Temu Kerja IPKB Jawa Tengah Tahun 2011

Tanggal 25-26 Mei 2011, saya mengikuti Temu Kerja IPKB (Ikatan Penulis Keluarga Berencana) Jawa Tengah di Hotel Sahid Jaya, Jalan Gajah Mada 82 Solo. Kehadiran saya dalam acara itu memenuhi amanat dari Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kab. Kendal yang menugasi saya untuk berperan serta di dalamnya. Padahal, saya sama sekali belum pernah terlibat dalam kegiatan serupa. Untung ada Pak Lilik Hamzah dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kab. Kendal yang secara tidak langsung memperkenalkan keberadaan IPKB sebagai mitra BKKBN dalam rangka percepatan revitalisasi program kependudukan dan KB di Jawa Tengah.

Nama sebagian pengurus IPKB Jawa Tengah yang hadir sudah ada yang pernah saya kenal, seperti Addy Susilobudi (ketua), Widyartono (wakil ketua), Udin Saeroji (wakil ketua), atau Tohar Tokasapu (sekretaris), yang selama ini menekuni profesi sebagai wartawan. Sedangkan, 70-an undangan yang hadir dari 35 kabupaten/kota se-Jawa Tengah, hanya beberapa gelintir yang saya kenal, seperti Maghfur Saan (Batang), Turah Untung (Kota Tegal), atau Roso Titi Sarkoro (Temanggung) yang ber-“profesi” sebagai penulis.

IPKBIPKBIPKBIPKBIPKBIPKBIPKBIPKBIPKBIPKB

Hadir sebagai keynote-speaker adalah Prof. Dr. Haryono Suyono, mantan Menko dan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada era Orde Baru yang kini menjadi Ketua Yayasan Damandiri. Dalam paparannya, Prof. Haryono mengungkapkan bahwa Indonesia akan mengalami ledakan penduduk usia dewasa dan usia tua yang perlu diwaspadai.

Untuk mengatasi ledakan penduduk yang tak kalah mencemaskan itu, tegas Prof. Haryono, perlu dibangun Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) untuk mengembangkan forum pemberdayaan terpadu yang dinamis. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Haryono juga “menantang” IPKB Jawa Tengah, mampu tidak menggelar acara yang disiarkan oleh TVRI Jawa Tengah menjelang peringatan Hari Keluarga Nasional (29 Juni 2011) dengan menyajikan acara dengan kemasan yang menarik terkait dengan upaya percepatan revitalisasi program kependudukan dan KB. Sentilan lelaki separuh baya kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 itu, tampaknya mendapatkan respon positif dari pengurus IPKB Jawa Tengah yang hadir.

Paparan Prof. Haryono diperkaya dengan sajian materi tentang peran IPKB Jawa Tengah dalam upaya percepatan revitalisasi program kependudukan dan KB oleh Addy Susilobudi dan Syamsul Huda yang dimoderatori oleh Widyartono. Intinya, di tengah arus informasi yang demikian deras, baik melalui media cetak, elektronik, maupun media online, IPKB perlu menjadi mitra institusi pemerintah dalam menyebarluaskan informasi, menginternalisasi program-program kependudukan dan KB melalui berbagai tulisan, baik fiksi maupun nonfiksi yang mencerahkan, informatif, komunikatif, menarik, dan menghibur.

Yang tak kalah menarik adalah pembahasan program kerja IPKB Jawa Tengah sebagai agenda utama Temu Kerja. Dalam forum tersebut, Ketua IPKB Jawa Tengah, Addy Susilobudi, mengungkapkan bahwa ada beberapa program yang diagendakan pada tahun 2011, di antaranya penerbitan media (buletin) secara rutin, Diklat kepenulisan, lomba penulisan, dan pembentukan IPKB kabupaten/kota se-Jawa Tengah. Pembahasan program makin hangat ketika utusan dari berbagai kabupaten/kota diberikan kesempatan untuk menyampaikan saran dan masukan. Sayangnya, waktu yang disediakan terlalu pendek sehingga tidak mampu mengakomodasi semua aspirasi peserta yang ingin disampaikan dalam forum.

Saya yang baru pertama mengikuti Temu Kerja IPKB Jawa Tengah mengusulkan agar lomba penulisan dipilah menjadi dua kategori, yaitu umum dan pelajar/mahasiswa. Hal ini dimaksudkan agar program kependudukan dan KB bisa menjangkau kalangan yang lebih luas, termasuk kalangan pelajar/mahasiswa yang kelak akan menjadi stakeholder “utama” dalam proses revitalisasi program kependudukan dan KB. Selain itu, juga perlu digelar lomba blog khusus tentang program kependudukan dan KB. Hal ini dimaksudkan agar berbagai informasi dan pengetahuan yang terkait dengan program kependudukan dan KB bisa dengan mudah ditemukan di search-engine, sehingga proses penyebarannya makin masif dan meluas. Khusus tentang lomba penulisan, Bu Erna (Ketua Divisi Advokasi, Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) dari BKKBN Jawa Tengah, berpendapat bahwa lomba penulisan justru akan lebih menarik jika dimulai secara internal di kalangan pengurus IPKB kabupaten/kota se-Jawa Tengah. Hmm … menarik juga. Setidaknya, para pengurus IPKB juga bisa memberikan contoh nyata bagaimana menyajikan tulisan tentang program kependudukan dan KB secara menarik, sebelum mengajak pihak lain untuk menulis.

Nah, kita tunggu saja, apakah hasil Temu Kerja IPKB se-Jawa Tengah tahun 2011 akan membuahkan ending yang manis atau justru sebaliknya. ***

No Comments

  1. Wah. Kok saya gak diajak Pak ? he.he..
    menarik pak, saya juga ikut nunggu hasilnya, terutama tuh, lomba nulisnya. 🙂
    kalau di china, katanya untuk anak ke-2 dan seterusnya dikenakan pajak negara Pak?
    nah. bagaimana kalau kita juga melakukan hal yang sama? anak ke-3 dan seterusnya, dikenai pajak. he.he.Mantabs kan Pak?

  2. Benar sekali Pak Wali, memang budaya menulis bagi bangsa kita masih minim sekali. Kemampuan logika tanpa ada keahlian menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan memang sulit berkembang, seperti contohnya penyusunan proposal penelitian. Ide ada tapi tanpa kemampuan mengungkapkan ide yang dikemas dengan manarik juga tersingkir dengan yang lain.

  3. Wah,
    Saya tunggu nih kabar lomba selanjutnya… 🙂
    Semoga endingnya manis deh. Jangan NATO (No Action Talk Only). So’alnya di Indonesia seringnya seperti itu. Seminar sih banyak diadakan disana sini. Hanya saja implementasinya yang masih kacau.

  4. Wah,
    Saya tunggu nih kabar lomba selanjutnya… 🙂
    Semoga endingnya manis deh. Jangan NATO (No Action Talk Only). So’alnya di Indonesia seringnya seperti itu. Seminar sih banyak diadakan disana sini. Hanya saja implementasinya yang masih kacau.

  5. Wah,
    Saya tunggu nih kabar lomba selanjutnya… 🙂
    Semoga endingnya manis deh. Jangan NATO (No Action Talk Only). So’alnya di Indonesia seringnya seperti itu. Seminar sih banyak diadakan disana sini. Hanya saja implementasinya yang masih kacau. Semoga seiring dengan semakin banyaknya orang yang berpendidikan di Indonesia, semakin baik pula segala aspek kehidupan di Indonesia.

  6. top markotop kiprahnya, semoga terpublikasikan karya sastra yang pas buat promosi untuk KB.. mudah-mudahn berakhir dengan hapy ending dan memiliki impact positif bagi bangsa kita…

  7. Halo Mas Sawali,
    Program KB sedang dikembangkan kembali setelah sempat berjalan agak lambat selama beberapa tahun.
    Pengendalian pertumbuhan penduduk sangat perlu dilakukan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera.

  8. Weleh, ternyata pak Sawali di Solo toh? wah ketinggalan berita saya, kepingin ketemu gitu buat minta ilmu menulisnya di blog 🙂 he he he

    Semoga saja hasil rapat bisa benar-benar dirasakan oleh masyarakat dan bukan sekedar ajang kumpul-kumpul menghamburkan anggaran *peace 😀

  9. Saya masih ingat, dulu semasa Orba, program pemerintah semacam KB digalakkan sehingga populasi penduduk di Indonesia bisa dikendalikan. Sebaliknya, KB sekarang ini sepertinya sudah tinggal kenangan. Mungkin ini salah satu penyebab ledakan penduduk di negar kita ini ya, Pak?

  10. wah, program kb ternyata masih ada yg memperhatikan? mantap. karena sungguh ini program nampak tenggelam dari hiruk pikuk opini dan berita yang berkembang di negeri ini.
    walau juga harus diperhatikan, sebagaimana beberapa waktu lalu, saat iran mengkritisi dan memberikan masukan atas program kb yang dilaksanakan indonesia.

  11. Sejak masa reformasi, saya jarang mendengar adanya program KB. Syukurlah sekarang masih tergerak, apalagi dengan adanya lomba tulisan yang setidaknya terbantu oleh mesin pencari 😀

  12. Kelihatannya, sekarang KB sudah tidak laku ya pak, banyak orang yang punya anak banyak. Semoga kegiatan ini benar-benar bisa di tindaklanjuti.

  13. ternyata kegiatan terkait KB m,asih marak juga ya Kang
    saya pikir dah kelaut tuh program KB, hehehe….
    sssttt… sepertinya generasi saya tak terlalu tertarik dengan KB ya Kang
    saya salah satunya, hehehe….

    sedj

  14. memang benar sekarang KB masih dianggap yang biasa oleh masyarakat sekitar,
    yang paling penting adalah bagaimana setelah kegiatan ini selesai,,
    itu saja lah komentarnya<<<

  15. Kalimat Pak Sawali di paragraf terakhir itu yang sangat perlu dicermati.
    Seringkali terjadi, sebuah kegiatan yang diselenggarakan hanya berujung pada kesia-siaan. Tidak ada tindak lanjut dan manfaat berkesinambungan yang dirasakan. Semoga saja kegiatan ini memang benar-benar bisa bermanfaat ya Pak 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *