Catatan terhadap Cerpen-Cerpen Sawali Tuhusetya *)

Oleh: Kurnia Effendi

Membaca cerpen-cerpen Sawali, saya teringat syarat yang pernah saya terapkan untuk diri sendiri, agar saya “yang lain”, sebagai “pembaca” sebelum pembaca lain, lebih dulu menikmati cerpen itu. Lalu teringat juga pendapat seorang cerpenis jauh sebelum saya, bahwa cerita pendek adalah kisah yang habis dibaca dalam sekali duduk. Namun sebaliknya saya juga mendapatkan pengalaman luar biasa dengan membaca cerpen-cerpen panjang (yang seolah melawan kaidah istilahnya sendiri) karya Budi Darma.

Empat syarat (bisa kurang dan lebih) yang kemudian saya pegang itu adalah sebagai berikut:

  1. Kemampuan berbahasa: syarat utama penulis, agar cukup komunikatif, syukur-syukur mengandung estetika
  2. Logika fiksi: sekalipun fantastik ada “hukum” yang menjaga “kebenaran” kisah
  3. Gaya (meliputi teknik penceritaan, struktur, plot, majas, sudut pandang, karakter atau penokohan, dialog, deskripsi, konflik, dll)  bagaimana mengolah gagasan
  4. Orisinalitas: dewasa ini sangat sulit mencapainya, karena setiap pengarang terdahulu akan memberikan pengaruh kepada kita.

Dengan ketentuan itu saya terus berlatih. Sebagai orang yang hobi menulis, saya kadang-kadang juga gagal menulis cerpen. Jadi kepada siapa pun yang belum berhasil menulis cerpen, tak usah merasa cemas. Kesulitan itu menjadi hak para pengarang, sebaliknya, kemudahan adalah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi calon penulis besar. Dengan, tentu saja, tak pernah putus asa dan mencintai pekerjaan menulis sebagai kebutuhan ruhani kita.

Mudah-mudahan buku Sawali ini adalah hasil kelahirannya yang pertama untuk menjangkau publik secara lebih luas, setelah sebelumnya hanya melalui suratkabar. Untuk kesempatan yang pertama, tidak tabu bila banyak hal yang kelak harus diperbaiki. Pengalaman pertama dalam peristiwa apapun senantiasa mendebarkan. Saya sendiri tak pernah malu mengatakan bahwa buku pertama saya, kumpulan puisi, mengandung banyak kesalahan, bukan hanya dari human error pengetikan, tetapi secara substansial. Tetapi, itulah jejak kita. Tak harus disesali kecuali dengan belajar lagi dan berkarya lebih baik.

Dari sisi tema dan segmentasi, saya pun sering tak sadar merasa bangga pernah menjadi penulis cerita remaja (Anita Cemerlang, Gadis, Hai, dll). Padahal Ahmad Shubanuddin Alwi, penyair Cirebon getol menggoda saya soal itu. Melihat sejarah yang ditempuh Sawali, saya jadi iri. Karena pada pengalaman perdananya justru langsung bertemu dengan publik dewasa yang lebih universal.

Secara terus terang, untuk memasuki realitas kehidupan, rentang pandangannya harus luas sekaligus terlibat. Saya kira Sawali lahir dan hidup di tengah-tengah peristiwa yang ditulisnya. Ketika Sawali mengatakan cerpen-cerpennya menyoroti kehidupan “wong cilik”, ini merupakan nilai yang membumi, lekat dengan keseharian orang banyak, dan hal-hal yang seharusnya menjadi karakter populasi terbanyak di negeri kita.

Untuk sampai pada cerpen yang mengandung suara orang kecil, mengangkat tradisi lokal, kritik sosial, sekaligus unsur magis yang tampaknya digunakan sebagai metafora peristiwa, dibutuhkan wawasan yang cukup memadai. Saya kira Sawali cukup jeli dalam pengamatan, sementara orang lain mungkin perlu melakukan riset.

Pendapat Maman Mahayana, bahwa materi cerita yang berpijak pada kultur keindonesiaan (bahkan dalam wilayah regional) lebih berharga ketimbang kisahan yang mengedepankan busa puitika yang mungkin kosong dari hikmah manfaat, selain perayaan terhadap sesuatu yang antah-berantah; saya setuju. Namun akan lebih setuju apabila ada paduan harmoni antara isi yang sarat muatan kritik sosial dan tradisi lokal dengan kemasan bahasa yang turut memperkaya benak pembaca. Karena bagi penulis Asia dan Timur Tengah pada umumnya, sisi eksotika tidak hanya diciptakan dari materi melainkan juga dari ekspresi dan cara ungkapnya. Misalnya Kawabata, Rabindranath Tagore, Yukio Mishima, Kahlil Gibran (untuk menyebut beberapa nama).

Dengan tuntunan syarat menulis cerpen itulah, kemudian saya sering mengamati karya orang lain dari sudut pandang subyektif. Pertama kali saya akan mencari kenikmatan membaca sejak paragraf pertama. Berbekal nasihat Seno Gumira untuk memosisikan diri lebih rendah dari bahan yang kita baca, tak akan muncul sikap apriori. Setelah usai satu cerpen, merenung untuk menangkap maksud pengarangnya, siasat apa yang digunakannya sehingga, misalnya, perhatian saya terbetot atau sebaliknya selalu kalis dan luput.

Sebenarnya ihwal dari kemampuan berbahasa adalah nilai komunikasinya. Ada seorang penulis dengan intelektual tinggi, materi yang cukup bernas untuk disampaikan, kerap tersandung pada urusan komunikasi. Sehingga perlu diulang-ulang dengan mencoba berbagai intonasi dan pemenggalan diksi untuk memperoleh informasi yang benar. Sawali telah terbebas dari urusan kerumitan, tetapi saya belum mengalami kenikmatan dalam membaca.

Saya sering curiga, jangan-jangan saya yang terlalu kenes sehingga mengharapkan ada kosakata baru atau majas yang belum pernah digunakan pengarang lain dalam cerpen-cerpen Sawali. Justru yang tampak adalah pengulangan metafora. Tentu saja perhatian saya sudah beralih pada gaya: ketika plot dimainkan, ketika karakter tokoh meyakinkan, ketika dialog diciptakan, ketika teknik dikembangkan.

Mungkin saya belum menemukan hal-hal baru. Boleh jadi secara stereotip, perilaku dan emosi manusia yang marginal (dari sisi ekonomi) pada tokoh-tokoh cerpen Sawali itu serupa dan senada karena tindihan persoalan hidup yang sama. Namun akan lebih kokoh sebuah cerita bila masing-masing tokoh punya karakter yang tidak digeneralisasi.

Secara highlight saya membaca dialog (yang diharapkan menyusun ketegangan) pada beberapa cerpen, terasa tidak efektif karena boleh dilewatkan. Padahal seharusnya dialog dan deskripsi akan saling membangun struktur cerita, saling mengisi. Paling tidak, cerpen dengan halaman yang terbatas harus semaksimal mungkin dipenuhi informasi tanpa harus cerewet. Di sini kita akan belajar mengenai ruang imajiner yang segera diisi oleh fantasi pembaca dengan gambaran peristiwa, bayangan dramatikal, dan ungkapan-ungkapan gemas, padahal tak tertulis (atau belum). Dengan keterlibatan total sang pembaca pada sebuah keberlangsungan cerita pendek, pengarang menjadi lebih ringan tugasnya dalam menarik-narik pembaca untuk konsentrasi.

Sawali telah memiliki modal besar dari sisi kekuatan bahan cerita. Akar ini telah tertanam benar pada ranah budaya (lokal), sebelum menjadi buah sastra (cerpen) sebaiknya lewatilah pohon bahasa. Artinya, kita harus sadar, bahwa tulisan yang diubahkemasan menjadi buku akan berselancar lebih lebar ke wilayah non-Jawa. Kesederhanaan di satu sisi akan menjadi primadona, namun penjelajahan pada pengertian-pengertian yang lebih kompleks boleh diperhatikan.

Hal lain yang perlu diketengahkan dalam cerita pendek adalah konflik. Sejauh ini, konflik kerap ditunjukkan dalam bentuk pertengkaran dan perilaku fisikal. Padahal konflik batin, ambiguitas, paradoks antara norma dan praktiknya, juga menjadi bagian yang penting, terutama dalam khazanah sastra. Mengapa film House of The Spirit atau Legend of The Fall selalu berkesan mendalam dan ingin di waktu-waktu berikutnya ditonton kembali? Itu, menurut pendapat saya, karena berbeda dengan film action Hongkong. Barangkali dengan mempertimbangkan kenyataan itu, film action berjudul Hero dan Crouching Tiger Hidden Dragon dikemas lebih puitis.

Dalam karya-karya (yang bakal menjadi klasik) itu ada endapan konflik yang kadang-kadang jadi multitafsir. Jika cerpen-cerpen Sawali tampak terlalu lugas, mungkin itu cara yang ditempuhnya dengan niat tulus. Artinya, tak ada paksaan untuk membuatnya sedikit misterius. Namun demikian di beberapa cerpen, tampak kekuatan surealisme, dan unsur ini menurut saya menarik dikembangkan dalam kesempatan berikutnya.

Sebagai fragmen, cerpen-cerpen Sawali telah tampil sesuai fungsinya. Merupakan potret yang kita lihat dalam bingkai awal dan akhir. Selanjutnya tinggal memperkuat latar belakang dan penokohan, sehingga dengan memejamkan mata kita dapat membayangkan masing-masing pemeran untuk tidak tertukar atau kehilangan ciri khas.

Selamat untuk Sawali Tuhusetya yang mulai hari ini akan berhadapan dengan pembaca yang lebih banyak dan sewaktu-waktu mengusik dengan sejumlah pertanyaan. Termasuk dalam forum diskusi ini.

Jakarta, 16 Mei 2008
PDS HB Jassin

oOo

*) Disajikan dalam acara Diskusi dan Peluncuran Kumpulan Cerpen Perempuan Bergaun Putih di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 16 Mei 2008. Kurnia Effendi, seorang cerpenis dan novelis, tinggal di Jakarta.

Comments

  1. Ya saya Ok dengan komennya, saya juga pingin meresensi itu kumpulan cerpen, namun bukunya belum ada di kota saya. Lebih dari semua itu, saya bangga punya teman yang menulis buku, sangat bangga. Malu punya teman yang mengaku-ngaku sastrawan tapi uyuh menulis karya sastra apalagi buku satra. Apalagi, apalagi, yang bisanya cuma membantai karya teman. Saya belajar dari Pak Aawali aja deh … walaupun bukan sastrawan. Boleh saja kan Pak? Jangan bilang tidak ya. Awaaaaaaaaaaas.

    eErsis Warmansyah Abbass last blog post..The Sleeping Giant

    waduh, jangan kebalik, pak ersis, saya yang harus banyak belajar sama pak ersis nih. 💡 btw, ttg reseni, wah akan bisa jadi kebanggaan buat saya, pak, sayangnya hingga sekarang kiriman buku belum sampai juga, hiks! mohon maaf, pak. :oke

  2. Wah, akhirnya dimuat juga yang artikel yang ini pak. Setelah membaca lagi, ternyata memang komentar kurnia effendi ini sangat berharga untu melangkah kedepan. Semoga akhirnya tulisan pak sawali semakin sempurna. 😀

    danalinggas last blog post..Kebahagiaan

    belum lama dikirimkan lewat email, mas dana. setelah saya pikir2 kok ada baiknya saya publish juga, hehehehe 😆 makasih supportnya, mas. 💡

  3. Speechless, do more itulah Pak Sawali sebagai putra bangsa yang terus memimpikan bangsa ini bermartabat dan berbudaya.. Sangat salut buat Pak Sawali.. Mohon bimbingannya Pak.. Saya juga ingin berkarya seperti Pak Sawali

    walah, mas yoga jangan terlalu berlebihan. biasa ajalah. kita sama2 belajar, ok? 🙄

  4. Iya nih…. keempat unsur di atas **halaaah sok tahu** memang sudah menjadi karakter2 dalam cerpen2nya pak Sawali. Cuma menurut saya, sebagai orang yang senang dengan futuristik dan fiksi sains macam karya2nya HG Wells, maka mudah2an ke depan imajinasinya Pak Sawali bisa sedikit bersinggungan dengan bidang2 tersebut huehehehe…. **halaah makin sok tahu aja*** :411

    Yari NKs last blog post..Mengapa Tidak Setiap Bulan Terjadi Gerhana Matahari Atau Bulan?

    wew… bung yari ndak sok tahu, kok. sebagai kteks fiksi, cerpen sah2 saja menggarap tema2 futuristis dan science. sayangnya, pengetahuanku ttg tema2 semacam itu masih sangat minim sehingga belum berani menulis cerpen bertemu seperti yang bung yari sebutkan. hiks, jadi malu 😛

  5. cK

    waaaah…saya jadi bangga sama om sawali. udah guru, blogger, penulis handal pula. mantep banget nih.. 🙂

    kapan ya saya bisa menulis seperti om? :acc

    wew… mbak chika kok tanya kapan bisa nulis cerpen? tulisan2 mbak chika kan banyak juga tuh yang bergenre cerpen, apalagi mbak chika seorang jurnalis. pengamatannya tentu oke punya! 💡

  6. terus berkarya !pak.

    salamku

    yo’i! makasih mas langitjiwa. salam kreatif juga buat mas langitjiwa! 💡

  7. Mudah-mudahan menjadi penyemangat buat Pak Sawali dan saya akan setia menunggu tulisan berikut. Bravo Pak sawali

    makasih dukungannya pak hadi, hehehehe 💡

  8. Selamat Pak! Waaaaaah hebat, cerpennya sudah dibukukan. Sudah dikomentari pula oleh cerpenis, dan novelis.

    Jadi pengen… wakakakakakak.. malu ah, tulisan saya engga sekelas Pak Sawali… 😀

    mathematicses last blog post..Luasnya Sama

    makasih pak jupri. btw, tulisan pak jupri kan juga siap dibukukan, pak, hehehe 😆 siap2 aja cari penerbit, pak. apalagi kumpulan tulisannya dah banyak banget. selamat berkarya terus, pak!

  9. standing applause buat sampean pak….semoga maju terus… 🙄

    dafhys last blog post..aksi GEMAPO

    makasih dukungannya, mas dafhy. hehehehe 💡

  10. Catatan yang bagus. Kalau yang membuat catatan adalah orang yang mengerti teori sastra dan sekaligus sastrawan, banyak hal yang bisa kita petik. Berbeda misalnya, kalau saya yang membuat catatan, tidak pakai teori sastra karena tataran saya hanya sebagai penikmat. Catatan penikmat mungkin dinilai garing oleh sastrawan.

    Kalau sudah dapat bukunya, nanti saya buatkan catatan garing itu, Pak. Wakakaka…

    arifs last blog post..Maukah Sampeyan Memakai Sikini Alias C-String?

    catatan garing? wew… saya kok malah baru denger istilah ini, hiks. menafsirkan teks sastra *halah* ndak harus pakai teori yang njlimet, mas. setiap pembaca pada dasarnya punya hak utk menafsirkan kok.

  11. Jadi penasaran banget pengen baca bukunya Pak Sawali.

    *Berharap dikirim:mode on*

    qizinks last blog post..Detik-Detik Kenaikan Harga BBM

    inginnya sih begitu, mas qizink, hehehehe 😆 sayang sekali jumlah bukunya terbatas. maafkan daku, mas. :oke

  12. edy

    makasih udah dimuat tulisan ini
    sebenernya pas acara tu pegen nyatet tapi ga sempet
    saya pengen belajar supaya bisa nerbitin buku kaya pak guru :acc

    edys last blog post..Wisata Kuliner Rakyat Jelata

    wakakakaka 😀 ya bener banget toh, bung caplang. dalam situasi seperti itu mana mungkin bisa mencatat sg cermat, hehehehe 😆 tulisan bang kurnia ini kupublish juga setelah melalui berbagai pertimbangan kok 💡

  13. Biasa.. OOT..
    Halah salah tulis komen saya tadi.. Maksudnya Less Speech, Do More.. Jadi malu saya sebagai anak Pendidikan Bahasa Jawa.. :mrgreen: Sok-sokan Inggris Malah jadi salah.. Bahasa Indonesia aja lah.. sedikit bicara banyak bekerja.. 😡

    Dhimass last blog post..Untuk Kita Renungkan, Wheleh-wheleh

    hehehehehe 😆 mas yoga bisa aja nih. ok, makasih supportnya, mas. salam kreatif!

  14. wes pokok’e top markotop buat pak sawali hehehehehehe…

    salut abis buat beliaunya, bangga euyyy bisa pernah bertemu langsung dengan beliau… sungguh sebuah kebanggaan.. 🙄

    gempurs last blog post..Matinya Sang Harapan

    waduh, jadi malu nih, pak, hehehehe 😆 postingan ini agaknya banyak narsisnya, ya, pak? 😛

  15. kl udah ada bukunya nanti minta ttd yak pak 😀

    hehehehehe 😆 mas harri bisa aja. jadi malu nih. 😛

  16. Walah…walah…
    Ini namanya Bumbu KOMPLIT RASA Gado-Gado Pak… 😀

    Semangkin lengkap Predikat yang pak Sawali sandhang sekarang ini, Blogger Ulung, Penulis CERPEN Handhal, Sang Guru Pitutur, Guru Pitudhuh yang KRITIS dan sarat dengan SOLUSI.

    Hmmm…hmmm… :acc
    Smoga ini menjadikan pak Sawali bertambah semangat untuk terus MAJU dengan KARYA-KARYA BERMUTU… 🙄

    Mundhuk-mundhuk… 💡
    Moga saya juga bisa MENELADHANI-nya… ❓ 🙄

    Santri Gundhuls last blog post..AKU…Sopo INGSUN??

    waduh, jangan terlalu berlebihan, mas santri, hehehehehe 😆 biasa aja kok. makasih supportnya, mas santri. 💡

  17. Memang adakalanya komentar dari seseorang yang lebih tau tentang karya sastra akan sangat membantu dalam pembuatan karya selanjutnya. Menurut saya, master sangat perfeck dalam menuliskan cerpen. Keadaan wong cilik di sini sangat trep dengan keadaan kami wong cilik. Master adalah tokoh sastrawan idola saya. Bangga banget Master, saya punya Guru seperti Master. Mohon bimbingan terus bwt saya. 😆

    Farhans last blog post..Love at the First Sight

    yups, bener banget farhan. makanya, kamu justru harus berterima kasih ketika ada orang yang mengkritik karya2mu. dengan cara begitu, kamu akan terus terpacu utk memperbaiki kekurangan2nya. terus berkarya, ya, farhan 🙄

    • waduh, masalah itu saya juga ndak tahu nih, bung serdadu, hehehehe :292 semuanya sudah diurus oleh penerbit.

  18. saya kayaknya musti banyak belajar dari bapak, ajarin mbikin cerpen ya, pak… :411
    *dari dulu pengen banget ketemu bapak, tapi waktu tak jua menjadi teman, hampir ujian dan banyak tugas* :DD

    abee yusufs last blog post..kripik kentang kang abee

    walah, saya juga masih harus banyak belajar, mas abee, hehehehe :292 kalau memang sudah ada waktu, silakan main ke kendal. kan ada rencana bareng mas dhimas, toh 🙄

  19. Barusan bikin tulisan pendek di blog, tentang cerpen “Marto Klawung”. Cerpen yang paling saya suka di kumcer Perempuan Bergaun Putih

    Ratih Kumalas last blog post..Orang Gila dalam Fiksi

    terima kasih banget, mbak ratih telah berkenan hadir di acara itu meski tanpa mas eka. sebenarnya pingin banget ngobrol berlama-lama dengan mbak ratih, sayang sekali waktunya ndak memungkinkan. semoga kita bisa bertemu pada waktu yang lain, mbak. 💡

  20. Semoga ulun masih komanan bukunya sewaktu ulun berkesempatan tedhak ing ngarcopodo. Saya mungkin baru pulang Indonesia tahun depan. Kira-kira masih bisa menemukan buku itu di toko buku nggak ya? Cetakan ke duapuluh pun rela (boleh dianggap ini doa Ki) 🙂

    Nayantakas last blog post..Double

    😀 ki nayantaka bisa aja. wah lama juga, yah. meski demikian, saya tetep berharap bisa bertemu darat dengan ki nayantaka. 💡

  21. Wah tulisannya membuat saya bersemangat nih..

    FADFADs last blog post..Follower

    hehehehe 😀 mas fad bisa aja juga nih. ok, mas, salam kreatif! 💡

  22. wak Pak Sawali emang mantab :114
    Pak sekali-sekali nulis cerpen yg genrenya science-fiction donk …

  23. @ Okta Sihotang:
    wew… biasa aja kok, mas okta, hehehehe :292

    @ dadan:
    waduh, seperti permintaan bung yari, hehehehe 💡 nah, itu dia yang sulit, mas dadan, hiks, pengetahuan saya tentang dunia science terlalu sempit. 💡

    Sawali Tuhusetyas last blog post..Sastra Koran di Tengah Imaji Kekerasan

  24. Wah.. luar biasa! pak sawali hebat.. saya kudu berguru ke jenengan pak… 💡 💡

    Btw pripun kalo saya mo beli bukunya?

    waduh, mas azaxs, jangan berlebihan, dong. jadi malu nih! btw, sampai sekarang bukunya belum terkirim juga. mudah2an sdh ada di toko buku, mas 🙄

  25. Jika Kurnia Effenndi saja telah menunjukkan takzimnya kepada karya Pak Sawali, apalagi aku.

    Untuk teman-teman Banjarmasin dan sekitarnya yang ingin baca kbuku PBP karya Pak Sawali, bisa hubungi aku. Aku punya satu eksemplar, giliran aja bacanya! He he he

    Tabik!

    Zul …s last blog post..Seminar Nasional ‘Taufiq Ismail : 55 Tahun dalam Sastra Indonesia’ : Auditorium Perpustakaan Nasional Jakarta, 17 Mei 2008.

    waduh, biasa saja kok, pak zul. saya masih harus banyak belajar menulis cerpen pak zul. jujur saja, saya juga mengakui cerpen2 yang terkumpul dalam PBP itu masih banyak kekurangannya, pak. waduh, sayang kalau di banjarmasin cuma ada satu kumcer itu, ya, pak 🙄

  26. hemm.. saya juga menyimak tuh komentarnya pak kurnia 😀

    kalo buat saya, saya juga setuju sewaktu ada yang bilang (maap, kalo salah 💡 💡 ) “ceritanya rada menggantung”

    saya setuju sama yang itu, soalnya kayanya klimaksnya ga dibikin (“sok tau mode on”), tapi saya sangat suka sama jalan ceritanya, jadinya sayang banget kalo ga sampe kelar 😀

    maap, maap loh pak guru.. 💡 💡

    waterbomms last blog post..Asal Posting bukan Asal Kopies

    makasih, mas waterbomm. kalau kebetulan mas imam baca, mas imam boleh menafsirkan ending menurut versi mas imam, kok, hehehehe 🙄

  27. Saya belum sempat ke toko buku, jadi belum “nemu” buku Bapak. Nanti saya pasti beli. Kalau udah dibaca, baru bisa komentar. Kalau sekarang, belum bisa lah ya, masa belum bisa la dong. He he…

    hehehehe 😆 makasih banget mas azwan 💡

  28. Weeh bang, akhirnya dapat juga pengganti AH, selamat ya bang. Dah sampai tempatku belum ya distribusi cerpennya? *ketinggalan info, lama gak ngeblog 🙁 *

    hehehehe 😆 makasih mbak puan. masih ingat juga sama andrea hirata yang nggak mau bikin endors utk kumcer saya itu, hehehehe 😀

  29. senengnya dapet kritikan dari kritikus satra seperti mas kurnia effendi, tentu berguna banget untuk ke depan ya pak.
    cuma saya pribadi lebih suka pendapat pak maman, bahwa terserah pembaca mo suka yang mana. tidak bisa penulis hanya menyenangkan kritikus ato satu segmen pembaca saja.
    menurut saya sih, kalo pas saya suka ya suka aja. entah sapa yang nulis.
    maju terus pak.. gratis terus eh ditunggu peluncuran berikutnya. 🙄

    nindityos last blog post..nDeso banget seh ..

    setiap kritikus memang punya style yang berbeda, mas nin. kalau mas keff memang sebenarnya bukan kritikus. dia lebih banyak menulis cerpen dan novel. apa yang disampaikan mas keff itu menggunakan sudt pandang dia sebagai penulis, bukan sebagai kritikus. 💡

  30. mungkin ada ayg kurang dari tanggapan pak kurnia effendi nih. bukan hanya cerpennya yg komunikatif, blognya juga komunikatif. salut euy…

    chodirins last blog post..Cara saya mencurangi Entrecard

    kok njujugnya sampai blog, wakakakaka 😀 mas Keff murni menganalisisnya dari sudut pandang penciptaan cerpen kok mas chadirin :oke

  31. memang menulis itu banyak hal yang perlu di perhatikan, kalau dalam bahasa jawanya, paham lan mahamke. alias dia paham dan mampu memahamkan apa yang di pahami, dan saya kira semuanya bertolak dari situ pak, lam kenal pak, saya bahak.

  32. memang sastra lebih dr sekedar retorika,sastra berdiri sendiri,bebas,lepas.mas kurnia sungguh jeli dalam pemaknaan konflik,konflik batin terutamanya,trs brkrya pak.meski raga sudah lapuk tp semangat muda tak pernah mati.jgn brhnti pada satu titik krna msh ada berjuta belantara yg blm bapak kunjungi.smngt dan slm bravo

    • wah, terima kasih banget atas masukannya, mas. tulisan mas kef ini disampaikan saat launching kumcer di TIM. salam sastra.

  33. saya tertarik dgn kritik akan pemaknaan konflik,trs brkrya pak mski raga sudah lapuk tp smngt bapak masih tetap muda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *