Keresahan Deddy Mizwar Menatap Wajah Indonesia

Nama Deddy Mizwar (Deddy) sudah bukan lagi sosok yang asing. Wajah dan gaya bertuturnya yang khas (hampir) setiap detik muncul di layar gelas melalui iklan produk tertentu yang dibintanginya. Dalam dunia sinematografi, Bang Deddy juga dikenal sebagai sosok yang kokoh dan konsisten dalam memperjuangkan idealismenya; berjuang melalui film untuk ikut berkiprah membangun peradaban yang lebih sensitif terhadap nilai-nilai humaniora. Tak heran kalau dia cukup disegani banyak orang. Empat piala Citra (film) dan dua piala Vidya (sinetron) makin membuktikan siapa sesungguhnya sineas kelahiran asli Betawi ini.

Tak heran pula ketika MGMP Bahasa Indonesia SMP bekerja sama dengan Mitra Edukatifa Semarang menggelar seminar nasional, kehadiran Bang Deddy amat ditunggu-tunggu para peserta. Alhamdulillah, akhirnya Bang Deddy benar-benar hadir di tengah peserta seminar yang sebagian besar berasal dari kalangan pendidik ini. Sekitar 120-an peserta yang mengikuti seminar di GOR SBR Purin Kendal pada Selasa, 30 November 2010, bagaikan menemukan kerinduannya terhadap sosok yang sudah amat familiar secara imajiner itu.

Seminar nasional yang digelar memang dimaksudkan untuk melihat dinamika dunia pendidikan dari sisi yang lain. Fungsi kultural sebuah sekolah bukanlah semata-mata mencekoki peserta didik dengan setumpuk ilmu pengetahuan yang menyampah di balik tempurung kepala, melainkan yang lebih utama, bagaimana membekali peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup di tengah peradaban yang kian rumit dan kompleks.

Gambaran fungsi kultural dan spiritual tergambar jelas dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini)/ALNI yang diputar sekitar dua jam (pukul 13.45-15.45 WIB) sebelum seminar dimulai. Film yang secara satire membidik kehidupan kaum marginal ini berhasil memukau para peserta. Sekawanan pencopet yang tak terurus oleh negara, sehingga kian larut dalam naluri agresivitas dan anomali sosial, merupakan potret realitas sosial yang tak terbantahkan. Amanat UUD 1945 bahwa anak-anak miskin dan telantar dipelihara oleh negara, barulah slogan kosong; sekadar melengkapi klausul sebuah UU. Selebihnya, kota-kota besar negeri ini (nyaris) bisa dipastikan menjadi “syurga” bagi kaum marginal dalam menuntaskan naluri kemiskinan dan kekerasannya.

Pemutaran film ALNI membuat animo peserta untuk bisa segera berdialog dengan Bang Deddy kian terpantik. Bersama Zairin Zain (sang produser) dengan dipandu Aslam Kussatyo (guru dan teaterawan), Bang Deddy benar-benar membuat seminar memiliki “roh”. Sesekali terdengar suara tawa pecah di sudut-sudut gedung yang biasa digunakan sebagai basis latihan badminton ketika Bang Deddy melontarkan joke-joke segar.

Berikut adalah gambar acak yang sempat terbidik selama seminar berlangsung.

seminarseminarseminarseminarseminarseminarseminarseminar

Bukan Bang Deddy kalau tak bicara ceplas-ceplos dan kritis. Film, tegasnya, merupakan “sihir” yang mampu melakukan perubahan mind-set orang dalam memandang hidup dan kehidupan. Namun, anehnya kini gedung-gedung bioskup kian sulit ditemukan. Hampir setiap ruang publik sudah dijejali dengan slogan-slogan kaum kapitalis yang mewujud dalam bentuk mall, pasar swalayan, atau kemegahan-kemegahan lain yang bisa memanjakan kaum pemilik modal. Kondisi seperti itu diperparah dengan menjamurnya sinetron “picisan” yang suka menjual mimpi, tangis, dan air mata. Sinetron tak lagi membumi, tetapi kian mengapung dalam dunia imajiner yang melambungkan mimpi-mimpi penonton. Imbasnya, bangsa kita makin kehilangan sikap sensitif, toleran terhadap sesama, dan gampang sekali terperangkap dalam bayangan-bayangan semu yang tidak mengakar ke bumi.

Dalam film ALNI, Bang Deddy seperti memancarkan keresahan ketika menatap wajah Indonesia yang karut-marut. Anak-anak yatim, miskin, dan telantar seringkali tak terurus. Sementara, perilaku-perilaku korup dan sarat anomali kian membadai. Pada sisi yang lain, dunia pendidikan yang seharusnya mampu menjalankan kiprahnya sebagai agen peradaban seringkali tak berdaya akibat sentuhan kebijakan yang kurang mengakar pada nilai-nilai kepekaan, kearifan, dan keluhuran budi.

Meski demikian, Bang Deddy tak patah arang. Kecintaannya pada dunia seni peran dan sinematografi agaknya telah mengalahkan kemanjaannya bergelimang hidup di tengah kemewahan. Untuk membuat film bermutu yang mampu “menyihir” publik, berdasarkan pengakuannya, dia rela tekor. Secara finansial, dia tak banyak mendapatkan keuntungan. Namun, dari sisi kultural dan spiritual, Bang Deddy mengaku mendapatkan sesuatu yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu, langkahnya tak akan pernah surut untuk membuat film-film bermutu, berkelas, dan mencerahkan di tengah tingkat apresiasi publik terhadap film yang dinilai masih amat rendah.

Sayangnya, kerinduan peserta terhadap sosok sineas itu harus berakhir. Malam harinya, mulai pukul 19.00, dia bersama Zairin Zain mesti mengisi acara yang sama di Universitas Negeri Semarang (UNNES). Maka, seminar pun terpaksa diakhiri pada pukul 17.15 WIB. Baiklah, Bang Deddy, kami tunggu karya-karya kreatifmu berikutnya. Meski secara langsung tidak sanggup melakukan sebuah perubahan, film tak akan pernah kehilangan perannya sebagai produk budaya yang layak diabadikan sebagai kekayaan kultural bangsa. ***

Comments

  1. banyak saran, kritikan, dan bahkan hikmah yang dapat kita ambil dan pelajari dari sebuah film. namun sayang, umumnya film hanya menjadi sebuah “hiburan semata” bagi banyak penikmat film (termasuk saya) hingga akhirnya apa yang terkandung didalamnya (pesan) hanya bisa bertahan selama kita mengingat film tersebut. apalagi bagi orang/lembaga yang menjadi objek kritikan dari sebuah film, pastinya ga akan didengarkan tuh…… heuheuheu (ninja)

  2. apakah 2014 nanti bang haji deddy akan mencalonkan diri (lagi) menjadi presiden (LOL)

  3. Angkat topi buat Bang Deddy “Nagabonar” dan MGMP Bahasa Indonesia SMP di Kendal, yang telah membuat terobosan kreatif buat kemajuan …
    Salam hangat dari Solo

  4. Yang bagus itu memang yang mampu menertawakan diri sendiri.. Hidup penuh satire , film juga.

  5. Dunia perfilman kita hanya sebatas sebagai media penghibur saja. Padahal dari alur cerita film tersebut kita bisa mengambil ibrah yang terkandung di dalamnya. Para pejabat dan pemimpin negara kita tidak bakalan tersentuh nurani dengan sebuah penayangan film. Mereka baru tersentuh bila sudah masuk penjara atau di hukum mati.

  6. bang Deddy, gak film gak sinetron semuanya bermutu.

    pak, saya koq kesulitan kalu liat album fotonya.

  7. salut buat om dedy mizwar, jarang lho ada artis yang perduli dengan moral bangsa ini (applause)

  8. Wah.. Seru dan senangnya bisa ikutan kopdar ama bang deddy. I Hope I’m in it. :(.

  9. Aku sampai sekarang belum pernah kopdar dengan bang Deddy Miswar 😕 gimana mau kopdar lha wong rumahku jauh banget dengan dia pak 😆
    Sukses untuk acaranya pak, semoga bisa membawa sedikit idealisme dari seorang Deddy Miswar.
    Salam hangat serat jabat erat selalu dari Tabanan

  10. wa….enak pak ketemu Deddy mizwar..bisa Maen Film..wkwkwkwk (dance)

  11. kalau empati saya bicara, bangsa ini punya masalah dalam hal mental.
    saya paham apa yang dirasakan oleh Deddy Mizwar.
    salut buat idealismenya.

  12. Saya suka dengan sosok Deddy Mizwar, dia tetap rendah hati di usia tuanya. Dan Cenderung bijak dalam meinkan perannya. Dan cenderung mendidik dalam tiap karyanya.

    • bener banget, mas hari. ketika ketemu langsung, saya ndak nyangka kalau di depan saya adalah seorang aktor dan sutradara hebat!

  13. prihatin kembali terhadap perfilman kita yang lagi trend saat ini berbau mistis dan buka-bukaan

    • semoga dengan kehadiran bang deddy, setidaknya bisa meminimalisir film2 yang cenderung mengumbar mistik dan aurat, pak, hehe …

    • hmm ….. kebetulan memang ada mitra yang bisa diajak utk menghadirkan bang deddy ke kendal, mas choirul.

  14. kapan ya indonesia bisa seperti yang kita harapkan hiks hiks.. pak sawali apa kabar pak? keren zoom fotone pakai plugin apa pak?

    • alhamdulillah, baik dan sehat, mas eros. hmmm …. itu ndak pakai plugin, mas. cuma pakai script expando.

  15. Waaah… Pak Deddy Mizwar emang top markotop deh. Liat saja contoh sinetron Para Pencari Tuhan yang bergenre komedi, but nilai-nilai agama dan sarat makna tetap ada di dalamnya…
    Beliaulah yang namanya sineas sejati! tetap pada idealisme, tidak mengikuti pasar perfilman Indonesia yang makin suram dan tak jelas…

    Salam BURUNG HANTU… cuit… cuit… cuit…

    • bener banget, mas denuzz. saya setuju kalau bang deddy mendapatkan predikat sbg sineas sejati. komitmen dan idealismenya utk bikin film2 bermutu tak terbantahkan lagi.

    • setuju banget, mas. bang deddy memang satu di antara beberapa gelintir sineas kita yang masih konsisten memegang teguh idealisme.

  16. hm betul juga, melihat sinetron Indonesia saat ini, sangat jauh dari tayangan yang mendidik, ramai kekerasan, saling menindas, perseteruan kaya-miskin, dan kadang tidak realistis, kalaupun ada yang mendidik itupun masih dapat di hitung jari, apalagi yang menonton kan bukan cuma orang dewasa, meskipun di layar tertera “BO”, siapa yang tau kalau ada anak kecil yang menonton sinetron sendirian di rumah tanpa pengawasan orang tua…Kini saatnya kita bangkit dari kubangan yang berputar disitu-situ saja…salut buat Bang Deddy Mizwar (worship) , majulah perfilman indonesia (applause)

    • itulah kenyataan yang terjadi, mas. untung masih ada bang deddy yang masih konsisten dalam memegang idealismenya di ranah perfilman.

  17. Idealisme Deddy Mizwar semoga tetap terus menggerakkannya untuk menciptakan film-film yang bermutu (film yang membumi, istilah beliau), yang bisa menjadi media pembelajaran bagi anak-anak untuk hidup lebih siap menghadapi tantangan zaman yang semakin berat ke depan, ya Pak.

    Selamat acaranya, Pak, semoga dapat dicontoh oleh MGMP Bahasa Indonesia di lain tempat. Salam kekerabatan.

    • memang seperti itulah yang kita harapkan, pak. semoga muncul deddy mizwar2 berikutnya dalam dunia perfilman kita. terima kasih atas apresiasinya, pak.

  18. wah seru Pak acaranya..
    bintang tamunya keren Dedy Mizwar.. makin tua makin bijak orangnya..

    kapan ya bisa digelar di Ambon oleh guru2 ambon sini hehe..

  19. Deddy Mizwar adalah tokoh senior dalam perfileman nasional yang
    berpengalaman puluhan tahun memegang berbagai peranan sehingga
    mengharuskannya untuk mengetahui berbagai hal dalam kehidupan.

    • bener sekali, mas. di tengah situasi paceklik film bermutu, beruntung negeri kita masih ada sosok semacam deddy mizwar.

  20. JJS

    berusaha menghasilkan karya terbaik di bidang masing-masing. mungkin itu solusi negeri ini pak (applause)

  21. perlu gerakan budaya yang masif dan radikal untuk mengembalikan kepribadian bangsa kepada akar peradabannya.

    upaya-upaya yang dilakukan deddy mizwar serta banyak lagi yang lainnya harus menjadi penggejalaan di kalangan anak negeri ini.

    • mudah2an segera muncul deddy mizwar2 berikutnya, mas, agar terjadi keseimbangan atmosfer dalam dunia perfilman kita.

  22. Indonesia perlu lebih banyak lagi sosok-sosok seperti Dedy Mizwar yang karena sikap empatiknya hingga bersedia berkorban materi untuk melepas kegamangan lewat karya-karya pribadi yang dirasa mampu mengetuk kesadaran publik.

    Salut pula buat Pak Sawali yang bisa mendapat momen bersilaturahmi dengan Bung Dedy Mizwar, dalam keadaan kasual pula 🙂

  23. Ah, kelewat, omong-omong, kapan, cerpen-cerpen panjenengan diangkat ke layar lebar, Pak Sawali? 😛

  24. wah…saya jadi kepengen ikutan Pak…he..he…
    pengen ketemu sama Bang Deddy secara langsung….
    pengen tau juga seminarnya seperti apa…pasti mantabs…. 🙂

  25. Pak sawali, keren ada pak Deddy.. Kug Anas gak diajak sih? hehehe..
    Anas pingin banget ketemu beliau.. kagum sosok beliau..

  26. walah, saya ketinggalan kereta pak. Yang pasti acaranya seru dan amat bermanfaat

    • alhamdulillah, terlepas dari kekurangan di sana-sini, seminar berlangsung lancar dan sukses, pak zul.

  27. wah, acaranya pasti seru dan amat bermanfaat ya pak…. sayang sekali, saya ketinggalan info

  28. sudah lama gak mampir blog juragan satu ini, numpang baca 😉

  29. wah, beruntung ketemu Deddy Mizwar. dia ini seniman yg bagus, sekaligus “dai” yg bagus juga. 🙂

  30. deddy mizwar memang seniman yang menjadi inspirator anak muda(harusnya). selain lewat film, deddy mizwar juga mengubah image sinetron yang cendrung membahas harta menjadi tontonan mendidik yang pantas di tonton semua kalangan. (lmao)

    • bener sekali, mas. setidaknya, bang deddy telah memulainya melalui sinetron serial “Para Pencari Tuhan”.

  31. (nottalking)
    memang Indonesia…negara yang penuh ironi..
    negara kaya yang miskin..

  32. edi

    bismillahirrahmannirrahim
    assamulaikum wr.wb
    kang saya edi mahasiwa jurusan KURTEKPEND UPI Bandung

    begini kang , rencanya himpunan kami pada bulan april akan mengadakan talkshow
    film yang.
    rencanya pada acara talkshow tersebut kami menginginkan yang mengisi acaranya
    adalah H. Dedi Mizwar
    nah dalam mengadakan kerjasama dengan pihak dedi mizwar tersebut kami belum
    paham, khususnya saya.
    kalau boleh tahu, kami harus bagaimana terlebih dahulu, menghubungi siapa
    dahulu, biayanya berapa, bentuk kerjasamanya seperti gimana?

    hatur nuhun pisan atas perhatosana

    Wasalamualaikum Wr.Wb

    nb : informasi dari akang sangat berarti bagi kami

    • wah, kebetulan saat itu ada pihak ketiga yang menjadi penghubung antara kami dan deddy mizwar, mas. kami saat itu hanya menyediakan tempat dan audiens. selebihnya, pihak ketiga itu yang mengurus kehadiran deddy mizwar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *