Perempuan Bergaun Putih di Bukit Cokrokembang

Senin, 29 Desember 2008, saya kembali didaulat oleh komunitas STESA (Studi Teater dan Sastra), sebuah kelompok studi yang diakrabi oleh sejumlah pelajar Madrasah Aliyah (MA) Negeri, Kendal, Jawa Tengah, untuk menggawangi acara “penciptaan” dalam sebuah agenda bertajuk “Latihan Alam Dasar Teater”. Ya, ya, ya, sebuah agenda rutin yang digelar setiap tahun oleh sejumlah anak muda di bawah komandan sahabat saya, Aslam Kussatyo, seorang guru sekaligus penggiat teater yang sudah malang-melintang dalam berbagai aksi panggung di Jawa Tengah.

Bukit Cokrokembang, desa Mentosari, Gringsing, Batang, Jateng, yang tampak cerah dan bersahabat sore itu menjadi saksi terhadap kiprah belasan anak muda yang hendak menyelami dunia penciptaan teks sastra. Suasana hening. Sesekali terdengar deru arus yang memancar dari dam Kali Kutha, sebuah sungai yang membelah secara geografis dan sekaligus administratif antara wilayah Kendal dan Batang.

cokro1cokro2cokro3

Berikut ini beberapa “wejangan” yang sempat saya sampaikan dalam acara yang berlangsung mulai pukul 14.00 hingga 16.00 WIB itu.

Kreativitas dalam dunia Penciptaan Teks Sastra

Kreativitas berkaitan dengan kemampuan daya cipta. Kehidupan berkaitan dengan penafsiran nilai-nilai hidup dan kehidupan yang bermakna dalam upaya meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan. Dalam dunia penciptaan teks sastra, seorang penulis, mau atau tidak, harus mampu memadukan dua “kekuatan” itu sekaligus dalam teks-teks ciptaannya.

Dunia sastra sangat berkaitan dengan dunia yang tidak kasat mata. Teks sastra menyajikan persoalan hidup dan kehidupan secara fiktif, tetapi secara moral dan logika harus dapat ”dipertanggungjawabkan”. Bisa saja seorang penulis menyajikan konflik perjalanan hidup seorang pencandu narkotika yang tega menyiksa diri dan merusak masa depannya melalui ”pil atau serbuk setan”, misalnya. Namun, peristiwa yang digambarkan tetap harus utuh dan menampakkan kewajaran dari sisi moral dan logika. Jadi, meskipun hanya merupakan karya imajinatif, teks sastra tetap harus menampakkan keutuhannya sebagai teks yang runtut penalarannya.

Emha Ainun Najib mengatakan, pekerjaan sastra memang merupakan pekerjaan halus, pekerjaan rohaniah. Namun, bagi yang berminat mengembangkan bakatnya tidak sesulit menekuni olahraga. Jika dalam sepak bola aturan-aturan main harus dipahami sebelum main sepak bola, sedangkan sastra –meski belum jelas; apakah itu soal kosa kata, dan sebagainya– tulis saja terus, sambil mencari waktu membaca karya sastra, kemudian karya tersebut disimpan, dibaca lagi, diperbaiki lagi, diendapkan lagi.

“Semua penyair/cerpenis mengalami kesulitan menulis. Kalau tak demikian, tak lahir karya bermutu. Jadi, tulis saja dulu, meski katanya keliru, nanti akan ada komparasi, perbaiki kekeliruan, supaya ada dialektika dengan diri. Puisi menarik karena ia merangsang pikiran. Bisa saja dalam sebuah karya ada analisis sosiologis, antropologis dan sebagainya,” ungkap Emha. Hal senada juga dikemukakan Wisran Hadi. Menurutnya, bila banyak “peraturan” atau teori justru bisa jadi penghambat dalam menulis. Untuk itu, jangan peduli dulu dengan aturan ini-itu, yang penting menulis, dan terus menulis. Nah, bagaimana, menulis teks sastra tak perlu teori, bukan?

***

Bagaimana mengawali penulisan teks sastra? Tidak usah mempersulit diri. Apa pun yang ada di sekitar kita bisa dijadikan bahan cerita. Teman yang putus cinta, konflik dengan orang tua, gagal naik kelas, kecelakaan lalu lintas, korban narkoba, dan semacamnya bisa diracik menjadi sebuah teks yang menarik. Jadi, kita mesti jeli mengamati berbagai peristiwa yang berlangsung dalam kehidupan di sekitar kita sehari-hari. Lalu, sajikan peristiwa itu secara menarik dengan menggunakan kata-kata yang ekspresif. Ekspresif artinya mampu menyajikan peristiwa dengan menggunakan kata-kata yang dapat menggambarkan apa yang dilihat, didengar, diraba, dicium, atau dirasakan oleh penulis secara tepat. Hal itu bisa dilakukan dengan menggunakan ungkapan (idiom), majas, atau ujaran langsung.

Coba perhatikan kutipan cerpen berikut!

“Melati … Melati … harum dan mewangi …”

Setiap potongan syair dangdut itu terdengar, para tetangga segera paham, Sarkawi baru saja pulang dari hutan. Ia pasti sedang terlihat leyeh-leyeh, sembari memeluk kucingnya.
Mulanya para tetangga memang merasa aneh dengan dendang Sarkawi. Ya, selama ini ia lebih dikenal akrab dengan tembang Jawa atau lagu-lagu tayuban, baik dari mulutnya maupun dari radio kotaknya yang besar itu. Tapi, mereka kemudian mengerti juga, syair dangdut itu ternyata bukan pertanda peralihan selera. Bukan. Ia hanya ungkapan sayang bagi momongannya, si Melati.

Kalau saja punya cucu, Pak Wi, begitu lelaki pencari kayu bakar itu dipanggil, tentu pantas dipanggil kakek. Tapi, jangankan kok cucu, sampai usianya yang menginjak senja, seorang anak pun tak ia miliki. Pernah memang seorang bocah mewarnai kehidupannya, perempuan lagi. Tapi nasib malang merenggut hidup bocah itu ketika belum genap berumur 10 tahun. Sejak itu, Pak Wi dan istrinya tak pernah lagi dikaruniai seorang anak pun. Sebenarnya ada keinginan untuk memungut anak dari famili atau tetangga. Namun, hidupnya yang tak pernah lepas dari kesulitan membuat keinginan itu hanya sebagai keinginan …

(Dikutip dari cerpen “Melati” karya Mahfud Ikhwan)

Struktur cerpen terbentuk dari lima unsur yang saling berkaitan, yaitu perbuatan, penokohan, latar, sudut pandang, dan alur (plot). Tokoh yang dikisahkan melakukan perbuatan atau tindakan yang terjadi pada waktu dan tempat (latar) tertentu berdasarkan tahapan-tahapan tertentu (plot) dari sudut pandang (pusat pengisahan) penulisnya. Daya pikat sebuah teks cerpen sangat ditentukan oleh keterampilan sang penulis dalam menyatukan unsur-unsur cerita sehingga mampu merangsang minat pembaca untuk mengetahui jalan cerita selanjutnya.

Hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah membangun karakter tokoh. Ada banyak cara yang bisa digunakan, di antaranya:

  • Melalui ucapan-ucapan si tokoh: Ucapan si tokoh dalam menggambarkan karakternya. Orang yang sopan tentu berbeda cara ngomongnya dengan orang yang bengal. Orang pemarah tentu beda cara ngomongnya dengan orang yang penyabar. Demikian seterusnya.
  • Melalui pemberian nama: Dalam kehidupan nyata, nama seseorang memang tidak identik dengan sifat dan perilaku orang tersebut. Namun, dalam dunia fiksi, kita bisa memberikan nama-nama tertentu untuk memberikan kesan karakter yang berbeda-beda. Misalnya, nama Dewi cenderung berkesan anggun dan keibuan. Sedangkan, nama Susan cenderung berkesan centil dan genit. Pemberian nama juga hendaknya disesuaikan dengan setting cerita dan karakter etnis dari tokoh tersebut. Misalnya, aneh rasanya jika kamu menceritakan seorang tokoh yang beragama kristen, tetapi dia bernama Abdullah. Atau, kamu menceritakan tentang seorang tokoh yang ber-etnis Jawa, dan sejak lahir hingga dewasa tinggal di Kendal, tetapi dia bernama Michael. Kalaupun kamu harus memberikan nama yang seperti itu, hendaknya kamu memberikan penjelasan yang memadai mengenai hal itu (mengapa orang Jawa yang sejak lahir tinggal di Kendal bisa punya nama Michael, dan sebagainya)
  • Melalui diskripsi yang disampaikan oleh si penulis: Ini adalah cara yang cukup umum dan gampang. Contohnya: “Wina adalah gadis yang amat penyabar, ia selalu memulai ucapannya dengan senyuman.”
  • Melalui pendapat tokoh-tokoh lainnya di dalam karya tersebut, contoh: Nia berkata, “Joko itu pelit banget deh. Masa udah ketahuan di dompetnya banyak duit, dia ngaku lagi bokek!”
  • Melalui sikap atau reaksi si tokoh terhadap kejadian tertentu, contoh: Ketika seorang anak memecahkan gelas, apa yang dilakukan ibunya? Dalam hal ini, kita harus merumuskan dulu secara jelas, bagaimana karakter si ibu. Apakah dia pemarah, penyabar, suka mencaci-maki, dan sebagainya. Jika yang diceritakan adalah seorang ibu yang penyabar dan penuh pengertian, tentu tidak akan membuat kalimat yang menceritakan bahwa si ibu marah besar lalu memaki-maki anaknya.

Jangan sekali-lagi merusak karakter tokoh dengan hal-hal yang kontradiktif. Misalnya: kamu menceritakan tentang tokoh Ali yang penyabar dan selalu santun dalam bicara. Namun dalam sebuah bagian cerita, kamu membuat kalimat seperti ini: Ali sangat terkejut mendengar cerita Hasan. Dadanya bergemuruh, mukanya merah, dan ia menatap Hasan penuh kebencian. “Bajingan loe!” teriaknya dengan kasar.
***

Teks sastra yang kamu buat akan menjadi lebih bermakna jika dibaca orang lain. Oleh sebab itu, kamu perlu memublikasikan teks karyamu ke media massa, majalah sekolah/remaja/umum, koran, atau tabloid. Sekarang ini, cerpen/puisi ”dimanjakan” oleh berbagai media. Hampir setiap penerbitan selalu menyediakan rubrik cerpen/puisi. Peluang ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ada baiknya, kamu memiliki beberapa alamat redaksi majalah/koran. Lebih bagus lagi jika memiliki alamat e-mail; lebih murah dan praktis.

Jangan putus asa kalau gagal dimuat. Resep menjadi penulis sukses tidak mengenal putus asa dalam kamus hidupnya. Yang penting menulis, menulis, dan menulis. Yang tidak kalah penting, kamu harus banyak membaca teks sastra yang dimuat di berbagai koran atau majalah. Kalau mengalami kebuntuan dalam menulis?

  • Salinlah beberapa paragraf atau halaman dari buku kesukaanmu.
  • Tirulah gaya penulis favoritmu.
  • Berusahalah menulis dengan gaya yang baru bagimu.
  • Petakan kebuntuanmu menulis dalam bentuk gambar. Gunakan imajinasimu. Gambarlah apa saja. Melalui kegiatan ini “kedua belah otak” kamu bekerja dan merangsang pikiran kreatif.

***

Itulah beberapa wejangan yang sempat saya sampaikan kepada para awak STESA. Untuk memberikan gambaran yang lebih utuh, saya meminta salah seorang peserta untuk membacakan cerpen “Perempuan Bergaun Putih”. Suasana hening tampak bergelayut di bukit Cokrokembang. Suasana singup yang terbangun lewat kerangka cerita yang agak mistis serasa hadir di perbukitan yang berseberangan dengan Kalikutha itu. Saya berharap, semoga kelak mereka bisa menjadi penulis ternama yang karya-karyanya turut mewarnai dinamika kesusastraan Indonesia mutakhir. ***

84 Comments

    • Komen disini sepertinya lebih asyik, hehe…
      Soal teater dan sastra, saya tidak bisa berkomentar *menjura 3x*…
      Tapi, gambarnya itu lho… Dam itu salah satu favorit saya, beberapa kali saya pernah ke sana, juga ke Dam Kali Bodri di selatan Pegandon.. Wow keren…

      • wew…. mas andy bener2 pelancong kelas wahid, hiks, bumi jateng mana yang belum disinggahi. salut juga nih, sampai2 dam kali bodri pun pernah juga disambangi. duh, jadi malu saya, yang ndak pernah pergi-pergi, hiks.

  1. jarang2 nih dapet pertamax di blog kren kek gini…
    mumpung orangnya gie jalan2 sore..ngomong terusss….

  2. wahh..salut deh mas..
    begitu tulus dan ikhlasnya mas sawali tuk menularkan apa yg mas punya demi kemajuan dunia satra Indonesia..
    Yakinlah..apa2 yg mas perbuat akan mendapat imbalan yg setimpal dari-NYA. Aminn

    Baca juga tulisan terbaru Nyante Aza Lae berjudul Nomor Sepatu?

    • hehehe ,,, iya, ya, mas love. komen urutan berapa pun nggak masalah kok. duh, kok pakar sih, mas, hiks. hanya kebetulan senang sastra ajh.

    • duh, jadi malu saya, mas tengku, hiks. itu wejangan utk anak2 stesa, kok. saya merasa ndak layak kalau harus memberikan wejangan kepada si Abu, hehehe … ok, saya tunggu cerpen2 si abu, mas tengku.

  3. Terimakasih atas tips apabila mengalami kebuntuan dalam menulis. Itu sangat berharga bagi saya, Pak, yang sering mengalami kebuntuan dalam menulis, terutama apabila akan menulis sastra.

    • walah, mas arif kok ikut2an, hiks. itu trik utk anak stesa, kok, mas. kebetulan acara itu rutin digelar menjelang akhir tahun.

    • betul banget mas fahru. blog sangat bermanfaat utk mengasah keterampilan menulis. duh, mas fahru kok jadi merendah gitu, hehehe … memang tulisan yang nyeni itu yang seperti apa? hehehe ….

  4. pengerjaan sastra bukan pekerjaan mathemathik namun memang sangat di memperhitungkan banyak hal
    penggambaran utuh terhadap alur cerita yang mendekati pada pesan yang tersirat adalah keinginan yang harus di pertimbangkan sekali
    salut dn mudah mudahan PEREMPUAN BERGAUN PUTIH sampai di Gunung Kelir

    Baca juga tulisan terbaru genthokelir berjudul The Kingdom Of Gunung Kelir

    • wah, pernyataan mas totok betul banget. sastra memang bukan hitungan matematik. dalam sastra 2+2 tdk harus 4, hiks, tapi bisa bilangan berapa saja, tergantung yang nulis, hehehe … btw, insyaallah, perempuan bergaun putih-nya ada waktu utk sampai ke pertapaan gunung kelir, mas totok, biar kenal juga dg yang mbahureksa, hiks.

  5. pak Sawali, bisanya saya kalau ingin ngarang sesuatu atau nulis sesuatu biasanya ditemani sama segelas kopi sama rokok. saya juga tidak tahu kenapa, kalau tidak tahu ide-ide juga sulit keluar kalau tidak gitu.

    yang saya tanya sama bapak, biasanya kalau lagi nulis, apa yang bisa membuat ide-ide bapak selalu bersemi dan bersemi da tumbuh setiap saat 🙂
    makasih 🙂

    Baca juga tulisan terbaru arifudin berjudul Gathering akbar kotareyog.com report

    • hehehe … ternyata mas arifudin perok dan pencandu kopi juga. ndak jauh beda dg saya, mas, hiks… walah, istilahnya kok bersemi dan bersemi, seperti tumbuhan saja toh, mas. duh, saya juga asal mosting aja kok, begitu ada ide. ndak perlu ditunda-tunda, hehehe ….

  6. “Semua penyair/cerpenis mengalami kesulitan menulis. Kalau tak demikian, tak lahir karya bermutu. Jadi, tulis saja dulu, meski katanya keliru, nanti akan ada komparasi, perbaiki kekeliruan, supaya ada dialektika dengan diri. Puisi menarik karena ia merangsang pikiran. Bisa saja dalam sebuah karya ada analisis sosiologis, antropologis dan sebagainya,” ungkap Emha. >>>>
    bisa jadi pembenar atas blogku dong pak guru

    yang ngak pernah paham akan penulisan
    hihihihi

    • wew…. lagi2 mas suwung terlalu merendah, hiks. saya malah suka banget dg gaya pengungkapan mas suwung. jadi lebih interaktif dan komunikatif dg pembacanya, hiks.

  7. Komentar saya sangat tidak bernuansa sastra.
    Hanya satu yg saya ingat, dulu saya sering adul kali di Cokro Kembang.
    (5 taun saya tinggal di deket koramil nGgringsing, deket puskesmas.)
    Seminggu sekali tiap Sabtu Sore acarane adus kali ning bendungan

    Baca juga tulisan terbaru marsudiyanto berjudul Bermetamorfosa di metaMARSphose

    • wah, ternyata pak mar sudah sangat akrab dengan desa cokrokembang. 5 tahun lamanya? nah, masih sering mampir ke sana, ndak, pak mar?

  8. wah, pak sawali, ini emang sastrawan, tapi kok, orangnya rapi yah ? klau temn2ku yang anak sastra, penampilannya pada semprawut, wkkkk, maaf yah pak. 😆

    Baca juga tulisan terbaru hendra berjudul Tekken In Memory

    • duh, kok sastrawan toh, mas hendra, hiks, masih jauh dari predikat semacam itu. btw, sastrawan sesungguhnya tdk identik dg penampilan yang semrawut, mas hendra, tapi lebih pada semangat dabn jiwanya. *halah* banyak juga kok sastrawan yang tampil necis dan parlente.

  9. wah gimana kalo kita mendiskusikan perempuan bergaun putih di gunungkelir??? mumpung mas gentho lagi libur 😀
    nb: aku telpon njenengan kok ga diangkat .. hiks 🙁

    • wah, usulan yang bagus dan menarik, mas ardy. saya setuju itu, hehehe … btw, kok ndak ada pesan telp. yang masuk yak. insyaallah saya berusaha utk merespon setiap kali ada dering di hp, mas ardy, hehehe ….

    • wah, ternyata pak marko pernah lewat kendal juga, mestinya pak marko bisa sebenatr main2 ke gubug saya, hehehe … kapan2 mampir, pak.

  10. Oh….Pak Sawali juga orang Teater juga iya…. Pak Aslam Pasti kenal saya… Saya dulu itu di MAN Kendal juga latihan Teater juga sama Pak Aslam….hanya kemudian saya setelah lulus, memperkuat Teater Kuning Kaliwungu….

    Terus saya hijrah ke Jogja dengan Teater Merah Putih….
    Wah jadi kangen Ber Teater nih…..

    Benar Pak Sawali nih…. untuk menulis sastra ya gitu… sayang anak-anak kita yang kurang telaten ya Pak.

    Baca juga tulisan terbaru Jahid Klw berjudul 1 SURO 1430 H

    • walah, sebenarnya saya bukan orang teater, om jay. kebetulan saja suka nonton pentasnya, hehehe … sangat jauh jika dibandingkan mas aslam atau om jay, hiks. semoga saja generasi muda makin banyak yang suka menulis juga, om.

    • walah, ini sih trips utk anak2 stesa, mas fajar, hehehe … utk mas fajar sih sudah beda lagi tipsnya, hehehe ….

    • walah, biasa saja kok, mas afwan, hehehe … kebetulan acara itu rutin digelar tiap tahun. kebetulan juga aku diminta mengisi acaranya. itu saja kok, hehehe ….

    • walah, kita sharing aja, mbak afrianti, saya juga sedang belajar, kok. duh, kalau berkenan silaturahmi ke rumah, silakan, mbak, saya sangat berterima kasih. btw, selama ini mbak afriyanti tinggal di mana? soal lokasi gubug saya, silakan tanya mas andy, mse, jika perlu ajak sekalian, mbak.

    • walah, yang penting nulis saja, mas fahru, hehehe … kebetulan saja saya juga sedang belajar nulis cerpen nih. mas fahru tinggal di cepiringkah?

    • wah, salaut juga dengan mbak rindu. tulisan di bllog kalau dikumpulkan bisa diterbitkan jadi buku, loh, mbak. apalagi tulisan2 mbak rindu cukup inspiratif dan religius.

  11. Makasih banyak pak,berkat dorongannya p.sawali sekarang saya bisa menulis dikit biarpun org kadang masih bingung .dengan gaya tulisan saya …maklum nggak bisa2 stabil …Sukses selalu pak 😀

    Baca juga tulisan terbaru Diah berjudul Kalender Blogger 2008

    • hehehe …. makin lama nulis, nanti gaya tulisan mbak diah makin oke dan enak dibaca, kok. *walah kok jadi sok tahu saya, hiks* yang penting semangat ngeblognya jangan sampai luntur, mbak, hehehe … sukses selalu juga buat mbak diah.

  12. Selamat malam Pak Sawali, selamat tahun baru 2009. Wah kelihatan sangat nyaman di tempat tersebut. Saya kalau ke Pekalongan selalu melewati sungai Gringsing.

    Baca juga tulisan terbaru laporan berjudul Tahun 2009 Tahun Waspada

    • sore pak aryo, selamat tahun baru juga, pak, semoga membawa banyak berkah dan keberuntungan. wah, pak aryo sering lewat juga deda mentosari rupanya, hehehe …

  13. Salut sama kiprah Pak Sawali..

    Selamat Tahun Baru 1430 H dan tahun 2009 M.

    • walah, terima kasih apresiasinyam, mas tri, selamat tahun baru juga, semoga membawa banyak berkah dan keberuntungan buat mas tri dan keluarga.

  14. andai saya ada di sana mengikuti wejangan pak sawali. tapi tulisan ini bisa membantu saya memvisualkannya kok. nah, ijinkan saja mengkopi tulisan (wejangan) ini ya, pak? dan terima kasih banyak atas berbaginya.

    (sebenarnya saya gak perlu minta ijin lagi ya, pak? langsung saya kopi aja. toh ukhuwah tingkat tinggi itu udah sehati istilahnya. hehe!)

    Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Menanti dan Mengganti

    • duh, jadi malu saya, hiks. mbak yulfi bisa aja nih, itu wejangan buat anak2 stesa, hiks. mana berani saya memberi wejangan mbak yulfi seperti itu, hehehe ….. walah, silakan saja kalau mau di-kopi, mbak, saya kok merasa nggak layak di-kopas mbak yulfi, hiks.

  15. ada yang ketinggalan nih. saya senang melihat foto-foto yang pak sawali ambil. bagus banget ya tempatnya. suasana seperti itu pastilah ideal sekali untuk merangsang imajinasi para calon sastrawan muda yang bapak asuh.

    Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Menanti dan Mengganti

    • tentang masalah tempat saya sepakat dg mbak yulfi. bukti cokrokembang yang tenang dan sunyi memang sungguh cocok utk berlatih membangkitkan imajinasi dan merangsang daya kreativitas.

    • walah, mas felani bisa saja nih, hiks. sekadar wejangan utk anak2 yang sedang belajar nulis, kok, mas, hehehe ….

  16. wow keren…sy kurang ngerti dunia sastra. hebat nih pak sawali mau luangin waktunya buat ngajar anak2 belajar..

    Baca juga tulisan terbaru info resep berjudul Resep Unagi Donbori

    • walah, senengnya kok merendah, sih, mbak, hehehe … kebetulan saja itu menjadi acara rutin tahunan, mbak, juga kebetulan saja saya senang sastra. itu saja.

  17. Wah jadi kepingin belajar Sastra dari pak Sawali nih, melihat bahasa yang runtut dan sistematis dalam penyajiaannya, banyak orang yang kesulitan menuangkan pikirannya ke dalam tulisan bahkan ketika mau menulis semuanya jadi lenyap pak

    Baca juga tulisan terbaru Achmad Sholeh berjudul Cukupkah Hanya Dengan Mengutuk Tindakan Israel

    • duh, pak sholeh kok jadi ikut2an merendah begitu, hehehehe …. tulisan pak sholeh juga sudah oke banget, kok, pak. saya suka banget membacanya. salam kreatif, pak.

  18. terima kasih Pak. Tulisannya sangat membantu saya yang sedang belajar nulis. semoga ini tercatat sebagai tabungan amal Pak Sawali. yang terus bergulir sampai jauh. akhirnya ke laut………… eh, salah ya Pak…. 🙂 snow ball effect maksud saya Pak……. terus bergulir, memberikan sentuhan terbaik di setiap gulirnya. lah, bahasa apa lagi ini…

    • duh, istilah mbak lintang ada2 saja, snow ball effect, hiks, makasih apresiasinya, mbak. tapi itu wejangan utk anak2 stesa yang sedang belajar nulis, mbak, utk mbak lintang, mana berani saya memberikan wejangan kayak gitu, hiks.

    • walah, mbak hibah, itu wejangan utk anak2 stesa yang lagi belajar nulis kok. mana berani saya memberikan wejangan utk mbak hibah, hiks.

  19. Bukit Cokro Kembang di pinggir kali kutho…

    Tahun 1998-2000 Pendopo dipinggir bendung Cokro Kembang pernah menjadi
    base camp anak LSM Amor Patria dan anak2 PA lainnya. Terutama untuk acara pelatihan dan pelantikan anggota. Banyak kenangan disana banyak kegiatan asyik mulai dari bordering, turun tali, meluncur, haiking melekan dan bakar2 ikan…
    sudah lama berlalu, ndak tahu sekarang temen2 PA apakah juga masih menggunakan
    nya sebagai base camp..

    Salut dan sukses buat temen2 theater baik penggiat maupun pesertanya..

    Wassalam
    Yudi

  20. wah pak sawali semakin mantaps neh didunia sastra ….
    jujur saya sendiri rada mumet kalau ngomong sastra pak 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *