Dunia Pendidikan Kita Miskin Sentuhan Pembelajaran Elektronik?

Berdasarkan data di Jardiknas, jumlah lembaga pendidikan di negeri ini, mulai SD hingga PT, baik negeri maupun swasta, hingga 15 Juni 2008 tercatat sekitar 200.833. Jumlah ini tentu saja belum termasuk sekolah-sekolah tertentu yang terhadang oleh beberapa kendala teknis. Ribuan lembaga pendidikan tersebut tersebar di 33 provinsi, mulai Nanggroe Aceh Darussalam hingga Irian Jaya Barat. Hitungan kasar, kalau dalam satu lembaga pendidikan mendidik, katakanlah, 100 anak, setidaknya ada sekitar 20.083.300 anak-anak bangsa yang tengah digembleng. Sungguh, bukan jumlah yang sedikit. Jika anak-anak negeri ini terdidik dengan baik, jelas mereka bisa menjadi “investasi” masa depan dan modal sosial yang cukup membanggakan untuk membangun Indonesia yang cerdas dan visioner.

Menggembleng anak dalam jumlah jutaan semacam itu jelas bukan persoalan yang mudah. Apalagi, mereka tersebar di berbagai wilayah teritorial yang beragam karakter dan latar belakang sosialnya. Ada kesenjangan yang begitu lebar antara kota dan desa. Kompetensi gurunya pun jelas mengalami ketimpangan karena faktor fasilitas dan kemudahan mengakses informasi dan keilmuan. Mereka yang tinggal di kota jelas memiliki kemudahan dalam memutakhirkan pengetahuan dan keilmuan melalui akses media publik semacam internet. Sementara itu, yang tinggal di daerah pedesaan dan pedalaman? Atau, yang lebih tragis, mereka yang tinggal di kawasan yang masuk kategori terpencil? Alih-alih memutakhirkan ilmu, bisa konsisten mengasah kerak ilmu yang memfosil dalam tempurung kepala saja sudah termasuk layak dikagumi.

Alangkah cerahnya masa depan negeri ini jika anak-anak dusun dan pelosok yang sekarang tengah gencar memburu ilmu di bangku sekolah mendapat bekal keilmuan yang sama dengan saudara-saudaranya yang tinggal di kota. Harapan itu bisa terwujud jika mereka mendapatkan layanan pendidikan yang baik dan bermutu.

Saya jadi berkhayal. Ketika anak-anak belajar, mereka tidak lagi dicekoki oleh suara guru yang seringkali terdengar sumbang, bahkan seringkali mengindoktrinasi siswa didiknya melalui pendekatan behaviouristik yang cenderung memperlakukan siswa sebagai objek yang tak tahu apa-apa. Mereka juga tidak rawan kena TBC akibat terlalu banyak menyedot serbuk kapur tulis yang memenuhi ruang kelas yang pengap dan sumpek.

Alangkah menarik dan menyenangkan kalau setiap hari anak-anak bisa belajar secara leluasa, tanpa dibatasi oleh empat dinding “penjara” kelas. Mereka bisa mengakses informasi dan pengetahuan melalui aktivitas surfing di internet. Dalam mengerjakan tugas, mereka tak lagi menghabiskan banyak duit untuk beli kertas dan alat tulis. Mereka cukup duduk di depan layar monitor, menjawab tugas dari blog gurunya, lantas mengumpulkannya melalui attachment file ke alamat e-mail gurunya. Otak mereka dipenuhi dengan informasi dan pengetahuan baru yang mereka update lewat surfing di internet, menjelajahi situs dan blog yang sarat dengan ranah ilmu yang mencerahkan. Aktivitas pembelajaran jadi lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Guru pun juga senantiasa tertantang untuk selalu meng-update wawasan keilmuan.

Sayangnya, khayalan semacam itu hanya bisa mengendap di lorong imajinasi saya. Secara jujur mesti diakui, dunia pendidikan kita masih amat miskin sentuhan pembelajaran elektronik (e-learning). Boro-boro siswa yang tinggal di pelosok-pelosok dusun, para siswa yang tinggal di kota pun belum semuanya mampu bersentuhan dengan internet.

Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Inggris: Electronic learning disingkat E-learning) adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.

E-learning telah mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis. E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.

Dalam e-learning, faktor kehadiran guru atau pengajar otomatis menjadi berkurang atau bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan karena yang mengambil peran guru adalah komputer dan panduan-panduan elektronik yang dirancang oleh “contents writer”, designer e-learning dan pemrogram komputer. (Sumber: Wikipedia)

Wah, sungguh, para pengambil kebijakan mesti mulai meliriknya. Jaringan infrastruktur informasi harus terus dibangun secara merata hingga ke pelosok yang terpencil sekalipun. Suatu ketika, mudah-mudahan khayalan saya yang ngelantur tadi bisa terwujud.

Kompetisi Blog elearning Nah, beberapa waktu yang lalu saya sempat blogwalking ke blog Pak Dani Iswara. Dalam sebuah postingannya, beliau menginformasikan tentang Lomba Blog eLearning Indonesia dalam Edufiesta yang digelar oleh acer-elearning. Informasi selengkapnya, silakan meluncur ke blog Pak Dani Iswara. Dalam pengumuman, lomba tersebut memang hanya diperuntukkan bagi dosen dan mahasiswa. Namun, dalam forum tanya-jawab, lomba ini akhirnya dinyatakan terbuka juga untuk guru dan siswa.

Para dosen, mahasiswa, guru, dan siswa yang kebetulan juga seorang bloger bisa ikut meramaikan kompetisi ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Disediakan hadiah menarik, mulai Notebook Ferrari hingga uang tunai. Makanya, buruan daftar. Bukan semata-mata hadiahnya, melainkan lebih sebagai upaya “starting point” agar dunia pendidikan kita mulai memanfaatkan pembelajaran elektronik sebagai pendekatan dalam aktivitas pendidikan mutakhir. Nah, bagaimana? ***

Comments

  1. denger-denger dalam rangka penyebaran telepon dan internet hingga pelosok pedesaan, pemerintah sedang mengadakan tender proyek USO{Universal Service Obligation}. namun saat ini sepertinya masih dalam kasus peradilan karena pemerintah digugat oleh salah satu peserta tender sebelumnya. capek deeeeh….

    Epats last blog post..Today is The Orange’s Day!

    >>>
    wah, itu pelajaran berharga buat pemerintah dan para tender. mestinya ada MOU yang transparan *sok tahu* agar tak timbul masalah. semua serba terbuka dan transparan, siapa pun pemenangnya ndak bikin masalah. makasih infonya mas epat 💡

  2. Yeee…. aturan bukan e-pembelajaran dong, seharusnya pembelajaran-e, kan kalo Bahasa Indonesia kata sifat di belakang kata benda **halaaah*** :411

    Wah… Pak Sawali mimpi di siang hari bolong kaleee…. kalau di desa2 boro2 ada pembelajaran-e wong renovasi gedung sekolah aja masih kembang kempis, buku2 pelajaran aja masih susah didapat ya bagaimana mau melaksanakan pembelajaran-e ?? Bahkan, seperti di artikel Pak Sawali sendiri mengatakan bahwa di kotapun masih banyak guru dan murid yang masih buta pembelajaran-e.

    Tapi sepertinya setiap sistem pasti ada mudharatnya, jadinya harus difikirkan baik2 **halaah**, bagaimana nanti kalau artificial intelligence menggantikan para guru?? Bukankah nanti akan banyak pengangguran?? Malah nambah persoalan lagi?? Ah… embuh ah…. wong di negara kita ini nggak banyak pakai pembelajaran-e saja udah banyak masalah…. huehehehe…. :292

    Yari NKs last blog post..Veksilologi

    >>>
    e-learning, makanya diindonesiakan menjadi pembelajaran elektonik, bung, hehehehe 😆 kan malah dah jadi judul postinga. btw, kira2 kalau mimpi boleh ndak bung di negeri ini, hiks 😆

  3. Saya yakin apa yang saat ini masih berada dilorong-lorong imajinasinya Pak Sawali, tidak lebih dari lima tahun lagi akan menjelma menjadi kenyataan. Saya entah kenapa tetap saja melihat masa depan yang cerah dari bangsa ini, di tengah keterpurukkan sekarang ini. :oke

    Rafki RSs last blog post..Berubah dari Beradab Menjadi Biadab?

    >>>
    5 tahun mimpi saya bisa terwujud, pak, wah, kalau benar, alangkah makin menariknya dinamika dunia pendidikan kita, pak rafky! 💡

  4. iya betul om..
    semestinya anak2 sekarang sudah ditunjang fasilitas internet untuk belajar.
    kok ditunjang sih bahasanya ya, didukung gitu maksudnya..

    permisi, saya link blognya ya om.

    t i n is last blog post..Konsentrasi, Elemen Penting dalam Menghadapi Pelanggan

    >>>
    seharusnya begitu, mbak. wah, kalau mau ngelink, silakan, mbak, makasih banget, nantiu kulink balik dan kumasukkan ke google reader agar bisa selalu mengikuti update postingan mbak tini :oke

  5. Mudah2an impian ini terwujud Kang. Ada beberapa signal ke arah impian itu,walaupun tidak sporadis seperti pemerintah Thailand. Pemerintahan Informasi diThailand mem-back up semua keperluan masyrakat baik software maupun hardware. Di Indonesia pun dengan adanya Pendidikan dan Penataran Jardiknas mudah2an kawan2 guru mendapatkan Ilmu tentang TIKom. Walaupun belum cukup memadai,program ini sudah menjadi titik awal sebuah harapan tentang ke TI-an. Yang menjadi ganjalan kawan2 guru adalah ketidak mampuan memeliki PC, karena harga nya masih mahal, kalau software pendukung masih banyak bajakan dan murah di pasaran.Tapi hal ini bisa di siasati, misalnya dengan arisan diantara kawan2 guru tuk mendapatkan PC.Atau Kang sawali bisa membantu menyediakan PC murah dengan kridit ringan tuk kawan2 guru, mudah2an.

    aminherss last blog post..Slamat & Sukses

    >>>
    terima kasih, pak amin, semoga harapan dan mimpi itu betul2 bisa terwujud. ttg teman2 guru yang masih banyak bersentuhan dg komputer mudah2an saja ada fasilitas kredit murah, pak, hehehe 😆 waduh, kalau saya sih memang ndak punya bakat jual2an PC, pak, haks :oke

  6. Ternyata harus di-refresh dulu RSS reader yang di BlackBerry. Padahal dari tadi saya dah berapa kali cek.

    Komentar dulu deh. Habis ini baru baca.

    arifs last blog post..Jagat Jawa

    >>>
    hehehehe 😆 mangga, silakan, mas arif, matur nuwun :oke

  7. Wah asik kalau udah semua pendidkan d indonesia menerapkan, gura tinggal buat bank soal , anaak tinggal mengerjakan .dan proses mengerjakan ada ketentuan2 khusus .Kapan saat yg tepat ujian dan saat yg bagus untuk latihan untuk dberkan kpd mrid .Dan Hasilnya nila akan otomatis keluar ( keinddex ) guru sudah nggak menilai hasil ujian satu persatu,Jadi ingat TA 😀 , software Online untuk murid SD , tapi sekarang bisanya cuman bikin kue hihihihi

    Diahs last blog post..Indonesia Melibas Perancis 4-1

    >>>
    bener banget, mbak diah. itulah beberapa kemudahan yang bisa didapat melalui pembelajaran elektronik. semoga bisa terwujud, ya, mbak. wew… bikin kue kok hanya, mbak, itu juga belum tentu semua orang bisa loh, mbak, hehehe 😆 aku pun pingin banyak belajar cara membuat kue itu, mbak 💡

  8. Saya kira Depdiknas cukup serius dengan pengembangan e-learning, Pak. Saya sempat melihat acara dialog Pak Mendiknas dengan Desy Anwar. Pak Bambang Sudibyo memiliki visi yang jauh soal e-learning itu. Pak Mendiknas punya visi, ke depan setiap guru punya laptop, setiap sekolah punya lab komputer. Lebih jauh lagi, setiap kelas punya komputer. Yang lebih jauh lagi masih ada, setiap murid punya laptop. Impian Pak Mendiknas tentunya merupakan impian Pak Sawali dan para pendidik yang lain.

    Nah, saat ini, karena konten e-pembelajaran masih sedikit (ini tantangan buat para jagoan flash atau animasi untuk membuat konten e-learning seperti Korea) pembelian hak cipta 50 buku pelajaran untuk bisa diunduh gratis dari website Depdiknas merupakan langkah awal yang patut dipuji.

    Adik kelas saya yang desainer pernah ikut bekerja di perusahaan yang menang proyek e-learning. Entah apakah konten yang dikembangkan sudah dipublikasikan oleh Depdiknas atau belum.

    Lomba blog e-learning yang disponsori Acer itu juga merupakan hal yang positif. Semoga banyak yang ikut.

    arifs last blog post..Jagat Jawa

    >>>
    syukurlah kalau pak menteri sudah punya visi dan misi ke arah sana. makaih infonya, mas arif. ttg software itu hingga sekarang kayaknya belum disosialisasikan dan didistribusikan ke sekolah2, mas. 💡

  9. Menyadari konsep pendidikan di Indonesia, sama kompleksnya dengan melihat Indonesia itu sendiri. Apakah ada di dunia ini negara sebesar dan sekompleks Indonesia?

    Kalau saja yang disebut Indonesia itu sebesar Pulau Madura semata, mungkin (sekali lagi mungkin) setiap persoalan yang ada bisa dieliminir sesederhana mungkin. Nyatanya Indonesia memang kompleks.

    Perlu lompatan mentalitet berpikir secara kolektif. Karena pendidikan (dengan segala ilmu pengentahuan di dalamnya) adalah sesuatu yang tak bisa ditawar-tawar bagi sebuah negara.

    Tapi itu bukan berarti tidak mungkin. Tetap mungkin. Hanya saja…

    *ngomong apa aku ini*

    Begitulah, Pak Sawali.

    Daniel Mahendras last blog post..Mari Berbohong dan Nikmatilah!

    >>>
    bener banget, mas daniel, rumit, kompleks, dan banyak kendalanya. karena itu butuh sinergi semua pihak agar dunia pendidikan kita bisa berlangsung pada track yang bener. mudah2an dengan cara seperti itu impian2 ttg mutu pendidikan di negeri ini bisa terwujud 💡

  10. tetap optimis aja pak. semoga mimpinya suatu saat terwujud. mungkin bukan di masa kita, tapi anak cucu kita. (walah bahasanya)

    chodirins last blog post..Euro 2008 Contest: Tebak dan menangkan!

    >>>
    betul mas chodirin, bagaimanapun kondisi sekarang ini, optimisme harus tetap terbangun sehingga menggairahkan semangat utk terus memacu peningkatan mutu pendidikan 💡

  11. setuju ama mas chodirin
    ya, walaupun sebenarnya saya adalah generasi dibawah mas sawali.. 😉

    okta sihotangs last blog post..Tentang Cinta …

    >>>
    kalau harapan dan impian itu bisa terwujud, mas okta mungkin juga dah jadi pejabat yang akan mengeluarkan kebijakan itu, hehehehe 🙄 saya doakan, mas okta 💡

  12. Hm,,
    semoga indonesia tambah maju karena kemandirian para pelajarnya dalam belajar..
    Guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu..
    Internet dsb juga bisa menjadi salah satu sumber ilmu selain guru.. 🙄

    salam kenal pak sawali,, :114

    galihyonks last blog post..Kampus dan Friendster

    >>>
    betul banget, mas, kalau guru menjadi satu2nya sumber belajar malah mereduksi pengetahuan anak 💡

  13. Melanjutkan komentar Arief, saya pun melihat ketika pak menteri mengatakan hal tersebut di TV. Sayang, saya kok kelihatannya agak pesimis melihat hal ini akan terjadi dalam waktu dekat 🙁
    Alasannya adalah biaya … 🙁

    >>>
    wah, ternyata mas riyo mengikuti juga pernyataan pak menteri, yak. semoga saja secara bertahap bisa segera diwujudkan, mas, termasuk bagaimana mengatasi kendala biayanya 💡

  14. Pak Sawali, jangankan sekolah, yang ortu dan anak-anaknya butuh biaya murah…padahal dengan sentuhan elektronik, komputer tetap butuh investasi yang cukup besar…kecuali pemerintah kita kaya.

    Saya pernah memimpin Divisi Pelatihan, yang tugasnya adalah mendukung strategi SDM agar target bisnis perusahaan tercapai. Biaya pendidikan minimal 5 persen dari BTK (sesuai aturan BI), jadi ya diatas Rp.100 miliar…..harus merata, minimal setiap tahun satu karyawan harus pernah mendapat pendidikan, entah in house training maupun public training. Jumlah pegawai perusahaan diatas 40.000 orang, mempunyai 6 sentra pendidikan dan 1 Pusat Pelatihan termasuk asrama setara hotel bintang 3.

    Apa yang terjadi? Kenyataan membuat target minimal 2 kali saja, yang jelas biaya ada, juga tak mudah. Karena teman-teman dipelosok, untuk pergi keluar daerah perlu waktu lama, apalagi yang tinggal di daerah terpencil, yang pesawat terbang hanya datang sesekali. Padahal kalau ada yang pergi training yang lain harus tinggal, sebagai back upnya. Di pelosok sebetulnya sudah ada fasilitas internet, namun lelet dan suka ngadat.

    Akhirnya dicoba mau membuat e-learning, dan kami mengundang om Onno Purbo…apa komentarnya? Bu, yang penting edukasinya dulu…mereka harus sadar internet dulu, kalau mereka hanya belajar karena mau ujian, maka pembangunan/investasi untuk e learning terlalu mahal. Akhirnya di coba membuat semacam jaringan, yang setiap karyawan bisa mengakses, dan mengeluarkan uneg2nya. Apa yang terjadi? Ternyata hanya untuk pos SDM yang laku, dan itupun cuma keluhan pengin naik gaji….yang lain, seperti bidang Treasury,Manajemen Risiko dll tak tersentuh. Apa boleh buat, sementara niat membangun e learning ditunda…dan mereka hanya dipanggil rutin datang ke sentra pendidikan…dan untuk ini semangat, karena mereka datang, bertemu teman dari cabang lain, mengobrol, dan bisa santai sementara, kalau pendidikan ini hanya untuk meng enhancement…bukan untuk lulus.

    Banyak deh pak cerita lucunya, cuma saya masih berpikir untuk mempostingnya….ada rasa ga enak juga….betapa ada yang datang dari kampung, senang sekali dipanggil pendidikan, yang kalau lulus akan naik pangkat dan jabatan. Sampai ditempat, melihat gedung tinggi, kelas ber AC…semua penyakit mulai kumat. Jadi dulu, saya menjadi punya tugas sampingan, menengok siswa yang masuk RS, ada yang operasi jantung, ginjal dsb nya…sampai dokternya bilang, pendidikannya sekeras apa sih? Belum-belum mereka sudah stres, pengin naik pangkat, tapi sudah bingung membayangkan harus belajar…padahal ada instruktur kelas, ada juga yang berperan sebagi psikolog jika ada kesulitan, ada dokter yang siap sedia di asrama.

    edratnas last blog post..Persahabatan

    >>>
    terima kasih banget info penting ini, bu enny. agaknya memang diperlukan guru2 yang “melek” IT sebelum program pembelajaran-2 benar2 digulirkan *mimpi lagi, hiks”. apa yang pernah diterapkan di tempat kerja bu enny sangat layak dijadikan sbg salah satu contoh bagaimana penerapan IT dalam sebuah instansi, selbih2 dalam dunia pendidikan. sekali lagi terima kasih, bu enny :293

  15. cK

    memang dunia pendidikan masih kurang dalam membudidayakan internet. namun ketika internet mulai merajalela dimana-mana, maka kewaspadaan terhadap anak-anak pun harus makin ditingkatkan. jangan sampai internet disalahgunakan dalam dunia pendidikan.

    >>>
    setuju dan bener banget itu, mbak chika. tanpa kontrol dan bimbinga yang tepat, bisa2 internet menjadi sumber masalah bagi anak2 yang sedang tumbuh dan berkembang. 💡

  16. Justru dengan e-learning atau yang diistilahkan Yari NK adalah pembelajaran-e, tak perlu susah-susah lagi mencetak buku diktat yang kira-kira tiap 3 tahunan udah usang.

    Bukan berarti nambah pengangguran percetakan dan para guru juga, karena seharusnya yang dijual pada buku adalah konten, bukan kertas, dan yang dijual oleh para guru adalah ilmu bukan penampilan.

    Dalam e-learning, guru tetap bisa berkarya kog.

    Salam

    hermins last blog post..News, Interaktif, Solutif

    >>>
    yaps, sependapat, mas. jika memang mimpi itu bisa terwujud, pembelajaran akan menjadi lebih hidup dan menarik. guru bisa menjadi fasilitator dan tdk mengurangi perannya sebagai pengajar dan pendidik. makasih info dan penguatannya, mas 💡

  17. pak sawali.. makan mie instan aja pake merebus dulu kan? hehehe.. 🙂

    nah, hal yang sama juga terjadi dengan proses e-learning. memang, dalam implementasi masih ada banyak kekurangan. itu saya akui dan sempat beberapa kali pula saya melihatnya.

    hati saya sendiri kadang berontak, gemes dan gatel.. tapi ketika saya mengetahui bagaimana proses itu berjalan, saya bisa memahami faktor kenapa -nya.. dan jika memang ada kesempatan ya membantu di urusan cari solusi optimalnya (bukan maksimal atau idealnya). dan dalam analogi perusahaan ya hampir sama dengan yang diungkapkan sama ibu eny diatas..

    yainals last blog post..Ekonomi Kreatif a la Petruk dan Gareng

    >>>
    saya sepakat, mas yain, butuh rencana yang matang juga, terutama para gurunya juga mesti “melek” IT sehingga tidak gagap ketika menggunakan pendekatan e-learning dalam sktivitas pembelajaran 💡

  18. makanya kita sering beli Mobil keluar….

    coba klo bisa bikin sendiri…ngga bakal sengsara nih negara.

    pernah mengupas kebodohan negara kita ngga? mksdnya, negara kita kan sering menjual batubara keluar, termasuk cina.
    tapi, di Negara Cina sendiri, batubara mereka lebih banyak dibanding negara kita, dan kenapa mereka tidak ingin menjual keluar?
    itu lah kebodohan negara kita. masih banyak lagi Om, setelah punya kita habis, baru mereka make punya sendiri….Gimana>?

    >>>
    ternyata begitu ya, mas, waduh, bisa jadi ini kekeliruan mengurus manajemen negara. repot juga kalau begitu. makasih infonya, mas :oke

  19. Seandainya-pun pembelajaran via elektronik terwujud di negeri ini… saya pribadi tetap mengharapkan peningkatan peran guru bisa seiring dgn perkembangan di dunia didik-mendidik.

    Dalam bayangan saya… kalo empat dinding “penjara” kelas digantikan dgn 3 papan triplex seperti di warnet…tanpa dibarengi dgn ocehan tenaga pendidik maka yang terjadi adalah peningkatan “orang2 yg ndak ramah sama lingkungannya”.

    Memang ini dilema.. tapi jika empat dinding “penjara” kelas ajahh bisa berujung pada sikap “semau gue”, padahal di situ tercipta nyang namanya interaksi antara makhluk hidup… apalagi dgn “3 papan triplex seperti di warnet” yg lebih banyak berinteraksi dgn makhluk mati (perangkat komputer)tanpa ekspresi… bisa-bisa jadi keblinger semua.

    Seandainya orang2 yg berkecimpung di masalah moral/etika/agama yaitu para ortu, guru dan alim ulama mau lebih pro-aktif serta bersedia melakukan perannya dgn sebaik2nya… saya kira anak2 kita dimasa mendatang bisa hidup berdampingan dgn kemajuan ilmu pengetahuan tanpa kehilangan sentuhan rasa dan tetap ramah sama lingkungan.

    Pada akhirnya… e-learning nantinya akan menggantikan e-konvensional, sehingga “beban” nyang selama ini berada ditangan para cerdik-pandai (baca: guru)… sepenuhnya akan beralih-tangan ke para orang tua.

    Pertanyaannya… mampukah “kita”(sbg ortu)memberikan “sentuhan pembelajaran rasa” kepada anak2 kita jika nantinya pembelajaran elektronika lebih banyak menyentuh nalar dan logika dari pada moral dan etika..???

    * maaf… sok teu neh Pak.. :mrgreen: *

    serdadu95s last blog post..Berada di Persimpangan (part 4)

    >>>
    wew.. kok sok tahu, ya, nggaklah, bung serdadu. saya sangat sepakat itu. kalau memang e-learning diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, juga mesti diimbangi dengan optimalnya peran guru dalam aktivitas pembelajaran. jadi, tidak dilepas begitu saja. kan pengoperasian softwarenya perlu pendampingan juga, lalu tahapan2 kegiatan pembelajarannya. orang tua pun mesti proaktif utk senantiasa menananmkan nilai moral dan religi kepada anak. kalau apatis ya repot juga :ok, makasih inf dan penguatannya, bung serdadu 🙄

  20. akur 😎

    >>>
    bagian yang mana, mas yang disepakati, hehehehe 😆 e-learning-nya itu. oke, makasih, mas :oke

  21. Kalau udah pake e-learning, kira2 masih perlu nggak jenjang seperti sekarang. Jangan2 SD hanya perlu 3tahun, SMP 1,5 tahun, SMA 1,5 tahun, kuliah 2 tahun. Jadi total waktu sekolah saat ini 6-3-3-4 = 16 tahun, bisa diefisienkan menjadi 8 tahun saja.
    Kebayang nggak, kalau umur 15 sudah sarjana S1. Jadi pas umur 17 udah bisa langsung kerja. Mungkin nggak sih? Masih perlukah kita sekolah lama2 jika semua informasi bisa ditemukan dari internet?

    Hery Azwans last blog post..Pesona Airbus A380

    >>>
    hehehehe 😆 wah, 17 tahun sudah kerja? bisa jadi begitu, mas azwan. tapi sepertinya bekal keilmuan siswa perlu dimatangkan juga, mas. tak hanya sekdar bekal kognitif yang bisa diserap melalui internet, tapi mereka juga butuh bekal afektif dan psikomotoriknya sehingga meraka benar2 berada dalam kondisi “siap”, baik utk bekerja maupun terjun di tengah2 kehidupan masyarakat 💡

  22. Kita tunggu aja kebijakan juragan-juragan yang di atas. :291

    ubadbmarkos last blog post..GENG NERO JUGA PUNYA OTAK

    >>>
    hehehehe 😆 bener banget, pak marko. betapapun ngotonya kita kalau para juragan ndak merespon ya repot juga. 💡

  23. Salam
    Harapan yang sangat indah Pak Dhe, tapi melihat situasi dan kondisi pendidikan kita saat ini termasuk sarana dan prasarana yang paling vital aja semisal gedung sekolah yang nunggu ambruk, yah itu saja pemerintah tak siaga menanggapinya, ironis juga, ya untuk itu aja susah gimana mikirin yang lebih besar, ada lagi kejadiannya Pak Dhe, fasilitas sekolah lengkap tapi ternyata dari segi SDM para gurunya kurang memadai juga, jadi perlu dilatih supaya melek internet, hmm susah juga ya Pak Dhe, masalahnya mungkin pendidikan ini tak terlalu jadi masalah yang diprioritaskan juga oleh pemerintah. *sesak saya*

    nenyoks last blog post..friendship

    >>>
    bener banget, mbak nenyok. masih banyak sarana-prasarana sekolah yang sudah tidak layak yang sangat membutuhkan perhatian. makanya, ini hanya khayalan, mbak, yang baru bisa terwujud jika sarana-prasarana sekolah cukup layak dan memadai :oke

  24. segalanya membutuhkan perubahan, namun ada aspek psikologi yang harus dikorbankan

    quelopis last blog post..Oh WiFi diriku mencintaimu

    >>>
    aspek spikologi yang dikorbankan? wah, menarik ini. kira2 aspek spikologi yang mana, ya, mas? :oke

  25. saya kok ya krg setuju jika elearning (yg lbh mengarah ke Internet learning, mobile learning, ubiquitous learning, dll) dikatakan mengurangi porsi tatap muka dgn guru di dunia nyata..trs lbh pas jika yg tjd adalah blended learning..elektronik dan konvensional sejalan.. 🙂
    krn ada nilai rasa dan interaksi sosial (scr nyata) yg terlibat..halah.. 😀

    yg menarik jg..bbrp fasilitas elearning yg pernah digunakan..skrg sptnya mjd hanya “tren sesaat” 🙁

    >>>
    yaps, bener, pak dani. penggunaan e-learning idealnya tidak sampai mengurangi porsi peran dan tugas guru dalam mengajar dan mendidik. saya kira *hala sok tahu* tetep ada interaksi sosial juga dalam belajar model e-learning karena butuh tahapan dan proses. jadi anak2 tak bisa dibiarkan begitu saja, tetep ada pendampingan. mudah2an saja tdk hanya jadi tren sesaat, ya, pak :oke:

  26. e-learning bukan berarti mengambil alih posisi guru sebagai pengajar kan? bagaimanapun juga interaksi tatap muka guru dan murid tetap dibutuhkan.
    Jaringan internet akan sangat membantu proses pendidikan, apalagi utk murid2 di pedesaan. Kita mungkin tidak merasa bahwa sebenarnya kita makin tertinggal dengan negara lain dalam pembangunan infrastruktur untuk pendidikan.. jadi sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan jutaan anak sekolah di pedesaan sebagai investasi SDM unggulan masa depan..

    keep on Moving..!

    gunawanwes last blog post..Perkenalkan…. Jagoan Baru !

    >>>
    sepakat banget, mas gun. kalau memang e-learning jadi pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, idealnya peran guru tdak berubah, mereka tetap menjadi fasilitator karena memang anak2 butuh pendampingan dan tdk bisa dibiarkan begitu saja. 💡

  27. Walah … kini barangkali baru berhak mimpi kali ye … benar-benar republik BBM he he. Saya ngak begitu bergairah dengar omongoan olitikus, termasuk yang menjadi pejabat (maaf).

    Ersis Warmansyah Abbass last blog post..Pandir Menulis

    >>>
    bener banget, pak ersis. baru bisa mimpi karena sarana-prasarana sekolah saja sdh banyak yang nggak layak pakai, hehehehe :oke

  28. Memang…
    kadang-kadang komputer terasa lebih tulus daripada manusia
    padahal…
    ada salah satu kelebihan yang sebenarnya dimiliki manusia daripada makhluk yang lain, tapi jarang digunakan saat ini…
    ya itu tadi…
    ketulusan !
    😡

    Terasi Rumahs last blog post..GoingUp, Layanan Web Tracking dan Statistik Trafik

    >>>
    yaps, bener banget, mas. sayangnya, tidak semua orang bisa memiliki ketulusan, hehehehe 😆

  29. weleh .. info kompetisis blognya menarik pak .. 🙂 thanks ..

    >>>
    iya, mbak. mbak tintin mesti ikutan loh! 💡

  30. lah, khan, sudah dimulai dengan bahan ajar berbasis TIK toh pak!??? hehehehehehe… sayangnya infrastruktur dan mahalnya bandwitdh juga hardware masih menjadi kendala kita bersama.. Solusinya: buat industri nasional IT?!!!! 😥

    >>>
    hehehehe 😆 belum semuanya, pak gempur. mapel TIK pun masih jarang yang memanfaatkan pembelajaran-e itu :oke

  31. Jadi teringat beberapa bulan yang lalu saat di iklankan program internet masuk Sekolah- sekolah yang ada di desa – desa pelosok.

    hmm semoga saja berjalan dengan lancar dan khayalan pak sawali segera terwujud.

    leahs last blog post..Ngasih ga yah…

    >>>
    hehehehe 😆 mudah2an, mbak leah, makasih yak supportnya :oke

  32. Ada kompetisi yah…
    Buat Mahasiswa juga boleh..
    Asyik…

    *Tapi kok males nulis yah :DD

    >>>
    wew… kenapa males nulis, mas ardi? lagi sibuk yak? :oke

  33. Elektronik berkaitan dengan listrik, PLN mahal, daya juga dibatasi, masih susah memasang PLN, ah…. banyak lagi sumber masalahnya… 😀 :acc

    awans last blog post..Tercapaikah Pendidikan Kita?

    >>>
    yaps, memang benar, pak, tapi mudah2an saja khayalan itu tetep bisa terwujud, entah sampai kapan? haks, sekarang depdiknas malah sudah menyediakan e-book yang sudah bisa diikuti secara ol, pak. trus gimana? 💡

  34. setuju….cba dari sejak dini sdh diajarkan ilmu itu.tidak akan pemerintah repot2 mencari cara mensejahterakan masyarakat :112

    >>>
    setuju banget mas yoga 💡

  35. :112 di pesantren itu tidak keetinggalan pak masalah teknologi. Sebab ada istilah “kyai FM” kyai yang memiliki gelombang FM. jadi meskipun tidak ada teknologi informasi tetapi keluasan pandangan sang kyai mampu meng – FM – kan santri2 sehingga bisa terbuka, toleran dan bebrayan. 🙂

    Kurts last blog post..Polarisasi “Kyai Kampung” dan “Kyai Kampus”

    >>>
    wah, salut juga nih mas kyai kurt. yang pasti kalau dunia pesantren bersentuhan dengan IT, wah, dijamin *sok tahu* ponpes akan mekain berkembang pesat. salut juga dengan bapak2 kyai yang mampu meng-FM-kan santri2nya :oke

  36. memang benar apa yang disampaikan
    bahwa dunia pendidikan kita saat ini masih tertinggal jauh dengan negara-negara tetangga.
    namun perlu diwaspadai juga bahwa ketika Indonesia sendiri belum siap SDM nya dalam hal moral tentunya perkembangan dunia teknologi seperti internet akan menjadi bumerang bagi kehancuran indonesia.

    Baca juga tulisan terbaru insanramadhan berjudul Memebangun Visi Gerakan

    • iya, bener banget, mas ramadhan. makanya penggunaan internet bagi siswa di sekolah butuh pendampingan agar siswa didik bisa menggunakan internet sebagai media pembelajaran secara cerdas dan sehat. bisa repot kalau mereka dibiarkan berselancar tanpa pendampingan.

  37. Memang betul pak, seharusnya zaman sekarang ini dunia pendidikan kita sudah mengarah kepada teknologi maju…. namun gmn yach?? [-( Sulit…. Karena semakin biaya pendidikan gratis…. smakin miskin metode belajarnya….. Jangankan tambah media baru…. Fasilitas gedung aja masih banyak yang rusak… hehehe….

    Baca juga tulisan terbaru afrianti takaful berjudul Pensiasatan Proteksi Pendidikan Anak dengan Fulnadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *