Senin sore, 3 Desember 2012, @guraruID kembali mendaulat saya untuk menjadi narasumber dalam diskusi #GuraruTalk. Topik yang diangkat cukup hangat dan menarik, yakni mencermati Draft Uji Publik Kurikulum 2013 yang telah dipublikasikan Kemdiknas melalui laman Uji Publik Pengembangan Kurikulum 2013. Untuk pertama kalinya, seingat saya dalam sejarah penyusunan draft kurikulum, Kemdiknas melakukan uji publik dengan melibatkan banyak kalangan, khususnya para pemangku kepentingan (stakeholder) pendidikan.
Melalui uji publik, saran dan masukan dari berbagai kalangan diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan sebelum mencapai tahap finalisasi, sehingga produk kurikulum yang dihasilkan bisa lebih representatif dan mengakomodasi harapan semua pihak. Kebijakan semacam ini jelas layak diapresiasi. Jadi, draft kurikulum tak hanya dirumuskan dari belakang meja secara top-down yang kemudian dipaksakan pelaksanaannya oleh para pelaku dan praktisi pendidikan. Akan tetapi, setidaknya bisa menyentuh harapan arus bawah secara bottom-up, sehingga implemetasinya bisa lebih jelas, terarah, dan aplikatif.
Dari diskusi lewat akun twitter yang dimoderasi oleh @guraruID itu, setidaknya ada tiga butir penting yang mencuat ke permukaan. Pertama, kebiasaan bongkar-pasang kurikulum yang dilakukan pemerintah. Kedua, dihilangkannya TIK sebagai mata pelajaran di SMP dan digunakan sebagai media dalam setiap mata pelajaran. Ketiga, munculnya kekhawatiran dan pesimisme ketidaksiapan guru dalam menyongsong sebuah perubahan.
“Perubahan kurikulum menunjukkan bahwa dunia pendidikan itu dinamis”, begitulah tweet pertama yang saya munculkan untuk memantik “aura” diskusi. Jika dunia pendidikan tidak ingin terjebak dalam stagnasi, semangat perubahan perlu terus dihembuskan. Kita berharap, perubahan kurikulum tak hanya perampingan materi ajar semata, tetapi juga harus mampu menjawab tantangan.
Jujur saja, saya termasuk orang yang setuju dengan perubahan kurikulum. Sejak diluncurkan tahun 2006 melalui Permendiknas No. 22, 23, dan 24, Standar Isi yang kemudian diimplementasikan dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), capaian kompetensi peserta didik makin tak jelas dan terarah. Beragamnya kompetensi guru di berbagai daerah dan wilayah, membuat implementasi Kurikulum 2006 menjadi sangat rentan terhadap multitafsir, sehingga mutu kompetensi peserta didik sulit terstandarisasi. Dengan diserahkannya penyusunan dan pengembangan kurikulum kepada satuan pendidikan, kopi-paste kurikulum, baik Dokumen I maupun Dokumen II (Silabus dan RPP), menjadi “budaya” baru yang menggejala di kalangan guru dan kepala sekolah. Akibatnya, potensi genius lokal yang seharusnya muncul seiring dengan diterapkannya Kurikulum 2006 justru “mati suri” karena menggunakan kurikulum sekolah atau daerah lain tanpa melalui proses adaptasi.
Ketika Kurikulum 2006 sudah memasuki usia ke-7, memang sudah saatnya diubah dan dan direvisi agar selaras dengan semangat dan tantangan zaman. Jika Kurikulum 2006 terus dipaksakan pelaksanaannya, kita tak tahu pasti bagaimana mutu pendidikan dan kualitas out-put-nya. Imbas yang pasti muncul, out-come-nya juga makin diragukan lantaran para lulusan yang lahir dari “rahim” dunia pendidikan “miskin” kompetensi dan gagap budaya.
Rencana dihilangkannya TIK sebagai mata pelajaran tersendiri di SMP juga memancing banyak respon. Tak hanya dalam diskusi #GuraruTalk, melainkan juga berbagai komentar yang muncul di laman Uji Publik Pengembangan Kurikulum 2013. Rekan-rekan sejawat dari ranah TIK tak sedikit yang mempertanyakan nasib mereka jika Kurikulum 2013 nanti benar-benar dilaksanakan. Rencana penghilangan mapel TIK di SMP yang kemudian harus digunakan sebagai media dalam setiap mapel pada satu sisi memang menunjukkan sebuah terobosan yang menarik, tetapi pada sisi yang lain juga menimbulkan pesimisme. Sudahkah semua guru disiapkan untuk mampu menggunakan TIK pada setiap mata pelajaran yang diampunya? Kalau guru tidak siap, jangan-jangan hanya akan memutar lagu lama yang membuat implementasi kurikulum jadi tersaruk-saruk.
Guru, sebagai “aktor” utama dalam implementasi kurikulum memang harus benar-benar disiapkan. Jauh sebelum Kurikulum 2013 “diketok palu” untuk dilaksanakan, semua guru yang tersebar di seluruh penjuru nusantara mesti benar-benar diberdayakan. Mereka harus paham benar tentang substansi kurikulum dan bagaimana mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Pengalaman membuktikan, sikap abai terhadap upaya pemberdayaan guru berdampak serius terhadap kemajuan dunia pendidikan. Jika pengalaman pahit itu terulang, bukan tidak mungkin Kurikulum 2013 akan mengalami stagnasi untuk kemudian terpuruk di tengah dinamika peradaban dunia.
Sebagai gambaran, berikut saya kutipkan beberapa perubahan yang tampak mencolok dalam draft Kurikulum 2013.
Elemen Perubahan
Deskripsi |
SD |
SMP |
SMA |
SMK |
Struktur Kurikulum (Mata pelajaran dan alokasi waktu)
(ISI) |
Holistik dan integratif berfokus kepada alam, sosial dan budaya
Pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan sains Jumlah matapelajaran dari 10 menjadi 6 Jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran |
TIK menjadi media semua matapelajaran
Pengembangan diri terintegrasi pada setiap matapelajaran dan ekstrakurikuler Jumlah matapelajaran dari 12 menjadi 10 Jumlah jam bertambah 6 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran |
Perubahan sistem: ada matapelajaran wajib dan ada matapelajaran pilihan
Terjadi pengurangan matapelajaran yang harus diikuti siswa Jumlah jam bertambah 2 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran |
Penyesuaian jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan saat ini
Penyeragaman mata pelajaran dasar umum Produktif disesuaikan dengan tren perkembangan Industri Pengelompokan mata pelajarann produktif sehingga tidak terlau rinci pembagiannya |
Dasar Pemikiran Perancangan Struktur Kurikulum SD
|
Usulan Rancangan Struktur Kurikulum SMP
No | Komponen Rancangan |
1 | Sama dengan SD, akan disusun berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik SMP dalam ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan |
2 | Menggunakan mata pelajaran sebagai sumber kompetensi dan substansi pelajaran |
3 | Menggunakan pendekatan sains dalam proses pembelajaran [mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, mencipta] semua mata pelajaran |
5 | Meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 12 dapat dikurangai menjadi 10 melalui pengintegrasian beberapa mata pelajaran: – TIK menjadi sarana pembelajaran pada semua mata pelajaran, tidak berdiri sendiri – Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya – Mata pelajaran Pengembangan Diri diintegrasikan ke semua mata pelajaran |
6 | IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pembangunan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. |
7 | Bahasa Inggris diajarkan untuk membentuk keterampilan berbahasa |
8 | Menambah 6 jam pelajaran per minggu sebagai akibat dari perubahan pendekatan proses pembelajaran dan proses penilaian |
Isu Terkait Rancangan Struktur Kurikulum SMA
No | Komponen Rancangan |
1 | Apakah masih perlu penjurusan di SMA mengingat: – Sudah tidak ada lagi negara yang menganut sistem penjurusan di SMA – Kesulitan dalam penyetaraan ijazah – Dapat melanjutkan ke semua jurusan di perguruan tinggi |
2 | Tanpa penjurusan akan menyebabkan mata pelajaran menjadi terlalu banyak seperti pada SMA Kelas X saat ini, sehingga diperlukan mata pelajaran pilihan dan mata pelajaran wajib |
3 | Perlunya memberi kesempatan bagi mereka yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata untuk menyelesaikan lebih cepat atau belajar lebih banyak melalui mata pelajaran pilihan |
5 | Perlunya ujian nasional yang lebih fleksibel [dapat diambil di kelas XI] |
6 | Perlunya integrasi vertikal dengan perguruan tinggi |
7 | Perlunya memperkuat pelajaran bahasa Indonesia, termasuk sastra, terutama menulis dan membaca dengan cepat dan paham |
8 | Perlunya meningkatkan tingkat abstraksi mata pelajaran |
9 | Perlunya membentuk kultur sekolah yang kondusif |
Isu Terkait Rancangan Struktur Kurikulum SMA
No. | Alternatif | Kelebihan | Kekurangan |
1 | Penjurusan Mulai Kelas X |
Ada pengurangan pelajaran di Kelas X yang dianggap memberatkan
Implementasi mudah karena tidak banyak berbeda dengan yang ada Peserta didik dapat berkonsentrasi penuh mempelajari bidang tertentu
|
Peminatan ditetapkan berdasarkan hasil belajar sebelumnya (Rapor/UN SMP, Tes Penempatan/Tes Bakat)
Menimbulkan stigma jurusan tertentu lebih unggul Masih ada Penjurusan yang sudah tidak ada padanannya di dunia |
2 | Berdasarkan Minat pada Pendidikan Lanjutan |
Pemilihan mata pelajaran berdasarkan minat ke pendidikan lanjutan
Memungkinkan untuk memilih mata pelajaran pada bidang yang berbeda Tidak harus mengambil mata pelajaran yang tidak disukai |
Perlunya membedakan mata pelajaran untuk persiapan ke perguruan tnggi dan untuk memenuhi rasa ingin tahu saja
Memerlukan administrasi akademik yang baik Proses bimbingan harus efektif. Sistem UN harus diubah |
3 | Non penjurusan (SKS) |
Siswa belajar mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya
Tersedia pilihan mata pelajaran untuk melanjutkan ke perguruan tinggi atau untuk sekedar ingin tahu |
Idem diatas [tetapi lebih kompleks lagi] |
Isu Terkait Kurikulum SMK
No | Isu |
1 | Ujian nasional sebaiknya tahun ke XI sehingga tahun ke XII konsentrasi ke ujian sertifikasi keahlian |
2 | Bidang keahlian yang belum sesuai lagi dengan kebutuhan global |
3 | Penambahan life and career skills [bukan sebagai mata pelajaran] |
4 | Perlunya melibatkan pengguna [industri terkait] dalam penyusunan kurikulum |
5 | Pembelajaran SMK berbasis proyek dan sekolah terbuka bagi siswa untuk waktu yang lebih lama dari jam pelajaran. |
6 | Kesimbangan hard skill/competence dan soft skill/competence |
7 | Perlunya membentuk kultur sekolah yang kondusif. |
8 | Pembagian keahlian yang terlalu rinci sehingga mempersulit pelaksanaannya di lapangan |
Dari sisi konsep, draft Kurikulum 2013 cukup ideal untuk mampu melahirkan generasi masa depan yang tidak hanya cerdas otaknya, tetapi juga cerdas emosi, sosial, dan spiritualnya. Hal itu tampak dengan terintegrasikannya nilai-nilai karakter ke dalam proses pembelajaran, bukan lagi menjadi sebuah tempelan seperti dalam Kurikulum 2006. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan mengajak siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengalaman belajar yang mereka dapatkan dari kelas, lingkungan sekolah, dan masyarakat juga akan mampu mendekatkan peserta didik pada kultur masyarakat dan bangsanya. Sekali lagi, dari aras konsep, draft Kurikulum 2013 sangat tepat diterapkan ketika dunia pendidikan kita tengah mengalami “gagap budaya”.
Meskipun demikian, draft yang bagus hanya akan berada pada tataran konsep apabila tidak diimbangi dengan pemberdayaan para pemangku kepentingan pendidikan, khususnya guru. Kita sudah memiliki pengalaman yang cukup pahit ketika KBK diterapkan. Guru yang selama ini diabaikan benar-benar tak berdaya ketika harus menafsirkan standar isi ke dalam rencana pembelajaran untuk kemudian diimplementasikan ke dalam pembelajaran. Akibatnya, mutu pendidikan tidak bisa terstandarkan. Model kopi-paste pun menjadi budaya baru di kalangan guru akibat ketidaksiapan mereka dalam menerapkan standar isi.
Berkaca dari pengalaman itu, idealnya guru harus dijadikan sebagai “aktor utama” dalam implementasi Kurikulum 2013. Mereka harus benar-benar disiapkan secara matang, mulai dari penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian, analisis, hingga tindak lanjutnya. Hanya dengan memberdayakan pemangku kepentingan utama implementasi kurikulum dapat berlangsung seperti yang diharapkan. Saya pribadi berharap, draf Kurikulum 2013 yang cukup ideal ini bisa melalui uji publik yang representatif sehingga mampu mengakomodasi kehendak dan harapan banyak pihak.
Nah, selamat menyongsong perubahan! ***
Saya bookmak dulu pak, puyeng juga ya bawahan diolak-alik kek gini. 2006 lum apa-apa dah mo diganti 😀
mangga pak wandi. meski baru berusia 6 tahun tapi kalau ndak cocok dipakai, kenapa mesti dipertahankan, pak, hehe ….
Sepertinya hal-hal seperti ini harus tepat pada sasaran hingga per.i di uji 🙂
Bila membaca draff dalam artikel di atas perencanaan terseut tersusun rapih, dan sangat bagus untuk sebuah target pendidikan Pak. Namun, bila kita melihat kenyataan di lapangan. Apakah dunia pendidikan secara menyeluruh kita sudah siap menjalankan hal ini. karena untuk SDM nya belum banyak yang memahami dan menguasai dalam hal penerapannya.
Semoga hal ini terus juga diikutkan dengan persiapan para SDM yang handal dalam menyeimbangi program dari pada pendidikan, tanpa harus menyakitkan pihak yang kurang.
Sukses selalu
Salam Wisata
bener sekali, mas. SDM, khususnya guru, memang menjadi kunci utama berhasilnya implementasi kurikulum. semoga suara2 semacam ini didengar dan diperhatkan oleh kemdikbud sebelum kurikulumnya benar2 diterapkan.
saya belum begitu mendalami perubahan dith 2013 nanti, positif aja kita siap2 menghadapi perubahan dan perkembangan di dunia pendidikan, MAJU TERUS PENDIDIKAN INDONESIA
bisa diunduh di http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id kok pak wid. Agaknya kita memang mesti siap2 untuk menyongsong sebuah perubahan.
Perubahan kurikulum sah-sah saja sepanjang untuk memajukan dunia pendidikan dan menunjukkan bahwa pendidikan itu dinamis,asal jangan ada kesan ganti mentri,ganti kurikulum.Kurikulum yang disusun sekarang mestinya harus bisa menjawab tantangan zaman minimal sepuluh tahun kedepan, karena buah keberhasilan kurikulum baru akan dipanen setidaknya 10 tahun kemudian. Sudah seperti apa zaman ini pada 10 tahun kedepan?Nah kurikulum saat ini harus bisa menggambarkannya,akan kemana arah pendidikan kita!
Hal yang perlu diperhatikan adalah dampak ikutan dari perubahan kurikulum ini, pertama komponen guru,apakah guru sudah siap dengan perubahan ini?bagaimana merubah paradigma guru dengan perubahan ini!.Kalau IPA dan IPS diintegrasikan kedalam bahasa indonesia, apakah guru bahasa indonesia menguasai materi IPA dan IPS?Kedua adalah siswa, siswa kita ter biasa diberikan pembelajaran dengan metode ceramah dan penjelasan guru dengan kata lain siswa pasif,tiba-tiba siswa harus aktif sesuai dengan tuntutan kurikulam sekarang yang berbasis proses,apakah siswa siap dengan perubahan seratus delapan puluh derajat ini?Ketiga adalah sistem Ujian Nasional,apakah dengan perubahan kurikulum berbasis sain masih akan dilaksanakan UN yang sama dengan tahun kemarin?apakah relevan dan adil untuk siswa bila pembelajaran yang diberikan berbasis proses sedangkan ujian nasional berbasis hapalan dan hitungan ?Keempat masalah pemborosan biaya. Ketika terjadi perubahan kurikulum dari kurik 94 ke KBK (kurikulum 2004), berapa besar biaya untuk sosialisasi, pelatihan guru dan pengadaan dokumen yang setiap paket terdiri dari 5 buku yang tebalnya masing2 sepuluh sentimeter?hampir setiap bulan terjadi perubahan isi dokumen. Belum tuntas untuk memahami implementasinya , sudah diganti dengan KTSP. Berapa biaya yang diboroskan untuk menggantikan ini?sosialisasi lagi, dokumen ganti lagi dst….dst. Belum lagi kerugian yang diderita pihak lain salah satunya penerbit. Berapa besar kerugian yang ditanggung penerbit? yang sudah punya stok buku segudang untuk dijual tahun depan, tiba tiba buku diganti.
masukan yang bagus nih. setiap perubahan kurikulum agaknya memang menimbulkan banyak konsekuensi, baik yang terkait masalah pemberdayaan sdm-nya maupun biaya yang mesti dikeluarkan. semoga sebelum diberlakukan, semua konsekuensi yang mungkin timbul itu sdh benar2 diantisipasi oleh kemdikbud, sehingga kurikulum baru itu nanti benar2 sudah siap dilaksanakan.
draft sungguh bagus dan tertata dengan bagus..sukses selalu pak.
Waduh saya udah ketinggalan yang gini ginian…
Mo ku cetak pak buwat bose n teman2, ijin ya?
Mangga Pak Wandi. Matur nuwun kalau mau membagikan info ini ke teman2.
Harus menerima dengan lapang dada, tangan, perut ke bawah ni pak perubahan yang ada, + thinking aja wis
Seneng kalau TIK mau dihilangkan dari mata pelajaran tersendiri pak, masalahnya selama ini saya juga nyambi ngajar TIK je ….
Hehehe …. Itu buat Pak Jaitoe. Bagaimana halnya dengan teman2 guru TIK yang lain? Kita tunggu saja perkembangan draft kurikulum ini sampai benar2 disahkan.
Terima kasih atas infonya.
Ada kegelisahan tersendiri di kalangan teman-teman Guru BK/Konselor, berkaitan dengan rencana pengintegrasian Pengembangan Diri ke dalam semua mata pelajaran. Tetapi sejauh ini saya masih berfikir posirif, pasti ada sesuatu yang lebih baik dibalik rencana pengintegrasian ini .
Benar juga, Pak. BK selama ini sangat erat kaitannya dengan pengembangan diri. Kalau peran BK dimarginalkan, repot juga ketika harus mengarahkan anak2 agar kompetensi mereka bisa berkembang sesuai dengan talenta, bakat, dan minatnya masing2.
Reaksi pasti ada, setiap ada kebijakan baru dr pemerintah..tapi kt sbg guru mohon dlm berkomentar ttp menjunjung etika sbg guru..di blog sy jg bnyk komentar tentang penghapusan mapel TIK..
Kritik sekeras apa pun agaknya tetap perlu diakomodasi agar kurikulum 2013 lebih representatif.
sangat mendukung dan yang perlu disini apakah perangkat pendukung kesemuanya ini sudah memadai dan juga jangan nanti ada ketimpangan antara sekolah daerah terpencil dengan perkotaan.
kurikulum hendaknya di sesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan sarana prasarana yan dibutuhkan sekoalah di wilayah NKRI harus tre4rsedia dengan rata kesemua pelosok.
TENDIK yang ada memang harus di persiapkan dengan matang ,jangan ada diantara tendik gontok-gontokan tentang sertifikasi.
setuju banget, Mas joni. Kita berharap sebelum kurikulum 2013 disahkan, semua perangkat pendukung, termasuk SDM-nya benar2 telah dipersiapkan dengan matang, sehingga kegagalan Kurikulum 2006 tdk kembali terulang.
Saya juga sudah pernah melihat draft untuk SMA Pak. Dan ternyata Mapel TIK di SMA Juga hilang.
Hal ini menjadi bahan perbincangan hangat di MGMP TIK kemarin.. termasuk saya yang basic sertifikasi TIK.
Wah, sama ketika ada diskusi online di twitter, bang iwan. banyak tweeps yang menanyakan posisi guru TIK dalam draft Kurikulum 2013. Bisa jadi posisi mereka malah menjadi trainer guru mapel ttg penggunaan media dalam pembelajaran.
Kalau trainer nggak masalah Pak…. tapi yang menjadi masalah tentunya kewajiban 24 jam tatap muka untuk guru penerima tunjangan sertifikasi. Pasti ini yang membuat kekhawatiran
Kita masih menunggu perkembangannya, Bang Iwan. semoga ada kejelasan secara rinci mengenai posisi guru TIK, termasuk guru BK, ketika kurikulum 2013 benar2 disahkan agar tidak menimbulkan kontroversi.
Draf kurikum 2013 masih memerlukan perubahan terutama dalam hal jumlah mata pelajaran, masih terlalu banyak, kalo menurut saya mata pelajaran dikurangi dan jumlah jam yang ditambah. di SD misalnya untuk kelas 1, 2 , 3 dan 4 cukup belajar berhitung, membaca, beragama dan berolah raga dengan guru yang berbeda (setiap mapel diajarkan oleh guru yg berbeda). untuk kelas 5 dan 6 baru mengikuti struktur kurikulum 2013. Pada jenjang SMP jumlah mapel paling tinggi 10, dengan penekanan pada pendidikan agama dan pancasila demikian halnya dengan SMA, sedangkan SMK diarahkan ke dunia teknologi keterampilan. selanjutnya perekrutan guru diperketat, jangan asal-asalan.
Kalau kita cermati, pendapat Pak Akmal sudah tergambar dalam draft Kurikulum 2013. Persoalannya nanti tinggal implementasinya seperti apa. Tentang rekrutmen guru, saya sangat setuju dengan pendapat Pak Akmal. Hal itu mesti dimulai dari LPTK pencetak calon guru, sehingga kelak setelah menjadi guru mereka benar2 dalam kondisi “siap”.
Saya sering mengeluhkan betapa jumlah mata dan muatan pelajaran anak-anak SD saat ini terlalu banyak. Bahkan, muatannya saya amati berada di atas kemampuan nalar anak-anak SD itu sendiri. Saking banyaknya muatan yang harus diajarkan, guru pun nampaknya tidak purna dalam mengajari para murid. Maaf, murid SD belum bisa diminta untuk bisa belajar secara proaktif dan mandiri, mereka harus diajari dan itu merupakan tugas guru. Saat membantu anak mengerjakan PR-nya, banyak hal yang harus saya ajarkan pada anak saya padahal itu seharusnya tugas guru. Masih untung saya paham dan mengerti. Namun, bagaimana apabila orang tua murid tidak paham dengan materi pelajaran anak-anaknya? Akan jadi apa anak-anak yang tidak paham materi pelajaran di sekolahnya? Bukankah mereka akan diuji berdasarkan materi pelajaran itu?
Saya berharap kurikulum baru itu nanti materinya dibuat sesuai dengan kemampuan dan perkembangan nalar anak didik.
Satu yang jadi pemikiran saya. Guru SD tidak harus S1-lah! Karena Guru SD itu lulusan S1, maka isi pikirannya terlalu banyak sehingga justru tidak bisa mengajari anak-anak SD yang pelajarannya sangat sederhana. Pemerintah tidak harus memaksakan guru SD berijazah S1. Buat apa coba guru SD harus S1 apabila lulus SMP saja bisa menjadi pengajar untuk murid-murid SD. Terlalu jauh kesenjangan tingkat pendidikannya apabila guru SD harus S1.
Sorotan memang lebih banyak ditujukan ke muatan kurikulum pada jenjang SD, Mas Arif. Selain terlalu banyak mapel yang mesti dipelajari, seringkali kompetensi dasar yang harus dicapai anak2 di luar kemampuan usia rata2 anak SD. Mudah2an saja, perampingan mapel yang ada dalam Kurikulum 2013 bisa membenahi persoalan ini.
maaf bapak
menurut saya yang mengajar SD justru dari guru yang berpendidikan diatas S1, masalahnya untuk membuka wawasan seorang anak agar dapat memahami konsep dasar harus dididik oleh guru yang memahami konsep dasar suatu ilmu dengan baik. maaf…sekali lagi maaf jika seorang lulusan SMP hanya sekedar bisa mengajar dapat mengajar anak SD, maka dia hanya akan mengajar sebatas konsep ilmu yang diperoleh dari jenjang SMP tetapi jika seorang S1 atau S2 maka dengan kemampuan mendidik dan berfikir sekelas sarjana tersebut, maka anak SD dapat diajak secara sederhana untuk memiliki dasar pola pikir penelitian yang tidak dimiliki oleh lulusan SMP — prinsip saya seorang anak SD harus mememiliki konsep dasar semua pengetahuan yang akan diperlukan untuk masa depannya tetapi diberikan secara simple dan mendasar ( ini tidak dapat diberikan oleh seorang dengan ijasah SMP ) —- demikian komentar saya sekali lagi maaf berbeda pendapat
terima kasih tambahan informasinya.
Perkembangan teknologi yang begitu cepat justru materi pelajaran TIK harus dihapus, itu hanya menambah SDM bangsa kita hanya mampu melihat, menggunakan, meninkmati tetapi tidak dapat menciptakan teknologi ( ahh memang bangsa kita dicetak sebagai penonton teknologi munkuin ) nah mari kita berpipkir, sejenak ?
Bisa jadi memang demikian, Pak Totok. Semoga arahnya tidak demikian, tetapi memavu guru agar mampu memanfaatkan TIK dalam pembelajaran agar lebih menarik dan menyenangkan. Posisi guru TIK bisa dijadikan sbg trainer bagi guru mapel di sekolah masing2 bagaimana cara memanfaatkan TIK dlm pembelajaran. Siswa bisa mengikuti perkembangan TIK melalui kegiatan ekstrakurikuler atau melalui lembaga2 non-formal.
saya suka perubahan!!!
Mempunyai kesempatan untuk lebih baik, walaupun ada resikonya asalkan ada pula kontrolnya.
setuju, pak koes. perubahan itu konon “sunatullah”. kalau memang sudah waktunya berubah, mengapa mesti ditolak?
smua guru menurut saya memang minimal hrs s1.namun tetap hrs sesuai dgn bidang ilmu yang ditekuni. apalagi tingkat sekolah dasar. mereka adalah aset bangsa.yang hendaknya jg diajar dan dibimbing oleh guru yang berkualitas dan mengerti tentang perkembangan anak. guru yang asal cerdas tp jg ok secara kepribadiannya. jk materi pengembangan diri dihilangkan,bgm nasib
nasib guru bimbingan konseling? okelah bila pengembangan diri dimasukkan langsung ke smua mapel, tp guru bimbingan konselingtetap dibutuhkan perannya oleh para siswa dalam membantu tgs perkembangannya. sekolah dasarpun jg sebenarnya sangat membutuhkan peran guru bimbingan konseling.karena tidak semua guru mapel peka dan memahami tgs perkembangan anak. usia sekolah dasar adalah usia emas yang membentuk kepribadian anak agar masa depannya memiliki konsep diri yang positif.terbiasa dengan hal
setuju banget, Bu Nurul. keberadaan guru BK sangat dibutuhkan sekolah di berbagai jenjang. Tdk semata2 melakuan tindak kuratif, tetapi justru yang tidak kalah penting adalah melakukan pendampingan kepada anak2 agar mereka mampu mengembangkan diri sesuai dg bakat, minat, dan kemampuannya. semoga ini bisa menjadi masukan buat kemdikbud sebelum kurikulum tsb benar2 disahkan.
Kenapa penyususnan kurikulum 2013 tidak mempertimbangkan nasib guru bersertifikasi yang kurang jamnya karena beban mengajar mereka 24 sementara jam mereka berkurang,
Kalau Kurikulum 2013 benar disahkan, mungkin beban jam mengajar guru juga akan disesuaikan. mudah2an demikian. jangan sampai perubahan kurikulum membuat para pendidik kurang nyaman.
Mohon untuk Mapel TIK dihidupkan kembali atau tergabung dengan Prakarya kah, dengan contens didalamnya membahas tentang corel draw atau potoshop atau cara yang lain ,agar kami dan teman-teman dari guru TIK tidak bingung dan susah ,mohon bapak-bapak yang diatas mengabulkan dengan penuh kebijakan dan memperhatikan daya saing anak didik kita kedepan
amiiin, mudah2an aspirasi pak agus didengar dan diperhatikan oleh para pengambil kebijakan.
kalau jam pelajaran di sekolah sedikit ( terbatas ) bagaimana dengan kewajiban guru mengajar 24 jam untuk mendapat tunjangan sertifikasi guru.
pertanyaan yang sama juga disampaikan pak agus. mudah2an ada perubahan kebijakan beban jam mengajar guru kalau Kurikulum 2013 benar2 disahkan. jangan sampai perubahan kurikulum membuat para pendidik kurang nyaman.
Kenapa draf kurikulum 2013 tidak melihat perkembangan dunia yang menuntut kita mengikuti perkembangan tehnologi, ini terbukti dari dihilangkannya mapel TIK karena dimerger dengan mapel yang lain. Sementara di kondisi riil masih tidak sedikit yang belum menguasai tehnologi kususnya TIK. Saya setuju kalau TIK harus digunakan disemua mapel sebagai media dalam pembelajaran, tetapi alangkah naifnya kalau TIK tidak diberuikan kepada peserta didik secara utuh sebagai mapel sehingga peserta didik dapat menjadikan TIK sebagai bekal dalam menguasai ketrampilan untuk menghadapi dunia kerja yang menuntut kita memiliki kemampuan dibidang tehnologi.
Guru TIK siap-siap pensiun awal ………………
sebaik apapun kurikulum kalau guru tidak diberikan kesempatan secara luas untuk memahami kurikulum terutama dalam model pembelajaran maka hasilnya akan sama saja, berikan latihan yang baik, siapkan perangkatnya, dan pemegang kebijakan pendidikan mulai dari kepala sekolah haruslah ditempati oleh orang-orang yang punya kompetensi dan komitmen, kalo sekarang …………..
dari hasil uji publik sementara ini memang upaya pemberdayaan guru harus dinomorsatukan sebelum kurikulum baru ini benar2 diterapkan, pak zul.
jangan pesimis bagi rekan-rekan guru tik dimanapun berada kita harus optimis menghadapi sebuah perubahan. Mudah2an mapel TIK dipertahankan, karena TIK merupakan pelajaran yang mendukung terhadap perkembangan zaman. Dunia sekarang sedang di giring ke wilayah ICT mau tidak mau harus siap, maka peranan pelajaran TIK sangatlah dominan untuk menghadapi era tersebut. Anak-anak harus dipersiapkan untuk menghadapi era ICT dengan melalui pembelajarn TIK di sekolah-sekolah dari tingkat SD s.d. perguruan tinggi. Thank you atas perhatiannya
terima kasih atas motivasinya, pak, mudah2an pencerahan ini bisa dipahami oleh rekan2 sejawat dari guru TIK.
Jangan khawatir bagi guru TIK, sauadara tidak akan kehilangan pekerjaan. Di masa yang akan datang yang berguru kepada anda adalah para guru non TIK. Guru yang belum melek TIK masih sangat besar jumlahnya, saya ambil contoh di sekolah kami yang bukan di daerah pelosok kira kira 80% pengetahuan TIK guru lebih rendah dari pengetahuan TIK siswanya.
bisa jadi demikian, Pak. pada era virtual seperti sekarang memang membutuhkan proses pembelajaran yang berbasis multimedia shg benar2 menarik dan menyenangkan.
Mata pelajaran bahasa Asing d sma, gimana? Apa msk mata pelajaran wajib atau pilihan??
pernyataan mendiknas yang terbaru, konon ndak ada penghilangan mapel, yang ada adalah pengintegrasian shg terkesan lebih ramping.
Assalamualaikum Bapak-Bapak pengambil Kebijakan.
Terima kasih atas curahan pikiran yang terkuras banyak untuk mengkiblatkan pendidikan secara holistik dan integratif. Sebelum ada sebuah keputusan layak dan tidaknya sebuah kerangka maupun acuan dalam pendidikan, maka harapan uji kesesuai juga secara holistik dan intergratif terhadap kondisi riil (sarana dan prasarana) pendidikan serta psikologis masyarakat. Perubahan dekat dengan arah kemajuan, akan tetapi lebih dekat dengan kehancuran tanpa ada sebuah hasil, melainkan hanya suatu kebingungan dengan pergantian jabatan dan pergantian suatu aturan. Selamat Bermusyawarah, semoga perubahan menjadi cermin masyarakat kita dari sabang sampai maroke yang lebih terang.
respon yang bagus, pak, semoga didengar oleh para pengambil kebijakan.
coba lebih di pikirkan lagi setiap perubahan kurikulum dengan kenyataan di lapangan apa lagi sekolah2 yang dipelosok sudah siapkah……? seperti penghapusan Pelajaran TIK menjadi media setiap pelajaran.masih banyak guru yang belum ngerti TIK.guru akan sibuk ngurusin TIK. KTSP pun masih banyak yang belum tau.
bener juga, pak sam. itulah sebabnya pemberdayaan guru perlu menjadi agenda utama sebelum kurikulum baru ini benar2 diterapkan.
Bila mencermati isi KTSP khususnya tentang mapel TIK SMA, setuju deh bila TIK memang hanya sebagai Sarana untuk mempelajari lebih jauh mapel yang disampaikan oleh guru, tanpa disadari peran guru sekarang sudah terlalu banyak diambil alih oleh “Mbah Google” jadi ngapain harus belajar TIK lagi khususnya di SMA. Coba dicermati lagi materi mapel TIK SMA kan hanya Office , Internet dan Grafis saja.
Oke teman teman TIK nyaman sajalah dengan keadaan yang ada, biar akan diapakan profesi kita , yang penting kita selalu mengkondisikan diri untuk selalu dekat dengan IT .
respon yang positif, pak, semoga keresahan rekan2 sejawat dari ranah TIK memahami komentar bapak.
jika mata pelajaran TIK tidak lagi ada dalam kurikulum 2013 setidaknya dapat dimasukkan kedalam program pengembangan diri dan ekstrakurikuler
sepakat, pak ronald. itu alternatif yang bagus.
setuju juga pak,yang jelas kita terakomodasi guru yang sudah tersertifikasi.
betul pak, Pak M.Nuh harus bisa memberi solusi yg tidak merugikan guru TIK jika tidak mau dikatakan pembohongan……. kenapa dulu ada sertifikasi TIK jika kemudian sekarang di hapus…..
Setuju pak,, hrs ada alternatif lain sebab utk keterampilan komputer hrs ada karena siswa pun hrs mempunyai skill itu. spy siswa tidak gaptek
Mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa kemampuan anak-anak di kota besar di bidang TIK yang dinilai cukup baik, itu karena akibat adanya pelajaran TIK di sekolah. Dan anak-anak di daerah kemampuan TIKnya masih sangat rendah terutama tentang komputer sebab dirumah belum tentu memiliki komputer. Apa jadinya jika pelajaran TIK di tiadakan. Dan perlu diingat juga bahwa Kemampuan dibidang ICT dapatmembuka wawasan pengetahuan yang lebih luas serta meningkatkan penyerapan pengetahuan yang lebih banyak.
Tapi yang perlu juga perhatikan Bagaimana pula nasib siswa yang tinggal di pelosok2 yang tidak tau betul apa itu komputer, bagaimana cara menggunakannya? itu yang harus di perhatikan, jangan hanya memperhatikan siswa yang diperkotaan saja yang lengkap fasilitas2 yang serba ada dan mampu, kasian siswa yang tidak mampu dan masih ada sekolah belum mempunyai sarana tersebut khususnya di pelosok desa yang jauh dari kota,,,,,,,di kurikulum baru tiba2 pel. TIK ditiadakan
Sangat disayangkan jika TIK dihapus…..pikir dulu dong!!! jangan maen hapus aja…guru aja banyak yang gaptek itu bisa kita lihat waktu UKG OnLine….gimana dengan anak didik kita nantinya….apakah harus gaptek juga…
Jika pemerintah saja pintar menjilat ludahnya sendiri, bagaimana dengan masyarakat di bawah……????, makanya jangan bicara dulu idialis tentang kurikulum, perbaiki dulu sikapnya. Dulu pemerintah yang mengadakan sertifikasi mapel TIK, sekarang mapel itu akan dihapus dengan mudahnya, bukankah ini proses pembohongan ?, aku korban diantara rekan-rekan korban lainnya mau mengadu pada siapa, jika pelindungpun berbuat bohong seperti ini….. okelah demi perbaikan, tapi Pak Nuh harus bisa memberikan solusi yang tidak merugikan siapapun jika tidak ingin dikatakan pembohongan…………
“TIK menjadi media semua matapelajaran”…. artinya ….semua guru harus terampil menggunakan tik (setuju), bagaimana dgn siswanya (sbg penonton saja) krn tidak ada pemberian materi TIK (pikirkan). TIK adalah materi yg sangat dinamis, shingga perlu dikenalkan sejak dini pada guru & siswa (pikirkan). Ada kemungkinan jika TIK dihapus, banyak siswa yg mencari ilmu TIK diluar sekolah seperti kursus2x komputer (pikirkan). Tentunya Pak. M. Nuh yang pernah menjadi dosen dan rektor di institut teknologi tahu tentang pentingnya materi2x tik disampaikan ke siswa. bukan saja kepada gurunya. (bedakan TIK menjadi media dengan TIK menjadi materi mata pelajaran).
dengan bongkar pasangnya kurikulum secara terus menerus ini menunjukan bangsa indonesia tidak mempuyai karakter, uci coba kurikulum ini tidak akan terlihat hasilnya dalam kurun waktu 1 atau 2 tahun minimal 23 tahun (usia anak selesai kuliah) jangan membandingkan kurikulum di negara-negara lain kita harus punya karakter sendiri
pada intinya, sebagai guru kita harus memberi contoh sebagai masyarakat pembelajar kepada murid. jadi tetap semangat temanteman terhadap sutu perubahan.
seharusnya tu bkan kurikulumnya yg hrus di rubah tp pola berpikirnyalah yg seharusnya d rubahhhhhhhhhh!!!
terutama guru2 yg telah menyandang sertifikasi, tdk mencerminkn skill yg telah di capainya. seharusnya makin top n makin maju dg adanya sertifikasi.
yach manut aja kan 2015 ganti mentri ganti pula kurikulumnya
semoga kurikulum 2013 peserta didik lebih cerdas dilandasi akhlak mulia,berkarakter indonesia sejati yang menjujung tinggi nilai moral, sopan santun dan adat istiadat.
kami mendukung kurikulum 2013, tapi kami minta agar mapel tik sebagai sumber belajar utama untuk siswa jangan di hapus melainkan dikembangkan kurikulumnya atau bagaimana hal lainnya kepada yang untuk meningkatkan. mohon jangan di hapus.
seandainya dihapus tik, kami guru tik terkesan dilecehkan atau suatu penghinaan, jika kami guru tik tidak dicari solusi yang baik dibidang tik bukan bidang lain seperti ngajar mapel lain, maka kami bersedia menjadi cybercrime, seperti menghancurkan sistem komputer dengan mengirimkan malware dan lain sebagainya untuk kerusakan suatu sistem, karena kami yang lebih tahu tentang membuat kejahatan demikian yang sulit dideteksi oleh hukum. kami telah berusaha untuk yang lebih baik bagi anak bangsa tapi jika kami diperlakukan demikian sungguh pemerintah dalam hal ini mendikbud sangat kejam, memaksa kami melakukan kejahatan merusak. mendikbud yang jadi biang kerusakan di muka bumi.
terkait berbagai kehawatiran disini, ada solusi dan trobosan spetakuler jika para pratisi IT mampu mebuatkan software e-teaching dan e-learning seperti yang sdh dilakukan oleh mts dan ma Ibnuhusain ( lihat di http://www.mts-ma-ibnuhusain.sch.id
bahkan saat ini kami telah menemukan e-simolator ujian (pertama di indonesia ) sebagai akibat dari tuntutan kurikulum baru ini karna kami bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu alumni IITS surabaya dalam hal mengantisipasi kurikulum baru ini
Bila memang benar diberlakukan kurikulum 2013 kita senang saja, apalagi melihat draftnya sangat bagus sekali. Nah sekarang yg kita perlu pikirkan adalah andai kebanyakan siswa hanya memilih atau condong pada salah satu jurusan saja mis. sains atau sosial atau bahasa,tentunya berakibat akan mempengaruhi jumlah jam mengajar guru yg 24 jam. sbgmana contoh jurusan bahasa tetapi tdak ada siswa yg minat dg jurusan tsbt, wah banyak sekali dong guru bahasa yg kurang jam nya trus mau dikemanakan itu guru wah jd repot kan. Cobahlah dicarikan solusinya sebelum diterapkan. Sementara kasus pemenuhan 24 jam saja masih berceceran apalagi ditambah peraturan kurikulum baru lg. ya kita doakan saja de biar siswa berminat kemana saja.
inti nya segala sesuatu juga pembelajaran bukan hanya murid yang siap belajar guru nya juga harus selalu siap dengan perubahan karena sebagus apapun kurikulum yang di buat tetap saja tidak akan berjalan lancar tanpa kesiapan seorang guru untuk mengarahkan anak ketika belajar naah mari kita sambut kurikulum 2013 dengan semangat dan mencari rhido Allh..amiin
curuculum lama saja yang digunakan yang sudah sesuai dengan pendidikan selama ini