Pengumuman Review Cerpen Terbaik

kumcerSungguh, bukan hal yang mudah bagi saya untuk menentukan tiga review cerpen terbaik dari 22 review yang diikutsertakan dalam kontes. Kendala yang saya hadapi karena dua hal. Pertama, saya telanjur “memproklamirkan” diri sebagai yuri tunggal yang hanya mengandalkan daya intuitif, pertimbangan-pertimbangan subjektif, dan sedikit pengalaman literer saya pribadi; tanpa melibatkan pihak lain. Kedua, review cerpen yang masuk rata-rata memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang lebih repot, sebagian besar review itu memiliki bobot dan kualitas yang hampir berimbang.

Meski demikian, dengan segenap keterbatasan dan kekurangan yang ada, saya tetap harus mengumumkan siapa yang layak memenangkan kontes review itu. Tanpa mengurangi rasa hormat dan rasa terima kasih kepada segenap sahabat yang telah berkenan mengikuti kontes review itu, berikut ini saya putuskan peserta kontes review cerpen yang menjadi pemenang I, II, dan III dengan beberapa catatan pendek dari saya.

Pemenang I : ariss_ (me-review cerpen “Dhawangan”) berhak mendapatkan bonus uang tunai sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Berikut ini review cerpen selengkapnya.

DHAWANGAN, DAN SISI LAIN SAYA YANG “TERTAMPAR”, SEBUAH CATATAN PENDEK

Saya terperanjat, ketika niatan awal saya membaca cerpen Sawali Tuhusetya berjudul Dhawangan ini adalah untuk, menikmati aura magis yang disajikan dalam bentuk kesenian lokal bernama barongan, harus terkikis ketika saya dapati, bahwa di dalamnya terselip kritik sosial yang cukup menohok, terutama kepada kita-kita yang dalam hidup bertetangga, masih gemar menghina dan mencaci, serta memarginalkan individu yang kebetulan terlahir sebagai kaum difabel, baik dalam bentuk cacat fisik, maupun cacat mental.

Cerpen yang dihidangkan dengan pola sorot balik dengan menampilkan tokoh bernama Jayus yang diceritakan tersisih dari pergaulan masyarakat di desanya dan bahkan, sampai tidak diakui eksistensi dan garis kekerabatannya oleh saudara-saudara kandungnya sendiri hanya karena ia mengidap Halitosis (penyakit bau mulut [di sini dikisahkan mulut Jayus menyemburkan bau bacin]) ini, menampilkan dengan begitu apik bagaimana seseorang yang dianggap abnormal seperti Jayus, mendapat masalah sosial (dan psiko-sosial) di lingkungannya.

Dus, jika cerpen ini kita perlakukan dengan “skimming through” (membaca sepintas), gambaran yang kita dapatkan bisa dipastikan tak akan jauh dari kisah yang hanya menyodorkan atraksi pertunjukan barongan yang ditaburi bumbu-bumbu mistis layaknya cergam Petruk-Gareng-Semar karya almarhum Tatang. S. Alih-alih, pesan sosial yang begitu mendesak yang ingin disampaikan pengarang pun, tidak akan tertangkap. Bisa kita rasakan, bagaimana pilunya seorang Jayus yang sampai terpaksa merelakan harga diri dan sisi kemanusiaannya ditukar dengan sifat dhawangan ketika ia dengan memohon, meminta kepada Kang Marto Barong, pimpinan group “Singa Tata Jalma” yang memamerkan atraksi barongan, agar dirinya diperkenankan menjadi pemain dhawangan. Asumsi Jayus begitu sederhana, dengan membiarkan dirinya kesurupan kala mementaskan aksi dhawangan, ia akan bisa melupakan kesedihan batin bahwa dirinya hidup penuh dalam hinaan dan cacian orang-orang. Sebuah pemikiran dan bentuk eskapisme yang tentu wajar dipikirkan oleh sosok seperti Jayus (mungkin kalau contoh-contoh di sekitar kita, bentuk pelarian yang umum dipikirkan orang yang terkena tekanan batin, biasanya tak akan jauh-jauh, kalau bukan menjadikan diri sebagai kriminal dengan merampok atau menjadi psikopat, paling banter ya bunuh diri).

Membaca secara “dua lapis” cerpen Dhawangan ini, mengingatkan saya pada sebuah teori sosiologi yang membahas teori-teori umum perihal penyimpangan, yang salah satunya bernama “teori labeling”. Teori Labeling ini mengatakan, bahwa seseorang bisa menjadi menyimpang, ketika ia mendapatkan label-label (khususnya stigma) tertentu yang ia dapat dari hasil interaksi sosialnya. Seperti seorang yang baru keluar dari penjara, namun masyarakat sekitar tetap menganggap dan menyebutinya seorang maling, misalnya. Pemberian label “maling” secara terus-menerus ini, akan mengakibatkan individu yang bersangkutan, merasa bahwa dirinya tidak akan pernah bisa diterima lagi di masyarakat, ia merasa dirinya tidak diperkenankan berbaur dengan masyarakat sebagaimana individu lainnya, dan jelas ia akan merasa teralienasi. Eksesnya, karena ia tidak diterima lagi secara baik-baik, ia akan berpikir lebih baik menjadi maling kembali, sebab toh, meski dirinya sudah berusaha menjadi baik pun, cap “maling” masih saja dilekatkan pada dirinya. Begitu pula terhadap mereka-mereka yang disisihkan dari pergaulan sembari diberi label “gila”, “sudrun”, “bau bacin”, “pincang”, dan lain-lain. Orang yang diberi cap cacat mungkin tidak bisa berbuat lain selain peranan yang telah diberikan kepadanya. Pemberian label dan stigma yang demikian, akan menyebabkan orang tersebut menjadi penyimpang sekunder. Ia akan lari pada tempat dan pemikiran yang ia anggap nyaman, meski sebetulnya salah, contoh konkretnya menjadi seorang psikopat.

Ending terbuka dalam cerpen ini pun, membuat cerita serasa semakin bertambah mencekam; apakah kematian lima warga kampung yang mengenaskan dengan leher hampir terputus seperti terkena bekas gigitan makhluk ganas adalah ulah dari dhawangan sebagai sosok halus khas mitos dalam kisah-kisah zaman dulu, ataukah merupakan manifestasi dendam kesumat seorang Jayus terhadap mereka-mereka yang pernah mencaci dan menghinanya; entah, tak ada yang tahu (kecuali pengarangnya sendiri). Namun toh, seperti yang pernah dikatakan Radhar Panca Dhahana, bahwa ”sastra memang semestinya dikembalikan kepada pembaca, baik secara teoretis maupun praktis”. Dan senada pula dengan semangat postmodern, terwakili ucapan Barthes, bahwa “pengarang telah mati”, dan pembacanyalah yang memiliki kebebasan memainkan tafsir atas karyanya.

Meski pesan sosial yang dibawa dalam cerpen ini makin tersirat menjelang akhir cerita, sehingga semakin membuka mata kita apa yang mau disampaikan pengarangnya (yang membuat cerpen ini memiliki kekuatan–karena selain menekankan estetika kisah, juga menampilkan esensi cerita secara gamblang) tetap saja ada beberapa kekurangan dalam penyajiannya. Tapi, entah mungkin karena saya lebih cenderung mengamati sebuah cerita pendek dari segi substansi atau apa, membuat saya tidak terlalu memperhatikan detail-detail kelemahan cerpen ini, kecuali repetisi kalimat “…di tengah irama gamelan yang rancak ditingkah ketipak kendang yang menghentak-hentak…” yang saya rasakan cukup mengganggu (sampai ada dua-tiga kali diulang pada tiga paragraf). Padahal dengan melihat siapa sosok Sawali sesungguhnya (sebagai seorang yang memiliki kompetensi yang tidak perlu diragukan dalam dunia sastra kontemporer), semestinya beliau bisa memilih kalimat lain, meskipun saya akui, pengulangan kalimat yang digunakan bukanlah sesuatu yang sifatnya tautologis.

Lainnya, yang menjadi kekurangan (atau saya sebut saja keanehan yang lebih bersifat tanda tanya dibanding akhir kisah yang masih misterius), adalah peran Mak Timah selaku ibu Jayus. Penyebutan namanya yang hanya sekali, terkesan sebagai tokoh yang hanya dihadirkan sambil lalu, padahal ia sebagai Simbok yang diceritakan menjadi tempat satu-satunya Jayus mengadu dan satu-satunya orang yang masih sayang kepada Jayus, tentulah memiliki potensi yang tidak bisa diabaikan untuk menjadikan Jayus anaknya tetap tegar menapaki hidup. Tidak diceritakan pula, bagaimana kondisi batin sang ibu ketika mengetahui anaknya hilang bersamaan dengan hilangnya dhawangan yang, pada saat yang sama, menjadi awal terjadinya pembunuhan berantai yang terjadi di kampung yang menjadi setting cerita.

Tapi terlepas dari itu–sekali lagi seperti apa yang diucapkan Radhar dan Barthes–saya sebagai pembaca, memiliki akses penuh untuk melakukan dekonstruksi ulang, dengan melanjutkan kisah ini sekehendak hati jika ingin mengenyahkan segumpal rasa penasaran yang masih tertinggal di benak. Tapi saya tidak melakukannya, atau katakanlah, belum, sebab, dengan menikmati secara literer saja cerpen Dhawangan ini, selain saya jadi mengenal salah satu atraksi kesenian lokal (yang entah bersetting di Cirebon, Kudus, atau Jepara) ini, saya sudah mendapatkan pelajaran berharga, bahwa kita semestinya hidup ditaburi sikap saling menyayangi, menjaga lidah, tepa selira, mau menerima kekurangan orang lain, tanpa ada diskriminasi apalagi men-subordinasi mereka-mereka yang terlahir tidak normal.

Tentu, saya yang tidak bersih dari dosa pernah menghina dan mengejek orang di sekitar, merasa “tertampar” dengan cerpen buah tangan Pak Sawali ini, sebagaimana “tertampar”-nya seorang pelacur yang konon kemudian sadar dan tobat setelah membaca “Kota Kelamin”-nya Mariana Amiruddin. Bukan dengan dakwah atau khotbah yang berbusa dan berjam-jam saja yang mampu menyadarkan manusia, tapi lewat sebuah cerpen pun, tingkah polah seorang manusia bisa berbalik seratus delapan puluh derajat. Untuk hal ini, dan untuk yang ke sekian kalinya, saya angkat topi kepada Pak Sawali… (dan tentu, saya ucapkan terima kasih, cerpen panjenengan menyadarkan saya dari kekeliruan yang sebetulnya sudah lama melekat dalam diri saya ini, yakni kecenderungan mencaci kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ada pada diri orang lain).

[]

Parijs van Java | 16 Januari 2009
Menjelang Subuh…

Catatan:

Dengan menggunakan “teori labeling”, Ariss berhasil menguliti karakter Jayus yang tersingkir dari lingkungannya akibat stigma yang “sengaja” diciptakan oleh orang-orang di sekelilingnya. Tak hanya itu, dengan meminjam ucapan Barthes, “pengarang telah mati”, Ariss juga berhasil melakukan “apologi” secara argumentatif atas tafsir teksnya dan mengkritik kelemahan cerpen “Dhawangan” yang selalu terjebak pada pengungkapan narasi yang sia-sia. Ariss juga dengan jeli membidik tokoh Mak Tentrem yang dianggap terkesan sebagai tokoh “sambil lalu”, yang seharusnya memiliki potensi untuk tampil dalam teks secara utuh.

Pemenang II : NAQIB NAJAH (me-review cerpen “Jagal Abilawa”) berhak mendapatkan bonus uang tunai sebesar Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah).

Berikut ini review cerpen selengkapnya.

JAGAL ABILAWA: Sawali telah kerasukan ruh Sori Siregar, Edi AH Iyubenu, Kuntowijoyo

Sebelum anda berbangga dengan kalimat di atas, saya terlanjur menuliskan sebuah catatan sebagai berikut:

Bahwasanya seorang pembaca cerpen tak ubahnya penumpang angkot. Dan pengaranglah sopir kendaraan tersebut. Selamanya penumpang akan memasrahkan segalanya terhadap sopir. Masalah keselamatan, masalah kapan sampainya, masalah jalan yang terjal, itu urusan sopir. Sebab andalah pemegang kemudi. Namun, seberhak apapun anda, penumpangpun mempunyai kuasa untuk melayangkan protes. Seperti ketika anda tak berhati-hati pada tikungan tajam, atau ketika anda sedikit melamun.

Maka sebenarnya sah, ketika seorang pengarang menghendaki ending yang mengangetkan. (Bahkan karya yang seperti inilah karya yang diidam-idamkan pembaca) Namun, ketika anda mengerem sebuah kendaraan dengan mendadak, tanpa kapabilitas kendaraan yang mendukung, niscaya fatal juga apa yang akan terjadi.

Adalah wajar ketika istri ngidam kemudian menghendaki sesuatu yang aneh-aneh. Dan demikianlah yang terjadi terhadap Sumi, istri sang Narator. Maka sejatinya tak ada masalah sepanjang anda membangun konflik yang bermula dari ngidamnya Sumi itu. Dengan plot yang tak sebegitu berat, (mengingatkan saya akan gaya Almarhum Kuntowijoyo) anda berhasil membawa pembaca masuk ke dalam alam imaji anda. Bahkan ketika Sumi melahirkan bayi tanpa bantuan siapapun, itu adalah kewajaran. Bukankah bayi dalam rahimnya adalah bayi yang lain dari yang lain. Namun, dalam fase yang seharusnya genting ini, anda terlihat terlalu cair. Atau lebih kasarnya gagal menjiwai sebuah peristiwa.

Ketika kau berniat untuk menuls, penggallah kepalamu terlebih dahulu.
Kalimat di atas saya kutip dari ungkapan Joni Ariadinata. Dan memang betul, ketika kita mengarang cerpen, maka janganlah lebih mendahulukan kegeniusan ide, atau kebijakan tokoh. Sebab penjiwaan lebih wajib ketimbang beberapa perangkat itu.

Oleh sebab itu, mengapa cerpen Isbedi Setiawan, atau cerpen Juwayriyah Mawardi terasa indah walaupun konflik serta tokoh-tokoh yang dihadirkan tak sehebat atau sebijak Fahri? Dijawab oleh Yanusa Nugroho (dalam pengantar cerpen Isbedi) bahwa terkadang menyajikan perkara yang biasa itu sulit. Sebab dalam cerpen yang bertemakan biasa, satu hal yang lebih dituntut adalah penjiwaan. Penjiwaan yang saya maksud, bisa diartikan semisal penyajian bahasa, atau mengeluarkan beberapa ideologi, mengeluarkan kegelisahan-kegelisahan batin.

Namun, saya terlanjur menemukan jempol untuk menghadiahi bapak. Sebab, karya bapak adalah karya sastra yang tak mau lari dari konflik. Dan karya yang beginilah yang menurut I Nyoman Dharma Putra sebagai karya yang komplit. (Pengantar Cerpen Terpilih Kompas 2003). Jika seorang Sori Siregar adalah pesulap realita kedalam imajinasi, maka (saya kira) andapun pantas menyandang hal itu.

Catatan:

Dengan menggunakan analogi penumpang angkot, Naqib Najah berhasil meyakinkan saya bahwa sebagai penulis saya terlalu asyik dengan “dunia saya sendiri”. Sebagai “sopir”, saya lupa bahwa saya membawa penumpang yang tidak bisa begitu saja diperlakukan sewenang-wenang. Dengan menggunakan pendekatan intertekstualitas, Naqib Najah mampu memberikan pencerahan bahwa saya melupakan penjiwaan yang duanggap sebagai perangkat yang esensial dalam menulis cerpen, baik dalam penyajian bahasa, mengekspresikan ideologi, atau mengeluarkan kegelisahan-kegelisahan batin.

Pemenang III : denologis (me-review cerpen “Sang Pembunuh”) berhak mendapatkan bonus uang tunai sebesar Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah)

Berikut ini review cerpen selengkapnya.

Sang Pembunuh

Sepuluh tahun yang lalu, kampung kami kedatangan serombongan tamu dari kota. Mereka adalah rekanan Juragan Karta, orang terkaya sekampung. Ternyata, tujuan kedatangan mereka adalah untuk membangun pabrik di kampung. Buktinya, keesokan harinya Juragan Karta mengumumkan rencana itu dengan dalih untuk meningkatkan SDM dan SDA di kampung. Bahkan, disertai ancaman bagi yang menolak untuk mendukung rencana tersebut. Pak Lurah pun mengiyakan dan menyatakan dukungannya. Karena menolak menyerahkan tanah sawah dengan ganti rugi yang sangat sedikit, aku dan Mas Karjo dimusuhi habis-habisan oleh Juragan Karta dan anak buahnya. Mereka juga menghasut hampir seluruh warga desa untuk membenci kami. Hingga pada puncaknya, Mas Karjo dibunuh dengan sadis, dan aku difitnah sebagai pembunuhnya. Akupun divonis penjara selama 10 tahun, dan sampailah aku di penjara yang pengap ini. Namun, semangatku kembali menyala karena sepekan lagi aku akan bebas….

Review

Menurut saya, cerpen berjudul Sang Pembunuh ini cukup menarik, karena ide ceritanya yang cukup membumi. Relevan dengan kondisi riil sosial Indonesia, di mana pembangunan proyek kerap mengorbankan dan memaksa sejumlah warga seperti Aku untuk menyerahkan tanahnya dengan ganti rugi yang tidak setimpal. Selain itu, alur dalam cerpen ini juga cukup bagus karena menggunakan timing method khas penulisnya, present -> past -> future. Alur khas yang unik dan seharusnya tidak mudah ditebak. Namun, lebih dari itu, saya kira cerpen ini kurang memiliki taste. Diawali dengan blunder inkonsistensi kata ganti tokoh utama -yang sebenarnya tidak perlu terjadi-. Perhatikan perubahan kata “aku” dan “saya”. Terhitung ada 3 kata “aku” dan 51 kata “saya”. Cerpen ini menjadi terkesan terasa sepo (dingin) karena menggunakan kata “saya” sebagai kata ganti orang pertama. Bandingkan jika menggunakan “aku”. Selain itu, ritme cerita juga terkesan terlampau datar, tanpa adanya kejutan yang signifikan. Coba bandingkan dengan irama emosional dalam cerpen Marto Klawung atau Kang Panut. Sangat berbeda bukan? Seperti pada paragraf ke-3 dan ke-4. Terasa cemplang (drastis) ketika memasuki paragraf ke-4. Padahal, saya mengira penulis akan melanjutkan harapan-harapan “wah” di paragraf ke-3 pada paragraf ke-4. Juga ketika tokoh Aku sudah bebas dari penjara, keramahan warga kampung yang sebenarnya mengejutkannya diceritakan oleh penulis dengan biasa saja. Terkesan monoton dan kurang bertanggungjawab. Pada umumnya, cerpen ini memiliki nilai lebih tentang fenomena nyata dalam masyarakat yang diangkat. Namun, menjadi bumerang yang fatal karena diceritakan dengan tergesa-gesa dan melompat-lompat. Sedangkan secara keseluruhan, kesepuluh cerpen karya Sawali Tuhusetya ini lebih baik jika dibaca parsial. Karena terdapat banyak tabrakan antar cerita. Obyek penjara dalam Sang Pembunuh dan Penjara dideskripsikan nyaris sama. Juga, gambaran penulis untuk orang yang dituakan sebagai lelaki berikat kepala hitam, diulang-ulang dalam Sepotong Kepala, Kang Panut, dan Marto Klawung. Serta berbondong-bondongnya warga yang nglurug dalam Kepala di Bilik Sarkawi dan Kang Sakri dan Perempuan Pemimpi, sama-sama menggunakan perangkat manusia purba. Jadi, menurut saya, masing-masing dari sepuluh cerpen ini memiliki kelebihan masing-masing. Namun, akan sedikit menguap jika membacanya berurutan.:)

Catatan:

Yang dibidik pertama kali oleh Denologis adalah penggunaan sudut pandang “aku” yang dinilai inkonsisten. Dia jeli menerapkan stilistika penggunaan sudut pandang “aku” yang seringkali “berselingkuh” dengan “saya” yang akan sangat mengganggu upaya pembaca untuk menemukan keindahan cerpen. Penggunaan kata ganti “saya” dinilai terkesan terasa sepo (dingin). Dia juga jeli membidik dalam membandingkan cerpen “Sang Pembunuh” dengan cerpen-cerpen yang lain. Menurutnya, ritme cerita terkesan terlampau datar, tanpa adanya kejutan yang signifikan.

Ya, ya, ya, ini sebuah kontes review cerpen yang pertama kalinya saya gelar. Tentu saja, ini sebuah “taruhan” bagi saya yang telanjur memberanikan diri menjadi yuri tunggal. Risikonya, daya intuitif, pertimbangan-pertimbangan subjektif, dan sedikit pengalaman literer saya pribadi, bisa jadi tidak bisa sepenuhnya menjadi instrumen yang sahih untuk menentukan pemenang. Ini tidak lantas berarti saya menafikan kontes review cerpen sahabat-sahabat yang lain. Sungguh, semua review yang masuk menjadi asupan kritik yang mencerahkan dan mencerdaskan dalam proses kreativitas saya dalam dunia penulisan cerpen. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada segenap sahabat yang telah berkenan meluangkan waktu untuk mangapresiasi cerpen-cerpen saya.

Saya ucapkan selamat kepada para pemenang. Untuk mempercepat proses transfer, peserta yang dinyatakan sebagai pemenang I, II, dan III dimohon secepatnya mengirimkan nomor rekening  bank yang berlaku melalui email sawali64@gmail.com disertai alamat lengkap dan nomor telepon/HP yang bisa dihubungi. Ditunggu paling lambat 25 Januari 2009.

Nah, salam kreatif dan salam budaya!

184 Comments

  1. Wah selamat ea buat yang menang huhuhuhu saya kalah hehehe kalo ada kontes lg saya dikabari ya pak wali, matur tengkyu 😀

    • @Tim bpu,
      terima kasih banget atas keikutsertaannya dalam kontes review itu, mas. reviewnya sangat berharga buat saya. persoalan menang-kalah bukanlah hal yang utama. mudah2an masih ada even yang sama di blog saya, insyaallah saya kabari.

  2. wah selamat yah kepada para pemenangnya semoga semakin sukses dalam reviewnya di kemudian hari,dan tak lupa juga buat yang menjadi panitia selamat yah telah sukses acara

    Baca juga tulisan terbaru harry seenthing berjudul Green Guys

    • @harry seenthing,
      walah, nggak pakai panitia kok, mas harry, hehehe … hanya kontes kecil2an kok, hiks.

  3. Weh, si aris menang toh. *nodong aris buat makan makan*

    Ternyata kawan-kawan bloger pada jago ngereview gini ya pak. Lah, saya sendiri merasa mereviw itu bahkan lebih sulit dari membuat sebuah cerpen. Jauh lebih sulit.

    Baca juga tulisan terbaru dana berjudul Lelah

    • @samsul,
      terima kasih banget atas keikutsertaannya dalam kontes review itu, mas sam. reviewnya sangat berharga buat saya. persoalan menang-kalah bukanlah hal yang utama. terima kasih juga supportnya, mas sam.

      • @Sawali Tuhusetya,
        sama-sama pak sawali, saya turut senang juga acaranya meriah. benar, menang kalah bukan yang utama. semoga tulisan-tulisan bapak mengilhami dan memicu gairah sastrawan indonesia dan barangkali menggugah potensi umar kayam-umar kayam baru. saya bukan sastrawan,sih…cukup penikmat sastra hehehe 😳

        Baca juga tulisan terbaru samsul berjudul Kumpulan Nama-nama Bayi di samsulhadi dot com

  4. cerpen yang menang memang punya kualitas (itu bagi aku yang baru belajar menulis cerpen )dhawangan membuat aku ter ingat akan diri saya sendiri aku bangun dari kebodohan yang sama juga dari sebuah buku.untuk para pemenang selamat selamat selamat

    • @awie,
      wah, terima kasih, mas awie atas apresiasinya. saya lihat psotingan fiksi mas awie bagus juga kok. terus menulis, ya, mas. salam kreatif!

  5. GiE

    Akhirnya…

    Selamat buat pemenang!

    Walaupun kalah, saya malah makin termotivasi untuk mengasah kemampuan ilmu sastra. Siapa tahu pak sawali nanti bikin kontes yang beginian lagi. Hehe… 😀

    Sukses terus, pak!

    Salam kreatif!

    Baca juga tulisan terbaru GiE berjudul Sehat Di Musim Dingin

    • @GiE,
      terima kasih banget atas keikutsertaannya dalam kontes review itu, mas nug. reviewnya sangat berharga buat saya. persoalan menang-kalah bukanlah hal yang utama. mudah2an masih ada even yang sama di blog saya, hehehe … salam kreatif, mas nug!

    • @Adi,
      terima kasih banget atas keikutsertaannya dalam kontes review itu, mas adi. reviewnya sangat berharga buat saya. persoalan menang-kalah bukanlah hal yang utama. terima kasih juga support dan apresiasinya.

      • Adi

        Hehe, iya sih pak. Saya memang dari awal sudah g yakin menang. Bukannya pesimis tapi pas baca review yang lain berkualitas semua soalnya. Tapi sudah kadung janji ma pak Sawali mau ikut jadinya memberanikan diri nulis review. :mrgreen:

        Baca juga tulisan terbaru Adi berjudul All American Rejects – Move Along

  6. adipati kademangan

    selamat selamat kepada para pemenang 😛 .
    Senang sekali saya menjadi bagian dari ajang review ini (meski hanya sebagai penggembira saja)
    nunggu kalo ada yang mau traktir dari para pemenang

    • @adipati kademangan,
      terima kasih banget atas keikutsertaannya dalam kontes review itu, mas adipati. reviewnya sangat berharga buat saya. persoalan menang-kalah bukanlah hal yang utama. terima kasih juga atas support dan apresiasinya selama ini, mas.

  7. Wah..memang para pemenang diatas patut di acungi jempol dalam mereview. reviewnya bagus bagus terutama bahasa dan daya analisis nya itu lho…saya harus banyak belajar menulis nih…

    Baca juga tulisan terbaru boyin berjudul Employers to cut graduate jobs by 17%

    • @boyin,
      terima kasih banget atas keikutsertaannya dalam kontes review itu, mas boyin. reviewnya sangat berharga buat saya. persoalan menang-kalah bukanlah hal yang utama. terima kasih juga atas support dan dukungan mas boyin selama ini.

    • @jiwakelana,
      terima kasih support dan apresiasinya, mas. mudah2an masih ada even yang sama di blog ini pada kesempatan yang lain. doakan, ya, mas!

  8. Nyoba lintas jurusan ah …. tapi mbaca kok ya ra mudeng2 sih … (apa tidak jodo ya … hiks)

    • @wahyubmw,
      hehehehe … nggak juga begitu kok, pak wahyu. pak sn ratmana itu guru fisika, eh, cerpen2nya malah ciamik, hiks.

  9. Wah kalau ngelihat review para pemenang, jadi sedikit ga PD nih mau ngereview cerpen Pak Sawali… 😀

    Tapi, gpp deh saya usahakan sebisa2nya… (biarin ketahuan ga bisanya juga.. ) 😀

    Baca juga tulisan terbaru mathematicse berjudul Apa Kabar *****?

    • @mathematicse,
      walah, jangan sukan merendah begitu dong, pak jupri, hehehe … pak jupri pasti bisa bikin review lebih ok.

    • @BUGIAKSO,
      terima kasih support dan apresiasinya, pak bugi. alhamdulillah, pak, blog memang media yang tepat utk membangn semanat berbagi dan bersilaturahmi, pak, hehehe ….

    • @lovepassword,
      terima kasih banget atas keikutsertaannya dalam kontes review itu, mas love. reviewnya sangat berharga buat saya. persoalan menang-kalah bukanlah hal yang utama. terima kasih juga atas support dan dukungan mas love selama ini.

  10. aduh .. mantab nih review.
    saya jadi belajar gimana membedah dan menganalisa cerpen, serta pisau apa aja yang harus digunakan…

    *wishes pak sawali akan terus di jalur ini*

    eh, pak sawali, saya masukin agregat di http://sahabat.naralatu.com boleh pak ? itu planet agregator yang rencananya untuk komunitas cerpen.
    kalo yang IT kan udah ada, misalnya : http://planet.terasi.net .. hehe..

    Baca juga tulisan terbaru dadan berjudul Review : “Bung Hatta – Pribadinya Dalam Kenangan” (2)

    • @dadan,
      terima kasih suppotr dn apresiasinya, mas dadan. btw, ttg agregator, wah, makasih banget kalau dah mau nge-add, mas dadan. silakan, mas.

  11. wah selamat telah menjalankan tugas penjurian dengan baik pake!
    selamat juga buat para pemenang….

    Baca juga tulisan terbaru Ndoro Seten berjudul ASAL SELAT BALI

  12. wah..selamat buat para pemenang, intinya makan2 yaks..
    buat mas sawali, cahyo terus mas utk karya2 selanjutnya..

    Baca juga tulisan terbaru okta sihotang berjudul Teriaaaaaaaaak

    • @okta sihotang,
      makasih suuport dan apresiasinya, mas okta. mudah2an mash semanagt untuk nulis cerpen nih, hehehe …

  13. Wah, slamat buat para pemenang. Mnfaatkan hdiahnya untk kprluan dan jgn lupa sdekahx 🙂

    Buat p’de sawali maaf gak sempat ikut soalnya saya dlama masa2 ujian pa’de… Sukses buat pa’de sawali 🙂

    Baca juga tulisan terbaru Ardy Pratama berjudul Mulailah dari hobi Anda

    • @Ardy Pratama,
      gpp, mas ardy, urusan offline jelas perlu lebih diutamakan. makasih atas support dan apresiasinya selama ini, mas.

  14. selamat kepada para pemenang review karya pak sawali, semoga ke depannya saia akan turut serta dalam lomba tersebut, walau tidak berharap menang yang penting ikodan lombanya pak sawali….
    *menangkan saia pak ya.., nanti kalo saia juara tak bagi dua pak :mrgreen:bisik-bisik-*

    Baca juga tulisan terbaru gajah_pesing berjudul Manager Kopdar

    • @gajah_pesing,
      kekekeke … bisik2 pun tetep akan terdengar banyak orang kalau mas vay mau menyuap saya toh, kekekeke ….

  15. wah… yang dapet 500rebu… bisa dideketin nih.. biar dapet traktiran… wakakak :mrgreen:

  16. wah, review yang menang memang hebat-hebat banget, pak sawali jelas nggak salah pilih.
    untuk pak sawali sendiri, ide kompetisi review cerpen ini betul-betul kreatif dan memotivasi para bloger dan pembaca untuk belajar lebih baik lagi. sebagai usaha pertama, ide ini pantas diacungi jempol.
    selamat kepada para pemenang, selamat buat pak sawali. ditunggu traktirannya… :mrgreen:

    • @marshmallow,
      terima kasih banget atas keikutsertaannya dalam kontes review itu, mbak yulfi. reviewnya sangat berharga buat saya. persoalan menang-kalah bukanlah hal yang utama. terima kasih juga atas support dan dukungan mbak yulfi selama ini.

  17. Selamat bagi para pemenang ya…buat pak syawali hal kayak gini sangat membantu kita semua mengaktualisasikan diri terhadap sebuah karya sastra, jujur saja pak saya bukan kritikus, tapi lebih pada penikmat saja dan saya menikmati karya-karya pak syawali. MENURUT SAYA KARYA BAPAK PENUH MAGIS hehehehe, jadi saya tunggu karya yang lain…

  18. alhamdulillah….
    selamat untuk para pemenang….semoga semakin kreatif dalam segala hal…. 😀

    • @denologis,
      wah, selamat juga, mas deno. terima kasih banget atas keikutsertaannya dalam kontes review itu. reviewnya sangat berharga buat saya. tolong secepatnya kirim no rekening, alamat lengkap, dan no hp secepatnya, ya, mas!

  19. hampir lupa, selamat untuk pak sawali, semoga review2 ini bisa benar2 menjadi penyemangat kembali untuk berkreasi… 🙂

    • @denologis,
      terima kasih banget mas deno. semoga bisa kembali memiliki “adrenalin” utk nulis cerpen, hiks.

  20. wow, cerpen yang keren.
    ya iya lah, orang jadi cerpen terbaik. hehe..
    met lamet saja deh buat yang menang.

  21. selamad untuk para pemenang…
    semoga kontes-kontes seperti ini bisa terus dilakukan di masa yang akan datang ya pak…

    • @Epat,
      makasih support dan apresiasinya, mas epat, mohon doanya yah, semoga masih ada kesempatan utk menggelar even semacam ini pada masa mendatang.

    • @geRrilyawan,
      iya, bener banget, mas gerilyawan. review mereka benar2 tajam analisisnya. semoga saja harapan mas gerilyawan bisa terwujud.

  22. memang kalo lihat reviewnya, walah bagus semua, pasti posing pak sawali milihnya…
    selamat buat para pemenang, kemaren saya telat mbaca pengumumanya kalo nggak pasti ikut dan pasti dijamin tidak menang wekekeke….
    salut buat anda pak sawali…

    Baca juga tulisan terbaru suryaden berjudul Teror

    • @suryaden,
      hehehe … bener banget, mas surya, hiks, pusing. tapi alhamdulillah dengan segala kekurangan yang ada, akhirnya pemenang bisa saya putuskan, mas. wew… kenapa mas surya kok jadi merendah begitu, hiks.

    • @zakiyah,
      makasih support dan apresiasinya, mbak zakiyah. mohon doanya, ya, mbak, semoga bisa nerbitin kumcer lagi, hehe ….

  23. wah maaf pak sawali, ssaya terlupakan. maaf yah. saya ngurusi taman baca dulu, jadinya lupa ada lomba ini. maaf pak.

  24. penonton kecewa, hiks
    hehehe
    selamat buat yang menang ya, meskipun gagal mendapatkan hadiah tapi saya tetap senang karena nama saya masih muncul.

    Baca juga tulisan terbaru Iwan Awaludin berjudul Upacara Bendera

    • @Iwan Awaludin,
      wah, maaf banget, pak iwan, tapi yang pasti, review pak iwan sangat berharga utk saya. makaih banget atas keikutsertaannya dalam kontes itu, pak.

    • @Toppedia,
      makasih support dan apresiasinya, mas toppedia. wah, sepertinya mas toopedia ngadain kontes juga?

  25. Salut tuk Kang Sawali masih sempat jadi yuri. Dan slamat kepada para pemenang.
    trimakasih sukses slalu.

    Baca juga tulisan terbaru aminhers berjudul welcome UN 2009

  26. Gak salah pilih deh, pak. Pemenangnya memang hebat2 semua. Sip deh! Salut buat para pemenang.

    Baca juga tulisan terbaru francis berjudul SMS ULTAH

    • @francis,
      iya, sempat bingung juga utk menentukan pemenangnya, mas fata. review yang masuk rata2 bagus dan berbobot. makasih juga atas keikutsertaan mas fata.

  27. Wah selamat pak sawali.. Lomba review berjalan lancar…
    selamat juga kpada para juara 😀

    Baca juga tulisan terbaru azaxs berjudul Ziarah Wali Blogger

    • @TENGKU PUTEH,
      bisa dilacak di halaman arsip, mas tengku. maaf, kategori dan tag-nya campur aduk, hiks.

  28. klik kanan save as saja pak… karena itu nggak pake codex.
    Makasih supportnya pak..

  29. wah perasaan tadi saya udah koment di postingan ini tapi kok nggak muncul yah?
    hehehe mungkin ada yang salah dengan minioperasaya.

    jadi saya koment lagi aja…. 😀

    sangat menyenangkan saya rasa suatu tulisan dihargai dengan tulisan lagi walaupun itu dalam bentuk kritik ataupun review. tak banyak yang dapat menerima dengan lapang dada dan berjiwa besar apalagi memberikan hadiah. jadi pasti sulit sekali untuk menentukan pilihan pemenangnya jika malah kemudian di adakan kontes hehehe

    selamat buat pemenang dan terlebih… salut buat pak sawali.
    🙂

    Baca juga tulisan terbaru burem berjudul persembahan

  30. Wah.. selamat buat para pemenangnya. Telat nih taunya.. Kapan ada lomba review lagi, pak?
    Kabar2 ya..
    😛

    Baca juga tulisan terbaru siwi berjudul Untitled

    • @siwi,
      makasih support dan apresiasinya, mbak siwi. wah, tentang kontes, mohon doanya, ya, mbak, semoga ada kesempatan utk menggelar even itu lagi. mbak siwi mesti ikutan, yak?

    • @mantan kyai,
      makasih support dan apresiasinya, mas ardy. wah, mas ardy mesti capek nyiapin ziarah bloger timur-tengah, hehehe … sayang sekali, saya ndak bisa ikutan, mas.

    • @Catatan Muslim,
      begitulah, mas muslim. review temen2 bener2 bikin saya salut dan kagum. rata2 bagus dan berbobot.

    • @casual cutie,
      makasih support dan apresiasinya, mbak cutie. btw, ini bukan kontes nulis cerpen, kok, mbak, sekadar me-review cerpen, hehehe …. salam kreatif!

    • @Danta,
      makasih support dan apresiasinya, mas danta. doakan ya, mas, semoga masih ada kesempatan utk menggelar even semacam itu. mas danta mesti ikutan loh, yah, hehehe ….

  31. wah selamat buat para pemenang.
    saya biar ngga menang tapi senang, punya pengalaman ikutan kontes. minimal melatih rasa.
    Kapan-kapan adakan lagi ya pak. Saya InsyaAlloh ikutan lagi

    • @mascayo,
      makasih support dan apresiasinya, mascayo. terima kasih juga atas keikutsertaan mascayo dalam kontes itu. review mascayo sungguh berharga buat saya. salam kreatif!

    • @Ersis Warmansyah Abbas,
      makasih support dan apresiasinya, pak ersis. salam hormat saya juga untuk pak ersis.

  32. selamat buat pemenang!!!
    klau ada review lagi bolehkah saya ikutan pak???
    heheheh dah bosan nulis paid review mulu 😀

    Baca juga tulisan terbaru zoel berjudul Mengertilah….

    • @zoel,
      makasih support dan apresiasinya, mas zoel. wah, sungguh senang kalau mas zoel mau ikuatan pada even berikutnya, hehe … napa bosen nulis paid review, mas? kan banyak duwitnya, hehehe ….

  33. Saya ikutan belajar pak….
    Belajar dari cara bagaimana para penulis membedah suatu tulisan (hehehe…maklum belum pernah pak, selama ini pengalamanku hanya ikut sebagai pembimbing makalah dan penguji…tapi kan beda cara analisisnya).
    Selamat buat pemenangnya, dan terutama buat pak Sawali yang punya ide ini.

    Baca juga tulisan terbaru edratna berjudul Apa fungsi Blog,YM,FS,MP,FB bagi anda?

    • @Juliach,
      terima kasih support dan apresiasinya, mbak julia, hehehe … kalau ada event review lagi, sungguh senang kalau mbak julia berkenan ikutan

  34. Wa..keren..keren ada lomba ginian.
    Kok saya baru tau yah. TELAAATTTT…

    • @elly.s,
      walah, dah lama mostingnya, kok, mbak, hehehe … semoga event berikutnya mbak elly berkenan ikutan.

  35. para pemenang pasti gembira
    dan bahagia memperoleh apresiasi
    langsung dari sang penulis cerpen
    tradisi seperti ini patut
    dikembangkan di masa mendatang
    sehingga bakat-bakat terpendam
    para blogger semakin tergali
    thanks mas 🙂

    Baca juga tulisan terbaru Mikekono berjudul Semua Pria Berbakat Selingkuh ?

    • @Mikekono,
      terima kasih support dan apresiasinya, mas agus, hehehe … iya, ternyata review temen2 bloger bener mantab dan berbobot.

    • @endar,
      terima kasih support dan apresiasinya, mas endar. mohon doanya, ya, semoga pada kesempatan lain masih ada even kontes review cerpen atau yang lain, hehehe … sungguh seneng kalau mas endar mau ikutan.

  36. Deni Kurniawan As'ari

    Ternyata Mr. Sawali itu guru yang berjiwa sosial ya…
    Bagi-bagi hadiah (duit) untuk mengembangkan dan memajukan dunia kepenulisan. Uang pribadi atau uang hasil nulis juga?
    Luarrrrrr biasa….

    Perlu ditiru oleh penulis lain…
    Bagi-bagi kebahagian dengan mengajak menulis…

    Baca juga tulisan terbaru Deni Kurniawan As’ari berjudul Mengoptimalkan Organisasi Profesi Guru

    • @Deni Kurniawan As’ari,
      widih, biasa saja kok, pak deni. kan banyak juga temen bloger yang menggelar kontes juga, hiks.

    • @alifahru,
      terima kasih support dan apresiasinya, mas fahru, hehehe … iya, ternyata review temen2 bloger bener mantab dan berbobot.

  37. 😀 Wach rame banget
    salam kenal dulu Pak Guru

    Selamat ya bagi pemenang semoga tambah semangat kedepannya

    Blognya keren banget

  38. weh, selamat buat para pemenang yah, eh pak. ituh bukunya udah ada di gramedia ndak pak ? coba mau beli ah.

    • @hendra,
      makasih support dan apresiasinya, mas hendra. ttg kumcer sepertinya sdh ada kok di gramedia sejak beberapa bulan yang lalu, hehehe …

    • @genthokelir,
      matur nuwun atas apresiasi dan supportnya, mas totok, terima kasih juga atas keikutsertaannya dalam kontes itu. review-nya sangat bermanfaat utk saya.

  39. Salut dan hormat bagi para pemenang dan yang telah ikut serta.
    Semoga ini makin memperkaya khazanah sastra Indonesia.

    Btw, foto di atas kok rasanya familiar orang dan tempatnya. He-he.

    Baca juga tulisan terbaru Daniel Mahendra berjudul Bukan Tiket Sekali Jalan

    • @Daniel Mahendra,
      makasih support dan apresiasinya, mas daniel. hiks, itu memang foto mbak miranda di tim saat eluncuran kumcer itu, mas daniel, hehehe … mas daniel kan memang sudah sering ke tim. jadi hafal dong!

    • @Damai Kampanye,
      hhehehe …. gpp, mas, kontes ini sekadar utk meramaikan momen setahun usia blog, kok.

  40. selamt dah buat para pemenang terus semangat dan terus salurkan ide ide kreatif mu.

  41. sungguh para pemenang yang bikin saya syirik jadi pemenang ..
    he”…
    semangat terus untuk jadi pemenang..:)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *