Pemantauan Implementasi KTSP untuk SSN

Selama sepekan (7 s.d. 12 Desember 2009), Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Prov. Jateng akan melakukan pemantauan keterlaksanaan KTSP SD dan SMP Standar Nasional secara serentak di 35 kabupaten/kota. Tujuan pemantauan ini adalah untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan KTSP yang harus dilaksanakan oleh semua satuan pendidikan mulai tahun pelajaran 2009/2010 sebagaimana tertuang dalam Permendiknas No. 24 Tahun 2006. Khusus SSN, pelaksanaan KTSP mengacu pada delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP), yakni Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan Pendidikan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Sedangkan, penyusunan dan pengembangan KTSP mengacu pada empat SNP, yakni Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian Pendidikan.

Rakor TPKRakor TPKDalam rapat koordinasi TPK Prov. Jateng yang berlangsung Jumat, 4 Desember 2009 (pukul 13.00-15.00 WIB) di aula Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Prov. Jateng, disepakati bahwa pemantauan KTSP SD-SMP SSN meliputi 3 komponen, yakni (1) Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (ketersediaan dokumen acuan penyusunan KTSP, ketersediaan dokumen kurikulum, proses penyusunan dokumen KTSP, struktur dan muatan KTSP); (2) Standar Proses (perencanaan proses pembelajaran, penilaian hasil belajar, pengawasan proses pembelajaran); (3) Standar Penilaian Pendidikan (penilaian oleh pendidik, penilaian oleh satuan pendidikan, hasil penilaian). Setiap aspek terjabarkan lagi ke dalam beberapa indikator dan subindikator sesuai dengan ruang lingkupnya masing-masing.

Tugas Tim Pemantau adalah untuk mengumpulkam data/informasi sesuai kondisi riil di sekolah melalui pengamatan, studi dokumen, dan wawancara dengan warga sekolah dengan menggunakan penentuan skor berdasarkan professional judgement antara pemantau dan pihak sekolah. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, tim pemantau diharapkan bisa merumuskan simpulan dan rekomendasi untuk ditindaklanjuti sebagai action-plan pada waktu-waktu mendatang, sehingga aplikasi kurikulum benar-benar dapat berlangsung seperti yang diharapkan.

Jika kita melakukan flash-back sejenak, dunia pendidikan di negeri ini memang sudah berkali-kali mengalami bongkar-pasang kurikulum. Setidaknya-tidaknya, sudah tujuh kali perubahan kurikulum tercatat dalam sejarah, yakni Kurikulum 1962, 1968, 1975, 1984, 1994, KBK, dan KTSP. Namun, perubahan demi perubahan kurikulum dinilai belum memberikan dampak positif terhadap kemajuan peradaban bangsa. Dunia pendidikan kita dianggap belum juga berhasil melahirkan anak-anak bangsa yang visioner; yang mampu membawa bangsa ini berdiri sejajar dan terhormat dengan negara lain di kancah global. Dunia pendidikan kita dinilai juga masih sempoyongan dalam melahirkan generasi bangsa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas secara emosional, spiritual, dan sosial.

Reformasi pendidikan memang perlu dimulai dari pembaharuan di bidang kurikulum. Sebab, kurikulum merupakan semacam satelit yang melacak dan memberi identitas edukatif bagi setiap siklus pendidikan. Secara pedagogis dan didaktis, tujuan kurikulum adalah untuk mempercantik busana kultural maupun formatif, baik itu melalui pengayaan berkesinambungan atas identitas intelektual anak didik mulai TK sampai perguruan tinggi, atau melalui penguatan otonomi pendidikan yang sifatnya subsidiaris, jauh dari sentralisasi edukatif, secara didaktis memberi otonomi pada anak didik sebagai agen yang belajar sesuai kapasitas dan kemampuannya.

Sebagai bagian dari reformasi pendidikan, perubahan kurikulum idealnya tak hanya sekadar mencakupi perubahan dan pembenahan dokumen tertulisnya saja, tetapi juga berupaya menyentuh perubahan dan perbaikan proses pelaksanaannya di tingkat sekolah. Dengan cara demikian, kurikulum akan memiliki empat dimensi dasar, yakni konsep dasar kurikulum, dokumen tertulis, pelaksanaan, dan hasil belajar siswa.

Sebagai bagian dari reformasi pendidikan, perubahan kurikulum agaknya akan sia-sia kalau tidak dibarengi dengan pemberdayaan komponen lain secara simultan dan holistik. Profesionalisme guru, misalnya, sejak dulu sudah gencar digembar-gemborkan, betapa amat vitalnya peran mereka sebagai “lokomotif” pendidikan. Demikian juga halnya dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah. Sebagai top-leader, pola manajemen kepala sekolah akan sangat menentukan dinamika aplikasi kurikulum di tingkat satuan pendidikan yang dikelolanya.

Semoga pemantauan KTSP untuk SD-SMP SSN di Jateng tahun ini benar-benar bisa menghasilkan data valid dari lapangan, sehingga simpulan dan rekomendasi yang dihasilkan benar-benar bisa dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dan rencana aksi berikutnya. ***

No Comments

  1. “Reformasi pendidikan memang perlu dimulai dari pembaharuan di bidang kurikulum.”

    rasanya lebih tepat jika reformasi pendidikan harus dimulai dari reformasi birokrasi, dan reformasi birokrasi diawali dari reformasi mental dan moral birokrasi.

    Dengan begitu, pembaharuan kurikulum otomatis akan berjalan dengan sendirinya.

    1. wah, bisa jadi prosesnya yang melupakan pendidikan karakter dan budi pekerti, mas rudi. padahal, seharusnya nilai2 semacam itu bisa dilakukan secara integral dan include ke dalam setiap mapel.

  2. Soal kurikulum saya jadi inget ketika kelas 1 SMA, diberitahu oleh para guru kalau sekalinya saya tinggal kelas maka penjurusan akan dilakukan kelas 3 dan bukan kelas 2 lagi.. Eh sekarang dengar2 SMA dijuruskan sejak kelas 2 lagi ya, Pak?

    Kasian anak didik kalau tiap2 waktu mentrinya ganti kurikulum juga ikutan diganti 🙂
    .-= Baca juga tulisan terbaru DV berjudul "New Moon Bikin Manyun?" =-.

  3. wes..
    pokokna dukung perbaikan..
    pendidikan indonesia..
    apapun caranya..
    agar terbentuk generasi bangsa yg lebih baik.. 😉
    ..
    bwt, menyambut launching novel saya yg pertama..
    saya mo bagi2 novel neh..
    mampir aja d artasastra.com..
    thx ya.. 😀
    .-= Baca juga tulisan terbaru Budi Hermanto berjudul "Berbagi Novel Debu Cintayana" =-.

  4. indikator menteri baru ya bergantinya kurikulum…ngomong2 pak sawali dapat proyek satu guru satu laptop seperti di Jatim nggak pak? katanya ada kredit murah tuh untuk para guru.

  5. benar pak Sawali … semoga pamantaunya memdapatkan data valid untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dan rencana aksi selanjutnya.

    mengenai otonomi pendidikan… ini yang perlu dipikirkan dan diperjuangkan daerah, yang juga berhubungan dengan otonomi peserta didik sebagai agent belajar sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.
    .-= Baca juga tulisan terbaru HE. Benyamine berjudul "ANGGREK MERATUS (5)" =-.

  6. Setelah kurikulum dirombak nanti harus ada ketetapan untuk melanjutkannya. Jadi perombakan ini bukan hanya sekedar tren ingin berubah saja namun harus tetap berkesinambungan. Kasihan siswa didik harus berganti metode yang belum ketahuan keefektifannya.

  7. sebaiknya jgn setengah2.. menerapkan kurikulum baru tanpa dibarengi dengan peningkatan sarana & prasarana.. bila memang ingin menerapkan kurikulum yg maju dan membutuhkan teknologi, harusnya teknologinya juga sudah dipersiapkan.. Masak memiliki misi mengenalkan internet/komputer tp masih ada sekolah yg masih belum memiliki komputer..
    .-= Baca juga tulisan terbaru Ongki berjudul "Produk-produk inovatif dari Apple" =-.

  8. Semoga pemantauan KTSP untuk SD-SMP SSN di Jateng tahun ini benar-benar bisa menghasilkan data valid dari lapangan, sehingga simpulan dan rekomendasi yang dihasilkan benar-benar bisa dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dan rencana aksi berikutnya.:)>-[-o<

  9. Dulu saya masih ingat ketika smp ada pelajaran agraria. Belajar memegang cangkul, belajar menanam singkong dsb…
    Dulu sempat pula ada pelajaran tataboga, belajar menyeterika baju, mencuci piring dan dsb..
    Kini pelajaran itu tidak ada lagi. Apakah ke depan pelajaran tsb akan di ‘hidupkan’ kembali pak guru??
    .-= Baca juga tulisan terbaru khairuddin syach berjudul "Mengembalikan Jati Diri Bangsa : Mengembalikan Keyword Yang Hilang" =-.

  10. @Mas Sawali
    Bongkar pasang sistem kurikulum ternyata tidak memberikan arti yang signifikan, apa sebaiknya merevisi dan mengembangkan secara berkesinambungan saja !!
    .-= Baca juga tulisan terbaru haniifa berjudul "Mubahalah" =-.

  11. @Mas Sawali
    Bongkar pasang sistem kurikulum kita terbukti tidak memberikan arti yang signifikan, apa sebaiknya kita perbaiki dan revisi yang ada saja sampai pada tingkat yang optimal ?!
    .-= Baca juga tulisan terbaru haniifa berjudul "Mubahalah" =-.

  12. Sebentar lagi Hari Ibu
    Jika tak ada beras di gentong
    Jika tak ada seteguk air di kendi
    Jika tak ada lembaran rupiah dibawah kasur sang ibu
    Mengapa tak mengirimkan masakan lezat
    Untuk persembahan kepada Ibu atau isteri tercinta di hari Istimewa
    Jika artikel masakan sudah jadi
    Lalu bubuhi kalimat ” Masakan dengan sentuhan cinta ini saya persembahkan buat wanita yang teramat istimewa”
    Kurikulum harus dinamis. Untuk itu perlu kerja keras semua pihak

    Persembahkan hasil masakan anda dan daftarkan dalam acara SupermanShow di
    http://abdulcholik.com/kuliner/supermanshow-la-tetates-de-timbele

    Jika itu anda lakukan dengan tulus
    Sebuah atau tiga buah kecupan penuh kasih sayang akan di terima
    Plus bisikan lembut ” I love you my Superman ”.
    Salam hangat dari dapur BlogCamp

  13. Semoga pemantauan KTSP untuk SD-SMP SSN di Jateng tahun ini benar-benar bisa menghasilkan data valid dari lapangan, sehingga simpulan dan rekomendasi yang dihasilkan benar-benar bisa dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dan rencana aksi berikutnya.

    Dan saya berdoa semoga seperti harapan. Salam.
    .-= Baca juga tulisan terbaru Kika berjudul "Monas Tourism" =-.

  14. Kemarin sempat ikut yang workshop pemenuhan standar nasional pendidikan, kebetulan sekolah masuk di kategori RSKM. Sepertinya memang ada beberapa ketakutan untuk mengungkapkan keadaan real tentang sekolah ke pengawas Pak.
    Sekolah biasanya menjaga image-nya.
    Mana ada yang berani blak-blakan tentang kekurangan?
    🙂

  15. semoga ke depan standar (dan pelaksanaan) mutu pendidikan kita makin baik dan makin baik lagi… bagaimanapun pendidikan itu akan merupakan dasar yang sangat menentukan kualitas seseorang dan masa depannya… d.~

  16. saya sebagai guru belum merasakan perubahan apa-apa atas kebijakan di dunia pendidikan, kurikulum ganti, kitanya tak tersentuh untuk menyesuaikan diri, paling mencari-cari sendiri, apa karena swasta kali ya
    .-= Baca juga tulisan terbaru sunarno berjudul "Dzikir" =-.

  17. ujung2nya tetep kembali ke guru ya pak, kurikulum boleh berlari, tapi kalau guru masih tenang2 saja bagaimana ya ? semoga banyak yang sadar dan peduli dg pendidikan di negara kita. salam optimis

    1. salam optimis juga, mas hatta. saya sepakat banget, mas. sehebat apa pun kurikulumnya, kalau tak diimbangi dengan peningkatan kualitas guru, implementasi kurikulum jadi tidak seperti yang diharapkan.

  18. Implementasi dari suatu keputusan perlu diperiksa. Apalagi hasil pemeriksaan dilanjutkan dengan evaluasi dan pemantapan. Apabila semua itu dilakukan dengan sungguh-sungguh dari semua pihak, maka hasilnya akan semakin baik. Dunia pendidikan di Indonesia membutuhkan kerja tim yang saling mendukung. Sukses selalu untuk pengembangan pendidikan di Indonesia.

  19. Ping-balik: pendidikan dunia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *