Mengungkap Keunikan Gumam Asa Bungkam Mata Gergaji

Kutipan di atas menyajikan informasi bahwa telah terjadi kesewenang-wenangan yang jelas terbaca pada ungkapan bungkam mata gergaji telah melibas setiap bayang-bayang dari berjuta harapan, harapan yang dihamparkan oleh banyak telapak tangan terbuka dan sangat terbuka, tetapi bungkam mata gergaji adalah rahasia dari kekuasaan genggam di kepal-kepal tangan bergetar. Ungkapan dalam kutipan di atas dibangun dengan majas hiperbola yang ditandai dengan ungkapan telah melibas setiap bayang-bayang dari berjuta harapan. Kutipan di atas juga dibangun dengan imaji visual, di mana kita seakan-akan melihat telah terjadi penggusuran di mana-mana. Hal ini jelas terungkap dalam ungkapan Mata gergaji bergerak di antara kerumunan orang-orang jalanan di antara runtuhnya gubuk-gubuk. Di sini juga ada majas metafora jelas terbaca dalam ungkapan bungkam mata gergaji adalah rahasia dari kekuasaan genggam di kepal-kepal tangan bergetar.

Selanjutnya kutipan paragraf di atas ada ungkapan yang ditulis dalam tanda kutip, ”Ayo,kita harus berkorban untuk kedamaian bangsa ini dan kita menjadi bagian darikeindahan yang memang sepantasnya dilaksanakan. Ayo, menyingkirlah kaliansebelum kami singkirkan.

Dari kutipan ini diketahui bahwa ungkapan agar warga harus rela berkorban untuk kepentingan yang lebih besar yang ditandai dengan ungkapan harus berkorban untuk kedamaian bangsa ini. Di sini juga ada ancaman kesewenang-wenangan agar warga yang berada di jalur gusuran agar menyingkir sendiri sebelum disingkirkan secara paksa. Rangkaian kata yang ada di dalam tanda kutip [..] ini sepenuhnya dibangun imaji auditif di mana pembaca dibuat seakan-akan mendengar ucapan dalam bentuk himbauan sekaligus ancaman ini. Di sini juga ada majas ekslamasio yang ditandai dengan kata seru ayo pada klausa Ayo, kita harus berkorban untuk kedamaian bangsa ini dan pada klausa Ayo, menyingkirlah kalian sebelum kami singkirkan.

Selanjutnya pada kutipan di atas ada ungkapan mata gergaji bergerak dengan kaki-kaki, mata gergaji bergerak dengan tulang-tulang, mata gergaji bergerak dengan mata terpejam, mata gergaji terus melibas mata pencaharian. Bahkan tak akan dibiarkan bertumbuhan tunas-tunas bermekaran. Di sini ada majas anaphora yang ditandai dengan pengulangan frasa mata gergaji di setiap awal klausa-klausa yang berurutan.

Selanjutnya kita simak sebuah kutipan dari paragraf yang lain dari Bungkam Mata Gergaji di halaman 17 berikut di bawah ini!

Rute perjalanan mata gergaji boleh jadi ada di halaman parkir kantor polisi, atau bahkan dalam bilik jeruji besinya. Rute perjalanan mata gergaji boleh jadi ada di kamar-kamar yang disebut sebagai kejaksaan, bahkan sampai di sudut-sudut lacinya. Rute perjalanan mata gergaji, konon menurut berita miring yang beredar ada pula di atas gedung khusus pemberantasan korupsi, bersama dengan akar-akar gantung di lilitan pohon hiasnya. Rute perjalanan mata gergaji kadang kala singgah pula di istana pimpinan negara beserta patung-patung di luasnya halaman taman sarinya. Rute perjalanan mata gergaji bercokol di emper-emper kumuh yang namanya mahkamah agung, serta tali-tali layangan yang tersangkut di pojok jendelanya. Rute perjalanan mata gergaji sesekali duduk lesehan di bulu-bulu mata para hakim dan di saku baju pengacaranya. Rute perjalanan mata gergaji tidak kalah sengit ketika tersangkut berjuntai di ujung paku-paku tiang gedung perwakilan rakyat, akh itu kan katanya saja. Rute perjalanan mata gergaji berpindah-pindah, berloncatan, kadang tak beraturan, tetapi selalu berlindung di balik keteraturannya. Rute perjalanan mata gergaji, akh rute demi rute berjalan menggelinding melompat silang sana silang sini nongkrong di sana sabet sebelah sini, sikat di akar gantung tarik di jebakan lainnya, jerat-jerat bungkam mata gergaji.  (Gumam Asa 3 Bungkam Mata Gergaji,  hal. 17)

Paragraf di atas dibangun dengan diksi dan ungkapan bermuatan sindiran tajam menyengat dan kritik menggelitik yang terjadi di semua lini. Hal ini jelas tergambar pada rute perjalanan mata gergaji. Bukankah seluruh mata gergaji itu tetap melukai? Sehingga ke mana mata gergaji itu berjalan, di sana pasti meninggalkan luka. Ke mana mata gergaji itu berjalan, di sana pasti ada hal-hal yang tidak terpuji. Lihatlah betapa lugas Guman ini menggambarkan bahwa perbuatan tidak terpuji itu ada  di halaman parkir kantor polisi, di dalam bilik jeruji besinya, di kejaksaan, di atas gedung pemberantasan korupsi, di istana Negara, di mahkamah agung, di bulu-bulu mata para hakim, di saku baju pengacaranya, di ujung gedung perwakilan rakyat, akh itu kan katanya saja. Ternyata hal yang menyengsarakan itu, hal yang tidak terpuji itu bisa berpindah-pindah, berloncatan, kadang tak beraturan, tetapi selalu berlindung di balik keteraturannya, berjalan menggelinding melompat silang sana silang sini nongkrong di sana sabet sebelah sini, sikat di akar gantung tarik di jebakan lainnya,  selalu saja ada jerat-jerat bungkam mata gergaji.

Selanjutnya kita simak sebuah kutipan dari paragraf yang lain dari Bungkam Mata Gergaji di halaman 18 berikut di bawah ini!

Semakin ganas semakin terbuka semakin lenyap semakin pupus semakin tertutup semakin melegakan semakin ditertawakan semakin dilupakan semakin membingungkan semakin tidak jelas semakin jengkel semakin dipesta-pestakan semakin gila semakin semakin waras semakin baik semakin rusak; bungkam ke kiri ternyata dibungkam dari kanan, bungkam di atas ternyata malah dibungkam pula dari bawah. Akh, rute perjalanan mata gergaji. (Gumam Asa 3 Bungkam Mata Gergaji, hal. 18)

Dari kutipan di atas diperoleh bahwa di sini ada majas anaphora yang ditandai dengan pengulangan kata semakin di setiap awal klausa-klausa yang berurutan. Hal ini jelas terbaca bahwa perjalanan mata gergaji itu Semakin ganas semakin terbuka semakin lenyap semakin pupus semakin tertutup semakin melegakan semakin ditertawakan semakin dilupakan semakin membingungkan semakin tidak jelas semakin jengkel semakin dipesta-pestakan semakin gila semakin semakin waras semakin baik semakin rusak.

Dari kutipan paragraf di atas diketahuibahwa perjalanan mata gergaji itu membuat semuanya menjadi amburadul, menjadisemakin mencemaskan, semakin menakutkan dan nampaknya itu semua tak dapat dihentikan. Karena bungkam ke kiri ternyata dibungkam dari kanan, bungkam di atas ternyata malah dibungkam pula dari bawah.  Akh, rute perjalanan mata gergaji.

Paragraf tsb. di atas dibangun sepenuhnya dengan ritme atau irama yang terbentuk dari pengulangan kata rute perjalanan, mata gergaji dan kata semakin yang tampil secara beruntun di sepanjang paragraf.

Selanjutnya kita simak sebuah kutipandari paragraf yang lain dari Bungkam MataGergaji di halaman 22 berikut di bawah ini!

Bila bungkam datang maka terimalah ia dengan puisi bertubi-tubi karena biasanya bungkam bergerak begitu cepat dan kadangkala ada pula secara lambat merambat-rambat. Bungkam merupakan bagian dari kekuasaan, bungkam adalah kesepakatan, bungkam adalah mematikan, bungkam adalah tikaman, bungkam adalah menyingkir dan enyahkan, bungkam adalah berbalik tangan, bungkam adalah memalingkan, bungkam adalah melemahkan, tumpul sampai ke pangkal-pangkal dermaga-dermaga hujan pun mampu dipindahkan karena bungkam tak lepas mantra segala mantra, bungkam tak lepas pula dengan serangan di balik perdu semak belantara. Dalam tayangan bait-bait puisi. Meliuk menari menikam melilit. (Gumam Asa 3 Bungkam Mata Gergaji, hal. 22)

Dari kutipan di atas diperoleh bahwa paragraf ini dibangun dengan diksi dan ungkapan yang biasa dipakai dalam puisi podium atau puisi para pengunjuk rasa dan para demonstran di jalan-jalan yang sarat dengan sindiran tajam menyengat dan protes keras terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perbedaannya adalah pada gumam ini mengungkapkan sesuatu dengan bahasa puisi yang dahsyat dan memukau. Kedahsyatan ungkapan itu sangat jelas terbaca jika dipaparkan dengan menggubah dan mengadaptasikannya menjadi rangkaian gubahan seperti berikut ini.

Bila bungkam datang maka terimalah ia

dengan puisi bertubi-tubi

karena biasanya bungkam bergerak begitu cepat

dan kadang kala ada pula secara lambat merambat-rambat.

Bungkam merupakan bagian dari kekuasaan,

bungkam adalah kesepakatan,

bungkam adalah mematikan,

bungkam adalah tikaman,

bungkam adalah menyingkir dan enyahkan,

bungkam adalah berbalik  tangan,

bungkam adalah memalingkan,

bungkam adalah melemahkan,

 tumpul sampai ke pangkal-pangkal dermaga-dermaga

hujan pun mampu dipindahkan

karena bungkam tak lepas mantra segala mantra,

bungkam tak lepas pula dengan serangan di balik perdu semak belantara. Dalam tayangan bait-bait puisi.

Meliuk menarimenikam melilit    

(Gumam Asa 3 Bungkam Mata Gergaji, hal. 22)

Dari kutipan di atas diperoleh dan tak bisa dimungkiri lagi bahwa paragraf ini adalah puisi. Dan tentunya Bungkam Mata Gergaji ini adalah puisi yang dibangun dengan diksi dan ungkapan bahasa podium, bahasa orasi, bahkan bisa juga dikatakan bahsa provokasi. Rangkaian diksi dan ungkapan di sini diperkuat lagi dengan rima, ritme, imaji dan majas yang juga sangat memukau. Ungkapan-ungkapan ini ketika dibacasendiri terasa sangat menggugah, bahkan mampu membakar semangat yang kecut menjadi semangat yang berapi-api. Ketika dibaca dan diperdengarkan di tengah khalayak mampu menggugah dan membakar semangat pendengarnya.

Comments

  1. Gumam Asa

    Oh, maaf paparan ini bukan saya yang menuliskannya, tetapi Yang terhormat Bapak Hamberan Syahbana
    Mohon dikoreksi seperlunya, ya Bapak Sawali, saya tidak memberitahukan sebelumnya

  2. Assalaamu’alaikum wr.wb, Pak Sawali yang dihormati…

    Alhamdulillah, senang dapat menyambung silaturahmi kembali ke blog yang diisi dengan sastera hebat negara Indonesia. Buku Gumam ASA yang sangat menarik dari segi bahasa dan susun kata yang indah walau hanya difahami mereka yang mengerti kata siratan yang berdampak besar jika diteliti dengan baik.

    Salam hormat takzim dari Sarikei, Sarawak. 😀

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *