Memberhalakan Ijazah

Ijazah di negeri ini agaknya telah menjadi ”berhala” yang dipuja dan diburu banyak orang. Tak melulu dalam dunia kerja. Hampir semua ceruk kehidupan selalu bersentuhan dengan selembar kertas itu. Bahkan, pernikahan yang disakralkan dan disucikan pun secara tak langsung telah menjadikan ijasah sebagai penentu kualitas prosesi. Sebelum ijab kabul berlangsung, calon mertua tak jarang menanyakan kualifikasi ijasah calon menantunya. Ya, ijasah sudah menjadi bagian jatidiri yang menyatu dalam lembar kehidupan. Pencitraan publik pun lantas dengan cepat memosisikan ijasah sebagai penentu kualitas hidup. Sudah demikian parahkah belenggu ijasah di negeri ini sehingga tak sedikit orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya?

Maka, ritual tahunan perburuan ijazah pun dimulai. Setiap orang tua rela mengeluarkan ratusan ribu, bahkan hingga jutaan rupiah untuk mengantarkan anak-anak mereka ke tengah ladang perburuan. Para pelaku pendidikan sering tak berdaya membaca memo pejabat. Sungguh tidak nyaman kalau harus menolak. Mereka terpaksa menyusupkan anak ”memo pejabat” itu sebagai siswa didiknya. Sementara, anak-anak dari kalangan tak mampu tidak sedikit yang mesti tersingkir lantaran tak memiliki posisi tawar. Sudah demikian parahkah belenggu ijasah di negeri ini sehingga demikian mudah menciptakan machiavelli-machiavelli baru yang menciderai nilai-nilai kejujuran?

Sungguh, ”berhala” ijazah telah memiliki andil yang cukup besar terhadap merebaknya ketidakdilan akses pendidikan. Berapa juta saja anak-anak cerdas negeri ini yang secara sosial gagal meningkatkan taraf hidup? Altar persembahan beserta para pemuja gengsi hidup agaknya tak sanggup menerima kehadiran mereka tanpa mempersembahkan selembar ijazah sebagai ”tumbal”. Kapankah belenggu ijazah itu berhenti menjerat orang-orang miskin?

Yang lebih parah ketika ”berhala” ijazah itu sudah memasuki stadium gengsi dan harga diri. Mereka yang kemaruk gelar tak henti-hentinya mempertajam indera penciuman untuk mengendus jejak lembaga pendidikan yang menggelar ”program tipu-tipu”. Dengan membayar sekian duwit, gelar dan ijazah dijamin masuk kantong. Tak perlu repot-repot mengikuti kuliah, apalagi menyusun skripsi, tesis, atau disertasi. Semuanya sudah diatur dengan rapi dan lincah lewat sentuhan tangan-tangan terampil dan terlatih. Para tetangga dan kolega pun tersentak. Tak pernah mendengar dan menyaksikan sang pemburu gelar kuliah, tetapi di atas pintu rumahnya tiba-tiba tampak setumpuk gelar di depan dan di belakang nama hingga panjangnya melebihi batas lebar pintu.

”Memangnya gue pikirin? Mau bukti?” begitu kilah sang pemburu gelar menghadapi desakan pertanyaan bertubi-tubi sembari menunjukkan selembar ijazah dengan penuh kebanggaan.

Ah, ijazah itu! ***

Keterangan: Gambar dicomot dari sini.

Comments

  1. Lagi iki aku pertama.
    Semua gara2 ada alat penerawangan dari Google.
    Buru2 tak simpan takut keduluan. Nanti gampang komentar lagi

    marsudiyantos last blog post..Navigasi

    >>>
    wew… komen pertamax di blog ini bukan hal yang sulit kok, pak mar, hehehe 😆 btw, sekarang sdh punya fitur penerawangan baru dari google, yak, pak, hehehe 💡

  2. Susah dibedakan, ijasah itu di”berhala”kan apa di”dewa”kan, tapi demikianlah realitanya. Ada yang bilang kalau negara kita itu sakjane bukan Republik tapi Negara Bukti Fisik. Unjuk Kerja nomor sekian, yang penting ada pendukungnya berupa bukti fisik yang diwakili selembar kertas A4. Pak Sawali pasti melihat fenomena di sekitar kita, mulai PAK, Sertifikasi, Akreditasi, Supervisi dan sederet administrasi yang lain, semua diotak-atik, direkayasa, dimanipulasi yang penting ada bukti pendukungnya berupa kertas sak lembar tadi. Sampai2 “program analisis gadungan” yang saya buat pakai software sederhana laris manis beredar ke mana2, karena guru tinggal masukkan nilai akhir, maka otomatis program akan berjalan mundur, mengisi otomatis kolom di depannya, seakan telah terjadi analisis nilai betulan. Tapi nyatane laku, tapi nyatanya terpakai. Tak cuma ijasah, sertifikat setali tiga uwang. Entah untuk nambahi poin masuk sekolah, untuk nyalon Pamong Desa atau untuk keperluan lain, obral sertifikat marak di mana2. Saya pernah menjumpai saat pendaftaran murid baru, menyertakan sertifikat aneh, juara baca doa. Bagaimana tolok ukurnya seseorang dapat predikat “Juara Baca Doa”?. Makbulnya, apa nyaringnya, apa banyaknya air mata yang menetes, apa intonasinya?. Judheg ngrasakke. Kalau juara Adzan memang ada, tapi mbok jangan dibuat versi lain. Jangan2 nanti ada Juara Wudzu, Juara Batal, dan juara aneh lainnya. Panitia kehabisan akal, lalu cari model tapi kelewat nyasar. Ibaratnya pabrik obat nyamuk bakar, bingung kalah bersaing lalu buat model kothak. Mana Tahan… Malah diguyu nyamuk…

    marsudiyantos last blog post..Navigasi

    >>>
    itulah kelebihan bangsa kita, pak mar, suka mengada2kan sesuatu yang seharusnya tak perlu diada2kan, suka membesar2kan sesuatu yang seharusnya tidak perlu, suka memformalitaskan sesuatu yang sia2, haks…. betul juga itu, pak mar, kelihatan sekali sikap latahnya, hehehe 😆 💡

  3. Wah, memang ini kenyataan pak. Mungkin hanya bingung kalo tidak menilai berdasarkan ijasah, lantas berdasarkan apa?

    >>>
    kalau itu sih wajar saja, mas dana, yang nggak wajar itu kalau nguber2 ijazah dg cara yang nggak bener itu, hehehehe 😆

  4. duh, masih ketelen juga.

    danalinggas last blog post..Dialog Rakyat

    >>>
    lagi dibenci sama aki ismet kali mas dana, hehehe 😆 sdh saya selamatkan kok :oke

  5. ada yang lebih parah pak, pada tender-tender proyek itu biasanya peserta tender melengkapi data-datanya dengan pinjam ijasah disana sini, comot ijasah di brankas data hrd yang penting masuk kualifikasi kekekeke padahal brangkas ijasah itu adalah kumpulan data-data ijasah dari pelamar pekerjaan di perusahaan tersebut yang enggak pernah dipanggil untuk diterima sebagai pekerja.

    >>>
    walah, kalau seperti itu sudah ndak bener babar blas, mas epat. kalau ndak punya kemampuan ya udah, ndak harus pakai cara tipu2 segala, haks 🙂

  6. Jadi inget ijasah S2 saya di Bandung yang sampai detik ini belum diambil.
    :mrgreen:
    Padahal lulus sejak tahun 2004 …

    Harjos last blog post..Undangan Seminar dari NetApp

    >>>
    kenapa juga ndak diambil mas jon. kalau memang sesuai dengan kemampuan nggak masalah, kok, malah rugi kalau ndak diambil :oke

  7. yah begitulah.. Kita terlalu bangga dengan kepalsuan. Dari ijasah palsu, kaya palsu (karena korupsi), sampai istri palsu (karena selingkuh).
    Kok hukuman sosial kayaknya ga berjalan/mempan yah??
    salam

    made ekas last blog post..Anggrek kita Dirampok!!

    >>>
    hehehehe 😆 gimana mau memberikan sanksi sosial, mas made, lha wong masyarakat kita telanjur mencitrakan ijazah setinggi langit, kok, hiks :oke

  8. cK

    bener banget tuh. malah kebanyakan sekarang orang mengejar gelar, bukan sekedar ilmu saja…

    >>>
    itulah yang terjadi di tengah2 kehidupan masyarakat kita, mbak chika, hehehe :oke

  9. Salam
    Gaya hidup materialistis membuat sesuatu yang mestinya bernilai menjadi sekedar formalitas belaka, saya lebih senang menyebutnya ijazah tanpa ruh *halah apa seeh*

    nenyoks last blog post..Home SweeT Home

    >>>
    wew… itilah yang bagus, mbak nenyok, “ijazah tanpa ruh”. itulah salah satu dampak berkibarnya budaya instan *sok tahu*, pragmatisme, dan semacamnya, hehehe 😆 💡

  10. ayo bikin blog dng nama domainmu sendiri, ada yg murah di idbloghosting.com

    >>>
    wew… makasih infonya, mas :oke

  11. sepengetahuan saya ijazah memang perlu, pertama sih untuk lolos dulu sebuah tes kerja, setelah itu mekanismenya bukan ijazah lagi, tapi sudah melalui wawancara dan mekanisme lainnya.
    Kalo memang ijazah mereka tidak didapatkan dengan benar, berarti dalam proses selanjutnya akan ketahuan 😀
    hehhee

    aRuLs last blog post..Internet Indonesia mahal

    >>>
    yaps, betul banget, mas aRul. kalau itu sih proses yang wajar. dengan proses itu, ijazah palsu akan ketahuan juga. yang jadi masalah kan mereka yang sudah kerja, lantas demi gengsi berusaha memburu gelar dan ijazah tanpa proses yang bener :oke

  12. Kenyataan memang begitu pak sawali, dan harganya bervariasi, banyak informasi yang menyatakan bahwa Ijasah hanya formalitas untuk mendapatkan gelar, berapa biaya untuk itu? Ambil kedokteran spesialis Rp.1M, Akpol infonya Rp.200-300jt, dsb. Beginilah Pak sawali, secarik kertas itu haganya bisa sampai ratusan juta hingga 1 milyar.

    laporans last blog post..The Indonesian Dragon

    >>>
    wah, makin menyedihkan saja, pak aryo, kalau ijazah dan gelar bisa dibeli. kasihan dong, mereka yang ndak pernah punya duwit. hanya bisa menyaksikan orang2 yang suka pamer, haks :oke

  13. 😛 sayangnya Bapak tidak menyertakan solusi yang tepat guna untuk memangkas realita yang sudah kebablasan ini… (atau masih dalam penggodokan teori dan aplikasi yang berkenaan dengan ini, pak?)

    Salam,

    ariss_s last blog post..Seputar Kesalahan dalam Berdo’a ~ Refleksi Kenapa Do’a Jarang Terkabul

    >>>
    ini hanya sekadar sentilan, kok, mas aris. solusinya? bukan hal yang mudah selama ijazah dicitrakan sebagai satu2nya standar untuk mengukur kualitas hidup tanpa melihat kemampuannya :oke

  14. Lambat laun, orang dengan sikap dan perilaku demikian juga akan tergusur dari dunia pekerjaan. Dunia sesungguhnya. Karena yang berkualitas baik tetap akan unggul (walaupun gak semuanya sih…he.he..he..).

    Katanya mantan pacar saya (caelaaa!): mutiara itu walaupun di lumpur berada, tetap karena cemerlangnya akhirnya akan tertangkap jua oleh mata.

    suhadinets last blog post..‘Basobok’ Oejiono (Bersua Oejiono)

    >>>
    yaps, betul, pak suhadi. bagaimanapun juga seleksi alam akan berlaku. sayangnya masih ada orang yang masih suka memburu gelar dan ijazah dg cara yang ndak bener meski mereka sudah punya pekerjaan mapan 💡

  15. pak WALI pak WALi gonta ganti temes niih

    Ronggos last blog post..Arti Cinta Tanpa Tinta

    >>>
    walah, lagi nyoba ngetes theme minimalis, mas ronggo, eee, nggak cocok juga, hiks, akhirnya kembali ke theme semula :oke

  16. nah loo balikkk lagi mantafff niih bisa random tmes pak kok gak masang satatus YM kita bisa ngobroool saya link ya pak aku di link baliik, klo masalah cinta ngikut bapak dah

    Ronggos last blog post..Arti Cinta Tanpa Tinta

    >>>
    wew… random theme gimana? wong tadi ngets kok mas ronggo, hehehehe :oke

  17. Salam kenalan mas…

    Asyik juga meneliti setiap kata-kata yang dipaparkan sehingga saya bisa membuat satu kesimpulan apabila membacanya hingga ke noktah terakhir.

    Apa, masyarakat sekarang meletakkan nilai kehidupan duniawi melebihi daripada kehidupan yang lebih kekal?

    Rasuah menguasi kehidupan, golongan atasan akan bertambah kaya manakala golongan tani dan nelayan terus-terusan menikmati kehidupan tanpa perubahan.

    Ayuh, lakukan perubahan demi AGAMA…

    Salam dari WONG MALAYSIA

    Mohon pamit disik, matur sembah nuwun

    >>>
    salam kenal juga, mas niazor. begitulah kalau hal2 yang bersifat duniawi lebih diutamakan ketimbang masalah yang lebih hakiki. orang cenderung mennghalalkan segala cara utk mencapai ambisi.
    salam dari indonesia, makasih kunjungannya 💡

  18. mbah ijazah saya pada nggak kepake hahaha gelarnya juga nggak kepasang haks

    kambingkelirs last blog post..Tentang Tantanganmu

    >>>
    itu bukti kalau mas totok lebih mempercayai kemampuan diri ketimbang hanya selembar ijazah. salut juga dengan mas totok nih 🙄

  19. Sedang jengkel sepertinya Pak Sawali ini? Hmm-hmm-hmm… Rupanya berhala tidak hanya ada di zaman Jahiliyah saja ya, Pak Sawali. Apa boleh buat, itu masih lagi dijadikan parameter. Lantas bagaimana? Siapa yang bisa merubah parameter tersebut? Ya kita, Pak Sawali. Kita.

    >>>
    nggak juga, mas daniel, hehehe 😆 hanya sekadar sentilan, kok. saya sepakat dg mas daniel, kita mulai dari diri sendiri utk tdk ikut2an larut memberhalakan ijazah, misalnya, dengan tdk menyertakan embel2 gelar dalam lingkungan pergaulan sosial, hehehehe 😆 :top:

  20. yup… betul pak

    Ijazah juga salah satu syarat untuk mencapai Ijabsah..

    :293 cilukk ba..

    >>>
    hhehehehe 😆 nah itu dia, mas kucluk, hiks. lucu ya, mas, pernikahan diukur berdasarkan ijazah, hehehehe 😀

  21. Makin banyak jual beli ijasah, Pak? 😮
    Untungnya tidak ada ijasah untuk bloger… :mrgreen:

    sapimotos last blog post..Cafe Tahu|Aneka Masakan Tahu

    >>>
    itu dia kenyataannya, mas sapimoto. btw, kalau bloger mesti pakai ijazah ntar hanya orang yang rentep gelarnya yang ngeblog, hehehe 😆 kenyataannya terbalik, kan? mereka yang suka mengagung2kan gelar malah ndak bisa ngeblog, hehehehe 💡

  22. eh saya malah ngga pake ijazah waktu ngelamar kerja dulu, bahkan ijazah saya baru saya ambil setelah sudah 2th kerja. 😀

    *haris last blog post..Bingung?

    >>>
    itu bukti kalau tempat kerja mas hari lebih mementingkan skilll dan kemampuan ketimbang mlulu ijazah, hehehehe 😆 :oke

  23. Ijazah sastra juga susah dapet kerja kok pak..jadi kayaknya lebih tepatnya memberhalakan ijazah yang jadi gampang dapat kerjanya dan dapet banyak duit..

    >>>
    hehehehe 😆 itu juga tergantung orangnya, kok, mas koko. 💡

  24. mungkin itulah sebabnya jual beli ijasah jadinya marak ya pak

    itikkecils last blog post..Setelah makan siang

    >>>
    betul sekali, mbak ira. itulah kenyataan yang terjadi sekarang 💡

  25. Ada orang yang “mendewa-dewakan” ijazah ada juga orang yang “mendewa-dewakan” pengalamannya dan sebagainya. Pengalaman kerja di perusahaan A atau di bank A yang sudah terkenal, padahal pengalamannya jadi sekretaris dengan ketik-mengetik menggunakan MS-Word. Di suruh kerja “kreatif” sendiri menggunakan MS-Excel memasukkan data2 dan memakai makro yang tidak begitu canggih, eh nggak bisa, serba pusing deh. Begitu juga dengan selembar ijazah yang “didewa-dewakan”, jebolan sastra Jepang, eh mbaca huruf kanji nggak becus, bisanya cuma baca huruf hiragana dan katakana. Wah… kalau cuma itu sih gua juga bisa!.

    Yang penting memang sekarang yang dibutuhkan adalah selalu mengasah dan mengembangkan kemampuan diri sendiri dan tidak pernah berhenti belajar, serta cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, itulah kompetensi orang yang paling dicari di era globalisasi saat ini.

    Tapi pak, bukankah kita memang selalu mendewa-dewakan yang salah?? Di blogsfer inipun seperti itu, banyak yang hanya mengejar popularitas menjadi seleb kesiangan dengan mutu tulisan yang, yah, begitulah!. Itu hampir sama kan pak?? :411

    Yari NKs last blog post..Olimpiade Beijing 2008: Akankah Indonesia Pulang Membawa Emas?

    >>>
    hehehehe 😆 saya sepakat banget dg pernyataan bung yari. idealnya kita mesti lebih mengasah kemampuan shg bisa beradaptasi trhdp perkembangan zaman. percuma punya ijazah bejibun kalau tak cocok dg kemampuannya, hehehehe 😆

  26. ijazah? iya pak sawali. kayaknya sekarang semua selalu ada jalan untuk mempermudah mendapatkan sesuatu, nggak peduli surat penting semacam ijazah. kira-kira kualitas sdm kita mau dibawa kemana ya pak?

    Zulmasris last blog post..Pantai Ulak Karang Suatu Malam

    >>>
    waduh, repot juga pak zul. bagi saya, ndak ada salahnya kok orang punya ijazah tinggi, yang penting bener2 sesuai dg kemampuannya, bukan diperoleh dg cara membeli, hiks :oke bagaimana nanti nasib dunia kerja kalau hanya mengandalkan ijazah tapi kemampuannya nol. hehehehe :oke

  27. Yang paling kasihan, lulusan SMU yang memegang ijazah paket C karena nggak lulus normal di SMU-nya. Pada nyesel deh pas kelulusan, padahal, kalau dilihat, kebanyakan ya karena nggak belajar aja tuh anak, sekolah cuma tawuran doang sama bolos sekalian malak orang tuanya 🙂

    Yoyos last blog post..Hidup harus terus berjalan Vs pengadilan manusia

    >>>
    hehehehe 😆 saya juga sering bertanyatanya, mas suryo. kadang2 ada anak pinter ndak lulus juga. ini yang ndak sahih soal ujiannya, atau memang anaknya saat itu sedang memble, hiks 💡

  28. Bagaimana kalau kita mendirikan perguruan saja pak sawali, STIB Sekolah Tinggi Ilmu Blog :mrgreen:

    laporans last blog post..The Indonesian Dragon

    >>>
    wew…. pak aryo yang merintisnya. aku siap mendukung, pak, hehehehe 🙄

  29. saya dulu waktu kerja di swasta tidak pernah memakai ijasah, cukup dengan transkrip nilai 💡
    namun sekarang jadi PNS, ijasah ternyata sangat dibutuhkan sekali, selain untuk kenaikan golongan *juga gaji tentunya* juga sangat diperlukan untuk berkarier (ngoyak pangkat & jabatan) :205
    dan ijasah yang dibutuhkan tidak peduli diperoleh dari mana (akreditasi institusi pendidikan?)& bagaimana
    banyak dari pegawai yang seharusnya mengambil kesarjanaan teknik malah mencari sarjana ekonomi dari STIE (Sekolah Tidak Ijasah Entuk)Duuhhhhh..malu jadi aparat pangembating praja 😥

    >>>
    nah itu dia, pak tomy. kenapa juga jalan pintas utk cari jabatan mesti ditempuh dg cara2 yang ndak bener. kasihan rakyat yang menggaji mereka, hehehehe 💡

  30. Prinsipnya… mendewa-dewakan segala sesuatu itu emang ndak baik dan meraih segala sesuatu dgn jalan nyang ndak benar…itu juwega jelas ndak benar. Jadi…lakukan nyang benar-benar ajahh… nyang ndak benar ndak usah dibenar-benarkan. Kalo-pun sekarang ada (baca:banyak) nyang suka membenar-benarkan segala sesuatu nyang ndak benar biar terlihat benar… sesungguhnya mereka telah benar-benar menggali kuburannya sediri. Tapihh… ada baiknya kalo kita lihat sesuatu nyang ndak benar… sebisa mungkin kita benarkan supaya jadi benar. Benar ndak Pak…??? 😆

    **Walahh… komen saya kok jadihh benar-benar mbulet genehh yakk Pak..?? :mrgreen: **

    >>>
    benar sekali kali, bung serdadu. komentar bung serdadu, benar2 benar, hehehehe 🙄

  31. capek deh kalo berhadapan dengan orang yang menilai kita dari ijasah. ita sendiri lulusan lokal (pontianak) waktu kerja ato bergaul masih ada aja oknum yang membeda2kan lulusan lokal n universitas di jawa. emang kualitas seseorang dilihat dari megahnya kampus??? :acc

    >>>
    itulah yang masih sering terjadi, bu ita. kenapa juga ijazah selalu dijadikan ukuran nomor satu, haks :oke

  32. kalo di dunia kerja ada yang mengherankan jg soal ijazah pak, ada perusahaan tertentu yang meminta ijazah asli sebagai jaminan.. aneh, buat apa? ijazah asli calon karyawan mau ditahan segala 😐

    sebegitu pentingnya ijazah sekarang ini. selain untuk mendapatkannya sangat mahal, ijazah juga diperjualbelikan 8) hmmh.. kalo yang susah-susah kuliah trus dapet ya wajar kalo bangga, nah yang ngga belajar trus dapet, itu yang nyebelin.. 🙂

    >>>
    wew… ijazah asli kok mesti ditahan, untuk apa mbak yuyun? ada2 saja nih, hiks :oke

  33. Ijazah sebetulnya hanya sarana sebagai standar minimal saat melamar pekerjaan. Karena yang melamar banyak sekali (belasan ribu, padahal yang diterima cuma 100 orang), perusahaan akhirnya melakukan seleksi awal didasarkan pada ijazah dan nilai IPK…padahal saat tahap akhir, ternyata yang lulus cumlaude belum tentu lebih baik dari yang nilainya dibawahnya….disini tetap akan terlihat kompetensinya. Masalahnya yang tak memenehui IPK standard minimal akan gugur sejak pertama kali.

    Quote ke yu2n,
    Ijazah ditahan, umumnya untuk perusahaan yang memberikan pendidikan pada para karyawan barunya. Saat saya masih aktif, maka rata-rata pekerja baru, biaya pendidikannya sampai dia lulus job training dan ditempatkan, untuk kelas ODP minimal Rp.175 juta. Padahal biasanya, begitu seseorang diterima, karena telah melampaui kira-kira 6 tahap test, dia juga akan diterima ditempat lain. Agar perusahaan tak rugi, yang diterima menandatangani kontrak dan ijazah aslinya ditahan, sebelum bergabung dan mendapat pendidikan. Kalau nggak mau juga nggak apa-apa kok, tapi tentu saja tak jadi masuk perusahaan tsb. Atau membayar ganti rugi, seperti putri temanku, yang telah diterima di Danamon tapi bukan untuk kelas ODP, dan diterima di Bank lain dengan status ODP, dia mau membayar ganti rugi (diperhitungkan biaya pendidikan), saat itu mencapai Rp.60 juta. Memang pendidikan ini mahal, demikian juga bagi staf yang dikirim ke luar negeri untuk mendapat gelar Master juga harus mendandatangani kontrak minimal 2 n + 1. Menurut saya wajar kok….dan ini semua pilihan, karena kalau diterima karirnya juga melejit…dan kalau tak krasan dia juga bisa pindah keperusahaan lain melalui transfer (ada yang ditransfer ke HDBC dengan biaya mahal, yang membayar perusahaan yang mentransfernya)

    Catatan: Saat saya mulai bekerja dan mendapat pendidikan selama 2 tahun tak boleh menikah, ijazah juga ditahan…bayangkan saat itu masih tahun 1978.

    edratnas last blog post..Terimakasih KPP Pratama Jakarta Selatan

    >>>
    wah, ternyata proses rekrutmen di sebuah perusahaan memang rumit, ya, bu. jaminan ijazah asli ternyata tak hanya sekadar berita, tapi memang benr2 ada. tahun 1978 saat itu saya baru SMP, bu enny, hehehehe 😆 ibu sudah harus berkutat di dunia kerja, terima kasih informasinya, bu 💡

  34. Mana lebih penting: ijazah atau kompetensi? Dua-duanya penting.
    Tidak ada yang salah dengan ijazah selagi diperoleh dengan cara yang benar. Di perusahaan kami, misalnya, di kartu nama dan database karyawan tidak ada lagi embel2 gelar. Semuanya tertulis nama tok…

    Hery Azwans last blog post..Dituduh Merokok

    >>>
    yaps, asalkan diperoleh dengan cara yang bener dan menggambarkan kompetensi yang sesungguhnya darui pemegang ijazah saya kira ndak masalah kok, mas azwan. 💡

  35. haiyah mau komen serius dah banyak dibahas …. ini gara2 pemadaman bergilir… selalu terlambat komen… tapi kalo sekedar baca sih lancar lewat reader
    😀

    >>>
    gpp, pak pagebluk slamet widodo, hehehehe 😆 dibaca lewat google reader juga sdh senang, kok, pak 💡

  36. Para pelaku pendidikan sering tak berdaya membaca memo pejabat. Sungguh tidak nyaman kalau harus menolak. Mereka terpaksa menyusupkan anak ”memo pejabat” itu sebagai siswa didiknya.

    Apakah itu pengalaman pribadi, Pak?

    Ijazah menjadi dewa karena sistem juga, Pak. Contohnya, mau melamar kerja harus melampirkan fotokopi ijazah. CV nggak cukup. Mau melamar PNS apalagi, fotokopi ijazah harus dilegalisir. Di swasta sih fotokopinya sudah cukup.

    Nggak berhenti di sana, mau jadi anggota DPR juga harus punya ijazah. Padahal, kadar intelektualitas seseorang kan tidak dapat dicerminkan hanya oleh lembar formal itu.

    Akhirnya, mau nggak mau banyak yang menjadi hamba ijazah. Apa pun dilakukan agar punya ijazah.

    Saya sih jujur saja, ijazah nggak nembak. Saya punya ijazah dengan pantas. Akan tetapi, saya tidak mendewakan ijazah. Saya sadar bahwa punya ijazah tidak berarti bahwa kita lantas bisa segalanya. Bahkan, saya merasa bahwa punya ijazah itu ternyata pintu masuk ke dunia yang sama sekali baru.

    >>>
    punya ijazah yang diperoleh dengan perjuangan yang panjang itu bagus, kok, mas arif. yang patut dipertanyakan kan mereka yang semata2 memburu gelar dan ijazah hanya sekadar gengsi dan harga diri doang. repot! :oke

  37. Pengakuan defakto dan dejure memang kadang-kadang beda ya pak … 🙂


    Sudah beberapa kali ngasi komen ke sini kok sering gagal pak Sawali.
    Mudah2an yg ini masuk.

    heriantos last blog post..Belajarlah untuk objektif

    >>>
    betul banget, pak heri. repotnya lagi, orang lebih suka menggunakan parameter dejuro ketimbang defakto, haks. btw, kayaknya lancar2 saja tuh komen di sini. mungkin saat itu blog ini sedang terjadi error, ehehehe 😆

  38. sampai saat ini say blom merasakan apa itu manffat dari ijazah

    >>>
    sebentar lagi kalau memang sudah memasuki dunia kerja, mas zoel, ijazah pasti yang pertama kali ditanyakan, hehehe 😆

  39. Kata Bang Iwan Fals, Ijazah bagai lampu kristal pak :mrgreen: dan Ijazah pula yang kadang bisa membuat orang ibarat “INDAH KEMASAN DARI PADA ISI”. :112

    norjiks last blog post..Lolos dari RAZIA

    >>>
    yaps, bung iwan memang dikenal dg lirik2nya yang sarat dg kritik sosial, mas norjik, hehehehe 😆

  40. Deni Kurniawan As'ari

    Berbicara ijazah or ijasah, entah mana yang betul emang menarik.
    Tapi pak, beberapa bulan ini saya lagi nyari beasiswa S2,pengin kuliah lagi. Tentu bukan sekedar mencari ijazah/ijasah atau gelar tapi pengembangan ilmu and pengembangan diri.

    Saya mau tanya pada pak Sawali, apakah kuliah S2 sekarang menjanjikan pengembangan ilmu,pengembangan wawasan dan pengembangan diri atau tidak?

    :293

    Deni Kurniawan As’aris last blog post..$2,822.70. HARGA BLOGKU

    >>>
    kalau menurut EYD, ejaan yang benar “iazah”, pak deni. btw, utk studi s2 kalau memang niatnya ingin mengembangkn ilmu, saya kira ndak masalah, malah bagus sebagai sarana utk meningkatkan kualitas diri. 💡 semoga berhasil cari beasiswanya, pak 💡

  41. Ijasah memang suda di anggap berhala ,jadi kalau iajsah terbakar sepeti sudah nggak punya rasa semangat dan hidup .Memang pada dasarnya di lapangan pekerjaan ijasah no 1.tapi masih banyak pula tidak memerlukan ijasah,yg di perlukana cakap dan ulet ..Opss…maaf pak. betul nggak ya ..:D

    Diahs last blog post..Pembagian Dana Gratis di Kampung

    >>>
    memang terkesan seperti itu, mbak diah. asalkan diperoleh dg cara yag wajar saya kira ndak masalah kok, mbak 💡

  42. Ya contoh konkritnya adalah negeri ini…, yang pemimpinnya dipilih dengan standard ijasah bukan trackrecord perilaku, ancur deh…

    Jazilis last blog post..Alternative Making Money Online…

    betul banget, mas jazili, karena itulah konon makin banyak pejabat yang berusaha utk mendapatkan ijazah tapa melakukan proses yang panjang :oke

  43. Ya karena ada yang ngajari pak.
    Celakanya yang ngajari itu seorang pemimpin tertinggi…
    Kalau gak pak pake title gak keren….

    Kalau saya di pagawai gaji bukan berdasar ijasah pak,
    bahkan ijasah gak saya tanya dan tidak saya buka.
    Saya kawatir saya ke pencut dengan nilai yang bagus.
    Saya cek hasil kerjanya, kerajinannya, kerujujurannya, komitmennya, dan prestasinya baru saya pikir gajinya.

    Petani Internets last blog post..Belajar Bahasa Inggris

    >>>
    nah itu baru cara yang tepat, pak sumintar. jangan semata2 ijasahnya. 💡

  44. harus ada ketegasan dari pemerintah sebagai pengatur kebijakan dan penjaga kualitas pendidikan.

    sistem akreditasi harus diperketat..institusi pendidikan yang sekedar jual bangku dan ijazah sebaiknya ditutup dan di proses..karena efek rusaknya sangat tinggi untuk masa depan bangsa ini.

    buat pak sawali: hajar terus pak!

    😡

    arifrahmanlubiss last blog post..Amanah

    betul dan setuju banget pak lubis supaya tdk terus mewabah ke generasio muda 💡

  45. ijazah sekarang penting lho…apalagi buat anggota dewan yang cuman lulusan SMA….mereka ga kulh tapi beli ijazah, dan hebatnya lagi bisa langsung beli paket ijazah S1 dan S2…kasihan guru, karena menjadi guru wajib mempunyai ijazah S1…tapi anggota DPR dan jajarannya dan bahkan lebih parah lagi, syarat menjadi presiden cuma lulus SMA ajah….nah lho…

    rudyahuds last blog post..Dono Kasino Indro dalam “Tangisan Artalita Suryani Tersangka Penyuap Jaksa Urip Tri Gunawan dalam Kasus BLBI” (Part 1)

    >>>
    wah, kalau anggota dpr yang terhormat itu menempuh cara yang ndak bener, rakyat juga yang harus menjadi tumbalnya, hehehhe 😆

  46. sekarang ijazah udah mirip tiket pak
    dengan adanya itu bisa memiliki akses untuk ikut atau masuk ke sebuah instansi atau organisasi atau bahkan memimpin

    ah indonesiaku :DD :DD :DD :DD

    lainsijis last blog post..Langka

    >>>
    serba repot memang mas lainsiji, apalagi seolah2 masyarakat juga tak melakukan fungsi kontrol 💡

  47. Saya sangat terkesan dengan tulisan ini!
    Sangat setuju dengan pandangan Anda, Pak Sawali.
    Ijazah, khususnya gelar kesarjanaan, sangat berpengaruh tak hanya di dunia kerja tapi ikut menjadi penentu “bobot, bibit lan bebet” seorang calon mantu.

    Sulit untuk menceritakan kisah pribadi saya berkaitan dengan itu hahaha, tapi satu hal yang harus saya tandai dari diri saya, mau tak mau saya telah ikut terseret arus besar tentang mementingkan ijazah ini.

    Sayangnya, demikian!

    >>>
    gpp, juga, mas doni, asalkan sesuai dengan kemampuan dan skillmya 💡

  48. azaxs

    Betul pak… dan paradigma masyarakat kita masih seperti itu,
    dibutuhkan kesadaran kolektiv untuk merubah ini semua… 💡

    >>>
    hehehehe 😆 betul banget, mas azaxs 🙄

  49. Wah, repot juga pak, kalau ijasah sudah dijadikan tolok ukur, terutama dijadikan syarat untuk menduduki posisi tertentu dalam dunia kerja.
    Padahal ijasah itu belum tentu sesuai dengan skill yang dimiliki seseorang dalam suatu bidang.

    Edi Psws last blog post..Ziarah Wali Songo 2008

    >>>
    nah itu, dia pak edi. ternyata ijazah masih sering lebih dibutuhkan ketimbang skill dan kemampuan, hiks 💡

  50. Wah ,,saya tahunya ijabsah saja Pak Sawali..He..he..hr.. 😀

    Iis sugiantis last blog post..Dialog Warisan Sawah Temin!

    >>>
    wew… utk dapat ijabsah katanya mesti memperhitungkan juga ijazah. bener nggak, mba is? hehehehe :oke

  51. ngeblog-pun bisa jadi berhala jika nggak hati2…….hihi

    btw, komen pak Sawali di blog sy…kok ??? Sy udah 4 taon menikah pak…..hehe 😀

    Alex Abdillahs last blog post..16 Juli

    >>>
    betul banget, bung abdillah, btw, perasaan bung abdillah memang sudah meikah, tapi postingannya seperti orang yang mau menikah (lagi), hiks. :oke

  52. Pemberhalaan terhadap ijazah ini nggak terlepas dari sistem di negara kita yang penuh dengan birokrasi dan formalitas. Angka-angka yang tertera dalam selembar kertas kerap kali menjadi acuan dalam penerimaan pekerjaan, dibandingkan kemampuan sebenarnya seseorang. :acc
    ngomong-ngomong, termasuk musyrik nggak ya orang yang memberhalakan ijazah… :DD

    qizinks last blog post..Pemkot Rekrut 130 Tenaga Magang

    >>>
    nah itu dia mas qizink kalau otak bangsa ini sudah teracuni oleh angka2 dan statitistik, hiks. esensinya jusatru makin kabur dan ndak jelas lagi 💡

  53. Indonesia memang sungguh memprihatinkan Pak 🙁
    saya juga kadang heran dan takjub melihat nama yang gelarnya panjang sekali padahal gak genah kuliahnya dimana.

    >>>
    nah, mas fadiel ndak perlu menirunya, hehehe 😆 OK? :oke

  54. sebenarnya ijasah dapat dicari, bikin aja dipercetakan, cuma mempertanggung jawabkan selembar ijasah yang aga sulit, IPK saya 3,…waduh berat deh mempertanggung jawabkannya. ga tau dosennya ngidolain aku karena blog ini mungkin, jadi ngasih nilainya bagus-bagus, he..he..( gergaji aja gitu pak sawali ? )

    ubadbmarkos last blog post..TUKANG KAYU, GERGAJI, KAPAK, SERUTAN DAN PAHATAN.

    >>>
    kekekeke 😀 ipk sampai 3? wew…. itu prestasi yang betul2 layak untuk dipuji, pak marko, hehehehe 💡

  55. berarti intinya sekolah hanya untuk nyari ijazah ya pak,, wah kalo gak di tunjang dengan kualitas manusia juga standar kemampuannya payahh,, mau jd apa negara ini rekk,,,
    kecerdasan bangsa indonesia di tentukan oleh masyarakatnya yang kualitasnya sesuai dengan formalitasnya, gitu ya pak,,,
    ngoceh gak karuan nich,, 😀

    ochims last blog post..Hasil Liburan kemarin

    >>>
    hehehehe 😆 mestinya ndak begitu, mas ochim. kalau sekolah selama ini terkesan begitu bisa jadi karena sistem dan sdm-nya yang kurang mendukung. idealnya sekolah mesti menjadi agen kebudayaan *heh sok tahu nih* 💡

  56. Sekolah memang buat nyari ijasah saja…terus terang jarang ada ilmu yang didapat di sekolah berguna di tempat kerja.

    Yang di sekolah cuman kulit2 nya saja, di tempat kerja baru kita exlore sesuai dengan kemampuan kita.

    windras last blog post..Libur kecil kaum kusam

    >>>
    hehehehe 😆 bisa jadi begitu, mas windra. tapi yang merisaukan itu mereka yang suka cari jalan pintas utk mendapatkannya, tanpa memedulikan etika, haks :oke

  57. Ijazah saya sudah saya jadikan pembungkus kacang … gak penting buat saya 🙂

    Rindus last blog post..Semburat Jingga Rembulan

    >>>
    wew…. ya, jangan dong, mbak rindu, kenapa mesti dipakai buat pembungkus kacang, hiks 💡

  58. itu sekarang mas jaman edank semua bisa dibeli dengan uang walaupun itu pendidikan. kasian masyarakat miskin, masarakat terbelakang yang seharusnya diberikan fasilitas pendidikan yang betul-betul setingkat dengan sistem kurukulum yang baru dan ternyata mereka hanya dijadikan barang yang siap untuk dijual ke pemerintah guna mendapatkan bebrapa lembar uang haram saja. bagaimana mana bangsang ini mau maju klo pendidikan saja tidak pernah diperhatikan. toh cuman janji-janji omong kosong saja yang sering diperdengarkan oleh para politikus-politikus busuk perampok mastarakt miskin.
    mungkin pendidikan lah merupakan sebuah kunci keberhasilan bangsa indonesia kelak

    >>>
    yaps, saya sepakat, mas ligo. dunia pendidikan diharapkan dapat menjalankan fungsinya sbg agen perubahan sehingga mampu melahirkan anak2 bangsa masa depan yang cerdas, religius, terampil, dan bermoral 🙄

  59. Apalagi pada masa pesta politik sekarang. Banyak sekali jual beli ijazah dan pemalsuan ijazah terjadi. Selembar kertas yang begitu mahal harganya. :acc

    >>>
    hehehehe 😆 kayaknya bener juga tuh, pak rafky. repot kalau sudah begitu, hiks 💡

  60. kw

    adanya internet peta pekerjaan sudah berubah. tak perlu ijazah lagi, cukup pasang adsense hehhehe

    kws last blog post..penyair cyber

    >>>
    wew… pasang adsense? hehehehe, itu bagi mereka yang ngeblog, hehehehe 😆

  61. :oke :oke :oke :oke :oke
    haduh… saya udah dapet malah puyeng ini pak…

    moerzs last blog post..Mencari Pergi

    >>>
    kan banyak jalan menuju roma, mas moerz. nggak usah bingung, yang penting semangat tdk pernah luntur. ikuti proses menuju masa depan yang lebih baik *wew… kok malah nasihatin* 🙄

  62. Untung dulu untuk bisa lolos jadi istrinya suami saya ngga perlu pake ijazah-ijazah segala… :411

    Ratnas last blog post..Produk ‘Paling Murah’ Carrefour

    hehehehe 😆 biasanya orang tua yang suka memperimbangkan ijazah, mbak rata, hehehehe :oke

  63. Wualah piye toh Pak. Sudah terlalu banyak berhala modern, melampaui berhala zaman jahilia. Janganah ijazah dinbatkna jadi berhara (baru) lagi, kenayakan perilaku maksiatnya. Ojawah perlu dan penting, tetapi bukan segalanya.

    Ersis Warmansyah Abbass last blog post..Menangguk Ide

    hehehe 😆 itu butuh pencitraan baru dari masyarakat kita secara kolektif, pak ersis, hehehe 💡

  64. ijasah dinegeri inih masih akan selalu menjadi berhala pak, selama pola yg diterapkan tidak diperbaiki.

    betul banget, mas dobleden. itu juga pengaruh dari budaya dan pencitraan dari masyarakat 💡

  65. Bahkan, pernikahan yang disakralkan dan disucikan pun secara tak langsung telah menjadikan ijasah sebagai penentu kualitas prosesi. Sebelum ijab kabul berlangsung, calon mertua tak jarang menanyakan kualifikasi ijasah calon menantunya.

    Waduh, saya jadi khawatir kalau-kalau ijazah yang saya miliki tak memenuhi kualifikasi calon mertua yang kayak gitu… :mrgreen: (Becanda Pak)

    Iya, ya, gara-gara selembar ijazah, buanyak orang menginginkan lembaran kertas semacam ituh…. 😀

    mathematicses last blog post..Belajar Matematika dengan Tahu*

    wew… kalau pak jupri mesti diterima tuh ijazahnya, hehehe 😆 pasti lolos deh 💡

  66. SOEWADJIE

    Butuh ijasah untuk cari kerja?!SMU/SMK:300.000 D3:600.000 S1:1.500.000.UNAIR,UNTAG,STAIN,UGM,ITS,ITATS,STIKOM,PETRA,UNMU,UNIBRAW,STAN,UI,UNMUL,DLL.Juga melayani pembuatan SIM,STNK,KTP,PASPOR,dll.hub:03547117102

  67. Pim

    mengagungkan ijasah tanpa Ruh..
    bangga dibalik kebodohan sendiri.:-w
    memang…. itu yang menyababkan banyak orang bekerja tidak sesuai porsinya…[-( jadinya,anggota DPR yang harusnya bijaksana dan alim malah bertindak Brutal lan sangar, kya udah berpengalaman latihan jadi satpam Terminal… ( pist …)
    emmm…gmana menghadapi Ortu yang gengsi xlu menantu G pnya ijasah tinggi yachh??! pripun Pak menjelaskan…??!! hwehwehwe :o:o

    • hehehehe …. mungkin karena selama ini orang lebih banyak melihat martabat seseorang dari ijazahnya, sampai2 dalam urusan pernikahan pun, ada beberapa orang yang menggunakannya sbg salah satu elemen kriteria. duh, bisa jadi masyarakat yang sudah kadung memberhalakan ijazah semacam itu, orang jadi suka menempuh segala cara utk mendapatkannya. bener2 repot.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *