Seperti sudah banyak diungkap oleh para pemerhati dan pengamat bahasa Indonesia bahwa rendahnya mutu penggunaan bahasa Indonesia tak hanya berlangsung di kalangan siswa, tetapi juga telah jauh meluas di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Bahkan, para pejabat yang secara sosial seharusnya menjadi anutan pun tak jarang masih ”belepotan” dalam menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Mewabahnya penggunaan bahasa Indonesia bermutu rendah, kalau boleh disebut demikian, menurut hemat saya, lantaran belum jelasnya strategi dan basis pembinaan. Pemerintah cenderung cuek dan menyerahkan sepenuhnya kepada Pusat Bahasa –sebagai tangan panjangnya—untuk menyusun strategi dan kebijakan. Namun, harus jujur diakui, strategi dan kebijakan Pusat Bahasa masih cenderung elitis. Artinya, kebijakan yang dilakukan Pusat Bahasa hanya menyentuh lini dan kalangan tertentu, seperti Jurusan Pendidikan Bahasa atau Fakultas Sastra di Perguruan Tinggi. Sementara, Pendidikan Dasar dan Menengah yang seharusnya menjadi basis pembinaan justru luput dari perhatian. Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah diserahkan sepenuhnya kepada para guru bahasa. Layak dipertanyakan, sudahkah para guru bahasa Indonesia di sekolah memiliki kompetensi yang memadai untuk menjadi satu-satunya sumber dalam membumikan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar?
Upaya penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar tampaknya akan terus terapung-apung dalam bentangan slogan dan retorika apabila tidak diimbangi dengan kejelasan strategi dan basis pembinaan. Mengharapkan keteladanan generasi sekarang jelas merupakan hal yang berlebihan. Berbahasa sangat erat kaitannya dengan kebiasaan dan kultur sebuah generasi. Yang kita butuhkan saat ini adalah lahirnya sebuah generasi yang dengan amat sadar memiliki tradisi berbahasa yang jujur, lugas, logis, dan taat asas terhadap kaidah kebahasaan yang berlaku.
Melahirkan generasi yang memiliki idealisme dan apresiasi tinggi terhadap penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar memang bukan hal yang mudah. Meskipun demikian, jika kemauan dan kepedulian dapat ditumbuhkan secara kolektif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa, tentu bukan hal yang mustahil untuk diwujudkan.
Tiga Agenda
Setidaknya ada tiga agenda penting yang perlu segera digarap. Pertama, menciptakan suasana kondusif yang mampu merangsang anak untuk berbahasa secara baik dan benar. Media televisi yang demikian akrab dengan dunia anak harus mampu memberikan keteladanan dalam hal penggunaan bahasa, bukannya malah melakukan ”perusakan” bahasa melalui ejaan, kosakata, maupun sintaksis seperti yang selama ini kita saksikan. Demikian juga fasilitas publik lain yang akrab dengan dunia anak, harus mampu menciptakan iklim berbahasa yang kondusif; mampu menjadi media alternatif dan ”patron” berbahasa setelah orang tua dinilai gagal dalam memberikan keteladanan.
Kedua, menyediakan buku yang ”bergizi”, sehat, mendidik, dan mencerahkan bagi dunia anak. Buku-buku yang disediakan tidak cukup hanya terjaga bobot isinya, tetapi juga harus betul-betul teruji penggunaan bahasanya sehingga mampu memberikan ”vitamin” yang baik ke dalam ruang batin anak. Perpustakaan sekolah perlu dihidupkan dan dilengkapi dengan buku-buku bermutu, bukan buku ”kelas dua” yang sudah tergolong basi dan ketinggalan zaman. Pusat Perbukuan Nasional (Pusbuk) yang selama ini menjadi ”pemasok” utama buku anak-anak diharapkan benar-benar cermat dan teliti dalam menyunting dan menganalisis buku dari aspek kebahasaan.
Ketiga, menjadikan sekolah sebagai basis pembinaan bahasa Indonesia. Sebagai institusi pendidikan, sekolah dinilai merupakan ruang yang tepat untuk melahirkan generasi yang memiliki kecerdasan linguistik (bahasa). Di sanalah jutaan anak bangsa memburu ilmu. Bahasa Indonesia jelas akan menjadi sebuah kebanggaan dan kecintaan apabila anak-anak di sekolah gencar dibina, dilatih, dan dibimbing secara serius dan intensif sejak dini. Bukan menjadikan mereka sebagai ahli atau pakar bahasa, melainkan bagaimana mereka mampu menggunakan bahasa dengan baik dan benar dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulisan. Tentu saja, hal ini membutuhkan kesiapan fasilitas kebahasaan yang memadai di bawah bimbingan guru yang profesional dan mumpuni.
Dengan menjadikan sekolah sebagai basis dan sasaran utama pembinaan bahasa, kelak diharapkan generasi bangsa yang lahir dari ”rahim” sekolah benar-benar akan memiliki kesetiaan, kebanggaan, dan kecintaan yang tinggi terhadap bahasa negerinya sendiri, tidak mudah larut dan tenggelam ke dalam kubangan budaya global yang kurang sesuai dengan jatidiri dan kepribadian bangsa. Bahkan, bukan mustahil kelak mereka mampu menjadi ”pionir” yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Iptek yang berwibawa dan komunikatif di tengah kancah percanturan global, tanpa harus kehilangan kesejatian dirinya sebagai bangsa yang tinggi tingkat peradaban dan budayanya.
Dalam lingkup yang lebih kecil, melalui penguasaan bahasa Indonesia secara baik, mereka akan mampu menjadi ”penasfir” dan ”penerjemah” pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu sehingga mampu menjadi sosok yang cerdas, bermoral, beradab, dan berbudaya. Persoalannya sekarang, sudah siapkah sekolah dijadikan sebagai basis pembinaan bahasa Indonesia? Sudahkah pengajaran bahasa Indonesia di sekolah berlangsung seperti yang diharapkan? Sudah terciptakah atmosfer pengajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga mampu menarik dan memikat minat siswa untuk belajar bahasa Indonesia secara total dan intens? *** (bersambung)
Pertamaxxx ya? 🙂
Bahasa di blog saya juga berantakan, Pak. Ngga pake bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seenak udel aja 😀
Susah pertamax…..
Akhirnya saya bisa pertamax….
Memang harus pak, sekolah harus dijadikan basis,
tapi bukan basis teroris loh pak,
hehehe maaf….
Dengan menjadikan sekolah sebagai basis dan sasaran utama pembinaan bahasa, kelak diharapkan generasi bangsa yang lahir dari ”rahim” sekolah benar-benar akan memiliki kesetiaan, kebanggaan, dan kecintaan yang tinggi terhadap bahasa negerinya sendiri,
Itulah yang seharusnya dilakukan pak,
Artikel ini sangat bagus dan bisa dijadikan pedoman para guru.
Terutama Kepala sekolah, agar tidak salah arah.
Wah belum pertamax pak Petani,
kalah cepet hehehehe
kepanjangan komentarnya,
Gpp sih yang penting semangat untuk selalu didepan, pertama dan selalu ingin mencari yang terbaik itu penting.
Teritama Menjadikan bahasa yang terbaik untuk negeri ini.
Iklan Manteps last blog post..http://www.Online-Kios.com | Jasa Webdesign Web design Website Web site murah dan profesional
Absen dulu Pak Sawali, yang penting dapat urutan 1 digit. Nanti kalau ada ide nambah komentar… Ini juga baru bangun 😉
marsudiyantos last blog post..IMB
Bisa gak ya diputarbalik, biar Bahasa Indonesia yang baku jadi tren?
suhadinets last blog post..‘Basobok’ Oejiono (Bersua Oejiono)
Susahhnya menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar. Tapi setidaknya kita sesegera mungkin menggalakkannya Pak. Sehingga kelak anak cucu kita tau, bahasa kita memiliki sejarah panjang, dan berhak disanding dengan bahasa internasional lainnya…
Iis sugiantis last blog post..Dialog Warisan Sawah Temin!
Saya setuju untuk menjadikan sekolah sebagai basis dan sasaran utama pembinaan bahasa. Nah, untuk itu, Pak, saya tunggu ebook panduan membuat sekolah sebagai basis dan sasaran utama pembinaan bahasa.
Saya menunggu ebook itu karena saya mendukung 100 persen ide Pak Sawali. Agar ide itu membumi, perlu diperjelas dengan petunjuk teknisnya.
Demikian, Pak. Ebooknya pasti saya unduh nanti.
arifs last blog post..Hari Koperasi, Awal Masa Kampanye Legislatif Pemilu 2009
Saya mau buka less privat bahasa indonesia, kira2 ada peminatnya gak bang? 😐
Rindus last blog post..Sejuta warna pelangi
Memang benar pak, berbahasa yang baik dan benar harus dibudayakan sejak kecil. Terkadang saya malu dan merasa tersindir habis membaca artikel-artikel pak sawali, karena saya bukan orang yang bisa berhasa indonesia dengan baik dan benar. Baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam ngeblog hehehe
Hebat sekali. Kalau guru BI seperti Pak Sawali semua hebat juga ya
isminatuns last blog post..Tulisan Kesepuluh
kadang dalam proses KBM saja bahasa yang digunakan kedua belah pihak – murid dan guru – biasa menggunakan bahasa sehari-hari…
menurut saya sebaiknya gunakan bahasa indonesia yang baik..
saya pernah berbicara dengan bahasa formal dengan salah seorang guru dalam salah satu diskusi dan teman saya banyak yang menertawakan… katanya seperti ingin melamar pekerjaan saja, toh guru itu sudah akrab…
hmmm…
bagaimana pak sawali…
moerzs last blog post..Elegi Jalan Sepi
kok saya lebih mantep menggunakan bahasa Indonesia yang urakan yah??Soalnya bahasa Indonesia yang benar susahnya minta ampun. Klo mau berubah gimana caranya pak??
salam
made ekas last blog post..Anggrek kita Dirampok!!
sekolah dijadikan basis pembinaan bahasa indonesia?
setuju sayah,..
:oke
Tapi disekolah kebanyakan sudah tidak bahas indo mrni lagi…, karen lingkungan udah terdistorsi dengan bahasa gaul…
tugas yang berat nuh kayaknya…
Jazilis last blog post..Firefox Re-Open Toolbar, Cool…
ayo bangkit sastra Indonesia 🙂
achoey sang khilafs last blog post..Outbound Ceria
Judul tulisan ini sepintas menimbulkan kesan sebagai sebuah usulan. Sejatinya, menurut pendapatku, ini sebuah kritik yang dibungkus dengan cermat dan rapi. Langsung pada pokok soalnya : apakah pembinaan bahasa Indonesia yang diselenggarakan sekolah dan segenap lembaga pendidikan pada semua tingkatan telah gagal mengemban misi tersebut ?
Lagi-lagi, Pak Guru menjelaskannya seperti sebuah usulan mengenai apa yang semestinya dilakukan oleh sekolah dalam rangka pembinaan tersebut; tapi sebenarnya tiga poin itu adalah “rapor merah” dunia pendidikan kita.
Dari situ aku menyimpulkan, tulisan ini sebenarnya sebuah dorongan agar program pembinaan bahasa Indonesia yang dijalankan sekolah dievaluasi.
Nah, supaya fair, aku akan menanggapi topiknya apabila kelak Pak Guru membahas soal ini secara lugas; dalam arti mengulas seperti apa penyelenggaraan dan pencapaian pembinaan bahasa Indonesia di sekolah. Tapi aku akan urun rembug dari penggunaan di masyarakat, termasuk pengamatanku mengenai kosongnya kelas menengah di Indonesia, sehingga bahasa Indonesia yang baik dan benar hanya menjadi bahasa buku.
Salam Merdeka!
Robert Manurungs last blog post..Krisis Listrik : Siapkan Infus Buat Ikan Hias…
Weleh, pak sawali, sampai saat ini saya rancu dengan definisi Bahasa Indonesia, apakah bahasa Melayu? Sebab Aksoro Jawi juga Indonesia, demikian juga Bahasa Bali, Bahasa Dayak, Bahasa Batak, Bahasa Asmat, Bahasa Kutai, semua Indonesia.
laporans last blog post..Kewibawaan Soeprapto
Waduh lha lajeng kepriben pakdhe Sawali, lha inyong wis kulina nganggo boso coro Inggris je … Ora nggaya yen ora nganggo bosone wong londo, you know?
Nayantakas last blog post..Gendhel
Bahasa Indonesia yang baik dan benar katanya harus eyd,Kalo harus gitu blogku nggak eyd..alias nggak di sempurnakan…Tapi sama google mudah2 nanti di sempurnakan (baca:mengerti)
coz. bahasa Indonesia jadi nggak karuan banyak di pelesetkan alias di buat bahasa gaul ex:Sudahlah menjadi Sutralah dll
Mungkin ini yang menurut saya jadi rancu,jadi mana yang perlu di hilangkan bahasa indonesia atau bahasa gaul .( tapi yg pasti bahasa gaul dilarang )
cmiiw
🙂
kenapa saya lebih mudah memahami bahasa inggris daripada bahasa indonesia ya, pak? dari dulu di sekolah nilai bahasa indonesia saya pasti yang paling kecil dibanding nilai matematika atau bahasa inggris.
fennys last blog post..Pemikiran orang desa ituh ternyata…..
Pak, bagi saya yg plg memprihatinkan itu TV. Bahasanya sama sekali tidak baku dan karena jadi tontonan sehari-hari ya akibatnya anak-anak bahasa Indonesianya pada gak bener deh. Seharusnya ada aturan mengenai penggunaan bahasa di media massa. Pendapat.
Eckos last blog post..How to Ngakalin Leletnya Axis?
wah maaf mbah dulu guru bahasaku bukan mbah sawali sih jadi bahasa saya jelek bahkan pernah di bp gara2 guru bahasa ( saya agak malas waktu itu dan diancam kalo nilainya mau dikasih 5 biar gak lulus walau matematika saya 9 dan aku bilang kalo nilainya 5 berarti gurunya yang gak berhasil ngajarin saya hehhee masuk saya di BP hahaha)
coba kalo gurunya mbah sawali munkin bisa lebih bagus dalam bertutur kata hihihihihi
kambingkelirs last blog post..BATU MARTA
pak saya masih ingat dulu waktu SMP, guru bahasa saya mengajarkan bahwa wartel itu akronim dari warum telepon, tapi saya bilang bukan bu, tapi warung telepon (pake ng, bukan m), si guru ini ngak mau dikritik gitu. aduh padahal…. yah sudahlah… moga2 suatu saat beliau sadar akan hal itu.
Dari situ saya melihatnya, bahwa ternyata untuk memberikan pembinaan bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada siswa, beberapa guru juga harus memiliki pengetahuan luas gitu pak tidak hanya teksbook (waktu itu emang baru booming namanya wartel gitu pak).
Tapi saya yakin, cuman beberapa dari sebagian besar guru yang begitu, apalagi pak sawali yang memeliki kemampuan sastra yang kuat dan pengetahuan yang sungguh luas.
Ironisnya Bahasa Inggris juga tampaknya semakin dini dipelajari di sekolah ya Pak?
Eh.. ironis apa ndak ya itu 🙂
kok ganti tampilan nya cuman sejenak mbah lagi asik baca tahu tahu blank kikikik
Pingback: LPLPX.COM » Blog Archive » Write Upside Down
saya sering sulit dalam menyusun kata2 yg runtut, baik & benar :291
kurang terbina ya Pak 😐
tomys last blog post..MEMBATU
klo menurut
saya bahasa
jawa juga
perlu
pak skarang
orang jawa
dah banyak yang
gak bisa njaweni
:205
Ronggos last blog post..Free Flash News Premium WordPress Theme
saya tertarik dengan paragraf terakhir pada tulisan ini… :205 karena hal itu memang menjadi persoalannya. Sekolah yang mestinya menjadi basis pembelajaran ternyata belum sepenuhnya siap. Pembelajaran bahasa Indonesia menjadi sesuatu yang monoton bagi siswa. 8)
Tapi lebih lanjutnya saya ingin menunggu lanjutan tulisan mas Sawali ini, tentang bagaimana menyiapkan sekolah agar menjadi basis pembelajaran bahasa Indonesia.
Qizinks last blog post..Syahadat Cinta
“Media televisi yang demikian akrab dengan dunia anak harus mampu memberikan keteladanan dalam hal penggunaan bahasa,”
———————–
Pak Sawali, bagaimana mungkin media televisi dapat memberikan teladan dalam hal penggunaan bahasa pada tayangan-tayangan yang dikonsumsi anak-anak. Televisi kita sarat sinetron yang bahasanya sangat “amburadul” sekali. Atau paling tidak sangat ibukota. Sementara sinyal dipancarkan secara nasional ke seluruh Indonesia. Di mana ada beragam atmosfir kedaerahan yang begitu rupa. Tak pelak anak-anak disodorkan bahasa ibukota minded. Bakal terjadi degradasi bahasa secara lisan. Dan itu tetap terus berlangsung.
Ini tugas siapa?
Daniel Mahendras last blog post..Antara Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Frankfurt
saya ngikut Pak Guru saja lah..
memang penggunaan bahasa indonesia dimasyarakat sudah gak karuan. dan ini harus dibenahi
(termasuk diblog saya juga Pak)
trijokobss last blog post..Skyper
Lah… inilah bangsa kita pak… selalu senang mencampurbaurkan bahasa… bahkan mereka yang nggak bisa Bahasa Inggrispun ikut2an gaya menyelipkan kata2 berbahasa Inggris.
Lihat saja wanita2 kita pak, ngomong Inggris belum bisa, rambut sudah dibule2in, mendingan belajar dulu bahasa Inggris baru kalau sudah bisa silahkan mencat rambutnya seperti bulé, walaupun terkadang mereka mencatnya warna kemerah2an seperti warna bulu orangutan! Wakakakak…. **aah jadi ngaco nih!** :411
Tapi saya setuju pak, kita memang harus menghargai bahasa kita sendiri, sebab jikalau bukan kita ya siapa lagi?? Di sini yang paling penting adalah menanamkan kebanggaan berbahasa Indonesia, bukan hanya “mengindoktrinasi” secara kaku untuk mengharuskan memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena kalau kita sudah bangga menggunakan bahasa Indonesia, maka semuanya akan terasa mudah untuk menuju penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena semuanya sudah dimulai dari niat dan hati yang tulus untuk menjayakan bahasa Indonesia, bahasa nasional kita sendiri !! :112
Yari NKs last blog post..Olimpiade Beijing 2008: Akankah Indonesia Pulang Membawa Emas?
Ass.
Ingin selalu berbahasa indonesia yangg baik dan benar, tapi kadang-kadang sering di pengaruhi dengan bahasa pasaran. seperti memakai istilah-istilah dan bahasa gaul anak muda.
Kadang harus mesti dipakai, karena untuk penekanan dan agar supaya lebih jelas dan mudah dipahami.
Alex Abdillahs last blog post..Bahagia Sepanjang Hari
Nah itu permasalahannya , memang secara yuridis normatif seperti itu, Pada kenyataan di lapangan Bahasa Indonesia terus mengalami perubahan, apakah dilapangan harus letter luk pada EYD, ataukah EYD yang menyesuaikan perkembangan di lapangan? ❓ ❓
laporans last blog post..The Indonesian Dragon
majulah bahasaku 🙂
achoey sang khilafs last blog post..Ketika Cinta di Ujung Pena
Mudah-mudahan saja sarana blog ini menjadikan kita lebih mengasah ketermpilan menulis dalam bahsa yang benar. Tapi gawat Pertama juga sekarang ditulis jadi Pertamx.
ubadbmarkos last blog post..PERTAMAAAXXX
Salut dengan idealismenya. Saya kira, penggunaan bahasa yang baik dan benar akan membantu memiliki cara berpikir yang benar… 🙄
John Doros last blog post..The “Do Follow” Movement
Bagaimana bisa beban untuk membudayakan Bahasa Indonesia yang baik hanya dibebankan ke sekolah semata. Sementara si anak didik lebih banyak berada dilingkungan yang Bahasa Indonesia jauh dari kata baik?
Bayangkan saja berapa lama si anak di depan televisi yang Bahasa Indonesia benar-benar belepotan (baca: bahasa gaul). Berapa lama si anak berada di lingkungan sepergaulan yang lebih banyak memakai bahasa-bahasa gaul modern ketimbang Bahasa Indonesia baku yang dianggap kuno. Tentunya pengaruh-pengaruh lingkungan ini lebih membekas kepada si anak didik ketimbang pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah yang mesti bercampur aduk dengan pelajaran-pelajaran lainnya.
Beban ini mesti diambil sepenuhnya oleh kita semua, terutama melalui basis pembinaan pemerintah pusat. Artinya dengan mengadakan jabatan Menteri Bahasa Indonesia, misalnya (terlalu muluk ya Pak?).
Rafki RSs last blog post..Luka
Salam
Waduh Pak Dhe jelas-jelas bahasa indonesia yang berantakan itu adalah “saya banget” jadi sama sekali bukan teladan yang baik, eh tapi gimana juga bisa belajar berbahasa yang baik dan benar wong lingkungan sekitar kitapun sepertinya tidak suported tuh, tengok saja bahasa di Televisi, pergaulan sehari-hari, akh berapa jam sie jam pelajaran bahasa Indonesia dalam seminggu, hmm layak juga klo merasa pesimis tapi tentu bukan juga jadi skeptis, sekecil apapun usaha insya Alloh membuahkan hasil kan? Amin. Ah yang paling menggelikan adalah demam Chincha Lawra, akyu ga salyah Pak Dhe, ichu bechul sekalyi
nenyoks last blog post..Home SweeT Home
Namun Pak Sawali, sebetulnya siapa sih orang yang betul-betul menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari? Apakah ada?
Daniel Mahendras last blog post..Antara Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Frankfurt
Salut untuk tulisan Pak Sawali yang mengajak untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar…
Tapi yang terjadi sekarang ini pada kehidupan nyata maupun maya, dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seseorang justru mendapatkan cap kolot serta kuno…
Marilah kita belajar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
sapimotos last blog post..Cafe Tahu|Aneka Masakan Tahu
Waduhh, kalau dinilai pak Sawali, bahasa Indonesia di blog ku dapat nilai berapa ya….campur aduk begitu….
edratnas last blog post..Terimakasih KPP Pratama Jakarta Selatan
Dengar2 Pak, kata guru bahasa Inggris saya, di sana tidak ada pelajaran bahasa Inggris. Yang ada hanya pelajaran Sastra Inggris. Jadi, mereka tidak pernah belajar past tense, present tense. Semuanya berjalan secara naluriah. Wong bahasa mereka? Jangan2 kita juga tidak perlu pelajaran bahasa Indonesia. Gantinya, sastra Indonesia. Nantinya, siswa di kelas dapat langsung belajar membuat puisi, tulisan atau bahkan ngeblog. Seperti orang belajar sepeda dan berenang, tak perlu banyak teori, tapi langsung praktek dan menceburkan diri ke air.
Hery Azwans last blog post..Dituduh Merokok
saya setuju semuanya atas point2 diatas mas sawali, namun nasi sudah menjadi bubur, pendidikan sudah di liberalisasi, artinya, pendidikan sudah tidak murah lagi, bahkan sudah menjadi ajang bisnis sehingga, ditengan terpuruknya kondisi ekonomi masyarakat, pendidikan menjadi senuah barang mahal, sehingga untuk berfikir bahwa sekolah menjadi basis pengajaran bahasa/budaya, sudah sangat terlalu jauh. Sekarang masyarakat hanya butuh bagaimana anaknya sekolah dan lulus sehingga mudah mendapat kerja.
arios last blog post..Jakarta…brutal, sumpek, tapi kok asik yach…..
Hmm, sepertinya tetap menjadi PR yang besar untuk presiden yang akan di pilih 2009 mendatang. Sepele namun vital juga ini urusannya.
wah, syukur2 kalau ri 1 mau memikirkan soal bahasa ini, mas. bagaimanapun juga, penggunaan bahasa tetap membutuhkan tokoh yang bisa dijadikan sebagai anutan. semoga saja harapan itu bisa terwujud. terima kasih apresiasinya.
:d,,, aduh saya belum bisa berbahasa indonesia yang baik dan benar,,
menurut saya lebih baik penggunaan bahasa indonesia tidak hanya di sekolah tpi dimana-mana
:”> kalau pembinaan bahasa indonesia sudah ddberlakukan di semua sekolah di Indonesia. niscaya, penggunaan bahasa non baku akan berkurang.
mudah-mudahan demikian.
saya juga setuju jika sekolah dijadikan pembinaan bahasa indonesia
idealnya memang demikian, mas.
bagaimana untuk mebumikan bahssa indonesia yang baku,sementara pembakuan bahasa itu sendiri masih banyak yang mengapung (keraguan) dipikiran para tenaga pendidik,
mas bagus to artikelnya
mas bagus to artikelnya………………………