Kesadaran Kolektif yang Terkoyak

(Refleksi Satu Dekade Reformasi)

Bangsa merupakan keinsyafan, sebagai suatu persekutuan yang tersusun jadi satu, yaitu keinsyafan yang terbit karena percaya atas persamaan nasib dan tujuan. Keinsyafan tujuan bertambah besar karena sama seperuntungan, malang yang sama diderita, mujur yang sama didapat oleh karena jasa bersama. (Mohammad Hatta)

Sengaja saya kutip pernyataan Bung Hatta sebagai prolog tulisan ini sekadar untuk mengingatkan betapa sebagai sebuah bangsa, kita (nyaris) telah kehilangan keinsyafan diri untuk bersama-sama membangun peradaban yang lebih terhormat dan bermartabat. Tanpa bermaksud ”memberhalakan” romantisme masa silam, agaknya negeri kita justru telah mengalami set-back. Kita sedang memasuki sebuah fase peradaban yang ”sakit”, di mana rasa kebersamaan, keinsyafan diri, dan kesadaran kolektif telah menjelma ke dalam egoisme dan primordialisme sempit yang mewujud pada pemujaan terhadap kultur kekerasan dalam menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan. Persoalan-persoalan kebangsaan telah dimaknai secara sempit; mengalami reduksi dan involusi budaya; sehingga menghilangkan kesejatian diri sebagai bangsa yang santun dan antikekerasan.

Satu abad sudah peristiwa heroik yang menggetarkan nurani bangsa itu berlalu. Budi Utomo (1908) dan Sumpah Pemuda (1928) merupakan dua momentum bersejarah yang akan terus dicatat dalam lembar historis negeri ini, betapa kaum muda selalu menjadi motor perubahan. Keberadaan kaum muda dengan segenap gerak dan dinamikanya senantiasa menyajikan adonan sejarah yang manis dalam upaya menggerakkan roda peradaban. Tidak mustahil apabila ada yang bilang bahwa pemuda bagaikan mutiara yang akan terus memancarkan pamor perubahan pada setiap era dan peradaban.

Kalau kita sedikit falshback ke masa silam, tokoh-tokoh semacam Sutomo, Gunawan, Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara), atau Douwes Dekker adalah sosok-sosok kaum muda idealis yang memiliki kesadaran kolektif untuk membangun sebuah bangsa yang merdeka, lepas dari cengkeraman kaum kolonial yang jelas-jelas telah menghancurkan martabat dan eksistensi sebuah bangsa. Dengan nada getir, Ki Hajar Dewantara menyatakan:

Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan dinegeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengkongsi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingan sedikitpun.

Tulisan yang dimuat di surat kabar de Expres milik Dr. Douwes Dekker (1913) itu merupakan sebuah contoh ”pemberontakan” yang dengan amat sadar diekspresikan sebagai bentuk protes keras terhadap rencana pemerintah kolonial Belanda yang hendak merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda. Karena tulisan itulah, dia dan sahabatnya, Tjipto Mangunkusumo, mesti menjalani masa karantina di Negeri Belanda. Sebuah fakta historis, betapa pada zamannya, figur seorang pemuda mempertaruhkan nyali demi menegakkan nilai-nilai kehormatan dan kebenaran dari sebuah bangsa yang tertindas dan terjajah.

Peristiwa-peristiwa heroik semacam itu memang telah jauh melewat. Seiring dengan gerak dan dinamika peradaban, bangsa kita pasca-kemerdekaan terus mengalami perubahan. Tampilnya dwitunggal Soekarno-Hatta sebagai pucuk pimpinan tertinggi di negeri ini telah membangkitkan sebuah optimisme baru melalui semangat kemandirian dan berdikari sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Namun, agaknya kepemimpinan dwitunggal itu dinilai mulai tereduksi oleh fakta lain di mana nilai-nilai demokrasi hendak dikebiri dan dinafikan. Upaya pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur hidup dengan ikon demokrasi terpimpinnya telah melahirkan banyak kegelisahan dan ketidakpuasan di sebagian kalangan pemuda dan kaum intelektual. Kondisi itu diperparah dengan munculnya kalangan kiri yang berafiliasi ke paham komunis hingga membuat situasi negara tak menentu, bahkan telah melahirkan pertumpahan darah antarsesama warga bangsa. Dalam kondisi semacam itu, muncullah generasi 1966 yang dengan amat sadar ikut berkiprah untuk membangun kembali puing-puing bangsa yang berserakan akibat situasi negara yang chaos dan amburadul.

Kembali bangsa kita mengalami suksesi kepemimpinan. Soeharto yang dielu-elukan sebagai ”penyelamat bangsa” hadir mengibarkan “bendera” Orde Baru. Optimisme pun hinggap di setiap kepala. Pembangunan digalakkan. Pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa dijadikan slogan. Rezim Soeharto pun mampu bertahan hingga tiga dekade. Namun, kekuasaannya yang cenderung berbau korup dengan mengandalkan kekuataan militer yang represif sebagai ”tameng”-nya, membuat kepercayaan rakyat mulai goyah. Hal itu diperparah dengan kondisi perekonomian yang carut-marut akibat krisis moneter pada 1997. Maka, ”keperkasaan”-nya sebagai penguasa tunggal benar-benar berada pada titik nazir ketika kaum muda mahasiswa menggelontorkan roda reformasi. Rezim Orde Baru itu pun tersunggur dari panggung kekuasaan pada bulan Mei 1998, hingga lahirlah Orde Reformasi.

Pasca-reformasi, negeri ini telah mengalami beberapa kali suksesi. Mulai Habibie, Gus Dur, Megawati, hingga SBY. Namun, arus reformasi yang diharapkan mampu melahirkan perubahan yang bermanfaat buat rakyat itu dinilai masih ”mati suri”. Yang terjadi, justru sebaliknya. Krisis ekonomi telah menimbulkan krisis multidimensi. Kran kebebasan yang dibuka lebar-lebar, disadari atau tidak, telah memicu lahirnya ”rezim-rezim” baru. Kekerasan berbasis sentimen kesukuan, agama, ras, dan golongan meruyak (hampir) di seantero negeri. Nilai-nilai primordialisme hadir bersama kultur kekerasan hingga melahirkan berbagai peristiwa tragis. Angka pengangguran pun merangkak tajam. Kemiskinan merajalela. Kelaparan terjadi di mana-mana. Seiring dengan itu, nilai-nilai nasionalisme kita dipertanyakan. Kita demikian loyo dan tak berdaya ketika negeri jiran kita mencaplok beberapa pulau di daerah perbatasan. Kita juga tak bisa berbuat apa-apa ketika bangsa lain mengklaim hasil budaya anak-anak bangsa sebagai miliknya.

Dalam kondisi semacam itu, kita sangat merindukan lahirnya sosok pemimpin yang memiliki wisdom dan kearifan dalam mengelola negara. Sudah terlalu lama rakyat hidup dalam ketidakpastian. Harga-harga kebutuhan pokok yang terus melambung benar-benar telah menghancurkan daya beli rakyat miskin. Ironisnya, pemerintah justru ingin menaikkan harga BBM yang jelas-jelas akan menambah beban rakyat semakin berat.

Sungguh, kesadaran kolektif kita sebagai bangsa yang terhormat dan bermartabat pada satu dekade reformasi ini telah terluka. Setidaknya, ada semacam ”triumvirat” kesadaran kolektif kita yang terkoyak, yakni kesadaran masa silam (historis), kesadaran masa kini (realistis), dan kesadaran masa depan (futuristis). Ketiga komponen ”triumvirat” ini seharusnya membentuk sebuah kekuatan dahsyat dalam membangun sebuah peradaban. Kesadaran historis, realistis, dan futuristis harus kait-mengait dan berkelindan dalam sebuah mozaik peradaban. Hanya memiliki kesadaran historis, kita akan terjebak dalam romantisme masa silam yang berlebihan. Hanya memiliki kesadaran realistis, kita cenderung menjadi bangsa yang prgmatis. Hanya mengandalkan kesadaran futuristis, kita cenderung menjadi bangsa pemimpi.

Kini, saatnya kita kembali bersama-sama membangun kesadaran kolektif yang benar-benar mampu memadukan kekuatan ”triumvirat” yang akan terus mewarnai dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara dari generasi ke generasi. Dalam menjalani realitas hidup berbangsa dan bernegara masa kini, jangan sampai kita terjebak ke dalam pemahaman sempit yang menafikan realitas masa silam dan berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada masa mendatang. Kemarin, hari ini, dan esok harus benar-benar dipahami secara utuh sebagai sebuah siklus kehidupan yang harus terus berjalan dari generasi ke generasi.

Sudah lama kita diingatkan oleh Bung Hatta betapa pentingnya membangun keinsyafan kolektif itu. Merasa senasib dan setujuan, seperuntungan, derita dirasakan bersama, mujur dinikmati bersama. Namun, yang terjadi sekarang, betapa makin carut-marutnya kekuatan kolektif itu. Ketimpangan sosial menganga lebar. Yang kaya makin kaya, yang melarat tak jelas lagi kapan mereka harus ”pensiun” dari jeratan kemiskinan. Koruptor yang telah mengemplang harta negara pun makin pandai mencari siasat agar lolos dari jerat hukum. Inikah ”panen” yang kita tuai dari satu dekade reformasi itu? Masih adakah kaum muda di negeri ini yang memiliki semangat heroik untuk mewujudkan bangsa yang berperadaban tinggi? ***

Keterangan:
Gambar diambil dari sini dengan seizin pemiliknya.

No Comments

  1. Ehm… Saya sudah terlanjur menjadi seorang yang apatis, Pak. Jadi sepertinya apapun yang dilakukan ya bangsa ini begini2 saja.

    -kiMi-s last blog post..Konferensi Pers

    ooo
    bagaimanapun juga kita mesti optimis, mbak kimi, hehehehe 😆 bahwa perubahan ke arah yang lebih baik itu pasti akan terjadi. entah kapan, kita juga belum tahu, hiks 😛

  2. s… Saatnya kita kembali bersama-sama membangun kesadaran kolektif …

    Kkalau untuk yang tua, termasuk saya, jangan berharap lagi. Yang muda-muda harisnya berani mengambil tongkat estafet bangsa, tu presiden Rusia baru 40 tahun … Segera, kiranya, menyusul presiden AS.

    Kesadaran kolektif itu yang susah dibangun, oleh terutama yang tua-tua, yang muda yang lebih mungkin sebab belum terdistorsi berbagai kepentingan. Pendapat gawur saja he he

    Ersis Warmansyah Abbass last blog post..Bumerrang

    ooo
    yups, yang tua-tua tidak harus terlibat mejadi motornya, pak, tetapi memberikan dorongan dan keteladanan, hehehehe 😆

  3. Sudah berulangkali saya katakan bahwa reformasi telah berubah menjadi refirmasi karena orde ini memperkuat apa-apa yang ada di masa orde baru: korupsi makin merajalela, pendidikan makin tak punya visi, dll.

    Tentu saya punya mimpi agar bangsa ini mampu mengklaim semua kebaikan dari kebersatuan dalam sebuah bangsa. Jalan ke sana hanya satu, yaitu revolusi!

    arifs last blog post..Membaca Laskar Pelangi Serasa Bodoh

    ooo
    waduh, kalau revolusi apa nggak lebih besar resiko sosialnya, mas arif, hiks :mrgreen:

  4. *minum, capek baca* 😀
    panjang banget pak!!
    ya kalau kita berbicara mengenai topik ini, sungguh tiada habisnya. Entah dosa sebesar apa yg sudah dilakukan bangsa yang katanya dulu amat makmur ini? Hingga kini jelas belum ada perubahan ke depan yang signifikan. Kalau menurut diriku tidak adanya perubahan tsb akibat dari saling tuding menuding. Ya itulah, di tanah air ini, tidak ada yang mau dipersalahkan itu wajar karena memang seperti itulah watak manusia. Tapi yang sangat disesalkan adalah di negeri ini hampir seluruh lapisan masyarakat saling mencari siapa yang salah. Seharusnya kita menyadari betapa terpuruknya negri antah berantah ini dan mulai berpikir tuk saling bahu membahu kembali membangun bangsa ini dimulai dari moral, akhlak dan tingkah laku. Lalu bila ketiga elemen tsb sudah terpenuhi, barulah kita bangun bangsa ini menjadi bangsa yang disegani bukan bangsa yang diremehkan. Dalam setiap menghadapi masalah, hendaknya kita fokus kepada solusi bukan fokus terhadap masalah.
    Yang jelas, ayo bebaskan bangsa ini dari keterpurukan!!

    hanggadamais last blog post..Semoga Semua Impianku Terkabul

    ooo
    yups, sepakat banget, mas hangga. semoga ide2 mas hangga itu pelan tapi pasti segera terwujud di negeri ini. 💡

  5. terimakasih postingnya pak, semoga menjadi insprasi buat blogger dan masyarakat agar jangan tidur.. ayo kerja ayo bantu bangsa ini supaya jadi sehat. Jangan tanya apa yang bangsa ini berikan untuk mu, tapi tanyakan pada dirimu, apa yang bisa kau berikan pada bangsa mu!! 🙂

    Mr. brainss last blog post..untuk kekasih..

    ooo
    yups, terima kasih mas brain. sepakat banget dg komentar mas brain itu 💡

  6. …Kini, saatnya kita kembali bersama-sama membangun kesadaran kolektif yang…

    Persuasi lembut ini mengingatkan saya akan suara umat2 muslim kontemporer; “saatnya kembali kepada Al-Qur’an dan Sunah…”. Padahal itu justru melahirkan kebingungan baru, juga perpecahan dan perdebatan baru, dengan sebab, kembali kepada Al-Qur’an itu menggunakan tafsir siapa dan siapa yang pantas diikuti benar?
    .
    Itu artinya, dalam hal ini, secara literer pun, kata “kembali bersama-sama membangun kesadaran” adalah hal yang absurd bagi saya (entah bagi yg lain). “Bersama-sama” berarti menyiratkan “kebersamaan”. Lha pada realitanya bukankah masyarakat plural kiata sekarang ini banyak yg masih enggan untuk bersatu-padu?
    .
    (Halah) jadi pada akhirnya saya adalah orang yg skeptis, apatis lagi pesimis. Entah harus bilang apa lagi…

    Salam blacklist buat Pak Sawali

    sang_pejalans last blog post..Mana yang Anda Pilih?

    ooo
    kebersamaan dalam upaya membangun peradaban yang lebih terhormat dan bermartabat agaknya masih sangat dibutuhkan, mas ariss. selama ini kita terlalu memberhalakan egoisme sehingga visi kebangsaan tenggelam ke dalam kubangan egoisme itu. btw, salamnya kok blacklist tush maksudnya apaan, mas ariss, hehehehe :mrgreen:

    1. 🙄 Terima kasih sekali lagi untuk sepcial e-mail. Saya terus membaca lagi beberapa artikel.Dan seperti menembukan sumber air segar. Karena sebagian besar blogger hanya mencari sensasi semu tanpa pemikiran yang dalam. Saya menemukannya disini. Matur Nuhun.

      vitaliss last blog post..Aku Ingin Berarti

      ooo
      walah, makasih banget atas apresiasinya, mas. 💡

  7. bener juga, ga terasa udah 10 taun yg lalu
    kok sepertinya lewat gitu aja yak…
    masih inget gimana mesti nginep di kampus
    ga berani pulang ke kosan karena pintu kos ada tanda silangnya :)) ijin kuliah, gas air mata, pentungan dan perisai PHH, suara tembakan, ada yg terluka sampe hilang nyawa
    tapi sekarang…

    ooo
    wah, salut banget dg bung caplang yang telah menjadi saksi sejarah perjalanan reformasi di negeri ini. 💡 semoga ada perubahan yang lebih baik.

  8. yup postingan yg bagus pak.menyadarkn para bloger tuk berfikir “apa yang telah kita berikan kepada negara ini? jangan malah berfikir apa yang telah negara berikan kepada kita?” 🙄

    dafhys last blog post..akhirnya pak presiden ingkar janji

    ooo
    walah, biasa aja, mas. sepakat dng pendapat mas dafhy itu. mestinya begitu kiprah kita dalam upaya membangun bangsa dan negara. 💡

  9. hanya satu kiat: tumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepemimpinan dalam diri sendiri, saya percaya pak sawali, ini akan sangat membantu membangunkan kesadaran kolektif. Karena seorang pemimpin yang akan memimpin bangsa atau sekelompok pemuda, adalah orang yang bisa memenej dan mengarahkan dirinya sendiri terlebih dahulu.

    Saya masih menyimpan harapan pak Sawali, gen. Muda kitra masih bisa bangkit di masa depan, selama kaum senior mau mebimbing, bertukar pikiran dengan sehat, berbagi ilmu yang dimiliki, memberi tempat atas eksistensi mereka.

    Bangsa ini perlu koordinasi dan banyak pembenahan, keep spirit?! :112

    SQs last blog post..Jantung yang Menemani Otak Kita

    ooo
    sepakat, mas syam. antara kaum tua dan kaum muda mesti bergandengan tangan utk mewujudkan masa depan yang lebih baik. 💡

  10. Jujur Mas saya ini mungkin termasuk orang yang kurang peduli terhadap Slogan Slogan reformasi atau apapun yang propagandis.
    Karena ternyata pergantian Kepemimpinan toh hasilya Padha Bae.
    Yang dulunya mengatakan ini itu nyatane ya..Jas bukak Iket Blangkon (sama juga sami mawon).

    Latips last blog post..Latihan Soal UNAS/UAN SD

    ooo
    yups, mudah2an harapan perbaikan itu tetap ada, pak latip. 💡

  11. Masih adakah kaum muda di negeri ini yang memiliki semangat heroik untuk mewujudkan bangsa yang berperadaban tinggi?

    PR yang sangat berat bagi kaum muda kita pak.. ditengah pragmatisme dan hedonisme… inilah realita kita sekarang..

    Sampean benar pak.. Kini, saatnya kita kembali bersama-sama membangun kesadaran kolektif yang benar-benar mampu memadukan kekuatan ”triumvirat” yang akan terus mewarnai dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara dari generasi ke generasi.

    Majulah bangsaku!

    azaxss last blog post..Tolak Kenaikan BBM!!

    ooo
    yups, bagaimanapun juga kita perlu juga membangun sikap optimis, mas azaxs, semoga perubahan ke arah perbaikan itu bisa terwujud. Kaum muda adalah motor penggeraknya 💡

  12. saat aLe nongkrong diperempatan ojek sbelah,
    ada sebuah tulisan menggelikan tapi keren bngt,

    ‘Bejat!! Reformasi Gagal Total!

    ah, ternyata sekelas tukang oje-kpun menyadari hal ini.

    aLes last blog post..Update PageRank dan Kiriman dari Paman Tyo

    ooo
    waduh, ternyata kegagalan reformasi sudah dirasakan oleh masyarakat di berbagai lapisan, ya, mas ale, hiks. repot juga 😛

  13. Maaf, Pak…
    Saya cuma bisa tertawa melihat oblong itu. Sindiran yang mengena :205 :205

    alex®s last blog post..Standar Ganda

    ooo
    hahahaha, karikaturnya memang yahud tuh, bung alex, hehehehe 😆 karya mas hendro.

  14. saya kira kita sudah mengarah kepada kehidupan yang lebih baik, demokrasi juga semakin tumbuh baik, semua orang berhak berpendapat dan mengeluarkan idenya tanpa harus takut diciduk oleh aparat bersenjata. tetapi saya tetap miris melihat situasi disekeliling kita. orang miskin memang sudah berkurang tetapi orang yg sangat miskin malah semakin bertambah. siapapun pemimpinnya nanti akan menghadapi kesulitan yang sama. Saya masih tetap berharap semoga kedepan kita menjadi lebih baik lagi. 😡

    ooo
    sepakat, mas totok. kita tetap berharap mudah2an perubahan ke arah yang lebih baik itu bisa terwujud 💡

  15. menanam reformasi menuai repot (cari) nasi.

    berapa ya angka kemiskinan saat ini?

    Zulmasris last blog post..Abad yang Terluka

    ooo
    waduh, repot bener ya pak zul, kalau reformasi justru malah berdampak pada meningkatnya angka kemiskinan. repot (nasi) bener, hiks :mrgreen:

  16. kKaosnya keren banget, Pak.

    Apa yang salah ya dengan negeri ini? Aku tidak tahu banyak hal, Pak
    Mungkin(hanya kemungkinan, lho ya) pemimpin di negeri kita ini begini:

    Memiliki tanah tapi tak tahu cara membajaknya
    ,Menabur benih tapi enggan menyiangi
    Memetik tanpa tahu cara menanam

    Gimana?

    Hannas last blog post..Iblis Itu Benar-benar Datang

    ooo
    wew… ungkapan mbak hanna menyentuh banget. mbak hanna benar juga tuh. para pemimpin kita agaknya sedang menghadapi syndrom semacam itu, hiks :mrgreen: ttg kaos? waduh itu bikinan mas hendra, mbak, kartunis hebat itu.

  17. mo komen soal kaosnya. lucu om. bisa dibeli dimana ya?? :mrgreen:

    ooo
    wew… gambar itu saya ambil dari blognya mas hendra. konon kaos itu hanya diperuntukkan bagi pak SBY-JK, hehehehe 💡

  18. Kesadaran kolektif mesti mulai dari mana? Para pemimpin kita yang mentasbihkan dirinya sebagai sepuh dan empu belum bisa menerima perubahan yang diusulkan kaum muda karena menyangkut kelangsung kelestarian jabatan dan kekuasaan, sementara yang muda yang mentasbihkan diri sebagai tongkat estafet bangsa masih mencampuradukkan emosi dengan mosi yang mengakibatkan tidak ada titik temu untuk saling mengampu.

    Kesadaran kolektif akan bisa dimulai jika semua pihak, baik merasa tua berkuasa dan merasa muda menghamba mampu duduk satu meja dan saling meluruhkan separu keinginannyanya, maka seperti orang yang sedang menikah, kesadaran untuk memulai hidup baru bangsa ini akan terwujud.

    Persoalannya, sejauh mana itikad untuk membangu kesadaran koletif itu.

    😐

    Tabik!

    Zul …s last blog post..Menamu Lihan, Melihat Intan, Membaca Kesahajaan

    ooo
    yups, sepakat banget dengan pendapat pak zul itu. makasih tambahan info dan analisisnya, pal. 💡

  19. Dados yen kawulo pikir puniko sedanten Cuma omong kosong enggih Mas…?
    Ndherek Langkung

    Kang Sadis last blog post..Apa ….?

    ooo
    walah, lah nggih punika, Kang Sadi. Reformasi kok malah dados mboten karu2an. repot sanget. matur nuwun kang sadi, hehehehe 💡

  20. optimis ajah, pak kalok bangsa inih akan berubah ke arah yg lebih baik…tunnggu saatnyah ajah…. 😀

    ooo
    yups, makasih mas abee. bagaimanapun juga sikap optimis perlu kita tumbuhkan agar bisa menggapai harapan2 yang lebih baik. 💡

  21. “Minggir! Saatnya Yang Muda Memimpin”, ngutip dari judul buku yang aku sendiri belum mbaca apalagi mbeli. Heheu..

    Playsetan oblongna itu hihi emang ngena pisan!

    *yang kepleset pasti mengkeret olangan* 😀

    GRs last blog post..Sikap Apatis dan Semangat Kebangkitan

    ooo
    hehehehehe 😆 agaknya benar, mas. kaum muda sudah saatnya tampil mengurus negeri ini. tentu saja dengan bimbingan dari yang tua-tua, hehehehe 😆

  22. HE HE HE….SKARANG ITU JAMANYA JAMAN EDAN..DI ERA PERUBAHAN KOK MALAH TAMBAH SUSAH,,,ENAKAN DULU APA” 😀 MURAH,SEKARANG SEMUA SERBA MAHAL…BELUM LAGI NANTI MAU ADA KENAIKAN BBM,,,,RESPECT,,,,

    ooo
    iya, bener juga tuh, mas. pascareformasi justru rakyat jadi susah. sembako mahal, sebentar lagi bbm naik. sungguh repot (nasi)! :mrgreen:

  23. Menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi generasi muda untuk segera mengambil tongkat estafet kepimimpinan bangsa ini.
    Agar Bangsa ini tidak terjerumus pada kebosanan kepemimpinan yang dari itu ke itu lagi sehingga enggak ada kemajuannya babar blas.
    Salam Kenal

    yukos last blog post..Latihan Soal Matematika SD UNAS/UAN 2007

    ooo
    yups, salam kenal juga mas yuko, terima kasih kunjungannya 💡 agaknya bener, mas, sudah saatnya kaum muda tampil mengurus negara di bawah bimbingan yang tua-tua utk menumbuhkan optimisme di masa depan.

  24. Selamat siang Pak! Sejak penjajah datang kita semua begitu bbersemangat menggempur penjajah,baik secara fisik maupun dengan diplomatis.Dalam kurun waktu lebih dari 3 abad para penjajah datang dan pergi silih berganti,waktu itu bangsa Indonesia selalu ada musuh yang harus diperangi.Kemudian melalui tangan dan darah para pejuang Tuhan akhirnya menghadiahi kita sebuah kemerdekaan yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.Kita begitu bersuka cita karena peluang untuk membangun negeri sendiri segera terwujud,tapi setelah melewati masa itu kerikil2 sandungan masih juga ada.Sebagian Putra bangsa memberontak di sana sini.
    Pada tahun 1967 pembangunan ekonomi dan fisik mulai benar dilakukan oleh Bapak Soeharto.Pembangunan yang dilakukan beliau sebenarnya cukup signifikan hingga tahun 80-an.Mungkin sudah bercokol lama dan memiliki kesempatan maka acara menggunakan uang negara secara tidak benarpun dimulai.Bengkak dan nanah akibat korupsipun tidak dapat dibalut lagi secara baik setelah terjadi krisis ekonomi yang melanda wilayah Asia yang menjadikan Indonesia salah satu korban yang rentan akibat fundamen ekonomi yang tidak kokoh.Setahun kemudian rezim Soeharto jatuh dan era reformasipun dimulai.Bak anak yang baru lepas dari pingitan orang tua,sebagian masyarakat Indonesia mengalami euforia kebebasan,boleh berkata seenak perut,merusak milik orang lain,menganiaya,menuntut pembebasan kawan2 yang ditangkap karena memang bersalah,memaksa pemerintah untuk membubarkan komunitas tertentu,misalnya Ahmadiyah dan sebagainya.Kelompok masyarakat tertentu sudah sperti polisi layaknya,mereka menilai benar salahnya seseorang berdasarkan kaca mata mereka sendiri dan juga bertindak anarkis terhadap mereka yang dianggap salah.Hukum dihargai lagi,pemerintah dipandang sebelah mata.Sebenarnya banyak juga kebijakan pemerintah yang tidak saya sukai,tetapi sebagai warga negara kita harus tetap menghargai apa yang sudah menjadi keputusan pemerintah.jika pemerintah sekarang kinerjanya tidak memuaskan maka priode berikutnya kita pilih calon yang lain,selesaikan?Jangan sia-siakan reformasi ini,marilah kita gunakan sikap2 moderat dan elegan untuk membentuk sebuah negara yang benar2 demokrasi pemerintahnya dan demokrasi rakyatnya.Terima kasih.

    ooo
    terima kasih sekali mas lim. pendapat mas lim makin memperkuat opini bahwa pascareformasi memang ada banyak hal yang perlu diperbaiki. itulah kenyataan yang terjadi. dan sebagai warga bangsa kita berharap reformasi yang sudah diperjuangkan harus diimbangi dengan kerja keras agar hasilnya bermanfaat buat rakyat. terima kasih pencerahannya, mas lim 💡

  25. Yang namanya dekade sekarang, apapun kalau tidak kolektif tak mungkin efektif. Yang payah kalau kolektifnya negatif, misalnya korupsi kolektif, bakar masjid kolektif, selingkuh kolektif (weleh weleh). Sekarang ini serba jamaah.
    Itulah kenapa orang takut pada hujan. Coba aja hujan itu turun dari langit gak kolektif, siapa takut ?!. Paling2 cuma tes… tes…
    Tentang kesadaran kolektif tampaknya susah. Dua orang saja, untuk sadar bareng susahnya minta ampun kok. Bayangkan kalau ada 2174 orang. Yang 751 sadar, yang 1423 pasti gak sadar. Kalau yang 1148 sadar, pasti yang 1026 gak sadar. Begitu seterusnya. Pak sawali tinggal bilang, ada berapa orang, yang sadar berapa, nanti yang gak sadar tak bantu ngetung. Kalau cuman kurang2an, kalkulator beraspun cukup :mrgreen:

    marsudiyantos last blog post..

    ooo
    hehehehe 😆 pendapat pak mar ada benarnya. memang susah membangun sikap kolektif dan kebersamaan. meski demikian, tdk ada salahnya kita terus berupaya utk bersama2 membangun negeri ini *halah* agar benar2 mampu mewujudkan impian2 yang sdh lama dinantikan rakyat. 💡 tanpa kebersamaan dan kolektivitas, agaknya kok makin susah saja membuat bangsa ini maju. :mrgreen:

  26. Sifat kegotongroyongan begitu kental dalam masyarakat kita (tak tau apa masih “terasa” saat ini), mungkin masih ada sifat itu :mrgreen:tapi dalam bentuk yang anomali dan peyoratif seperti rame-rame korupsi…rame-rame nimbun BBM…rame-rame nyerang kelompok lain (yang dianggap agamanya ilegal— :114 )…Dan saat ini sepertinya kita tidak bisa berbicara soal reformasi lagi…sebab nikmatnya hanya pada awal reformasi yang didengungkan para anak bangsa yang cinta perubahan…karena kini bau reformasi itu sudah betul-betul “bau” dan “busuk” lagi. Mahasiswa dan pemuda telah terkotak-kotak pada satu-satu kepentingan yang hanya dan akan melenggangkan para elit untuk tetap berkuasa. Maka berbicara soal kesadaran kolektif terutama berbicara soal nilai-nilai kebangsaan…mungkin tidak ada lagi yang patut dibanggakan!!! 🙂
    Saya sangat senang dengan tulisan Pak Guru.
    (Maesa –> sex: laki-laki)
    Terima kasih…Horas…Horas…Horas

    ooo
    makasih bangat mas maesa atas apresiasinya. memang bener, mas, reformasi yang dulu gencar diperjuangkan agaknya malah jadi bumerang. kini, reformasi sdh banyak kehilangan arah. repot bener! 💡

  27. tulisannya renyah dan saya betul2 menikmati sarapan intelektual ini, di satu sisi saya menikmati tulisan ini, di sisi lain saya pun resah, ah betapa saya masih egois, masih juga berjuang hanya untuk mengkenyangkan perut sendiri….. sy jd bertanya… entahlah apakah sy punya kesadaran kolektif atau tidak

    dan sy pun berpikir, kesadaran kolektif itu seperti apa.. ?, bagaimana membangunnya ?, sulitkah membangun kesadaran kolektif dibandingan membangun kesadaran diri sendiri yang biasanya ini berdasar niatan sederhana “perut gwe masing kosong gak nih” ?, apakah bangsa ini mesti dijajah dulu seperti dahulu spy kesadaran kolektif tumbuh kembali ?

    ooo
    wah, makasih mas adit, jadi tersandung, eh tersanjung, nih. mudah2an kesadaran kolektif utk bersama2 bangkit dari keterpurukan itu bisa segera muncul, mas adit. hanya dengan kebersamaan dan kolektivitas yag bagus, bangsa kita akan *halah* menjadi lebih baik. 💡

  28. andeleng bocah sekolah nganggo sragam pramuka
    kanthi asesuka ngibarake gendera
    kumlebet amerbawa Sang Saka Merah Putih
    den aras angin ing tangan-tangan ringkih
    sujudku di telapak kakimu Ibu
    pendurhaka memohon Surgamu
    bila selama ini kututup mataku
    liarkan getar nafsu
    hati kelam membatu

    sujudku di telapak kakimu Ibu
    sesal marah membakar jiwaku
    telah kubiarkan durjana dursila
    memperkosa menjarah bumi sucimu
    sedang kami anak-anakmu
    pecandu peluru berbalut madu

    sujudku di telapak kakimu Ibu

    **–**
    kita lupa sebagai anak-anak IBU PERTIWI
    lebih mengedepankan perbedaan
    mari bersama kita bangun kembali kesadaran itu
    sebagai saudara sebangsa setanah air
    menghadapi segala tantangan demi Indonesia yang lebih baik *bagi semua anak bangsa*

    tomys last blog post..MENJADI DIRI SENDIRI

    ooo
    ajakan yang simpatik, pak tomy, sepakat banget. terima kasih pak tomy 💡

  29. Reformasi 10 tahun?? Hmmmm rasanya jauh lebih berarti kalau dalam hati kita sendiri berniat dan menjalankan reformasi untuk diri kita masing2! Terkadang kita merasa sudah sebagai reformis padahal mungkin masih banyak pola fikir kita dan tingkah polah kita yang masih harus direformasi! 😉

    Yari NKs last blog post..Taruhan Kreatif Menjelang Euro…..

    ooo
    yups, sepakat banget bung yari. kesadaran kolektif itu perlu dimulai dari diri kita masing2 dulu. lama-lama kesadaran individual itu akan juga membentuk kesadaran kolektif. 💡

  30. ASS.
    izinkan aku menulis syair disini pak.

    ===========================

    AWAN

    aku terpekur di sudut dinding ini
    aku tak habis pikir dengan nasib anak negeri ini
    aku termenung melihat tingkah polah pejabat negeri ini
    aku menangis mengenang perjuangan kawan-kawanku ini

    masih segar dalam ingatan
    ketika kami melawan tiran
    dan ia berakhir tumbang

    kini apa daya
    perjuangan itu di anggap tidak ada
    ah…biarlah saja Tuhan yang Maha tahu segalanya
    dan memang kami tak mengharap apa-apa
    karena perjuangan itu mulia
    lahir dari hati dan jiwa-jiwa baja

    namun kini aku menerawang menatap masa depan
    masa depan bangsa yang semakin suram
    suram karena di tutup awan
    awan keangkuhan
    awan kesombongan
    awan yang menyeramkan
    bukan awan yang memberi harapan
    yang menandai akan hujan

    sedih
    pilu
    miris
    oh…….balada negeriku

    =========================

    #Perjuangan masih panjang kawan
    namun jangan putus dijalan
    dan jangan putus asa
    karena disana ada kejayaan menunggu kita
    Bangkitlah !!!!

    Alex Abdillahs last blog post..ISLAM, SAINS dan TEKNOLOGI

    ooo
    makasih banget syairnya, bung abdillah. meski keadaan belum juga berlangsung baik, kita harus tetap memiliki semangat utk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, bung abdillah. 💡

  31. Kalau ditanya masih ada, tentu saja masih ada. Ada yang berlomba-lomba berbuat kebajikan dan juga ada yang berlomba-lomba berbuat kejahatan. Ada juga yang baik berlomba dengan yang jahat.
    Mau ikut yang mana? Bersastra juga ikut berlomba lho. Apakah mau ikut yang membangun atau mau berekspresi sebebasnya tidak peduli apa akibat buat orang lain?

    Iwan Awaludins last blog post..Obsesi dan Inspirasi

    ooo
    yups, itu bisa jadi merupakan dinamika kehidupan umat manusia, pak. btw, setahu saya aktivitas sastra tetep menyuarakan nilai2 kebenaran itu, pak. di luar itu, saya kira kok tdk layak digolongkan ke dalam tek sastra. 😛

  32. wisdom sangatlah penting. semua orang punya wisdom, hanya saja perlu diapresiasikan dan terus diapreasiasikan para aras kepemimpinan nasional.

  33. ketika idealisme dan nasionalisme telah pudar atas nama globalisasi, modernisasi dan liberalisasi, yang tinggal hanya manusia manusia penghamba kapitalisasi, yang hanya berpikir praktis dan egois, tak lagi memeikirkan kepentingan jangka panjang, apalagi kepentingan bersama, bangsa dan negaranya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *