Entah sudah berapa kali Satpol PP berulah. Kalau kita memasukkan kata kunci “ulah satpol PP” di search engine, dengan mudah kita dapat menyelusuri jejak-jejak Satuan Polisi Pamong Praja yang seharusnya sanggup memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum itu. Namun, pada praktiknya justru menjadi satuan “predator” yang menghancurkan masyarakat ekonomi lemah. Dengan dalih penertiban, mereka menaburkan arogansi yang bersembunyi di balik kebijakan atasan dengan sewenang-wenang. Terakhir, seorang bocah berusia 4,5 tahun, terpaksa harus menemui ajal. Bocah tak berdosa itu tak sanggup lagi menahan panasnya tumpahan kuah bakso yang meluncur dari gerobak dorong orang tuanya yang tengah diburu dan dikejar-kejar oleh para “predator”.
Apakah fenomena semacam ini merupakan potret buram Angkatan Gagap sebagaimana yang pernah diungkap oleh WS Rendra dalam kutipan liriknya berikut ini?
Kita adalah angkatan gagap
yang diperanakkan oleh angkatan takabur
Kita kurang pendidikan resmi
di dalam hal keadilan,
karena tidak diajarkan berpolitik,
dan tidak diajar dasar ilmu hukumKita melihat kabur pribadi orang,
karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus,
karena tidak diajar filsafat atau logika.Apakah kita tidak dimaksud
untuk mengerti itu semua ?
Apakah kita hanya dipersiapkan
untuk menjadi alat saja?inilah gambaran rata-rata
pemuda tamatan SLA,
pemuda menjelang dewasa.Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan.
Bukan pertukaran pikiran.
Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan,
dan bukan ilmu latihan menguraikan.
………………….
(“Sajak Anak Muda” karya W.S. Rendra dalam Potret Pembangunan dalam Puisi)
Kita tak bermaksud mendramatisir persoalan ini. Kita juga tak hendak memperpanjang kasus yang kini sudah ditangani aparat yang berwenang itu. Namun, sejujurnya, kasus yang memalukan seperti itu bukan kali yang pertama. Penggusuran, pembakaran hunian gubug-gubug liar, kekerasan yang menimpa warga urban, atau ulah tak manusiawi yang menimpa para penyandang masalah sosial, sudah menjadi pemandangan yang rutin terjadi. Haruskah kejadian-kejadian tragis semacam itu terus berulang dan menjadi siklus budaya yang harus terjadi ketika jargon-jargon dan bendera pembangunan dikibarkan tinggi-tinggi oleh penguasa?
Sungguh, kita juga tak habis mengerti kebijakan penguasa yang harus repot-repot membentuk Satpol PP kalau pada kenyataannya justru menciptakan monster-monster ganas yang akan menghabisi sesamanya. Bisa jadi, awalnya memang bertujuan baik, yakni untuk menciptakan ketertiban dan ketenteraman sebuah kawasan. Namun, siapa dapat menjamin kalau sosok-sosok berseragam yang pongah dengan pentungan yang selalu siap di tangan itu mampu mengawal dan mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan?
Dalam konteks demikian, mau atau tidak, kita mesti mengamini suasana tragis yang digambarkan Rendra dalam lirik yang dibuat pada 23 Juni 1977 itu. //Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan/Bukan pertukaran pikiran//Ilmu sekolah adalah ilmu hafalan/dan bukan ilmu latihan menguraikan//
Ketika teks puisi tersebut dicipta, mungkin Rendra juga tak pernah berpikir kalau pada akhirnya ada sosok makhluk bernama “Satpol PP”. Melalui kepekaan intuitifnya, Rendra hanya berupaya mengekspresikan geliat batin dan perasaannya yang gelisah menyaksikan arah dunia pendidikan yang dinilai mulai menyimpang dari “khittah”-nya. Lembaga pendidikan bukan lagi menjadi tempat yang nyaman untuk menyemaikan nilai-nilai luhur baku, melainkan hanya melahirkan manusia-manusia patuh yang hanya taat pada komando. Para murid hanya menjadi mesin penghafal dan (nyaris) tak pernah memiliki kesempatan untuk mengembangkan daya nalar.
Keluaran pendidikan yang “bebal” semacam itu diperparah dengan kultur birokrasi feodal yang secara setreotipe memosisikan manusia dalam aras kawula-gusti. Kawula (bawahan) harus senantiasa patuh dan tunduk kepada sabda gusti (atasan), tanpa argumen. Implikasi sosialnya ternyata amat parah. Sikap patuh dan tunduk kepada atasan dilampiaskan dalam bentuk kebringasan dan luapan emosi berlebihan. Akibatnya bisa ditebak. Masyarakat ekonomi lemah yang amat rendah posisi tawarnya menjadi sasaran kebiadaban mereka.
Kalau memang sudah tak bisa berfungsi secara efektif dan pekerjaannya hanya melakukan intimidasi dan kekerasan terhadap rakyat, lebih baik bubarkan saja Satpol PP itu! Kecuali, kalau sang pemberi komando siap memberikan jaminan untuk mundur dari jabatan dan siap bertanggung jawab apabila anak buahnya mengumbar kebiadaban di ruang-ruang publik. ***
Penawaran buagus pak..
Banpol memang perlu tp bila seperti ini tindakanya saya lebih setuju di bubarkan sebelum budaya peninggalan penjajah berkembang pesat di negri ini.
Karena ini sama sekali tidak mencerminkan budaya asli pribumi..
@SanG BaYAnG,
bener banget tuh, sangbayang. perilaku mereka seringkali sudah di luar batas kelayakan tugasnya sebagai seorang aparat yang seharusnya melindungi rakyat .
Satpole bukan aku pak, wah kabeh bloge aktif yo, ijik ditambahi 5 sisan 😀
@CSDW,
loh, apa memang pak wandi punya bakat jadi satpol PP, hehehe ….
memang gak ada gunanya kok pak, mendingan pramuka yang rela menolong dan tabah. Dan pemikiran Rendra memang lebih cerdas dari para pembuat kurikulum itu, terlalu banyak seragam fasis di negeri bebal ini. Lucu memang dulu kemerdekaan direbut dengan perjuangan dan ideologi yang lumayan matang, namun sayang konsepnya di cemari ketika proses transformasinya, memang kekuasaan dan keindahan kota adalah lobang kenikmatan tiada tara yang harus dipertahankan meski harus mengorbankan nyawa-nyawa tak berdosa…, gejala banyaknya pasukan sipil terlatih berseragam ini seperti kejadian masa lalu sebenarnya sudah bisa ditebak arahnya loh…
Baca juga tulisan terbaru suryaden berjudul siluman harus gentayangan
@suryaden,
wah, sayang sekali pramuka hanya aktif menjelang agustusan, mas surya, hehe … sipil berbaju militer ternyata perilakuknya malah lebih milier daripada miltiter yang sesungguhnya.
memang betul pak, Satpol PP merupakan bentuk militerisasi sipil yang mengatasnamakan pemerintah, bukannya lebih pro rakyat, malah seolah jadi ‘bodyguard’ para aparat…
Baca juga tulisan terbaru pensiun kaya berjudul Saham TRUB Kena Suspensi di Hari Kebangkitan Nasional
@pensiun kaya,
betul,itulah kenyataan yang terjadi, mas. mereka bukannya melindungi rakyat kecil, tapi malah menteror dan mengintimidasi.
Hahaha, saya suka dengan istilah Predator, maka jadilah SatPol P Predator 🙂
Tapi saya memang benar-benar ngga suka dengan pasukan sipil yang dipersenjatai begini ini. Dulu ada PamSwakarsa penghalau massa SI 98.
Yang lebih ngeri kalau pasukan-pasukan seperti ini ditunggangi kepentingan tertentu dan menjadi ‘polisi-polisi’ yang sejatinya malah tak terlalu berguna.
Mending mengingat cerita tentang angkatan kelimanya, PKI 🙂
Baca juga tulisan terbaru DV berjudul Tentang Pemberian Nama
@DV,
wah, saya sulit utk menemukan istilah yang tepat utk menggambarkan perilaki mereka, mas don. yang melintas kebetulan saja istilah predator,hehe …. itulah bahayanya kalau sipil derbaju militer. bisa jadi mereka rentan ditunggangi pihak2 tertentu yang punya kepentingan tertentu pula.
Memang benar pak….mungkin kalau saya boleh berucap, ini yang salah sistemnya…satpol PP mungkin bertujuan untuk menciptakan ketertiban dan kenyamanan bagi kita semua. namun yang salah adalah mereka tidak dibekali kemampuan untuk pengelolaan massa yang baik. ya akhirnya begitu deh…AROGAN…mungkin sarannya untuk satpol PP dan Pemerintah, untuk anggota satpol PP itu mending diberi pelatihan, pendidikan yang sesuai dengan tugasnya. jadi yahu yang harus dilakukan dan gak asal pukul aja.
ayo kita semua ini kan sodara, buat apa saling pukul…diselesaikan dengan arif dan bijaksana pasti lebih indah…. 😀
Baca juga tulisan terbaru nova gunawan berjudul HARI KEBANGKITAN NASIONAL
@nova gunawan,
saya sepakat dg mas nova. pemerintah, khususnya, juga erlu intronspeksi. kalau memang belum bisa merelokasi mereka, mestinya juga jangan asal main perintah utk menggusur atau menggaruk lahan mata pencaharian mereka.
Benar sekali Pak, Satpol PP makin menggila. Tapi menurut saya pemerintah juga harus ikut mengatasi masalah semrawutnya PKL. Misalnya dengan membuat kios kaki lima,agar PKL tidak berjualan di pinggir jalan lagi.
Ah, potret pendidikan kita makin buram saja Pak. *masih prihatin melihat yang menghalalkan segala cara saat UN*
Wah saya lama gak mampir ke sini nih Pak,hehe. Ternyata sekarang blognya makin mantap saja. Salut!
Baca juga tulisan terbaru Generasi Patah Hati berjudul Sebuah Obrolan di Warung Kopi
@Generasi Patah Hati,
begitulah seharusnya, mas fadhiel. kalau pemerintah tidak siap merelokasi mereka ke tempat yang representatif, mereka seharusnya tak demikian gampang memerintahkan satpol PP utk mengobark-abrik tempat wong cilik mencari sesuap nasi. hehe .. gpp, mas, blogalking kan bisa dilakukan kapan saja. tugs offline mesti lebih diutamakan.
iya bener banget pak.. satpol itu mempunyai sikap yang arogan dalam melaksanakan tugasnya, mereka musuh bebuyutannya para kaum miskin yang terpinggirkan
profesi yang paling gak mau adalah menjadi satpol PP, saya gak tegaan soalnya pak
Baca juga tulisan terbaru ridu berjudul Dunia Dalam Televisi
@ridu,
begitulah yang terjadi, mas rindu. ulah mereka yang arogan benar2 telah membuat banyak rakyat tidak simpatik.
SAtpol PP itu PEMBUNUH di SURABAYA, karena penertiban sampe ada balita tewas karena ketumoahan air mendidih…..
kalo KAMRA wae gimana….
Baca juga tulisan terbaru LuxsMan berjudul Indonesia Juara Kecelakaan Pesawat
@LuxsMan,
ya, mas lukman. saya yang meyaksikan ulah mereka dari jauh aja ikut miris. istilah apa pun yang dipakai kalau tak ada perubahan kultur, ulah mereka tak jauh berbeda, mas.
miris saya melihat tingkah satpol itu pak, memburu pedagang kecil bagaikan memburu seorang maling. penertiban lebih identik dg pengrusakan dan menindasan. heran saya dg budaya kita. mengapa kekerasan selalu digunakan untuk menyelesaikan setiap masalah…
semoga dg jatuhnya korban anak kecil tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi semuanya…
Baca juga tulisan terbaru vizon berjudul angels and demons
@vizon,
itulah yang dikhawatirkan banyak kalangan, mas vizon. jangan2 kekerasan itu sdh menjadi budaya, sehingga setiap permasalahan selalu diatasi dg aksi2 vandalisme semacam itu.
Dibuka lowongan Satpol yang santun, bijaksana dan cerdas, serta berakhlaq yang bagus. Lamaran dapat dikirimkan kapan saja tanpa batas waktu. Negara sangat membutuhkan SDM yang beradab
@wahyubmw,
loh, memang ada lowongan bener, pak wahyu? hehe … tapi kok ndak ada batasan waktunya?
sebenarnya dilema juga pak, satpol pp memang terkadang dalam proporsinya masih belum di unggulkan tapi dari segi sosial mereka juga butuh lapangan pekerjaan (karena setahu saia, untuk dapat menjadi satpol pp harus bayar – sharing dari teman saia yang ikut satpol pp)..
cuma yang saia harapkan dari mereka adalah, janganlah bertindak arogansi karena instansi yang dari militer aja banyak disorot oleh masyarakat tentang arogansi mereka, mereka angkatan sipil kok ikut-ikutan arogansi.. (tumben komentar saia panjang banget, hahaha)
Baca juga tulisan terbaru gajah_pesing berjudul Pembajakan ?
@gajah_pesing,
memang dilematis kalau dikaitkan dengan mata pencaharian mereka, mas fay. tapi kalau melihat ulah mereka yang arogan dan sewenang-wenang seperti itu, duh, repot juga.
@Sawali Tuhusetya, iya pak,repot juga jadiny. hiks…. kalau sudah masuk tv trus ada berita penggusuran,pasti ada kata-kata “satpot PP membongkar dengan paksa”. tapi ya namanya juga media he..he..
Baca juga tulisan terbaru arifudin berjudul Wisata SEO Sadau
hehe … tugas media kan memang mengabarkan fakta kepada publik, mas arif.
Saya jadi ingat tulisan saya tahun 2006 dulu. Judulnya Polisi Pamong Praja.
Secara singkat, semestinya Satpol PP itu meupakan satuan seperti provoost dalam kesatuan TNI. Nah, obyek Satpol PP adalah para pamong praja alias pegawai pemerintahan. Segala hal yang berhbungan dengan ketertiban dan keamanan menjadi tugas polisi. Dus, kalau untuk menjaga ketertiban dan keamanan masih dibutuhkan Satpol PP, buat apa polisi?
Apabila polisi merasa perda bukan merupakan produk hukum yang harus ditegakkannya, maka sudah saatnya polisi diubah bentuk menjadi sherif. Bukan kita korban film Amerika. Akan tetapi lihatlah bagaimana sherif menjaga ketertiban dan keamanan wilayahnya. UU Polri harus segera diselesaikan dan letakkan posisi Polri dibawah Depdagri. Justru akan menjadi lebih baik apabila posisi polisi itu di bawah Gubernur di setiap provinsinya. Polisi tidak perlu disentralisasi lagi.
Satpol PP bagaimana? Kembalikan sebagai provoost bagi para pegawai pemerintahan atau pamong praja itu sendiri.
@kombor,
wah, info menarik ini, mas arif. kalau satpol PP berubah jadi provost, jangan2 mereka malah beralih sasaran menjadikan para pegawai sebagai objeknya, hehe … yang pasti kalau tak ada perubahan kultur dan mental mereka, satpol PP juga tak akan pernah berubah.
Satpol PP itu mustinya menertibkan bukan mengintimidasi … *sok tahu*
Baca juga tulisan terbaru Rindu berjudul ALLAH, The Invisible Hands
@Rindu,
setuju, seharusnya memang begitu, mbak rindu. bukan sok tahu kok!
Dalam hati kecil kita sebetulnya setuju saja akan keberadaan Satpol PP ini.. sebagai aparat / provost bagi PNS, juga umpamanya pemerintah membutuhkan tenaga untuk gusur-menggusur… cuma yaitu mbok ya pemerintah itu sadar bahayanya anarkisme aparat Satpol PP sendiri. Bekali mereka dengan mental yang baik agar bisa berkomunikasi selayaknya Manusia.
Baca juga tulisan terbaru Xitalho berjudul Video Mesum Mahasiswa UIB Batam
@Xitalho,
konon tujuan semula memang begitu, mas xit. tapi praktiknya ternyata sudah jauh menyimpang dari “khittah”-nya. seharunsya [emerintah juga perlu introspeksi. kalau memang tak sanggup merelokasi, ya jangan bertindak sewenang2 seperti itu.
miris banget…sering liat penggerebekan kaki lima, sering ada kekerasan tangan dan kaki di sana 😐
Baca juga tulisan terbaru sinta berjudul Ketagihan IBF sampai Award Cantik
@sinta,
betul banget, mbak sinta. seperti itulah potret satpol PP kita. mereka sudah berubah menjadi “public enemy”.
sering kali terjadi dan seolah aparat yg bewenang (POLISI) kerap kali mendiamkan hal ini. Seakan mereka memukul meminjam tangan orang lain 🙁
Semoga polisi lbh tegas dalam hal ini shg kecurigaan saya tdk terbukti..
@waw,
waduh, kalau sudah ada proses pembiaran seperti itu, jelas makin berbahaya, mas dewanto.
Saya selalu miris dan teriris saat orang-orang menangis saat gubuk-gubuk mereka digusur dan dirusak Satpol PP. Tapi, andai saya seorang pemimpin, saya juga belum menemukan kebijakan yang betul-betul bijak dan manusiawi untuk mengatasi pemukiman liar.
@racheedus,
memang bener2 membikin kita miris dan geram, mas rache. seharusnya ada batasan2 kewenangan yang tak boleh dilanggar. kalau hanya sekadar menggaruk dan menggusur tanpa memberi solusi, walah, situasi jelas makin akacau dan amburadul.
Miris. Mereka sudah seperti mesin bagi penguasa. Tapi untuk kebutuhan masyarakat (dalam kondisi yang benar-benar membutuhkan seperti penertiban kaki lima yang mengakibatkan kemacetan) hingga kini saya juga belum terpikir cara apa yang paling efektif selain menerjunkan Satpol PP.
Baca juga tulisan terbaru indra kh berjudul Lembang dan Dunia Strawberry
@indra kh,
kalau memang masih dibutuhkan, seharusnya tetep ada batasan2 kewenangan saat mereka bertugas, mas indra, agar mereka tak gampang main garuk dan main teror begitu.
tidak bisa sepenuhnya disalahkan..
Baca juga tulisan terbaru DETEKSI berjudul Technical Study Jembatan Suramadu
@DETEKSI,
bener, mas dion, tapi kalau sudah sampai menimbulkan nyawa melayang, pasti ada yang salah saat mereka bertugas.
Disaat untuk mencari makan susah , dengan garangnnya satpol menggusur.(dg dalih merusak keindahan kota)..
sungguh ironis nasib bangasaku 🙁
@Diah,
begitulah yang terjadi, mbak diah. aparat yang seharusnya melindungi wong cilik, tapi malah memusuhi mereka.
sungguh situasi yang sangat dilematis, Pak Sawali.
di satu sisi, Satpol PP adalah pion yang harus patuh, disiplin, dan militan untuk menlancarkan kerja negara.
di sisi lain, Satpol PP adalah pekerja. adalah ayah bagi anaknya dan suami bagi istrinya.
saya, di sebuah sisi, merasa bahwa sistem penggerak Satpol PP-lah yang perlu dibenahi. 🙂
Baca juga tulisan terbaru denologis berjudul Pesan Deklarasi Capres-Cawapres
@denologis,
memang dilematis, mas deno, kalau dikaitkan dengan masalah pekerjaan dan mata pencaharian. tapi kalau ulah mereka sudah melampaui batas kewenangan, keberadaan satpol PP layak dipertanyakan juga.
mereka itu ko suka sekali ya bertindak sewenang-wenang seperti itu. kalo pake kekerasan terus, sampe kapan mau tertib???!!!??? ko mereka ga mikir ya??
Baca juga tulisan terbaru casual cutie berjudul Sandals
@casual cutie,
ndak tahu juga tuh, mbak cutie. pemerintah setempat seharusnya juga introspeksi, jangan asal main perintah saja. kalau memang ndak sanggup merelokasi, ya ditertibkan dg baik. kan bisa berdialog, toh?
walah satpol PP yang sering saya lihat di kota kota memanglah lebih garang ketimbang polisi yang lain bahkan tak jarang bersikap seperti penegak hukum yang paling tak bermoral, namun disisi lain memang kerja sebagian satpol PP sangat di butuhkan dalam menertibkan beberapa hal hanya saja mungkin ada cara yang lebih manusiawi yang bisa di lakukan oleh pihak yang bersangkutan tanpa mengundang kericuhan seperti beberapa contoh perlakuan yang di ambil oleh walikota solo dalam menertibkan pedagang liar
salam hormat saya pak sehat selalu mudah mudahan
Baca juga tulisan terbaru genthokelir berjudul Fathan Maulana Arsy
@genthokelir,
sepakat, mas totok. kalau kehadiran satpol PP memang masih diperlukan, pemerintah setempat juga jangan asal main perintah utk menggaruk dan menggusur. selama tak ada perubahan kultur dan mental, ulah merka juga ndak akan berubah. terima kasih salamnya, mas, selamat juga atas kelahiran putranya, semoga kelak menjadi putra yang shaleh.
saya juga tidak suka kekerasan yang diperbuat oleh siapapun dan atas nama apapun
@Pencerah,
iya, mas pencerah, kekerasan, dengan dalih apa pun, tetep tak dapat dibenarkan.
terlalu over acting tuh pol PP
@carita,
seperti itulah kenyataan yang terjadi, mas.
oknum atau sistem yang salah, satpol pp juga manusia 🙂
Baca juga tulisan terbaru masjaliteng berjudul kecewa
@masjaliteng,
kalau sistemnya mungkin sudah benar, masjaliteng, utk membuat suasana jadi lebih nyaman dan tertib. tapi pada praktiknya, selalu saja terjadi hal2 yang tak diinginkan.
semakin samar antara baik dan buruk dlm diri mereka, kasihan para rakyat tertindas yang meratapi nasibnya. Emosi melahap bencana dan kebodohan menghasilkan pembenaran.
@pututik,
itulah yang terjadi, mas. makin repot kalau rakyat kecil yang mati2an berusaha mencari sesuap nasi harus dikejar dan diburu, apalagi kalau sampai menimbulkan korban.
dulu ada tibum alias ketertuiban umum.
sekarang satpol pp.
di luar negeri yg ngurusin kaya gituan malah polisi.
Baca juga tulisan terbaru Ecko berjudul Bakso Pak Bawor Samirono
banyak kalangan juga berpendapat seperti itu, mas eko. sipil yang berseragamn miltir seringkali bertindak di luar batas kepatutan. mending diserahkan kepada polisi.
setiap sesuatu yang melampaui batas kemanusiaan sudah semestinya ditiadakan. lah… oknum-oknum itu ada dimana-mana, atau dimana-mana semuanya oknum?
Baca juga tulisan terbaru mascayo berjudul Selingkuh, kala hati tergoda
wah, mungkin lebih tepat oknum ada di mana2, mascayo, hehe … yang saya lihat, ulah satpol PP memang sudah melampaui batas kewenangannya, mas.
saya heran, para pejabat kita sering menggunakan cara-cara premanisme dalam mengatasi masalah.. 😥
Baca juga tulisan terbaru suhadinet berjudul Komunikasi Pembelajaran yang Efektif
itulah kenyataan yang terjadi, pak suhadi. mungkin dg cara kekerasan, dikira akan mampu menimbulkan efek jera dan mampu menyelesaikan masalah. padahal, justru malah makin runyam.
itulah iklim indonesia pak …. 🙂
disisi lain penguasa bak raja yang wilayahnya harus di bersihkan ..
disisi lain penguasa butuh rakyat ….
budaya indo juga pak …
Baca juga tulisan terbaru afwan auliyar berjudul berapa harga situs mu ??
kalau saja antara rakyat dan penguasa saling bersinergi, penguasa tak menindas, insyaallah iklim dan budaya indonesia pun makin beradab, mas.
mereka yang seharusnya melayani rakyat, malah bikin takut rakyat 😡
Baca juga tulisan terbaru jimmy berjudul Samsung LED TV
seperti itulah yang terjadi, mas jimmy. repot! aparat justru malah memosisikan diri sebagai “musuh” yang harus berhadapan dg rakyat.
sepakat pak. seharusnya satpol pp adalah pengayom yang mengatur agar kehidupan lebih tertib.
tentu masalahnya gak sampai di tindakan “kurang ajar” satpol pp saat melakukan tugasnya, tapi apa yang menyebabkan hal tersebut yg harus di inventarisisr dan di pecahkan.
Baca juga tulisan terbaru arif berjudul Muslim Kaya
setuju, mas arif. dalam konteks ini, pemerintah seharusnya juga perlu melakukan introspeksi, mengapa banyak pedagang kecil berjualan di tempat yang tdk semestinya. ini yang perlu diperhatikan. jangan asal garuk kalau belum bisa memberikan tempat yang layak utk berusaha cari makan.
satpol PP = anarkhi
seperti penjajahnya ‘wong cilik’ aja…
secara ekstrem bisa juga dibilang seperti itu, mas jul. para pedagang kecil diuber-uber seperti pesakitan.
Kenapa premanisme berseragam masih eksis di negeri kita yang butuh pengayoman dan suasana sejuk ya pak
Baca juga tulisan terbaru achmad sholeh berjudul Pusing Menurut Saya, Anda dan Mereka
ini peroblem sosial yang selalu muncul, pak sholeh, hehe … mungkin dg cara kekerasan, para pedagang kecil akan jera. padahal, sejatinya perilaku satpol PP semacam itu malah melukai dan bisa jadi akan menimbulkan masalah sosial baru yang lebih serius.
Pimpinannya saja bertato, itu situan Bajuri. kalau orang kecil sudah marah…… repot Mas Bajuriiiiiiiii.
duh, kalau aparat bertato, wah, lantas bagaimana perilaku anak buahnya, mas, hehe … ini bisa memberikan implikasi sosial yang lebih serius.
serba salah emang bung sawali.
PKL klo ndak ditertibkan dan nggak ditegasin satpol PP, mereka bs menjajah jalan2 raya dan bs ngeganggu kepentingan umum termasuk bung sawali sendiri, kan?
tp klo terlalu keras ya jdinya begini, malah makan korban 🙁
memang benar, bang toim. tapi kan ada cara yang lebih manusiai dg mengajak mereka berdialog. tdk asal garuk. kalau timbul korban, baru mereka menyesal.
kemanusiaan yang adil dan beradab mereka juga manusia
Baca juga tulisan terbaru masnoer berjudul Islamic Widget
dasar itulah yang mestinya dipakai, masnoer. sayangnya, dasar itu hanya jadi hafalan belaka.
menurut saya yang perlu dipertanyakan mungkin adalah pola rekrutmen serta pelatihan dan pembekalannya pak…
Baca juga tulisan terbaru geRrilyawan berjudul NEAR DEATH EXPERIENCE
bisa juga, mas gerilyawan. tapi bisa juga kesalahan dalam menafsirkan komando atasan. atau, jangan2 perintah atasan memang seperti itu. duh!
Yah.. begitulah arogannya orang dan sok teges, akhirnya jatuh korban kan..
ya, ya, mas novi. kalau dah jatuh korban, mereka baru nyesel. btw, saya komen di blog mas novi kok ndak bisa terus, yak?
Kalau militer melatih prajurit berenang di laut dan jika siprajurit kelelahan maka ditolong namun setelah didarat baru dihukum.
Sebaliknya…
Satpol PP jika melatih “berenang” warga dilaut,dan jika kelelahan malah dihukum seketika ditengah laut… duhhh piye toch !! 😀
perbandingan yang bagus, mbak ifa. kalau begitu orang militer malah lebih santun dong ketimbang sipil? hehe ….
[..Satpol PP, lembaga yang bermoto Prajawibawa berdiri sejak 1950. Lebih jauh ke belakang, Satpol PP berakar dari pembentukkan Bailluw saat VOC menduduki Batavia (1602). Bailluw saat itu merupakan polisi yang merangkap jaksa dan hakim bertugas untuk menangani perselisihan hukum yang timbul antara VOC dengan warga kota selain menjaga ketertiban dan ketentraman warga kota, berkembang menjadi organisasi kepolisian di setiap Karesidenan dan Kawedanan untuk melakukan tugas-tugas ketertiban dan keamanan pasca kekuasaan Raffles (1815). Bailluw ini terus berkembang menjadi suatu organisasi yang tersebar di setiap Keresidenan dengan dikendalikan sepenuhnya oleh Resident dan asisten Resident. Satuan baru lainnya yang disebut Bestuurpolitie.]
Sekedar menabahkan saja Pak Sawali, bahwasannya, pol.pp itu warisan kolonial Belanda (di atas, saya kutip dari blog ARM). Secara konstitusi kedudukan satpol.pp memang ini bertolak belakang dengan konsep pertahanan dan keamanan RI(TNI dan POLRI). Sudah seharusnya keberadaan satpol.pp dihapuskan. Karena persoalannya bukan pada pola pendidikan anggota pol.pp tapi memang sebagai alat kekuasaan pemda diseluruh RI yang lebih memilih pendekatan militeristik, kekerasan, dan teror peninggalan otoritarianisme ORBA-Harto.
Jadi memang satpol.pp harus dihapuskan karena, mengutip ucapan seorang wakil rakyat, sudah bukan zamannya lagi menata pemerintahan dengan cara kekerasan.
Tabik,
* http://rakyatmiskin.wordpress.com/2008/04/09/60/ saya sertakan link blog ARM, organisasi yang cukup konsen dengan isu kekerasan rakyat miskin urban, semoga bermanfaat, terima kasih atas* dukungannya.
terima kasih tambahan infonya, mas irfan, semoga kejadi di surabaya bisa menjadi bahan refleksi bagi para pengambil kebijakan dalam menyikapi keberadaan satpol PP itu!
jujur Pak, saya pernah (-dengan menggunakan jalur tertentu) membuat SATPOL-PP di kota saya bertindak menertibkan pedagang kaki lima pada suatu wilayah. Lama saya berpikir untuk membuat keputusan itu, namun akhirnya pertimbangan keamanan jiwa lebih saya kedepankan dari pada semuanya. Karena mereka berjualan di daerah persimpangan jalan yang sangat rawan kecelakaan lalin, bahkan telah pernah jatuh korban jiwa gara-gara lakalantas. Mereka tidak dibubarkan, tapi dipindahkan ke sisi lain yang jauh lebih aman dan semua menerima.
Beruntung, tak pernah saya menemui di tempat saya Pol-PP sampai gedebak-gedebuk ribut dengan masyarakat.
Puncak masalah utama menurut saya adalah (sepanjang yg saya amati ditempat saya), “kurangnya sosialisasi aturan kepada masyarakat, dan tidak adanya atau jarang mengambil antisipasi. Cenderung membiarkan suatu potensi masalah. Suatu hal kecil dibiarkan sehingga menjadi potensi masalah yg laten”. Sampai suatu waktu Pol-PP bertindak.
Saya memiliki prinsip lain. Jika permasalahan itu timbul karena kelalaian pemerintah dengan jalan membiarkan potensi masalah timbul, maka pemerintah tidak berhak sekedar memberangus, namun harus memberikan solusi. Tapi saya sadar, bahwa ini mungkin utopi.
Baca juga tulisan terbaru Pakacil berjudul Harapan Bersama Warung Lalapan
betul, pakacil, saya sepakat banget. kalau memang pemerintah belum bisa menyediakan tempat yang layak utk berdagang atau berjualan buat pedang kecil, mestinya mereka ndak asal garuk dan gusur saja. kan ada jalan dialog!
memang satpol PP sering terlalu arogan… tetapi merekakan hanya menajalankan tugas?
Baca juga tulisan terbaru Coretan Imtihan berjudul LED TV Bukti Komitmen Samsung Untuk Dunia Teknologi
betul, mas imtihan. makanya, yang memberi perintah juga perlu introspeksi diri.
Setuju! Intinya sistem internal satpol pp harus dirubah pak.
Baca juga tulisan terbaru azaxs berjudul Perjalanan Itu…..
saya kira demikian, mas azaxs, juga kepada pihak pemda yang memberi komando itu. pasti ada yang salah sehingga perlu ada perubahan.
cukup kembalikan fungsi PP jangan Satpol…PP kan pamong praja, yang jelas artinya ngemong rakyat…embel-embel Satpol jelas disalah gunakan sebagai wewenang beertindak sak paneke udel nya dewe…
Baca juga tulisan terbaru ramudeng berjudul Free Blogger templates
Iya, akronim Satpol tampak berlebihan, sehingga rentan terhadap penyalahgunaan wewenang dan tugas.
menurut saya sebenarnya fungsi SATPOL PP itu hanya sekedar satpam jaga di pemda dan rumah dinas bupati…
masalah ketertiban itu urusan polisi, lha ini yang namanya menyalahi tupoksi..
Baca juga tulisan terbaru ciwir berjudul FATWA HARAM MUI
banyak yang berpendapat begitu, mas santri, dan saya pikir ada benarnya juga. kalau mereka diterjunkan di lapangan malah seringkali menimbulkan persoalan baru.
Kembalikan fungsi SATPOL PP keasalnya…!!!
Lebih cepat lebih baik!!!
Lanjutkan!!!
😆
Baca juga tulisan terbaru ciwir berjudul Cendikiawan Muslim disidang Gentayangan
walah, kok seperti slogannya para capres-cawapres toh, mas.
salam kenal
yah gak bisa menyalahkan satpol PP itself, mereka kan cuma nurutin perintah atasan, itu juga terkait dengan urbanisasi, masalah kesenjangan sosial antara desa dan kota, kan yg jadi kaki lima kebanyakan orang2 desa merantau di kota, jadi penyelesaiannya desa sebagai ibunya kota harus dimakmurkan dibangun agar orang2 desa ga merantau ke kota, jadi kesimpulannya salah semua(pemerintah, satpol PP, kaki lima)
Baca juga tulisan terbaru m4stono berjudul Emang Dasar Bajingan!
saya kira tidak salah, mas. kasus di surabaya, perlu dijadikan renungan semua pihak terkait agar lebih cermat dan hati2 agar tak sampai rimbul korban berikutnya.
sajaknya itu lho… luar biasa!!!
satpol pp itu lho… luar binasa!!!
Baca juga tulisan terbaru mantan kyai berjudul Kabar Bahagia dari Gunung Kelir
@mantan kyai,
satpol pp lunar binasa? hiks, mas ardy bisa aja nih bikin istilah,haks.
turut prihatin saja dengan perkembangan yang terjadi selama ini. itung2 buat kado ultah surabaya yang sudah semakin tua (tapi tak kunjung dewasa)..
note: lebih tua dari jakarta loh pak ternyata 😀
Baca juga tulisan terbaru novi berjudul Tahu Tek oh Tahu Tek
@novi,
walah, kaldo ultah kok malah penggusuran. semoga saja ndak terulang lagi, mas novi.
Dah Speechless deh pak. Dah gak tau mau ngomong apa lagi. Dah capek menghujat, memaki dalam hati.. 😡
Entah apa yang ada dalam benak mereka.
Apa mereka dah g punya nurani lagi??
Baca juga tulisan terbaru Adi berjudul Pesawat Hercules Jatuh
@Adi,
kita memang hanya bisa prihatin, mas adi, menyaksikan berbagai ulah kekerasan yang dipraktikkan satpol pp.
Salam
Wah saya paling bisa nangis dan miris klo lihat cara-cara operasi mereka yang duh ga manusiawi sama sekali, kok tega ya, yang lebih tega pastinya yang nyuruhnya itu. Hiks…
Baca juga tulisan terbaru nenyok berjudul Hofmann: Menjadi “Muslim” Sebelum Resmi Islam
@nenyok,
sama, mbak ney. kita hanya bisa berharap semoga kejadian tragis macam begitu ndak terulang.
Yach… saya setuju dikembalikan pada fungsinya.. Namun setahu saya juga, sebelum ada tindakan… setiap masyarakat yang terlibat didalamnya sudah ada pemberitahuan dulu… hanya saja masyarakatpun sudah bebal dengan peringatan yang ada… mereka lebih baik berhadapan dengan SatPol PP dari pada mengikutiperaturan yang ada…
Dalam hal ini bukan hanya SatPol PP yang salah.. masyarakatpun juga turut andil kesalahan.
@Cah Sholihah,
memang semua pihak terkait perlu melakukan introspeksi, mbak yanti, dan harus bisa menahan diri. mudah2an ada solusi terbaik.
satpol pp…
memang kita melihatnya sangat kejam…
tapi apakah kita tau…???
klo mereka juga manusia…
yang harus bekerja mencari nafkah…
kita tidak bleh menyalahkan salah satu pihak…
mereka hanyalah bawahan…
yang harus mematuhi perintah atasannya…
mungkin mereka juga tidak tega untuk berbuat keji seperti itu…
mereka juga tidak mau bertindak dengan kekerasan…
coba kita tengok kebelakang…
apakah para korban benar n mematuhi peraturan…
mungkin korban telah terlebih dahulu mendapat peringatan…
karna peringatan itu tidak di indahkan,maka turunlah satpol pp sebagai alat untuk menyelesaikan masalah…
intinya…kita harus bisa menilai dengan bijak…
nice post mas…
lam kenal yah 😀
@iklan baris,
salam kenal juga, pak. kita juga ndak tahu permasalahan yang sesungguhnya. yang kita lihat memang praktik kekerasan yang menurut saya, apa pun motifnya, tetep ndak bisa dibenarkan, apalagi harus tibul korban.
bubarkan saja SATPOL PP selesai masalah…
@imoe,
hehe …. sabar, mas imoe, sabar!
Itu ulah yang ngasih perintah tuh pak
Baca juga tulisan terbaru Catra berjudul Dia Tidak di Tempat Lain
@Catra,
kalau dicari siapa yang salah, sepertinya muter2 spt lingkatan setan, mas catra. bagusnya, semua pihak terkait mesti ontrospeksi dan bisa menahan diri.
saya bingung, di satu sisi banyak yang bandel menggunakan lahan tidak sesuai peruntukannya, di sisi lain membiarkan saja, setelah lama baru ditertibkan, caranya juga kurang baik… ❓
Baca juga tulisan terbaru Andy MSE berjudul Pakis Haji alias Cycas
pak satu, mari kita sebut saja mereka oknum, karena tak semua sipil berbaju militer ini tak berhati dalam menjalankan tugasnya. memang dilematis. terkadang rakyat juga–entah karena himpitan ekonomi dan kesempitan lapangan pekerjaan atau karena memang bebal–sering mengabaikan peraturan, curi-curi kesempatan.
tapi saya memang tidak dalam posisi menghakimi. merasa iba pun rasanya terlalu lancang juga tanpa berbuat apa-apa. jadi bagaimana sebaiknya ya, pak? 🙁
Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Lovable Doctor
kalau menurut saya sih, simpel aja, mbak yulfi, hehe … kalau memang dipandang efektif, kehadiran Satpol PP masih diperlukan. tapi kalau menjadi “musuh” pedagang dan masyarakat kecil, mending penertiban dan pengamanan diserahkan kepada polisi. apa pun dalihnya, kekerasan, apalagi harus sampai menelan korban jia, menurut saya tetep ndak bisa dibenarkan, mbak, hehe …
For SBY = Lanjutkan !!! ………….
For SAtpol PP = Bubarkan !!!!!!! .
Pak Satu kita juga tidak bisa menyalahkan satu pihak atas kekacauan saat penertiban kaki lima, saya bukan memihak satpol pp atau pedagang tapi saya melihatnya dari unsur ketertiban,kenyamana dan keamanan.bukan satpol pp atau pedagang kaki lima tapi yang salah oknum pemerintah daerah yang selalu minta uang retribusi setiap bulannya,maka dari itu untuk para pedagang kaki lima berdaganglah ditempat yang sudah ditentukan,
“KEKERASAN BUKANLAH JALAN TERBAIK UNTUK MENYELESAIKAN SUATU MASALAH TAPI AKAN MEMPEPARAH KEADAAN”
setuju, mas. semua pihak perlu mengikuti aturan main yang ada sehingga kekerasan demi kekerasan tdk membudaya dalam menyelesaikan masalah.
satpol pp.. ga da gunanya……
dukung untuk bubarkan satpoll pp
kalau perilaku mereka ndak berubah dan suka main gusur, agaknya layakmereka yang digusur, mas, hehe …
:((:((:((:((:((:((:((:((:-w:-w:-w:-w:-w:-w
hahahahahahaha….. sudah budaya tu ……
doh, makin repotkalau model kekerasan seperti itu jadi budaya, mas.
saya tak setuJu dengan satpoL PP
😕
perlu saudara2 ketahui…mereka juga manusia yg tak luput dr alpa dan khilaf….mereka hanya menjalankan tugas…jadi kita tidak bisa menggeneralisasi seolah2 satpolpp itu brengsek semuanya itu hanya ulah beberapa oknum!!masih banyak kok anggota satpolpp yg baik dan santun…coba anda bayangkan apakah anda rela dan ‘memaklumi’ bila trotoar yg harusnya buat pejalan kaki tp penuh dg pedagang shg kt lewat aja g bisa…apakah anda juga rela banyak pelacur dipinggir jalan yg berbuat maksiat seenaknya? apakah anda juga rela banyak gubuk2 liar di pinggir sungai yg mengganggu pemandangan dan menyebabkan banjir krn pihak terkait tidak bisa merawat sungai krn penuh dg bangunan liar? apakah anda juga makfum dengan anak jalanan,pengemis liar,yg mencari makan di perempatan jalan?serta apakah anda akan diam aja bila tanah hak milik anda didiami dan dihuni oleh penduduk liar yg mendirikan bangunan seenaknya?..apakah kita cukup dengan kata2..mereka kan cari makan…kasihan….tidak manusiawi…?kita tidak bisa hanya memandang sebelah mata pada salah satu aspek saja…tp aspek yg lain kt kesampingkan..contoh…kota jadi bersih…asri…bermoral…terhindar dari banjir….dasn masih banyak yg lainnya..sekali lagi itu hanya ulah oknum..dan sy rasa hukum pasti ditegakkan bila hal itu melanggar…tak terkecuali aparat satpolpp…yg perlu kt fikirkan adalah gmn mendesak pemerintah agar ikut memikirkan nasib mereka..bukan menghujat aparatnya…aparat dibayar oleh negara untuk menegakkan aturan yg telah ditetapkan..perda…dalam hal ini adalah produk hukum yg dibuat oleh walikota/bupati/gubernur….yg mendapat PERSETUJUAN dari DPRD…jadi aturan itu sebetulnya dibuat oleh rakyat sendiri yg diwakili oleh wakil2nya di dewan….jadi apalagi yg perlu diributkan..? salam hangat…dari saya…pedagang kaki lima..di surabaya….
Galang dukungan BUBARKAN SATPOL PP
GERAKAN SEJUTA FACEBOOKERS BUBARKAN SATPOL PP
http://www.facebook.com/group.php?gid=117819414900653
Peristiwa bentrokan Koja Berdarah sudah cukup bagi kita semua.
Salam Sahabat
.-= Baca juga tulisan terbaru Foto Unik berjudul "Gerakan Sejuta Facebookers Bubarkan Satpol PP" =-.
This is often a excellent blog. I’ve been back a couple of times during the last week and wish to register for your rss feed making use of Google but can not understand how to do it precisly. Do you know of any sort of instructions?
tanggung jawabnya
sungguh berat juga yach…:)
padahala di tanggung bersama” pasti lebih baik..