seorang pemulung, tkg becak, guru, atau siapa pun, bs mjd sosok pahlawan.
sepakat banget dengan mas yodama. kehadiran pemulung, secara tidak langsung bisa ikut berkiprah dalam menjaga kebersihan lingkungan, apalagi di kota jakarta. nah, ttg nilai kepahlawanan, saya melihatnya dari etos kerja dan semangat para pemulung yang tak kenal lelah mencari penghidupan buat anak-istrinya.
Komentar secara umum saja, karena postingannya berat.
Ibarat syair lagu, postingannya Pak Sawali mirip lagu2nya Chrisye…
Bahasanya tingkat tinggi, ada kata2 langka semisal ragawi, temaram, smaradana dll (pokoke sing wong umum jarang nganggokke).
Isinya disesuaikan dengan penanggalan (berbasis waktu), misalnya bulan November, postingannya ya berkisar soal kepahlawanan.
Sebagai orang yang menghormati Ibu, saya yakin dan memprediksi, bulan depan Pak Sawali pasti buat postingan tentang Ibu, bulan berikutnya tentang seputar pergantian tahun. Bukan “ngerti sakdurunge winarah”, tapi ini cuman dugaan dan hipotesa, berdasar pengamatan panjang ngikuti tulisan2 Pak Sawali.
Sukses selalu, mugo2 aku bener adanya.
Baca juga tulisan terbaru marsudiyanto berjudul Rank Dua Puluh Tiga
kekeke … seperti ahli terawangan saja nih, pak mar. tapi, tidak selalu begitu kok, pak. hanya kebetulan saja pas ingat. pada postingan yang lain, ya, asal saja, hehehe ….
Pak Sawali, di sisi lain oknum pemulung ada pula yang menjengkelkan. Saya bilang oknum brarti tak semuanya…
Selain itu, ada pula pemulung yang super hebat. Pernah beberapa tahun yang lampau saya baca di KOMPAS, seorang eks pemulung telah menjadi milyarder karena menjadi penampung barang-barang hasil kerja rekan-rekan pemulung lainnya.
Bagi saya tak ada pekerjaan yang buruk as long as halal dan dikerjakan dengan tenaga dan keringat sendiri.
Tulisan yang mengejawantah!
yaps, seperti halnya dalam bidang yang lain, pemulung juga memiliki beragam karakter. yang layak diapresiasi dari mereka adalah semangat dan etos kerjanya, mas donny, hehehe …
mas sawali, saya pribadi salut dengan pemulung yg bener-2 berdedikasi & tulus dengan kerjanya. makanya kadang suka ngenes kalo saya bandingkan dengan para mahasiswa borju yg manja & menyia2kan fasilitas yg disediakan ortunya, sementara di tempat lain ada org yg hrs susah payah peras keringat dan darah demi bisa sekolah.
but saya pribadi jg berharap bangsa kita makin maju agar kemiskinan bisa diminimalkan dari negeri ini.
yaps, mudah2an saja kemiskinan struktural yang sudah lama mencengkeram negeri ini bisa segera teratasi, mbak sehingga tak ada lagi stigma negatif yang ditimpakan kepada pemulung.
saya hanya mengingatkan ..
hati-hati dengan OKNUM
betul, mas dikma, yang namanya oknum pasti biasa membuat sensasi negatif, hehehe … perlu diwaspadai!
ini mas sawali..
http://oktasihotang.com/2008/11/06/tak-ada-yang-abadi/
apaan tuh, mas okta? ok, langsung muluncur ke tkp!
Gambar terakhir ngeri.. eneng EMBEL EMBEL MUTILASI.. sangar tenan
wah, tak tahu juga, mas jauhari, kenapa tulisan sekasar dan sekejam bernada ancaman semacam itu tega2nya dipasang di jalan atau gang menuju kampung?
Sekolahnya dimana ya yang punya ide tulisan tersebut.
saya melihat fenomena ini sebagai lemahnya tingkat kepercayaan terhadap orang lain. Masyarakat kita cenderung tidak percaya dan sekaligus curiga kepada orang yang tidak dikenalnya. Nah, posisi pemulung berada pada posisi yang tidak menguntungkan pada kondisi masyarakat yang tingkat kepercayaannya rendah. Mereka akan cenderung akan dicurigai karena posisinya seperti seperti itu.
Mungkin sebagian besar pemulung adalah murni sekedar pemulung yang hanya mencari rejeki dari barang-barang bekas. Tapi orang yang jahat akan bisa menyamar sebagai pemulung (dan ini mudah dilakukan) untuk melakukan aksi kejahatannya.
Nah, parahnya, penegakan hukum kita sangat lemah dan tingkat kepercayaan kepada penegak hukumpun sangat lemah. Kondisi ini akan menguntungkan pelaku kriminal sehingga kasus kejahatan terus terjadi sehingga menimbulkan kekecewaan dan kemarahan sebagian masyarakat.
Nah, dengan pemahaman seperti ini saya bisa memahami banyak warga masyarakat yang menolak pemulung. Toh, mereka tidak bisa membedakan mana pemulung asli dan mana pelaku kriminal.
Tapi kalau lihat gambar di atas, ekspresi penolakannya seperti keterlaluan ya.
Demikian pak Sawali, pendapat dari sudut pandang yang lain 🙂
Baca juga tulisan terbaru Dudi berjudul Content is King
saya epakat dengan pak dudi nih, sepertinya tingkat kepercayaan terhadap sesama di negeri ini sudah mulai memudar sehingga gampang curiga, termasuk kepada pemulung. namun, sesungguhnya, masih ada pemulung yang bener2 bisa dianggap sebagai pahlawan, pak, sayangnya dinodai oleh ulah beberapa pemulung yang menggunakan pekerjaannya sebagai kedok semata.
wahhh ngamcem banget tu peringatan
Baca juga tulisan terbaru zoel berjudul Pagi yang indah di kotaku
begituh, mas zoel. terkesan ada rasa dendam begitu.
Wah.. serem bgt tuh peringatannya.. ya krn oknum pemulung yg ga bertanggung jawab.. di tempat saya (malang) sebutannya ‘argobel’ = arek golek beling.. keren ya.. 🙂
Baca juga tulisan terbaru waw berjudul H-5
argobel? wow… bagus banget akronimnya, mas, hehe …. saya juga tak tahu, kenapa tulisan bernada ancaman yang mengandalkan kekerasan semacam itu tega dipasang, yak!
Kita musti ubyektif, tuidak semua pemulung uitu jelek, ning ya ora kabeh pemulung apik, kaya kita-kita ini. Sing apik sukanya nyortiri barang bekas di dpn rumah kita, lha sing nyengit dia ngambil di wilayah kedaulatan kita pas kita tidak di rumah, lha mau dikasihkan di dalam, wong tempate uyel-uyelan. Tapi ya wis ben daripada kita punya kebiasaan baru ….. nyusuh (terus ngendok, terus netes, terus mabur dijupuk sing Kuasa, malah payah belum sempat sedekah, terus …. teruskan pak Sawali ahhh)
Baca juga tulisan terbaru wahyubmw berjudul AKUNTANSI KEHIDUPAN
betul banget, pak wahyu. agaknya tak hanya pemulung, di berbagai aspek, karakter semacam itu ada. ada yang baik, ada yang buruk. pemulung yang bener2 jujur dan memiliki etos kerja andal itulah yang layak diberi predikat sebagai “pahlawan sejati”.
tdak ada orng yg ingn dlhirkan dngn keadaan srba kkurangan, bner pa’de? cuman bnyk diantara kita yg kurang peka atw kurang bisa mngrti dengan keadaa, krng bisa mnmpatkan sdut pndang… :-w
bukan hnya pmulung, bnyk pngamen juga gtu… ya prihatin sekali.. Andaikan mreka bisa mngubah nasib saat itu juga, saya ykin mreka tdak mmlih untk sprti itu
Baca juga tulisan terbaru Ardy Pratama berjudul Ardy Birthday… 🙂
mas pratama saya kira benar. keadaan seringkali memaksa seseorang utk bekerja seadanya, seperti pemulung itu. sayangnya, tak sedikit orang yang memanfaatkan pekerjaan sebagai pemulung sekadar kedok belaka.
Kayanya, di setiap profesi, apapun itu, selalu ada oknum deh Pak. Mereka yang merusak susu sebelangga dengan setitik tinta. Pejabat, orang tua, pemulung, pengamen bahkan guru (maaf) ada saja yang bertingkah kurang beretika. Akibatnya, yang lurus-lurus dan benar2 pahlawan terkena getahnya.
Dan saya baru sadar, butuh bermenit-menit membaca tulisan dan deretan komen yang sepanjang hampir 40 kali pencetan pgdn ini hahaha saya oknum pegawai yang korupsi waktu nih
Baca juga tulisan terbaru Timun berjudul I am a beach without the ocean
betul sekali, mbak timun, “oknum” selalu saja ada di berbagai pekerjaan dan profesi. repotnya, masyarakat kita demikian mudah melakukan generalisasi, sehingga orang baik2 pun terkena getahnya juga, hehehe ….
KEbayang kalo di negeri ini nggak ada pemulung… Sampah makin numpuk aja nggak ketulungan!!! Hidup Partai Pemulung!
Baca juga tulisan terbaru qizinklaziva berjudul Bab Kematian
hehehe … bener juga, mas qizink. ini artinya, secara tidak langsung pemulung telah ikut menjaga kebersihan lingkungan.
😮
sampe segitunya pak?? di Mutilasi!!
Astaghfirullah,, kejam amaat..
mungkin emang, oknum itu bikin sebel…..
jadi, ndak semua oemulung itu suka nyuri, emang sering ada yang jail, tong sampah bagus, sendal, perkakas rumah tangga di angkut juga, tapi, mungkin dengan pengawasan bersama serta, minimal menjaga barang masing2 akan lebih membantu, daripada harus mencegah orang mencari sesuap nasi, pemulung juga manusia…
bukan begitu, pak??:)>-
betul banget, mbak shei, pemulung juga manusia. jadi ngeri kalau sampai mereka harus mendapatkan ancaman sekeras itu hanya karena ulah beberapa “oknum” pemulung.
teringat adek pemulung kecil yang patah lengan kanannya ketabrak motor gara2 rebutan lari ketempat sampah cuma mo ngambil botol air mineral, emang tuh kerjanya tuk bantu ibunya yang cuma jadi kembang bayang (lama sakit hanya di tempat tidur) untung aja Pak RT-nya tanggap so biaya operasi patah tulangnya di tanggung/klaim Jasa Raharja. Tuhan Maha Adil
Baca juga tulisan terbaru rela berjudul Mulanya ikut Latihan SEO Untuk Pemula
duih, tragis amat, hanya lantaran berebut botol aqua, harus jadi korban tabrakan. syukurlah kalau mereka bisa terselamatkan.
Gak terbayang jika dirumah saya tidak ada pemulung … sampah menumpuk tanpa terkendali 🙂
Baca juga tulisan terbaru Rindu berjudul Teruslah melangkah…
betul, mbak rindu. itu artinya, pemulung yang baik berjasa juga buat kita juga, kan? hehehe ….
biadab n racist bgt papan pengumuman itu …
main pukul rata aja…
heran…[-(
Baca juga tulisan terbaru elly.s berjudul KDRT
itulah yang terjadi, mbak. bisa jadi tulisan bernada ancaman itu muncul akibat ulah beberapa gelintir pemulung yang kurang terpuji.
Pemulung … nasibmu kini …
Sebenarnya masih mending mereka dibandingkan para koruptor yang menjadi maling sialan di atas sana.
Seharusnya sekarang ekonomi kerakyatan yang diberikan oleh para pendiri bangsa ini adalah untuk menaungi mereka, tapi apa yang terjadi? Ah, mungkin menunggu beberapa tahun lagi, ataukah bisa di tahun depan?
Baca juga tulisan terbaru bisaku berjudul Rumahku Dan My Honey Nanti
negeri kita memang penuh ironi, mas toni. saya kira mas toni benar, pemulung lebih baik ketimbang koruptor yang suka mengemplang harta rakyat. semoga saja, ada perubahan, sehingga amanat UUD’45 untuk melindungi orang2 miskin dan anak telantar benar2 bisa dilaksanakan.
Memang dijaman sekarang banyak yang mengartikan bahwa pemulung adalah sampah masyarakat, tapi mereka tidak sadar bahwa pemulung juga manusia yang sama seperti kita….
Salam kenal mas….:)
Baca juga tulisan terbaru handoko berjudul Kosong
betul sekali, mas handoko, para pemulung seperti kita juga. btw, salam kenal juga, mas handoko, terima kasih kunjungannya.
Asalkan halal memulung pun tak mengapa…
Baca juga tulisan terbaru TengkuPuteh berjudul KALAH PERANG
betul banget, mas tengku, setuju banget nih!
Saya sendiri gak setuju dengan papan pengumuman semacam itu…
Bagaimanapun pemulung punya jasa dalam pembangunan bangsa ini..
Baca juga tulisan terbaru abdee berjudul Balada Calo Seleksi PNS
yaps, begitulah, mas abdee, agaknya masyarakat kita belum bisa menerima kehadiran pemulung seutuhnya akibat ulag beberapa gelintir pemulung yang berbuat kurang terpuji.
he, he., iyah berkat pemulung., semua jadi bersih pak.
Baca juga tulisan terbaru hendra berjudul Ini ML atau Cintaku Selamanya
nah, itu artinya, pemulung ikut menjaga kebersihan lingkungan, bener nggak, mas hendra, hehehe ….
pemulung mencari sesuap nasi…koruptor mencari ….(segalanya)
Baca juga tulisan terbaru hawee berjudul Permen Narkoba
bener juga ungkapan itu, mas hawee, hehehe ….
waduh…nasibmu pemulung. Nasibku rakyat jelata. Ya gini nasibnya…:)>-
begitulah, mbak is, sikap diskriminasi berdasarkan pekerjaan dan jabatan agaknya masih sangat kuat di negeri ini.
Selamat pagi semua, semoga Indonesia hari lebih baik ya Pak..
pagi, juga, mbak is, sukses selalu buat mbak is dan keluarga!
Hattrick ah….:)>-
walah 8->
tapi pemulung kebanyakan yang maling juga seh?.. kan serba repot pak?… di komlekku sering kehilangan, di curi pemulung….. tapi kebetulan aku belum pernah seh… he2
hehehe … tapi ada juga pemulung yang bener2 jadi pahlawan, terutama buat keluarganya, mas har, hehe …..
Saya lebih senang bila tak ada pemulung di negeri ini. Maksudnya, kesejahteraan rakyat, paling tidak urusan kebutuhan pokok sandang, pangan, dan papan bisa dijamin oleh negara.
yaps, sepakat banget, pak suhadi. hal itu bisa terwujud jika pemerintah bener2 konsisten menjalankan amanat UUD 1945.
Pemulung memang banyak berjasa, namun juga ada banyak yang berpura-pura jadi pemulung, dan akan masuk rumah apabila pemiliknya lengah. Akibatnya semua orang akhirnya membuat aturan untuk pengamanan.
Di satu sisi, mereka suka mengobrak abrik sampah yang sebetulnya sisa makanan dan telah dimasukkan dalam plastik, sehingga bau menyengat…terutama jika seperti di tempat saya, tukang sampah hanya datang dua hari sekali. Akhirnya disepakati, sampah dalam plastik tetap ditaruh dihalaman dan tukang sampah ngebel…sedang bekas kardus dll yang bisa dimanfaatkan pemulung ditaruh dalam bak sampah. Apa boleh buat, semua jadi nyaman. Tukang sampah tinggal ambil sampah yang telah diikat dalam plastik, pemulung bisa ambil barang-barang dari tempat sampah.
itulah yang menyedihkan, bu enny, di tengah keberhasilan seorang pemulung menjadi tulang punggung keluarga, agaknya tak sedikit oknum pemulung yang suka cari kesempatan utk mengambil barang yang bukan menjadi haknya.
wah, jangan2 nanti masyarakat kita semakin tidak punya kepedulian ya? mereka mudah sekali tidak peduli pada orang hanya karena satu dua kasus yg pernah terjadi, tanpa memikirkan kebaikan2 yg juga dilakukan oleh pemulung [-(
itulah kekhawatiran kita, mbak septy. cara berpikir yang terlalu nggebyah uyah dan generalisasi, seringkali memberikan stigma buruk. mudah2an saja para pemulung di negeri ini mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah.
itulah nasib orang kecil, tak pernah terperhatikan.
postingan yang luar biasa Pak 🙂
Baca juga tulisan terbaru indahjuli berjudul Stand For You
itulah yang terjadi, mbak juli. pemerintah yang seharusnya ikut memberikan santunan, agaknya juga sibuk dg kepentingannya sendiri, hiks. walah, biasa saja, kok, mbak juli.
Ya terkadang kita tidak pernah menyadari bahwa sebenarnya orang lain yang sama sekali kita lupakan ternyata berjasa bagi kehidupan kita semua
Baca juga tulisan terbaru achmad sholeh berjudul Ketika persiapan Kematian Dilupakan
betul banget, pak sholeh. hal itu bisa terjadi mungkin masyarakat kita terbiasa membedakan martabat seseorang berdasarkan jabatan dan pekerjaanya.
Kayaknya indah kalau profesi seseorang tak menjadi ukuran harkat seseoarang!
Baca juga tulisan terbaru qizink berjudul Bab Kematian
betul banget, mas qizibk. idealnya begitu. sayangnya belum banyak orang yang mampu bersikap demikian.
– Namun, secara riil, mereka telah mengaplikasikan nilai-nilai kepahlawanan sejati ke dalam setiap aliran darah, desahan napas, dan kucuran keringatnya. …..????
Apa ini enggak terlalu berlebihan Mas…,Tukang Becak,Mbok Bakul,Pak Tani,bakul duren bakul aren Pak Guru Pak Camat Pak Lurah ( Yang Bukan Koruptor loh)….juga sama mengucurkan keringat kok
Salam kenal
salam kenal juga, mas. hehehe … bisa juga dianggap berlebihan, kok. pernyataan ini sebagai bentukrasa hormat kepada pemulung yang bener memiliki etos kerja andal dan jujur, tanpa mengabaikan perjuangan dan etos kerja profesi yang lain. dalam postingan kan dah saya singgung, mas, kalau siapa pun bisa menjadi pahlawan sejati, termasuk pemulung.
Pemulung seringkali membingungkan, kalau dibiarkan mereka ngelunjak, (beberapa) suka ambil barang-barang yang sebetulnya belum dibuang dan masih dibutuhkan. Kalau tidak ada pemulung, seringkali susah mau buang barang-barang yang sudah tidak digunakan lagi.
Di Limbangan Kendal, Sekolah Rakyat bekerjasama dengan Green -Kelompok Mahasiswa dari Unnes-, sedang mencoba pengelolaan sampah mandiri dengan melibatkan pemulung. Tugas pemulung adalah memilah sampah organik untuk diolah menjadi kompos bersama dengan kotoran hewan dari “koplakan kerbau”, sisanya dipilih lagi oleh pemulung barangkali masih ada yang bisa dijual kembali. Program swadaya ini sudah berjalan hampir 4 tahun, namun masih tersendat-sendat, diantaranya karena kesadaran masyarakat sendiri yang masih kurang dalam hal pengelolaan sampah. Masih banyak yang buang sampah sembarangan termasuk di sungai, padahal mulai awal tahun ini sudah ada Perdes-nya. Piye jal ki!!!… (lho kok malah ngelantur??? hehehe.)
Ada juga perilaku yang lebih “ramah” pemulung, misalnya dengan tulisan “Pemulung dilarang masuk pekarangan”… Sayangnya tidak diimbangi dengan perilaku yang seimbang dalam membuang dan memilah sampah (terutama sampah rumahtangga), sehingga memudahkan pemulung mencari sisa-sisa barang di antara sampah.
*maaf pak! komentare panjang… hehehe
Baca juga tulisan terbaru Andy MSE berjudul PR yang Curang
wah, mas andy memang aktivis LSM yang ndak pernah berhenti melakukan inovasi. sambil bekerja, semoga mas andy secara bertahap juga mampu mengubah pola pikir masyarakat yang suka cuek dan tak peduli pada lingkungan.
pemulung juga manusia…:)
Baca juga tulisan terbaru ciwir berjudul Ketep Pass
hehe … pasti bener, mas santri. btw, itu kok mirip judul lagu, mas?
Kalau di tempat saya, pemulung kurang disukai karena mereka malah bikin kotor. Sampah yang sudah ditata rapi dibak sampah kadang-kadang dibongkar-bongkar sampai berhamburan di jalan.
Baca juga tulisan terbaru Edi Psw berjudul Menghitung Harga Blog
bener, pak edi. emamng ada pemulung yang suka bersikap seperti itu. kalau ditegur malah ngajak padu, hiks. tapi ada juga pemulung yang baik, pak. barang2 yang ndak diambil ditata kembali seperti semula.
wah, saya selalu telat buka blog pak sawali, jadi komentator nomer ratusan. hehe..
kasihan banget memang. apakah harus begitu ya? orang yang penghasilannya kecil selalu mempunyai resiko kerja yang besar. apa tidak bisa sebanding saja ya? kenapa harus berbanding terbalik.
orang yang penghasilannya puluhan ato ratusan juta, hanya duduk di depan komputer. apa tidak ada penghargaan lebih ya buat mereka2 yang sampai mempertaruhkan nyawanya untuk sekedar bisa menyambung hidup.
ulasan yang menarik pak. 🙂
—
doakan saya dan dhimas di busby seo test ya pak 🙂
wah, itu pertanyaan yang sulit utk dijawab, mas gareng, hehehe …. sepertinya ini juga sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan seseorang. konon semakin tinggi pendidikan, semakin rendah kerja ototnya, tapi makin keras kerja otaknya. btw, saya mendukung dan berdoa semoga mas gareng dan mas totz sukses mengikuti busby seo-nya.
Pemulung … Yang Buang Sampah Sembarangan Berarti Menolong Pemulung Ya … Hahahahahah .. Tapi, Betapa Rendahnya…..
Baca juga tulisan terbaru masDan berjudul Hobi dan Bisnis, Sebuah Seminar Menarik
pemulung membuang sampah? walah, kok seperti ungkapan iklan “jeruk makan jeruk”, haks. mas dan bisa saja nih!
Stelah beberapa hari ini, semoga itu papan sudah di copot
semoga demikian, mas arif dan tak akan dipasang selamanya.
Profesi pemulung ini banyak dicemari oleh penyusupan para pencuri yang menyamar sebagai pemulung. Mengambil barang-barang pemilik rumah ketika lengah. Sehingga sebagian masyarakat meletakkan stigma bahwa kebanyakkan pemulung adalah pencuri sehingga harus dilarang masuk komplek perumahan, biar perumahan itu aman dari tindak pencurian.
Tapi menurut saya pelarangan itu adalah sesuatu yang salah kaprah dan keterlaluan. Saya juga yakin jika dibawakan kepada HAM, pelarangan ini sudah termasuk pelanggaran HAM. Karena komplek perumahan bukanlah milik orang per orang yang bisa diklaim seenaknya. Tapi sepertinya pelarangan-pelarangan ini sudah kian melebar dan menular ke banyak komplek perumahan.
bener banget, pak rafky, memang ada pencuri yang berkedok sebagai pemulung. tapi masih banyak juga kok pemulung yang jujur dan beretos kerja tinggi. pemulung berkarakter inilah yang memiliki nilai kepahlawanan di dalam dirinya. *walah kok masalah sok tahu saya* hehehe ….
yang masang papan itu kayaknya
kurang waras…
masih banyak cara lain!!
Baca juga tulisan terbaru Fitri berjudul TELUR DADAR SIRAM DAGING CINCANG
hehehe … bener banget, mbak fitri. saya kira masih ada ungkapan yang lebih baik, santun, tapi juga mengena.
Waduh, itu juga yang saya jumpai di kampung halaman Mbah saya, Pak, di Sukoharjo, Solo. Kok orang bisa sampai sebegitunya? Apa bumi ini milik nenek moyang mereka yang kebetulan memiliki IMB dan diakui masyarakat saja? Jelas ini merupakan sebuah bentuk kesewenang-wenangan.
.
T_T itu juga yang saya kupas dalam entry terbaru saya, meski dalam kasus berbeda, dan belum menemukan solusi paling jitu…:(
Baca juga tulisan terbaru ariss_ berjudul Sedekah Sebagai Filantropi; Tangkai Pemikiran dari Kota Kembang
sepertinya memang ada papan2 peringatan bernada ancaman seperti itu di mana-mana, mas aris. tak hanya di dukoharjo saja kok. semoga saja sikap diskrimatif semacam itu perlahan-lahan bisa terkikis.
Pasti ada sesuatu yang pernah terjadi sehingga muncul pengumuman (kasar) seperti itu. Dilihat dari cara menuliskannya, tampaknya bukan di komplek perumahan mewah atau area resmi. Sehingga secara sambil lalu rasanya munculnya pengumuman itu bisa jadi karena suatu hal yang pernah terjadi.
Kita mesti fair juga dalam memandang persoalan.
Baca juga tulisan terbaru Daniel Mahendra berjudul Dunia yang Serba Mungkin
mungkin benar, mas daniel. bisa juga karena trauma akibat ulah pemulung yang berperilaku tak terpuji sehingga akhirnya muncul papan peringatan bernada ancaman seperti itu.
kalo ngeliat pemulung memang kasian.. mereka harus capek2 berkotor2 utk cari makan..
tapi kadang kelakuan mereka nyebelin juga sih, ngobrak abrik sampah n gak peduli jadi kotor berantakan n bau.. padahal tempatnya udah dipisahin antara sampah kering, yg bisa mereka ambil n sampah basah/makanan..
rasa kasian ketumpuk sama rasa sebel..!
Baca juga tulisan terbaru tyas berjudul Kopdar lagi..
rasa kasian ketumpuk sama rasa sebel..? hiks, mungkin memang ada mbak, pemulung yang berwatak seperti itu. kalau ditegur malah marah2. repot. tapi ada juga kok pemulung yang jujur dan baik hati.
itulah nasib org2 kalah & terpinggirkan, bung sawali.
kadang pengen nolong, tp spt apa caranya? :((
bisa jadi benar, mas toim. pemulung termasuk kelompk masyarakat yang dinilai “berkasta” rendah, meskipun ada beberapa di antaranya yang bener2 bisa menjadi pahlawan.
Melihat foto berisi tulisan seperti itu
Rasanya aku tak percaya ada di Indonesia
[-(
Baca juga tulisan terbaru achoey berjudul Berpindah Tangan
itu ida, mas achoey, padahal sejak dulu bangs akita dikenal sebagai bangsa yang ramah dan santun.
yak.. pemulung memang juga adalah filter…
bisa ngebedain mana sampah yang masih bisa disaur ulang sama yang gak bisa
Baca juga tulisan terbaru daun berjudul Aku Takut Bebas!!??
yaps, sebaiknya memang begitu, mbak daun, semoga saja para pemulung bisa ikut berkiprah menjaga kebersihan lingkungan.
Sesungguhnya ketika mereka berusaha merendahkan orang lain, mereka pikir merekalah yang paling bijak, paling cerdas, paling sopan, dan paling disayang Tuhan. Masalahnya banyak yang tidak berpikir begitu. [-(
waha, ungkapa yang bijak, mas db. kalau orang melayu dulu mengatakan: “gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak jelas.
Kalau di daerah saya Alhamdulillah pemulung yang kerjanya mulung, gak sampe yang aneh-aneh, jadinya ya saya biasa2 aja (dan cenderung kagum juga) kalo ngeliat mereka kerja.
Baca juga tulisan terbaru Belajar Bahasa Inggris berjudul See You All Tomorrow
syukurlah, mas, bagaimanapun juga pemulung juga manusia, hehehe …
Pekerjaan mereka memang sangat membantu sebagai salah satu cara dalam pemisahan bahan-bahan yang bisa di daur ulang…. tapi mungkin karena ad beberapa dari mereka yang tidak tanya2 dulu dalam memilih dan memilah barang mana saja yang boleh dan tidak untuk dimanfaatkan kembali, jadilah mereka tertuduh dalam bebrapa tindak kriminal kecil.
ya semoga saja ulah sebahagian kecil dari mereka tidak sampai mencemari pekerjaan mulia mereka.. 😀
Baca juga tulisan terbaru Daiichi berjudul Obama Wins
betul banget, mas daiichi. kehadiran pemulung sebenarnya sangat berjasa dalam menjaga kebersihan lingkungan. sangat disayangkan memang citra mereka ternodai akibat ulah beberapa gelintir oknum pemulung.
dari awal saya selalu menganggap kalau pemulung adalah pahlawan, yakni pahlawan bagi bumi ini. mereka menyeleksi sampah yang bisa didaur ulang, membantu membersihkan bumi dari tumpukan sampah yang tak sanggup diurai.
hendaknya kita bisa memberi apresiasi bagi semua pekerjaan yang baik, termasuk pekerjaan pemulung.
yaps, begitulah seharusnya mbak yulfi. bener banget nih, mbak, kita juga perlu belajar mengapresiasi pekerjaan di luar profesi kita.
sayang seperti di banyak instansi di Indonesia
pemulung pun ada Oknum yang tak bertanggung jawab mamanfaatkan namanya
sebenarnya pencuri, pura-pura jadi pemulung
aneh di Indonesia ini
Oknum ada dimana mana
sampe di Pekerjaan pemulung pun ada Oknumnya
Baca juga tulisan terbaru suwung berjudul Indonesia Lebih Demokratis Dari Amerika
itulah yang terjadi mas suwung. pekerjaan pemulung kok ya tega2anya dijadikan sebagai kedok utk melakukan ulah yang tak terpuji.
Ironis.. Judul yang dikombi ama gambar yang Pak Guru tampilkan.
Banyak sosok-sosok pahlawan di sekitar kita. Hanya saja kita jarang menghentikan langkah sejenak untuk mau melihat dan merasakan itu, sehingga jarang kita memperoleh hikmah semangat dari yang terlewat tadi. Kalau gejala yang ada seperti demikian mungkin perlu sosok-sosok tersebut diekspos lebih gencar lagi, supaya kumpulan semangat-semangat yang barangkali ‘hanya’ dari individu kecil yang jarang dilirik terakumulasi, menulari bagai wabah positif menjadi semangat yang sporadik dan saling beradhesi membentuk semangat yang lebih besar terus dan terus..
Semangat, pengorbanan, kerja, mulai dari yang kecil, di sekitar kita, dan dimulai mulai saat ini…untuk kondisi negeri ini yang memang membutuhkan perjuangan.
Mungkin untuk hari pahlawan ini ucapan selamatnya bukan diakhiri dengan sekian jumlah tanda seru, melainkan sekian jumlah tanda tanya…
Baca juga tulisan terbaru dhoni berjudul Candi Murca : Ken Arok, The Spirit of Karautan
bisa jadi akibat kesalahan kolektif negeri ini, mas dhoni, sehingga abai utk mendefisniskan ulang ttg makna kepahlawaan itu. sesungguhnya, nilai kepahlawanan pada konteks sekarang bisa diimplementasikan oleh siapa pun, terlepas dari mana mereka berasal.
Baca juga tulisan terbaru sawali tuhusetya berjudul Situasi Chaos di Negeri Kelelawar Makin Parah (3)
Yang sungguh mengenaskan, di dunia pemulung pun sudah menjelma hirarki penghisapan manusia atas manusia. Tawar-menawar harga hanya bisa terjadi antara bandar dengan pabrik daur ulang; sedangkan pemulung harus tunduk pada harga dan standar-standar yang didiktekan oleh lapak; dan lapak sendiri tunduk pada bandar besar.
Mungkin dirasa tidak masuk akal bahwa kapitalisme sudah merasuk ke dunia rongsokan ini, namun, begitulah nyatanya. Dan, sistem upeti pun sudah “membudaya” di sini, terutama di antara para lapak, bandar besar, dan apa yang disebut ketua wilayah. Bolehlah Anda sebut ini mafia dekil dan bau apek. Tapi, meski menyimpan uang di bawah bantal dan tak percaya pada sistem perbankan, para bandar besar dan ketua wilayah bisa saja pergi ke dealer Ferrari dengan membawa duit berkarung-karung, kemudian pulang dengan menunggang mobil super mewah berlogo kuda jingkrak itu.
Mungkin komentarku ini agak OOT ya Pak Sawali. Sebenarnya ini hanya satu cara untuk “melapor”, bahwa aku akan kembali aktif blogwalking.
Tabik.
Baca juga tulisan terbaru Robert Manurung berjudul MUI : Amrozi Cs Tidak Mati Syahid
walah, tidak oot juga, kok, bung robert, malah memperkaya penafsiran ttg sosok pemulung pada konteks sekarang. bisa jadi benar yang bung robert katakan bahwa dunia pemulung pun sudah masuk perangkap “mavia”. makin repot!
Baca juga tulisan terbaru sawali tuhusetya berjudul Situasi Chaos di Negeri Kelelawar Makin Parah (3)
ayo jadi pemulung yang benar ya pak
saya mulung uang aja kali pak
sebegitu ya pak
Baca juga tulisan terbaru genthokelir berjudul Di Muaralabuh ini
hehe … sepakat banget, mas totok, ajakan yang simpatik. kalau pulungan mas totok jelas sangat beda, wakakaka …
💡 pepatah afrika bilang ‘Dimasa sulit tak ada yg dibuang’ – jadi kalo di negeri ini pemulung akan dianiaya/dituduh pencuri gara2 memulung itu artinya telah terjadi produksi-berlebih dalam proses pembangunan industrial yg berbasis konsumsi. gamblangnya, republik ini diperintah oleh rejim ekonomi bermazhab pasar-bebas ‘neoliberal’ barat[banyak mudaratnya nih].
tabik.
sam
@sam,
pernyataan yang menarik dan informatif, mas sam. saya setuju banget itu. ekonomi bermazhab neo-liberal sepertinya hanya menguntungkan beberapa gelintir kaum borjuis.
ngeri juga yach
Baca juga tulisan terbaru uki berjudul ping !!! kampanye damai terulang lagi
@uki,
hiks, mudah2an ndak sampai terulang lagi, mas.
terima kasih banyak sudah berbagi,.
moga sukses selalu.
jika ingin tau profil saya silahkan kunjungi..
click this
terima kasih banyak sudah berbagi,.
moga sukses selalu.
takut juga yah,,
pemulung juga manusia,, hehe
sekses selalu
sehrusnya pemerintah lebih memperhatikan nasib para pemulung
dengernya juga ngeri katnaya negeri ini sudah merdeka tapi pemulung masih merajalela di berbagai belahan daerah di indonesia.