Oleh: Kurnia Effendi
Membaca cerpen-cerpen Sawali, saya teringat syarat yang pernah saya terapkan untuk diri sendiri, agar saya “yang lain”, sebagai “pembaca” sebelum pembaca lain, lebih dulu menikmati cerpen itu. Lalu teringat juga pendapat seorang cerpenis jauh sebelum saya, bahwa cerita pendek adalah kisah yang habis dibaca dalam sekali duduk. Namun sebaliknya saya juga mendapatkan pengalaman luar biasa dengan membaca cerpen-cerpen panjang (yang seolah melawan kaidah istilahnya sendiri) karya Budi Darma.
Empat syarat (bisa kurang dan lebih) yang kemudian saya pegang itu adalah sebagai berikut:
- Kemampuan berbahasa: syarat utama penulis, agar cukup komunikatif, syukur-syukur mengandung estetika
- Logika fiksi: sekalipun fantastik ada “hukum” yang menjaga “kebenaran” kisah
- Gaya (meliputi teknik penceritaan, struktur, plot, majas, sudut pandang, karakter atau penokohan, dialog, deskripsi, konflik, dll) bagaimana mengolah gagasan
- Orisinalitas: dewasa ini sangat sulit mencapainya, karena setiap pengarang terdahulu akan memberikan pengaruh kepada kita.
Dengan ketentuan itu saya terus berlatih. Sebagai orang yang hobi menulis, saya kadang-kadang juga gagal menulis cerpen. Jadi kepada siapa pun yang belum berhasil menulis cerpen, tak usah merasa cemas. Kesulitan itu menjadi hak para pengarang, sebaliknya, kemudahan adalah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi calon penulis besar. Dengan, tentu saja, tak pernah putus asa dan mencintai pekerjaan menulis sebagai kebutuhan ruhani kita.
Mudah-mudahan buku Sawali ini adalah hasil kelahirannya yang pertama untuk menjangkau publik secara lebih luas, setelah sebelumnya hanya melalui suratkabar. Untuk kesempatan yang pertama, tidak tabu bila banyak hal yang kelak harus diperbaiki. Pengalaman pertama dalam peristiwa apapun senantiasa mendebarkan. Saya sendiri tak pernah malu mengatakan bahwa buku pertama saya, kumpulan puisi, mengandung banyak kesalahan, bukan hanya dari human error pengetikan, tetapi secara substansial. Tetapi, itulah jejak kita. Tak harus disesali kecuali dengan belajar lagi dan berkarya lebih baik.
Dari sisi tema dan segmentasi, saya pun sering tak sadar merasa bangga pernah menjadi penulis cerita remaja (Anita Cemerlang, Gadis, Hai, dll). Padahal Ahmad Shubanuddin Alwi, penyair Cirebon getol menggoda saya soal itu. Melihat sejarah yang ditempuh Sawali, saya jadi iri. Karena pada pengalaman perdananya justru langsung bertemu dengan publik dewasa yang lebih universal.
Secara terus terang, untuk memasuki realitas kehidupan, rentang pandangannya harus luas sekaligus terlibat. Saya kira Sawali lahir dan hidup di tengah-tengah peristiwa yang ditulisnya. Ketika Sawali mengatakan cerpen-cerpennya menyoroti kehidupan “wong cilik”, ini merupakan nilai yang membumi, lekat dengan keseharian orang banyak, dan hal-hal yang seharusnya menjadi karakter populasi terbanyak di negeri kita.
Untuk sampai pada cerpen yang mengandung suara orang kecil, mengangkat tradisi lokal, kritik sosial, sekaligus unsur magis yang tampaknya digunakan sebagai metafora peristiwa, dibutuhkan wawasan yang cukup memadai. Saya kira Sawali cukup jeli dalam pengamatan, sementara orang lain mungkin perlu melakukan riset.
Pendapat Maman Mahayana, bahwa materi cerita yang berpijak pada kultur keindonesiaan (bahkan dalam wilayah regional) lebih berharga ketimbang kisahan yang mengedepankan busa puitika yang mungkin kosong dari hikmah manfaat, selain perayaan terhadap sesuatu yang antah-berantah; saya setuju. Namun akan lebih setuju apabila ada paduan harmoni antara isi yang sarat muatan kritik sosial dan tradisi lokal dengan kemasan bahasa yang turut memperkaya benak pembaca. Karena bagi penulis Asia dan Timur Tengah pada umumnya, sisi eksotika tidak hanya diciptakan dari materi melainkan juga dari ekspresi dan cara ungkapnya. Misalnya Kawabata, Rabindranath Tagore, Yukio Mishima, Kahlil Gibran (untuk menyebut beberapa nama).
Dengan tuntunan syarat menulis cerpen itulah, kemudian saya sering mengamati karya orang lain dari sudut pandang subyektif. Pertama kali saya akan mencari kenikmatan membaca sejak paragraf pertama. Berbekal nasihat Seno Gumira untuk memosisikan diri lebih rendah dari bahan yang kita baca, tak akan muncul sikap apriori. Setelah usai satu cerpen, merenung untuk menangkap maksud pengarangnya, siasat apa yang digunakannya sehingga, misalnya, perhatian saya terbetot atau sebaliknya selalu kalis dan luput.
Sebenarnya ihwal dari kemampuan berbahasa adalah nilai komunikasinya. Ada seorang penulis dengan intelektual tinggi, materi yang cukup bernas untuk disampaikan, kerap tersandung pada urusan komunikasi. Sehingga perlu diulang-ulang dengan mencoba berbagai intonasi dan pemenggalan diksi untuk memperoleh informasi yang benar. Sawali telah terbebas dari urusan kerumitan, tetapi saya belum mengalami kenikmatan dalam membaca.
Saya sering curiga, jangan-jangan saya yang terlalu kenes sehingga mengharapkan ada kosakata baru atau majas yang belum pernah digunakan pengarang lain dalam cerpen-cerpen Sawali. Justru yang tampak adalah pengulangan metafora. Tentu saja perhatian saya sudah beralih pada gaya: ketika plot dimainkan, ketika karakter tokoh meyakinkan, ketika dialog diciptakan, ketika teknik dikembangkan.
Mungkin saya belum menemukan hal-hal baru. Boleh jadi secara stereotip, perilaku dan emosi manusia yang marginal (dari sisi ekonomi) pada tokoh-tokoh cerpen Sawali itu serupa dan senada karena tindihan persoalan hidup yang sama. Namun akan lebih kokoh sebuah cerita bila masing-masing tokoh punya karakter yang tidak digeneralisasi.
Secara highlight saya membaca dialog (yang diharapkan menyusun ketegangan) pada beberapa cerpen, terasa tidak efektif karena boleh dilewatkan. Padahal seharusnya dialog dan deskripsi akan saling membangun struktur cerita, saling mengisi. Paling tidak, cerpen dengan halaman yang terbatas harus semaksimal mungkin dipenuhi informasi tanpa harus cerewet. Di sini kita akan belajar mengenai ruang imajiner yang segera diisi oleh fantasi pembaca dengan gambaran peristiwa, bayangan dramatikal, dan ungkapan-ungkapan gemas, padahal tak tertulis (atau belum). Dengan keterlibatan total sang pembaca pada sebuah keberlangsungan cerita pendek, pengarang menjadi lebih ringan tugasnya dalam menarik-narik pembaca untuk konsentrasi.
Sawali telah memiliki modal besar dari sisi kekuatan bahan cerita. Akar ini telah tertanam benar pada ranah budaya (lokal), sebelum menjadi buah sastra (cerpen) sebaiknya lewatilah pohon bahasa. Artinya, kita harus sadar, bahwa tulisan yang diubahkemasan menjadi buku akan berselancar lebih lebar ke wilayah non-Jawa. Kesederhanaan di satu sisi akan menjadi primadona, namun penjelajahan pada pengertian-pengertian yang lebih kompleks boleh diperhatikan.
Hal lain yang perlu diketengahkan dalam cerita pendek adalah konflik. Sejauh ini, konflik kerap ditunjukkan dalam bentuk pertengkaran dan perilaku fisikal. Padahal konflik batin, ambiguitas, paradoks antara norma dan praktiknya, juga menjadi bagian yang penting, terutama dalam khazanah sastra. Mengapa film House of The Spirit atau Legend of The Fall selalu berkesan mendalam dan ingin di waktu-waktu berikutnya ditonton kembali? Itu, menurut pendapat saya, karena berbeda dengan film action Hongkong. Barangkali dengan mempertimbangkan kenyataan itu, film action berjudul Hero dan Crouching Tiger Hidden Dragon dikemas lebih puitis.
Dalam karya-karya (yang bakal menjadi klasik) itu ada endapan konflik yang kadang-kadang jadi multitafsir. Jika cerpen-cerpen Sawali tampak terlalu lugas, mungkin itu cara yang ditempuhnya dengan niat tulus. Artinya, tak ada paksaan untuk membuatnya sedikit misterius. Namun demikian di beberapa cerpen, tampak kekuatan surealisme, dan unsur ini menurut saya menarik dikembangkan dalam kesempatan berikutnya.
Sebagai fragmen, cerpen-cerpen Sawali telah tampil sesuai fungsinya. Merupakan potret yang kita lihat dalam bingkai awal dan akhir. Selanjutnya tinggal memperkuat latar belakang dan penokohan, sehingga dengan memejamkan mata kita dapat membayangkan masing-masing pemeran untuk tidak tertukar atau kehilangan ciri khas.
Selamat untuk Sawali Tuhusetya yang mulai hari ini akan berhadapan dengan pembaca yang lebih banyak dan sewaktu-waktu mengusik dengan sejumlah pertanyaan. Termasuk dalam forum diskusi ini.
Jakarta, 16 Mei 2008
PDS HB Jassin
oOo
*) Disajikan dalam acara Diskusi dan Peluncuran Kumpulan Cerpen Perempuan Bergaun Putih di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 16 Mei 2008. Kurnia Effendi, seorang cerpenis dan novelis, tinggal di Jakarta.
Walah … pertamax ngak naik ya
eErsis Warmansyah Abbass last blog post..The Sleeping Giant
Ya saya Ok dengan komennya, saya juga pingin meresensi itu kumpulan cerpen, namun bukunya belum ada di kota saya. Lebih dari semua itu, saya bangga punya teman yang menulis buku, sangat bangga. Malu punya teman yang mengaku-ngaku sastrawan tapi uyuh menulis karya sastra apalagi buku satra. Apalagi, apalagi, yang bisanya cuma membantai karya teman. Saya belajar dari Pak Aawali aja deh … walaupun bukan sastrawan. Boleh saja kan Pak? Jangan bilang tidak ya. Awaaaaaaaaaaas.
eErsis Warmansyah Abbass last blog post..The Sleeping Giant
Wah, akhirnya dimuat juga yang artikel yang ini pak. Setelah membaca lagi, ternyata memang komentar kurnia effendi ini sangat berharga untu melangkah kedepan. Semoga akhirnya tulisan pak sawali semakin sempurna. 😀
danalinggas last blog post..Kebahagiaan
Saya tetap setia menunggu tulisan pak Sawali berikutnya.
edratnas last blog post..Kencangkan atau longgarkan ikat pinggang?
Speechless, do more itulah Pak Sawali sebagai putra bangsa yang terus memimpikan bangsa ini bermartabat dan berbudaya.. Sangat salut buat Pak Sawali.. Mohon bimbingannya Pak.. Saya juga ingin berkarya seperti Pak Sawali
Iya nih…. keempat unsur di atas **halaaah sok tahu** memang sudah menjadi karakter2 dalam cerpen2nya pak Sawali. Cuma menurut saya, sebagai orang yang senang dengan futuristik dan fiksi sains macam karya2nya HG Wells, maka mudah2an ke depan imajinasinya Pak Sawali bisa sedikit bersinggungan dengan bidang2 tersebut huehehehe…. **halaah makin sok tahu aja*** :411
Yari NKs last blog post..Mengapa Tidak Setiap Bulan Terjadi Gerhana Matahari Atau Bulan?
waaaah…saya jadi bangga sama om sawali. udah guru, blogger, penulis handal pula. mantep banget nih.. 🙂
kapan ya saya bisa menulis seperti om? :acc
terus berkarya !pak.
salamku
Mudah-mudahan menjadi penyemangat buat Pak Sawali dan saya akan setia menunggu tulisan berikut. Bravo Pak sawali
Selamat Pak! Waaaaaah hebat, cerpennya sudah dibukukan. Sudah dikomentari pula oleh cerpenis, dan novelis.
Jadi pengen… wakakakakakak.. malu ah, tulisan saya engga sekelas Pak Sawali… 😀
mathematicses last blog post..Luasnya Sama
standing applause buat sampean pak….semoga maju terus… 🙄
dafhys last blog post..aksi GEMAPO
Catatan yang bagus. Kalau yang membuat catatan adalah orang yang mengerti teori sastra dan sekaligus sastrawan, banyak hal yang bisa kita petik. Berbeda misalnya, kalau saya yang membuat catatan, tidak pakai teori sastra karena tataran saya hanya sebagai penikmat. Catatan penikmat mungkin dinilai garing oleh sastrawan.
Kalau sudah dapat bukunya, nanti saya buatkan catatan garing itu, Pak. Wakakaka…
arifs last blog post..Maukah Sampeyan Memakai Sikini Alias C-String?
Jadi penasaran banget pengen baca bukunya Pak Sawali.
*Berharap dikirim:mode on*
qizinks last blog post..Detik-Detik Kenaikan Harga BBM
makasih udah dimuat tulisan ini
sebenernya pas acara tu pegen nyatet tapi ga sempet
saya pengen belajar supaya bisa nerbitin buku kaya pak guru :acc
edys last blog post..Wisata Kuliner Rakyat Jelata
Biasa.. OOT..
Halah salah tulis komen saya tadi.. Maksudnya Less Speech, Do More.. Jadi malu saya sebagai anak Pendidikan Bahasa Jawa.. Sok-sokan Inggris Malah jadi salah.. Bahasa Indonesia aja lah.. sedikit bicara banyak bekerja.. 😡
Dhimass last blog post..Untuk Kita Renungkan, Wheleh-wheleh
wes pokok’e top markotop buat pak sawali hehehehehehe…
salut abis buat beliaunya, bangga euyyy bisa pernah bertemu langsung dengan beliau… sungguh sebuah kebanggaan.. 🙄
gempurs last blog post..Matinya Sang Harapan
kl udah ada bukunya nanti minta ttd yak pak 😀
Walah…walah…
Ini namanya Bumbu KOMPLIT RASA Gado-Gado Pak… 😀
Semangkin lengkap Predikat yang pak Sawali sandhang sekarang ini, Blogger Ulung, Penulis CERPEN Handhal, Sang Guru Pitutur, Guru Pitudhuh yang KRITIS dan sarat dengan SOLUSI.
Hmmm…hmmm… :acc
Smoga ini menjadikan pak Sawali bertambah semangat untuk terus MAJU dengan KARYA-KARYA BERMUTU… 🙄
Mundhuk-mundhuk… 💡
Moga saya juga bisa MENELADHANI-nya… ❓ 🙄
Santri Gundhuls last blog post..AKU…Sopo INGSUN??
🙄 jan, pak sawali top banget dah… bangga kenal dgn njenengan
samsuls last blog post..Linux untuk PC Rakitan Anda
Memang adakalanya komentar dari seseorang yang lebih tau tentang karya sastra akan sangat membantu dalam pembuatan karya selanjutnya. Menurut saya, master sangat perfeck dalam menuliskan cerpen. Keadaan wong cilik di sini sangat trep dengan keadaan kami wong cilik. Master adalah tokoh sastrawan idola saya. Bangga banget Master, saya punya Guru seperti Master. Mohon bimbingan terus bwt saya. 😆
Farhans last blog post..Love at the First Sight
Saya nyari kumcer Jenengan di Yk kok ndak ada ya Pak… Klo di Makassar sudah ada belum yakk…??
serdadu95s last blog post..… saya ttg naiknya BBM
waduh, masalah itu saya juga ndak tahu nih, bung serdadu, hehehehe :292 semuanya sudah diurus oleh penerbit.
saya kayaknya musti banyak belajar dari bapak, ajarin mbikin cerpen ya, pak… :411
*dari dulu pengen banget ketemu bapak, tapi waktu tak jua menjadi teman, hampir ujian dan banyak tugas* :DD
abee yusufs last blog post..kripik kentang kang abee
Barusan bikin tulisan pendek di blog, tentang cerpen “Marto Klawung”. Cerpen yang paling saya suka di kumcer Perempuan Bergaun Putih
Ratih Kumalas last blog post..Orang Gila dalam Fiksi
Semoga ulun masih komanan bukunya sewaktu ulun berkesempatan tedhak ing ngarcopodo. Saya mungkin baru pulang Indonesia tahun depan. Kira-kira masih bisa menemukan buku itu di toko buku nggak ya? Cetakan ke duapuluh pun rela (boleh dianggap ini doa Ki) 🙂
Nayantakas last blog post..Double
Wah tulisannya membuat saya bersemangat nih..
FADFADs last blog post..Follower
Yang pasti ada dua syarat lagi yaitu :
1.Berani menulis dan mempublikasikan.
2.Ada yang membaca…
Eh ada satu…
1.turunkan harga….
Kayak Demo BBM yang kadaluwarsa saja…
Salam kreatif
semelekethes last blog post..Menjajal (jawanya : Mencoba ) Ilmu Cak Wid -Untuk SEO
wah..sepertinya udah semakin memasyarakat negh karya2 mas sawali 😉
makan2 dong
Okta Sihotangs last blog post..Jika cinta ini harus berakhir
wak Pak Sawali emang mantab :114
Pak sekali-sekali nulis cerpen yg genrenya science-fiction donk …
Wah.. luar biasa! pak sawali hebat.. saya kudu berguru ke jenengan pak… 💡 💡
Btw pripun kalo saya mo beli bukunya?
Jika Kurnia Effenndi saja telah menunjukkan takzimnya kepada karya Pak Sawali, apalagi aku.
Untuk teman-teman Banjarmasin dan sekitarnya yang ingin baca kbuku PBP karya Pak Sawali, bisa hubungi aku. Aku punya satu eksemplar, giliran aja bacanya! He he he
Tabik!
Zul …s last blog post..Seminar Nasional ‘Taufiq Ismail : 55 Tahun dalam Sastra Indonesia’ : Auditorium Perpustakaan Nasional Jakarta, 17 Mei 2008.
hemm.. saya juga menyimak tuh komentarnya pak kurnia 😀
kalo buat saya, saya juga setuju sewaktu ada yang bilang (maap, kalo salah 💡 💡 ) “ceritanya rada menggantung”
saya setuju sama yang itu, soalnya kayanya klimaksnya ga dibikin (“sok tau mode on”), tapi saya sangat suka sama jalan ceritanya, jadinya sayang banget kalo ga sampe kelar 😀
maap, maap loh pak guru.. 💡 💡
waterbomms last blog post..Asal Posting bukan Asal Kopies
Saya belum sempat ke toko buku, jadi belum “nemu” buku Bapak. Nanti saya pasti beli. Kalau udah dibaca, baru bisa komentar. Kalau sekarang, belum bisa lah ya, masa belum bisa la dong. He he…
wah baak memang seorang penulis yang hebat ya
ternyata ada kumpulan cerpennya 🙄
achoey sang khilafs last blog post..Sahabat Sejati
Weeh bang, akhirnya dapat juga pengganti AH, selamat ya bang. Dah sampai tempatku belum ya distribusi cerpennya? *ketinggalan info, lama gak ngeblog 🙁 *
senengnya dapet kritikan dari kritikus satra seperti mas kurnia effendi, tentu berguna banget untuk ke depan ya pak.
cuma saya pribadi lebih suka pendapat pak maman, bahwa terserah pembaca mo suka yang mana. tidak bisa penulis hanya menyenangkan kritikus ato satu segmen pembaca saja.
menurut saya sih, kalo pas saya suka ya suka aja. entah sapa yang nulis.
maju terus pak..
gratis teruseh ditunggu peluncuran berikutnya. 🙄nindityos last blog post..nDeso banget seh ..
mungkin ada ayg kurang dari tanggapan pak kurnia effendi nih. bukan hanya cerpennya yg komunikatif, blognya juga komunikatif. salut euy…
chodirins last blog post..Cara saya mencurangi Entrecard
memang menulis itu banyak hal yang perlu di perhatikan, kalau dalam bahasa jawanya, paham lan mahamke. alias dia paham dan mampu memahamkan apa yang di pahami, dan saya kira semuanya bertolak dari situ pak, lam kenal pak, saya bahak.
Buat Sdr. bahak: salam kenal juga, mas bahak. terima kasih tambahan infonya.
pengen juga ah jadi penulis cerpen …:)
pasti bisa dong, mas. ayo, tulis saja! yang penting tetap semangat!
salam kenal mas…msaksih tips nya…:D
salam kenal juga, mas, terima kasih kunjungan dan apresiasinya.
memang sastra lebih dr sekedar retorika,sastra berdiri sendiri,bebas,lepas.mas kurnia sungguh jeli dalam pemaknaan konflik,konflik batin terutamanya,trs brkrya pak.meski raga sudah lapuk tp semangat muda tak pernah mati.jgn brhnti pada satu titik krna msh ada berjuta belantara yg blm bapak kunjungi.smngt dan slm bravo
wah, terima kasih banget atas masukannya, mas. tulisan mas kef ini disampaikan saat launching kumcer di TIM. salam sastra.
saya tertarik dgn kritik akan pemaknaan konflik,trs brkrya pak mski raga sudah lapuk tp smngt bapak masih tetap muda
ok, terima kasih support-nya, mas. tapi saya belum tua2 amat loh, kekeke ….
Saya suka cerpen2 kaarangan beliau. sangat mengungah jiwa.