Perubahan Gaya Hidup di Bulan Ramadhan

Konon, puasa di bulan Ramadhan merupakan manifestasi ibadah yang memiliki dimensi personal dan sosial. Dari dimensi personal, hanya kita yang bisa berkata dengan jujur kepada Sang Khalik tentang perilaku “religius” yang tengah kita jalankan. Sedangkan, dari dimensi sosial, orang lain tak pernah tahu se-intens dan sedalam apa ibadah puasa yang kita jalankan. Bahkan, orang lain pun tak pernah tahu kalau sejatinya kita sedang pura-pura berpuasa. Kita bisa saja menipu orang lain dengan memperlihatkan perilaku yang sangat lapar dan haus di tengah-tengah pergaulan sosial. Kita juga bisa berpura-pura memperlihatkan bibir yang mengering atau bau mulut yang tidak sedap kepada orang-orang di sekitar kita.

inilah.comMaka, saya pun tidak heran ketika Ramadhan dijadikan sebagai momentum untuk melakukan perubahan gaya hidup. Lihat saja tayangan religi yang bertaburan di layar gelas kita. Hampir setiap detik kita disuguhi tayangan bernuansa Islami dengan menampilkan artis-artis berjilbab; sebuah pemandangan yang (nyaris) langka kita temukan di luar Ramadhan. Bahkan, iklan yang selama ini terkesan “glamor” pun mendadak berubah jadi “religius minded”. Tak hanya sebatas tampilan visualnya, lagu-lagu pengiringnya pun sangat kental dengan nuansa Islami.

Lihat juga perhentian lampu bangjo, tempat yang biasa dijadikan sasaran para peminta-minta. Kita demikian gampang menyaksikan orang-orang dari balik kaca mobil yang mendadak berubah jadi dermawan. Mereka dengan mudah mengulurkan selembar uang yang sengaja disediakan buat kaum dhuafa. Sebuah pemandangan yang agak langka juga kita saksikan di luar Ramadhan. Situasi seperti ini agaknya juga ditangkap dengan jitu oleh para peminta-minta “gadungan”. Mereka mendadak suka memelas dan berpenampilan ala pengemis sungguhan yang bertentangan secara diametral dengan hidup keseharian mereka. Kota-kota besar pun jadi “incaran” dan dibanjiri para pengemis, entah karena benar-benar hidup kesrakat atau sengaja memanfaatkan momen Ramadhan untuk mengais rezeki dari para dermawan dadakan.

Hmm … Ada yang salahkah dengan perubahan gaya hidup yang terjadi selama Ramadhan? (thinking)

Saya kira tidak. Ramadhan memang perlu dijadikan sebagai momentum untuk melakukan perubahan. Allah juga menjanjikan pahala berlipat-ganda terhadap semua amal baik yang kita lakukan selama bulan suci ini. Meskipun demikian, alangkah bagusnya jika perubahan gaya hidup itu bisa berlangsung konsisten dan istiqamah hingga pasca-Ramadhan agar puasa kita selama Ramadhan tak terjebak dalam “ritual” belaka. Nah, bagaimana? (worship) ***

Comments

  1. Saya setuju banget menjadikan Ramadhan sebagai momentum perubahan ke arah kebaikan.. 🙂 , bagi saya tidak hanya menjadi lebih baik dalam hal beribadah saja pak, tp bisa juga untuk hal-hal positif lainnya..
    Misal untuk Ramadhan kali ini.. saya jadikan momentum untuk bisa berhenti merokok total.. he2.. 😀 , alhamdulillah udah seminggu bebas dari rokok ni pak.. (sebelum ramadhan udah mulai coba berhenti), doain mudah-mudahan kuat bisa berhenti total ya pak.., tidak hanya pada ramadhan saja, tp untuk seterusnya.. amieen.. (worship) (maaf pak.. jadi curhat komengnya.. he2.. lagi excited aja dengan target saya.. (banana_rock) )

    • Buat Sdr. spydeeyk: (applause) woi … sebuah resolusi yang mantab dan layak dicontoh nih, mas haris, hehe …. sementara saya baru bisa puasa merokok saat siang hari, hiks. (thinking)

  2. patokannya sederhana, kalau ramadhan saja tidak berubah, maka pada hari lainnya kayak gimana ya ?
    jadi perubahan dalam ramadhan, tetap kita tangkap sebagai isyarat positif bahwa perubahan ke arah kebaikan itu bisa,
    he2 .. ramadhan : ketika preman pun tarawih …

  3. salam pak guru …
    Ramadhan memang menjanjikan madrasah ruhaniah yang siap menempa kita untuk menjadi alumni yang bertakwa dengan ijazah langsung dari Allah … dalam proses menempuh insan bertakwa memang banyak cara dan upaya yang harus dilakukan, mulai dari menahan lapar, haus, birahi hingga berlaku derma, mengasihi sesama dan yang lainnya. semuanya dilakukan demi penyempurnaan diri nan mala menuju insan yang fitri di akhir Ramadhan ini. sebulan ditempa, semoga di sebelas bulan lain dapat menerapkan apa yang telah dipelajari dan dilatih di bulan mulia ini. laiknya diklat dan workshop, bulan Ramadhan adalah bulan pendidikan dan latihan yang materi-materinya baik yang sifatnya teoretis maupun praktis akan kita aplikasikan setelah diklat/Ramadhan. semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang bertakwa. ammin

    • Buat Sdr. belajar investasi: salam juga, mas. analoginya oke banget nih, mas. puasa di bulan ramadhan ibarat diklat dan workshop, hmmm … terima kasih tambahan infonya. (worship)

  4. Pengaruh suasana Ramadhan memang sangat pas untuk merubah gaya hidup pak, sedangkan di bulan lain suasananya jauh berbeda sehingga prilaku manusianya pun mengikuti suasana sekelilingnya

    • Buat Sdr. achmad sholeh: mudah2an saja perilaku baik selama ramadhan bisa terus berlanjut pascaramadhan, ya, pak?

  5. Saya, dulu, pernah punya pendapat bahwa orang yang mendadak berubah menjadi lebih religius ketika memasuki bulan puasa, kemudian ketika bulan puasa berlalu kembali ke sikap sebelumnya, orang semacam itu munafik. Tepi itu dulu, lama sekali, masa awal masuk pesantren, jadi masih bau kencur (banana_rock)

    Saya, sekarang, salah satu orang yang tidak setuju dengan sikap penilaian seseorang atas perubahan orang banyak ketika bulan puasa yang perubahannya 160 derajat berbeda hari biasa. Ada beberapa alasan yang dijadikan pertimbangan:
    Pertama, Allah yang Mahabijaksana itu mengetahui kemampuan manusia, ada yang ok, cukup ok, ok banget, biasa saja, tidak biasa saja, di bawah rata-rata, jelek, kurang, dan semacamnya. Dengan demikian, agar ibadah dapat diakses oleh setiap orang yang memiliki kualitas ruhaniah dan jasmani berbeda satu sama lain, jelas perlu ada bagian ajaran agama yang bisa dilakukan setiap orang, jadi tidak ada alasan untuk tidak melakukannya.
    Kedua, agama itu berpegang pada prinsip kemudahan.
    Ketiga, Allah itu Mahapemaaf sampai-sampai Dia menegaskan agar kita jangan berputus asa akan rahmat-Nya.

    Dari ketiga alasan itu, sebenarnya ada banyak alasan, bisa saya menyusun sikap berikut:

    Buat para wali, agak wali, hampir wali, calon wali, orang soleh/ah, agak soleh/ah, hampir soleh/ah, calon soleh/ah, dan sejenisnya, jelas gak ok kalo pascapuasa sikapnya kembali jahil. Tetapi itu kan ukurannya terlalu tinggi jika itu kita terapkan pada orang yang buruk, agak buruk, hampir buruk, calon buruk. Kalo kita hari ini shalat, ternyata esoknya tidak, tentu itu buruk, tapi tingkatan buruknya sampai mana? Buat orang yang tidak pernah shalat, mendadak mau shalat, jelas itu dahsyat, meski sekali saja. Tapi, siapa yang tahu bukan kalo ibadahnya yang sekali itu ternyata khusyuk banget dan diterima dibanding denga kita yang sudah belasan tahun atau puluhan tahun tapi pas sholat masih kebayang soal kerjaan atau utang. Barangkali bisa disanggah begini, kalo dia khusyuk, seharunsya dia tetap shalat kan? Iya, itu dari satu sudut tertentu. Dari sudut lain, enggak gitu juga.Misal, pernahkah kita melakukan kesalahan? Secara umum, kita pernah berbuat salah, dan kadang mengulangnya. Nah, ketika kita mengulangnya, apa lantas hidup kita selesai di situ? Apa makna maksim bahwa yang baik itu ketika menyadari kesalahan dan berupaya untuk mengubahnya ketika seseorang gak boleh melakukan kesalahan yang sama lebih dari sekali?

    Dan, lantaran Allah itu mahapemaaf, itu juga menyiratkan bahwa bukan kesalahan yang jadi masalah, melainkan ketika berbuat salah tapi tidak minta maaf. Itu serupa dengan pemaknaan tobat. Tetapi, kalo udah minta maaf dan tobat masih ngulang kesalahan yang sama, buat apa? O, seperti kata Tuhan yang mahabijaksana itu, kita jangan berputus asa dari rahmat-Nya. Misalnya, apa semua shalat yang pernah kita lakukan itu benar-benar bebas dari gangguan seperti mendadak ingat hal lain di luar shalat? Jika pernah, apakah itu lebih dari sekali? Jika lebih dari sekali, apa itu lantas membuat kita tidak melakukan shalat lagi? Buat orang yang melakukan shalat sejak pertama kali sampai sekarang cuma tidak khusyuk sekali, itu sangat dahsyat, tetapi bagaimana dengan yang belum bisa seperti itu? Apakah orang seperti itu tidak bakal mendapatkan rahmat dan rahman Tuhan? Buat orang yang sekarang puasa dan setelah puasa tetap istikomah, itu dahsyat. Tapi bagaimana yang lain yang belum bisa? Apa orang kayak gitu udah bakalan enggak dapet lagi rahmat dan rahman dari Tuhan?

    Selama orang-orang yang kehidupannya soleh/ah selama puasa, tetapi berubah jadi gak soleh seperti sebelumnya setelah ramadan, jika mereka itu belum meninggal, kasih sayang dan maaf Allah masih terbuka untuk mereka.

    Betapapun, tidak berarti saya tidak rewel dengan fenomena yang Mas Sawali sebutkan itu. Titik rewel saya bukan pada perubahan sikap keagamaan mereka, tetapi pada eksploitasi kapital di baliknya atau komersialisasi agama (ini khusus untuk selebritas dan pengusaha yang mengiklankan produknya jadi berbau religius). Kerewelan saya itu sepintas lalu menimbulkan kesan sama bahwa saya juga mengecam perilaku orang yang sikapnya beda ketika bulan puasa dan tidak. Tidak. Yang saya tekankan soal relitas yang ditawarkannya. Misal, “Puasa Anda belum afdhal jika tidak berbuka dengan sirup XXX”, “Silaturahmi Anda belum sempurna jika tidak menggunakan XXX”, dan iklan lainnya. Tawaran itu menjadikan puasa sebagai sesuatu yang hiper, yang melampaui rujukan aslinya. Puasa yang hiper atau hiperpuasa tidak berpijak pada realitas puasa itu sendiri melainkan citraan yang ditampilkan dari tindak puasa itu. Keberatan saya besar pada titik hiper itu bukan pada perubahan sikap yang mendadaknya.

    Betapapun, semoga ini bulan puasa ini menjadi wahana bagi setiap orang, baik itu untuk orang yang superbejad dan supersoleh/ah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, sekecil apapun itu kebaikannya.

    • Buat Sdr. Filsafat Konseling: wah, respon yang sangat mencerahkan, mas, terima kasih banget tambahan infonya. bisa saya jadikan sebagai rujukan di tengah pengamatan awam saya ttg perubahan gaya hidup yang berlangsung selama ramadhan. maklum, pengetahuan saya tentang masalah agama sungguh pendek lantaran tak pernah menimba ilmu di pondok pesantren. (thinking)

  6. bener om, manusia seharusnya konsisten tidak hanya dibulan ramadhan saja giat melakukan ibadah, tapi sebaiknya keseharian juga.

  7. logika sederhananya : barangsiapa yang pura2 puasa maka dia akan mendapatkan pahala yang pura2 juga. barangsiapa yg pura2 dermawan maka dia akan mendapatkan yang didermawani juga pura2 miskin. Semoga semua bisa iklash menjalankan momentum perubahannya…

  8. Wah bagus banget nich webnya pake jsquery yach.. gambar dan tulisannya seperti hidup… di sharing dunk.. 😀

    • Buat Sdr. sariful: hehe … lagi mencoba, mas. belum sempat utk men-share. mudah2an saya tidak lupa, hehe …. terima kasih apresiasinya, mas sariful.

  9. Kelihatannya saya terasa disindir nih (lmao) mohon bantuannya pak sawali dalam kontes yang saya ikuti (worship)

    • Buat Sdr. Reza Saputra: hehe … ndak bermaksud menyindir siapa2 kok, mas reza, haks. iya, nih, saya kemarin mencoba komen di fb, ternyata kolom komen-nya ndak muncul.

    • Buat Sdr. julicavero: bener sekali, mas ginting. perubahan ke arah yang lebih baik itulah yang diharapkan.

  10. Betul pa harusnya perubahan gaya hidup itu bisa berlangsung konsisten diluar Ramadhan, tp apa mungkin bisa, lebih baik ke diri kita sendiri dl kira az orang lain ngikutin,(hee.. emang artis?) mksh infox..

    • Buat Sdr. NgePas: iya, nih, mas, ini juga sekadar refleksi. semoga perubahan gaya hidup religius yang berlangsung selama ramadhan bisa berlanjut pascaramadhan juga.

  11. semoga saja fenomena tersebut bisa terus berlanjut setelah ramadhan usai ya pak…

    • Buat Sdr. alief: amiiin, meskipun memang jalan menuju ke sana bukan hal yang mudah, mas alief, hehe ….

  12. semoga saja perubahan itu bisa konsisten terus berlanjut sampai ramadhan usai, sampai bertemu ramadhan selanjutnya dan terus begitu

    • Buat Sdr. pelintas batas: wew… lintasbatas.org itu ternyata mas alief juga, yak, adminnya, hehe …. komennya hampir sama, hiks.

  13. Alangkah indahnya, ya Pak, hidup ini jika berderma kepada yang membutuhkan tak hanya menjadi gaya sesaat, tapi menjadi kebiasaan/budaya hidup.
    Salam kekerabatan.

    • Buat Sdr. Sungkowoastro: salam kekerabatan juga, pak. amiin, mungkin itu akan jauh lebih baik, pak, meskipun bukan hal yang mudah.

  14. kalau boleh berandai-andai:
    andai seluruh bulan adalah bulan Ramadhan…

    • Buat Sdr. Denuzz BURUNG HANTU: amiiin, salam akrab juga, mas. mudah2an memang bisa demikian, meski bukan hal yang mudah.

  15. Mari kita manfaatkan momentum bulan suci ini dengan niat betul2 dengan iimanan wahtisaban, dengan keimanan dan mencari pahala.

    • Buat Sdr. jayadi: hmmm … bisa jadi mereka tahu kalau ramadhan banyak orang yang berubah jadi dermawan, mas jayadi, hehe ….

  16. eh mas sawali, aku mau nanya . apakah memberi uang kepada pengemis itu dosa ?

    • Buat Sdr. yusrond: hehe … kalau menurut saya jelas bukan dosa, mas. malah saya ndak pernah membedakan mereka pengemis sungguhan atau tidak.

      • tapi di alqur.an sudah dijelaskan lo mas sawali kalau mengasihi kepada pengemis itu malah kita yg dapat dosa . bagaimana menurut anda ?

        • Buat Sdr. yusrond: walah, saya kok malah belum mendapatkan penjelasan dari al-quran yang seperti itu, mas yus. tolong di-share ke saya. habis tadarusan tadi saya juga sempat ngomong2 dg ustadz di mushola, kok belum diketemukan, hehe …

  17. wah artikelnya menarik sekali
    pak …..
    tapi pengemis sekarang ini perasaan kenapa nambah banyak ya…

    • Buat Sdr. Bahasa Pena: walah, biasa saja, mas, hiks. hmm …. bisa jadi mereka tahu kalau selama ramadhan banyak orang yang berubah jadi dermawan, mas, hiks.

  18. Maaf pak baru s4 berkunjung, iya bener banget pak gambar yang ke dua soalnya saya sendiri ngelihat makin banyak yang di s4

  19. Tetapi di negeri ini memang lebih terasa sebagai ritual ritaul saja, sudah pada lupa akan esensi yang sebenarnya….
    Selamat puasa…

    • Buat Sdr. Sriyono Asli Semarang: hmmm …. semoga kita ndak terjebak ke prosesi ritualnya belaka, mas sri, hehe …

    • Setuju mas..Katanya mengekang hawa nafsu,menahan lapar dan dahaga, “setan” dibelenggu, tapi kok harga dipasar malah naik, konsumsi ramadhan malah gila-gilaan? Ibu-ibu semakin sulit mengendalikan tingkat konsumsi menandakan kita masih suka berlebih-lebihan…Padahal Allah dan Rasul melarang keras hal tersebut? Ramadhan kali ini bisa saya rasakan lebih sekedar ritual saja dan dipastikan tidak ada perubahan berarti setelah Ramadhan. Semoga saja itu hanya terjadi di negeri bedebah.

      • Buat Sdr. resep: itulah fenomena sosial yang terjadi di negeri ini, mbak. semoga saja ramadhan bisa menjadi momen yang bagus utk melakukan introspeksi dan refleksi. (worship)

  20. Bulan Romadhon emang unik dan beraura, hampir sebagian besar orang mendadak alim, terlepas itu hanya tampilan luar atau niat dari dalam. semoga mendapat berkah..

    • Buat Sdr. muntaha: itulah yang kita harapkan, mas muntaha. terima kasih support dan apresiasinya. (worship)

  21. .bener banget tuuh,,, (nottalking)
    .di satu sisi patut disyukuri karna sigma orang baek jadi tambah banyak menghiasi bumi ini, (worship)
    .tapi tetep aja setelah ‘bulan istimewa’ ini lewat, (highfive)
    .kenapa ‘kebaikan’ itupun jadi angin lalu aja ya?? (mmm)
    .hhehe, ada baiknya kita mulai perbaikan tu dari diri sendiri dulu yuuuk,, (scenic)

  22. Gaya hidup orang yang hidup di jaman orang modern.. semua serba instan, tobatnya pun instan (seperti tayangan TV, tayangan film, presenter, infotainment hanya tobat di bulan ramadhan). walah..

    • Buat Sdr. Fendik: walah, mudah2an perubahan gaya hidup selama ramadhan bisa terus berlanjut sesudahnya, pak fendik.

  23. smoga hidup setelah ramadan ini lewat semakin baik dari tahun2 sebelumnya, Amin

  24. Emang Betul-betul aneh orang-orang zaman sekarang

    Bertaubat hanay sementara saja…
    Padahal yang bagus itu selama hidup kita.

  25. kita harus lebih baik lagi membenahi diri kita di bulan ramadhan yangpenuh berkah ini, karena bulan ramadhan datang cuma satu tahun sekali.

  26. semoga saja lepas dari bulan ramadhan, mereka juga tetap bersikap seperti di bulan ramadhan..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *