Berdasarkan data di Jardiknas, jumlah lembaga pendidikan di negeri ini, mulai SD hingga PT, baik negeri maupun swasta, hingga 15 Juni 2008 tercatat sekitar 200.833. Jumlah ini tentu saja belum termasuk sekolah-sekolah tertentu yang terhadang oleh beberapa kendala teknis. Ribuan lembaga pendidikan tersebut tersebar di 33 provinsi, mulai Nanggroe Aceh Darussalam hingga Irian Jaya Barat. Hitungan kasar, kalau dalam satu lembaga pendidikan mendidik, katakanlah, 100 anak, setidaknya ada sekitar 20.083.300 anak-anak bangsa yang tengah digembleng. Sungguh, bukan jumlah yang sedikit. Jika anak-anak negeri ini terdidik dengan baik, jelas mereka bisa menjadi “investasi” masa depan dan modal sosial yang cukup membanggakan untuk membangun Indonesia yang cerdas dan visioner.
Menggembleng anak dalam jumlah jutaan semacam itu jelas bukan persoalan yang mudah. Apalagi, mereka tersebar di berbagai wilayah teritorial yang beragam karakter dan latar belakang sosialnya. Ada kesenjangan yang begitu lebar antara kota dan desa. Kompetensi gurunya pun jelas mengalami ketimpangan karena faktor fasilitas dan kemudahan mengakses informasi dan keilmuan. Mereka yang tinggal di kota jelas memiliki kemudahan dalam memutakhirkan pengetahuan dan keilmuan melalui akses media publik semacam internet. Sementara itu, yang tinggal di daerah pedesaan dan pedalaman? Atau, yang lebih tragis, mereka yang tinggal di kawasan yang masuk kategori terpencil? Alih-alih memutakhirkan ilmu, bisa konsisten mengasah kerak ilmu yang memfosil dalam tempurung kepala saja sudah termasuk layak dikagumi.
Alangkah cerahnya masa depan negeri ini jika anak-anak dusun dan pelosok yang sekarang tengah gencar memburu ilmu di bangku sekolah mendapat bekal keilmuan yang sama dengan saudara-saudaranya yang tinggal di kota. Harapan itu bisa terwujud jika mereka mendapatkan layanan pendidikan yang baik dan bermutu.
Saya jadi berkhayal. Ketika anak-anak belajar, mereka tidak lagi dicekoki oleh suara guru yang seringkali terdengar sumbang, bahkan seringkali mengindoktrinasi siswa didiknya melalui pendekatan behaviouristik yang cenderung memperlakukan siswa sebagai objek yang tak tahu apa-apa. Mereka juga tidak rawan kena TBC akibat terlalu banyak menyedot serbuk kapur tulis yang memenuhi ruang kelas yang pengap dan sumpek.
Alangkah menarik dan menyenangkan kalau setiap hari anak-anak bisa belajar secara leluasa, tanpa dibatasi oleh empat dinding “penjara” kelas. Mereka bisa mengakses informasi dan pengetahuan melalui aktivitas surfing di internet. Dalam mengerjakan tugas, mereka tak lagi menghabiskan banyak duit untuk beli kertas dan alat tulis. Mereka cukup duduk di depan layar monitor, menjawab tugas dari blog gurunya, lantas mengumpulkannya melalui attachment file ke alamat e-mail gurunya. Otak mereka dipenuhi dengan informasi dan pengetahuan baru yang mereka update lewat surfing di internet, menjelajahi situs dan blog yang sarat dengan ranah ilmu yang mencerahkan. Aktivitas pembelajaran jadi lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Guru pun juga senantiasa tertantang untuk selalu meng-update wawasan keilmuan.
Sayangnya, khayalan semacam itu hanya bisa mengendap di lorong imajinasi saya. Secara jujur mesti diakui, dunia pendidikan kita masih amat miskin sentuhan pembelajaran elektronik (e-learning). Boro-boro siswa yang tinggal di pelosok-pelosok dusun, para siswa yang tinggal di kota pun belum semuanya mampu bersentuhan dengan internet.
Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Inggris: Electronic learning disingkat E-learning) adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.
E-learning telah mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis. E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Dalam e-learning, faktor kehadiran guru atau pengajar otomatis menjadi berkurang atau bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan karena yang mengambil peran guru adalah komputer dan panduan-panduan elektronik yang dirancang oleh “contents writer”, designer e-learning dan pemrogram komputer. (Sumber: Wikipedia)
Wah, sungguh, para pengambil kebijakan mesti mulai meliriknya. Jaringan infrastruktur informasi harus terus dibangun secara merata hingga ke pelosok yang terpencil sekalipun. Suatu ketika, mudah-mudahan khayalan saya yang ngelantur tadi bisa terwujud.
Nah, beberapa waktu yang lalu saya sempat blogwalking ke blog Pak Dani Iswara. Dalam sebuah postingannya, beliau menginformasikan tentang Lomba Blog eLearning Indonesia dalam Edufiesta yang digelar oleh acer-elearning. Informasi selengkapnya, silakan meluncur ke blog Pak Dani Iswara. Dalam pengumuman, lomba tersebut memang hanya diperuntukkan bagi dosen dan mahasiswa. Namun, dalam forum tanya-jawab, lomba ini akhirnya dinyatakan terbuka juga untuk guru dan siswa.
Para dosen, mahasiswa, guru, dan siswa yang kebetulan juga seorang bloger bisa ikut meramaikan kompetisi ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Disediakan hadiah menarik, mulai Notebook Ferrari hingga uang tunai. Makanya, buruan daftar. Bukan semata-mata hadiahnya, melainkan lebih sebagai upaya “starting point” agar dunia pendidikan kita mulai memanfaatkan pembelajaran elektronik sebagai pendekatan dalam aktivitas pendidikan mutakhir. Nah, bagaimana? ***
denger-denger dalam rangka penyebaran telepon dan internet hingga pelosok pedesaan, pemerintah sedang mengadakan tender proyek USO{Universal Service Obligation}. namun saat ini sepertinya masih dalam kasus peradilan karena pemerintah digugat oleh salah satu peserta tender sebelumnya. capek deeeeh….
Epats last blog post..Today is The Orange’s Day!
Yeee…. aturan bukan e-pembelajaran dong, seharusnya pembelajaran-e, kan kalo Bahasa Indonesia kata sifat di belakang kata benda **halaaah*** :411
Wah… Pak Sawali mimpi di siang hari bolong kaleee…. kalau di desa2 boro2 ada pembelajaran-e wong renovasi gedung sekolah aja masih kembang kempis, buku2 pelajaran aja masih susah didapat ya bagaimana mau melaksanakan pembelajaran-e ?? Bahkan, seperti di artikel Pak Sawali sendiri mengatakan bahwa di kotapun masih banyak guru dan murid yang masih buta pembelajaran-e.
Tapi sepertinya setiap sistem pasti ada mudharatnya, jadinya harus difikirkan baik2 **halaah**, bagaimana nanti kalau artificial intelligence menggantikan para guru?? Bukankah nanti akan banyak pengangguran?? Malah nambah persoalan lagi?? Ah… embuh ah…. wong di negara kita ini nggak banyak pakai pembelajaran-e saja udah banyak masalah…. huehehehe…. :292
Yari NKs last blog post..Veksilologi
Saya yakin apa yang saat ini masih berada dilorong-lorong imajinasinya Pak Sawali, tidak lebih dari lima tahun lagi akan menjelma menjadi kenyataan. Saya entah kenapa tetap saja melihat masa depan yang cerah dari bangsa ini, di tengah keterpurukkan sekarang ini. :oke
Rafki RSs last blog post..Berubah dari Beradab Menjadi Biadab?
iya betul om..
semestinya anak2 sekarang sudah ditunjang fasilitas internet untuk belajar.
kok ditunjang sih bahasanya ya, didukung gitu maksudnya..
permisi, saya link blognya ya om.
t i n is last blog post..Konsentrasi, Elemen Penting dalam Menghadapi Pelanggan
Mudah2an impian ini terwujud Kang. Ada beberapa signal ke arah impian itu,walaupun tidak sporadis seperti pemerintah Thailand. Pemerintahan Informasi diThailand mem-back up semua keperluan masyrakat baik software maupun hardware. Di Indonesia pun dengan adanya Pendidikan dan Penataran Jardiknas mudah2an kawan2 guru mendapatkan Ilmu tentang TIKom. Walaupun belum cukup memadai,program ini sudah menjadi titik awal sebuah harapan tentang ke TI-an. Yang menjadi ganjalan kawan2 guru adalah ketidak mampuan memeliki PC, karena harga nya masih mahal, kalau software pendukung masih banyak bajakan dan murah di pasaran.Tapi hal ini bisa di siasati, misalnya dengan arisan diantara kawan2 guru tuk mendapatkan PC.Atau Kang sawali bisa membantu menyediakan PC murah dengan kridit ringan tuk kawan2 guru, mudah2an.
aminherss last blog post..Slamat & Sukses
Ternyata harus di-refresh dulu RSS reader yang di BlackBerry. Padahal dari tadi saya dah berapa kali cek.
Komentar dulu deh. Habis ini baru baca.
arifs last blog post..Jagat Jawa
Wah asik kalau udah semua pendidkan d indonesia menerapkan, gura tinggal buat bank soal , anaak tinggal mengerjakan .dan proses mengerjakan ada ketentuan2 khusus .Kapan saat yg tepat ujian dan saat yg bagus untuk latihan untuk dberkan kpd mrid .Dan Hasilnya nila akan otomatis keluar ( keinddex ) guru sudah nggak menilai hasil ujian satu persatu,Jadi ingat TA 😀 , software Online untuk murid SD , tapi sekarang bisanya cuman bikin kue hihihihi
Diahs last blog post..Indonesia Melibas Perancis 4-1
Saya kira Depdiknas cukup serius dengan pengembangan e-learning, Pak. Saya sempat melihat acara dialog Pak Mendiknas dengan Desy Anwar. Pak Bambang Sudibyo memiliki visi yang jauh soal e-learning itu. Pak Mendiknas punya visi, ke depan setiap guru punya laptop, setiap sekolah punya lab komputer. Lebih jauh lagi, setiap kelas punya komputer. Yang lebih jauh lagi masih ada, setiap murid punya laptop. Impian Pak Mendiknas tentunya merupakan impian Pak Sawali dan para pendidik yang lain.
Nah, saat ini, karena konten e-pembelajaran masih sedikit (ini tantangan buat para jagoan flash atau animasi untuk membuat konten e-learning seperti Korea) pembelian hak cipta 50 buku pelajaran untuk bisa diunduh gratis dari website Depdiknas merupakan langkah awal yang patut dipuji.
Adik kelas saya yang desainer pernah ikut bekerja di perusahaan yang menang proyek e-learning. Entah apakah konten yang dikembangkan sudah dipublikasikan oleh Depdiknas atau belum.
Lomba blog e-learning yang disponsori Acer itu juga merupakan hal yang positif. Semoga banyak yang ikut.
arifs last blog post..Jagat Jawa
Menyadari konsep pendidikan di Indonesia, sama kompleksnya dengan melihat Indonesia itu sendiri. Apakah ada di dunia ini negara sebesar dan sekompleks Indonesia?
Kalau saja yang disebut Indonesia itu sebesar Pulau Madura semata, mungkin (sekali lagi mungkin) setiap persoalan yang ada bisa dieliminir sesederhana mungkin. Nyatanya Indonesia memang kompleks.
Perlu lompatan mentalitet berpikir secara kolektif. Karena pendidikan (dengan segala ilmu pengentahuan di dalamnya) adalah sesuatu yang tak bisa ditawar-tawar bagi sebuah negara.
Tapi itu bukan berarti tidak mungkin. Tetap mungkin. Hanya saja…
*ngomong apa aku ini*
Begitulah, Pak Sawali.
Daniel Mahendras last blog post..Mari Berbohong dan Nikmatilah!
tetap optimis aja pak. semoga mimpinya suatu saat terwujud. mungkin bukan di masa kita, tapi anak cucu kita. (walah bahasanya)
chodirins last blog post..Euro 2008 Contest: Tebak dan menangkan!
setuju ama mas chodirin
ya, walaupun sebenarnya saya adalah generasi dibawah mas sawali.. 😉
okta sihotangs last blog post..Tentang Cinta …
Hm,,
semoga indonesia tambah maju karena kemandirian para pelajarnya dalam belajar..
Guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu..
Internet dsb juga bisa menjadi salah satu sumber ilmu selain guru.. 🙄
salam kenal pak sawali,, :114
galihyonks last blog post..Kampus dan Friendster
Melanjutkan komentar Arief, saya pun melihat ketika pak menteri mengatakan hal tersebut di TV. Sayang, saya kok kelihatannya agak pesimis melihat hal ini akan terjadi dalam waktu dekat 🙁
Alasannya adalah biaya … 🙁
Pak Sawali, jangankan sekolah, yang ortu dan anak-anaknya butuh biaya murah…padahal dengan sentuhan elektronik, komputer tetap butuh investasi yang cukup besar…kecuali pemerintah kita kaya.
Saya pernah memimpin Divisi Pelatihan, yang tugasnya adalah mendukung strategi SDM agar target bisnis perusahaan tercapai. Biaya pendidikan minimal 5 persen dari BTK (sesuai aturan BI), jadi ya diatas Rp.100 miliar…..harus merata, minimal setiap tahun satu karyawan harus pernah mendapat pendidikan, entah in house training maupun public training. Jumlah pegawai perusahaan diatas 40.000 orang, mempunyai 6 sentra pendidikan dan 1 Pusat Pelatihan termasuk asrama setara hotel bintang 3.
Apa yang terjadi? Kenyataan membuat target minimal 2 kali saja, yang jelas biaya ada, juga tak mudah. Karena teman-teman dipelosok, untuk pergi keluar daerah perlu waktu lama, apalagi yang tinggal di daerah terpencil, yang pesawat terbang hanya datang sesekali. Padahal kalau ada yang pergi training yang lain harus tinggal, sebagai back upnya. Di pelosok sebetulnya sudah ada fasilitas internet, namun lelet dan suka ngadat.
Akhirnya dicoba mau membuat e-learning, dan kami mengundang om Onno Purbo…apa komentarnya? Bu, yang penting edukasinya dulu…mereka harus sadar internet dulu, kalau mereka hanya belajar karena mau ujian, maka pembangunan/investasi untuk e learning terlalu mahal. Akhirnya di coba membuat semacam jaringan, yang setiap karyawan bisa mengakses, dan mengeluarkan uneg2nya. Apa yang terjadi? Ternyata hanya untuk pos SDM yang laku, dan itupun cuma keluhan pengin naik gaji….yang lain, seperti bidang Treasury,Manajemen Risiko dll tak tersentuh. Apa boleh buat, sementara niat membangun e learning ditunda…dan mereka hanya dipanggil rutin datang ke sentra pendidikan…dan untuk ini semangat, karena mereka datang, bertemu teman dari cabang lain, mengobrol, dan bisa santai sementara, kalau pendidikan ini hanya untuk meng enhancement…bukan untuk lulus.
Banyak deh pak cerita lucunya, cuma saya masih berpikir untuk mempostingnya….ada rasa ga enak juga….betapa ada yang datang dari kampung, senang sekali dipanggil pendidikan, yang kalau lulus akan naik pangkat dan jabatan. Sampai ditempat, melihat gedung tinggi, kelas ber AC…semua penyakit mulai kumat. Jadi dulu, saya menjadi punya tugas sampingan, menengok siswa yang masuk RS, ada yang operasi jantung, ginjal dsb nya…sampai dokternya bilang, pendidikannya sekeras apa sih? Belum-belum mereka sudah stres, pengin naik pangkat, tapi sudah bingung membayangkan harus belajar…padahal ada instruktur kelas, ada juga yang berperan sebagi psikolog jika ada kesulitan, ada dokter yang siap sedia di asrama.
edratnas last blog post..Persahabatan
memang dunia pendidikan masih kurang dalam membudidayakan internet. namun ketika internet mulai merajalela dimana-mana, maka kewaspadaan terhadap anak-anak pun harus makin ditingkatkan. jangan sampai internet disalahgunakan dalam dunia pendidikan.
Justru dengan e-learning atau yang diistilahkan Yari NK adalah pembelajaran-e, tak perlu susah-susah lagi mencetak buku diktat yang kira-kira tiap 3 tahunan udah usang.
Bukan berarti nambah pengangguran percetakan dan para guru juga, karena seharusnya yang dijual pada buku adalah konten, bukan kertas, dan yang dijual oleh para guru adalah ilmu bukan penampilan.
Dalam e-learning, guru tetap bisa berkarya kog.
Salam
hermins last blog post..News, Interaktif, Solutif
pak sawali.. makan mie instan aja pake merebus dulu kan? hehehe.. 🙂
nah, hal yang sama juga terjadi dengan proses e-learning. memang, dalam implementasi masih ada banyak kekurangan. itu saya akui dan sempat beberapa kali pula saya melihatnya.
hati saya sendiri kadang berontak, gemes dan gatel.. tapi ketika saya mengetahui bagaimana proses itu berjalan, saya bisa memahami faktor kenapa -nya.. dan jika memang ada kesempatan ya membantu di urusan cari solusi optimalnya (bukan maksimal atau idealnya). dan dalam analogi perusahaan ya hampir sama dengan yang diungkapkan sama ibu eny diatas..
yainals last blog post..Ekonomi Kreatif a la Petruk dan Gareng
makanya kita sering beli Mobil keluar….
coba klo bisa bikin sendiri…ngga bakal sengsara nih negara.
pernah mengupas kebodohan negara kita ngga? mksdnya, negara kita kan sering menjual batubara keluar, termasuk cina.
tapi, di Negara Cina sendiri, batubara mereka lebih banyak dibanding negara kita, dan kenapa mereka tidak ingin menjual keluar?
itu lah kebodohan negara kita. masih banyak lagi Om, setelah punya kita habis, baru mereka make punya sendiri….Gimana>?
Seandainya-pun pembelajaran via elektronik terwujud di negeri ini… saya pribadi tetap mengharapkan peningkatan peran guru bisa seiring dgn perkembangan di dunia didik-mendidik.
Dalam bayangan saya… kalo empat dinding “penjara” kelas digantikan dgn 3 papan triplex seperti di warnet…tanpa dibarengi dgn ocehan tenaga pendidik maka yang terjadi adalah peningkatan “orang2 yg ndak ramah sama lingkungannya”.
Memang ini dilema.. tapi jika empat dinding “penjara” kelas ajahh bisa berujung pada sikap “semau gue”, padahal di situ tercipta nyang namanya interaksi antara makhluk hidup… apalagi dgn “3 papan triplex seperti di warnet” yg lebih banyak berinteraksi dgn makhluk mati (perangkat komputer)tanpa ekspresi… bisa-bisa jadi keblinger semua.
Seandainya orang2 yg berkecimpung di masalah moral/etika/agama yaitu para ortu, guru dan alim ulama mau lebih pro-aktif serta bersedia melakukan perannya dgn sebaik2nya… saya kira anak2 kita dimasa mendatang bisa hidup berdampingan dgn kemajuan ilmu pengetahuan tanpa kehilangan sentuhan rasa dan tetap ramah sama lingkungan.
Pada akhirnya… e-learning nantinya akan menggantikan e-konvensional, sehingga “beban” nyang selama ini berada ditangan para cerdik-pandai (baca: guru)… sepenuhnya akan beralih-tangan ke para orang tua.
Pertanyaannya… mampukah “kita”(sbg ortu)memberikan “sentuhan pembelajaran rasa” kepada anak2 kita jika nantinya pembelajaran elektronika lebih banyak menyentuh nalar dan logika dari pada moral dan etika..???
* maaf… sok teu neh Pak.. *
serdadu95s last blog post..Berada di Persimpangan (part 4)
akur 😎
Kalau udah pake e-learning, kira2 masih perlu nggak jenjang seperti sekarang. Jangan2 SD hanya perlu 3tahun, SMP 1,5 tahun, SMA 1,5 tahun, kuliah 2 tahun. Jadi total waktu sekolah saat ini 6-3-3-4 = 16 tahun, bisa diefisienkan menjadi 8 tahun saja.
Kebayang nggak, kalau umur 15 sudah sarjana S1. Jadi pas umur 17 udah bisa langsung kerja. Mungkin nggak sih? Masih perlukah kita sekolah lama2 jika semua informasi bisa ditemukan dari internet?
Hery Azwans last blog post..Pesona Airbus A380
Kita tunggu aja kebijakan juragan-juragan yang di atas. :291
ubadbmarkos last blog post..GENG NERO JUGA PUNYA OTAK
Ass.
para profesional nggak boleh ikut pak ??
Alex Abdillahs last blog post..Jadi Gelas atau seperti Danau ?
Salam
Harapan yang sangat indah Pak Dhe, tapi melihat situasi dan kondisi pendidikan kita saat ini termasuk sarana dan prasarana yang paling vital aja semisal gedung sekolah yang nunggu ambruk, yah itu saja pemerintah tak siaga menanggapinya, ironis juga, ya untuk itu aja susah gimana mikirin yang lebih besar, ada lagi kejadiannya Pak Dhe, fasilitas sekolah lengkap tapi ternyata dari segi SDM para gurunya kurang memadai juga, jadi perlu dilatih supaya melek internet, hmm susah juga ya Pak Dhe, masalahnya mungkin pendidikan ini tak terlalu jadi masalah yang diprioritaskan juga oleh pemerintah. *sesak saya*
nenyoks last blog post..friendship
segalanya membutuhkan perubahan, namun ada aspek psikologi yang harus dikorbankan
quelopis last blog post..Oh WiFi diriku mencintaimu
saya kok ya krg setuju jika elearning (yg lbh mengarah ke Internet learning, mobile learning, ubiquitous learning, dll) dikatakan mengurangi porsi tatap muka dgn guru di dunia nyata..trs lbh pas jika yg tjd adalah blended learning..elektronik dan konvensional sejalan.. 🙂
krn ada nilai rasa dan interaksi sosial (scr nyata) yg terlibat..halah.. 😀
yg menarik jg..bbrp fasilitas elearning yg pernah digunakan..skrg sptnya mjd hanya “tren sesaat” 🙁
Pingback: Lomba Blog eLearning Indonesia dalam Edufiesta « Zulfaisal Putera
e-learning bukan berarti mengambil alih posisi guru sebagai pengajar kan? bagaimanapun juga interaksi tatap muka guru dan murid tetap dibutuhkan.
Jaringan internet akan sangat membantu proses pendidikan, apalagi utk murid2 di pedesaan. Kita mungkin tidak merasa bahwa sebenarnya kita makin tertinggal dengan negara lain dalam pembangunan infrastruktur untuk pendidikan.. jadi sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan jutaan anak sekolah di pedesaan sebagai investasi SDM unggulan masa depan..
keep on Moving..!
gunawanwes last blog post..Perkenalkan…. Jagoan Baru !
Walah … kini barangkali baru berhak mimpi kali ye … benar-benar republik BBM he he. Saya ngak begitu bergairah dengar omongoan olitikus, termasuk yang menjadi pejabat (maaf).
Ersis Warmansyah Abbass last blog post..Pandir Menulis
postingan ini buat lomba ya pak?
menuju TKP
😀
sluman slumun slamets last blog post..Masterwebnet menjadi sponsor resmi lomba Wisata Kuliner Rakyat Jelata…
Memang…
kadang-kadang komputer terasa lebih tulus daripada manusia
padahal…
ada salah satu kelebihan yang sebenarnya dimiliki manusia daripada makhluk yang lain, tapi jarang digunakan saat ini…
ya itu tadi…
ketulusan !
😡
Terasi Rumahs last blog post..GoingUp, Layanan Web Tracking dan Statistik Trafik
weleh .. info kompetisis blognya menarik pak .. 🙂 thanks ..
lah, khan, sudah dimulai dengan bahan ajar berbasis TIK toh pak!??? hehehehehehe… sayangnya infrastruktur dan mahalnya bandwitdh juga hardware masih menjadi kendala kita bersama.. Solusinya: buat industri nasional IT?!!!! 😥
Jadi teringat beberapa bulan yang lalu saat di iklankan program internet masuk Sekolah- sekolah yang ada di desa – desa pelosok.
hmm semoga saja berjalan dengan lancar dan khayalan pak sawali segera terwujud.
leahs last blog post..Ngasih ga yah…
Ada kompetisi yah…
Buat Mahasiswa juga boleh..
Asyik…
*Tapi kok males nulis yah :DD
Elektronik berkaitan dengan listrik, PLN mahal, daya juga dibatasi, masih susah memasang PLN, ah…. banyak lagi sumber masalahnya… 😀 :acc
awans last blog post..Tercapaikah Pendidikan Kita?
setuju….cba dari sejak dini sdh diajarkan ilmu itu.tidak akan pemerintah repot2 mencari cara mensejahterakan masyarakat :112
:112 di pesantren itu tidak keetinggalan pak masalah teknologi. Sebab ada istilah “kyai FM” kyai yang memiliki gelombang FM. jadi meskipun tidak ada teknologi informasi tetapi keluasan pandangan sang kyai mampu meng – FM – kan santri2 sehingga bisa terbuka, toleran dan bebrayan. 🙂
Kurts last blog post..Polarisasi “Kyai Kampung” dan “Kyai Kampus”
memang benar apa yang disampaikan
bahwa dunia pendidikan kita saat ini masih tertinggal jauh dengan negara-negara tetangga.
namun perlu diwaspadai juga bahwa ketika Indonesia sendiri belum siap SDM nya dalam hal moral tentunya perkembangan dunia teknologi seperti internet akan menjadi bumerang bagi kehancuran indonesia.
Baca juga tulisan terbaru insanramadhan berjudul Memebangun Visi Gerakan
iya, bener banget, mas ramadhan. makanya penggunaan internet bagi siswa di sekolah butuh pendampingan agar siswa didik bisa menggunakan internet sebagai media pembelajaran secara cerdas dan sehat. bisa repot kalau mereka dibiarkan berselancar tanpa pendampingan.
Memang betul pak, seharusnya zaman sekarang ini dunia pendidikan kita sudah mengarah kepada teknologi maju…. namun gmn yach?? [-( Sulit…. Karena semakin biaya pendidikan gratis…. smakin miskin metode belajarnya….. Jangankan tambah media baru…. Fasilitas gedung aja masih banyak yang rusak… hehehe….
Baca juga tulisan terbaru afrianti takaful berjudul Pensiasatan Proteksi Pendidikan Anak dengan Fulnadi