Rendahnya mutu pendidikan
Berdasarkan kenyataan tersebut perlu ada upaya serius untuk meningkatkan nilai UN agar anak-anak bangsa yang kini tengah gencar menimba ilmu di bangku pendidikan benar-benar dalam kondisi siap untuk menghadapi UN. Para siswa didik, khususnya kelas IX, harus diberikan bekal yang cukup memadai sehingga mampu mengerjakan soal-soal UN dengan baik.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya nilai UN yang dicapai oleh siswa SMP. Pertama, kurangnya motivasi siswa didik untuk meraih nilai akademis yang tinggi. Hal itu disebabkan oleh situasi dan kondisi pendidikan dalam lingkungan keluarga yang kurang mendukung.
Kedua, merebaknya sikap instan yang melanda kehidupan kaum remaja. Hal ini disebabkan oleh kuatnya sikap permisif masyarakat yang cenderung membiarkan berbagai perilaku anomali sosial berlangsung di tengah-tengah panggung kehidupan sosial. Masyarakat yang seharusnya menjadi kekuatan kontrol untuk ikut menanggulangi berbagai persoalan sosial yang kurang sehat cederung bersikap permisif dan masa bodoh. Sikap instan yang ingin meraih sukses tanpa kerja keras pun dinilai sebagai hal yang wajar terjadi.
Ketiga, guru dinilai kurang kreatif dalam melakukan inovasi pembelajaran, baik dalam pemilihan materi ajar, metode pembelajaran, maupun media pembelajaran, sehingga siswa didik cenderung pasif dan bosan dalam menghadapi atmosfer pembelajaran di kelas. Suasana kelas bagaikan “kerangkeng penjara” yang pengap dan sumpek; tanpa ada celah “kebebasan” bagi peserta didik untuk menikmati kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Yang lebih mencemaskan, siswa didik diperlakukan bagaikan “tong sampah” ilmu pengetahuan yang hanya sekadar menjadi penampung ilmu, tanpa memiliki kesempatan untuk melakukan pendalaman, refleksi, dan dialog.
Berdasarkan pengalaman empiris, kurang kreatifnya guru dalam melakukan inovasi pembelajaran memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kemampuan siswa dalam dalam menguasai kompetensi yang seharusnya dicapai. Metode drill yang dilakukan menjelang pelaksanaan UN, dinilai terlalu banyak memberikan intervensi dan tekanan psikologis kepada siswa. Akibatnya, siswa cenderung hanya mampu menjadi penghafal kelas wahid daripada menjadi seorang pembelajar yang haus ilmu pengetahuan. Mereka diperlakukan secara mekanis bagaikan robot sehingga tidak memiliki kesempatan untuk melakukan refleksi dan pendalaman materi ajar.
Dalam konteks demikian, diperlukan upaya serius dari para guru pengampu mata pelajaran yang diujikan secara nasional, yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris, dan IPA untuk melakukan perubahan penggunaan metode drill. Salah satu metode yang diduga mampu membuat suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan ketika siswa mempelajari materi UN adalah metode diskusi kelompok model tutor sebaya. Melalui metode ini, siswa bisa berdialog dan berinteraksi dengan sesama siswa secara terbuka dan interaktif di bawah bimbingan guru sehingga siswa terpacu untuk menguasai bahan ajar yang disajikan sesuai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan.
Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur sebaya merupakan kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya. Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik.
Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan. Ketua kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh siswa. Misalnya, jika di suatu kelas terdapat 46 siswa, berarti ada 9 kelompok dengan catatan ada satu kelompok yang terdiri atas 6 siswa. Sebelum diskusi kelompok terbentuk, siswa perlu mengajukan calon tutor. Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria: (1) memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas; (2) mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa; (3) memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik; (4) memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama; (5) memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik; (6) bersikap rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab; dan (7) suka membantu sesamanya yang mengalami kesulitan.
Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: (1) memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari; (2) mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis; (3) menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai; (4) menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental untuk memecahkan masalah yang dihadapi; (4) melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dipelajari.
Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.
SKL dan ruang lingkup materi yang didiskusikan:
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) |
Ruang Lingkup Materi |
Siswa mampu membaca dan memahami berbagai jenis wacana, baik secara tersurat maupun tersirat, menganalisis informasi dan gagasan; memberikan komentar, menyeleksi dan mensintesiskan informasi dari berbagai sumber (tabel, diagram, tajuk, berita). |
1. Menjawab pertanyaan isi tersurat wacana yang berupa tabel, diagram, tajuk, berita paragraf, ensiklopedi, buku ilmiah populer. 2. Menyimpulkan isi tersirat teks berupa tabel, diagram, tajuk, berita. 3. Menanggapi isi wacana yang dibaca. 4. Menentukan gagasan pokok dan gagasan penjelas dari teks yang berupa tabel, diagram, tajuk, berita. |
Siswa mampu menulis karangan nonsastra dengan menggunakan kosakata yang bervariasi dan efektif dalam bentuk paragraf narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, |
5. Menyusun kerangka isi dan mengurutkan paragraf bentuk paragraf narasi, deskripsi, eksposisi, persuasi, argumentasi, 6. Mengembangkan secara utuh paragraf bentuk paragraf narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, |
Siswa mampu menyunting isi (ketepatan isi, urutan isi), menyunting bahasa dan mekanik (berbagai kata, istilah, gabungan kata, berbagai struktur kalimat, kepaduan/kelengkapan paragraf, serta penggunaan ejaan dan tanda baca) dalam berbagai jenis wacana (argumentasi, berbagai |
7. Mengidentifikasi kesalahan isi (ketepatan isi, urutan isi). 8. Mengidentifikasi kesalahan bahasa dan mekanik (penggunaan berbagai kata, istilah, gabungan kata, berbagai struktur kalimat, kepaduan/ kelengkapan paragraf, serta penggunaan ejaan dan tanda baca. 9. Memperbaiki kesalahan isi dan penggunaan bahasa dalam berbagai wacana. 10. Memperbaiki kesalahan berbagai kata, istilah, gabungan kata, struktur kalimat, ungkapan, peri bahasa, majas, serta penggunaan ejaan dan tanda baca. |
Siswa mampu membaca nyaring, dan membaca sekilas untuk menemukan informasi dan memahami sekilas suatu wacana. |
11. Menemukan informasi secara cepat. 12. Menemukan gagasan pokok secara cepat. |
Siswa mampu mengapresiasi karya sastra yang berupa puisi, prosa fiksi, dan drama untuk memahami isi serta menemukan nilai-nilai di dalamnya (moral, sosial, budaya, dll). |
13. Menemukan unsur intrinsik berbagai karya sastra berupa puisi, prosa fiksi, dan drama. 14. Menemukan nilai-nilai di dalam sastra (moral, sosial, budaya, dll) |
Berdasarkan data yang diperoleh berdasarkan hasil ujian nasional selama tiga tahun terakhir (2004/2005, 2005/2006, dan 2006/2007) di sekolah tempat saya bertugas, penggunaan metode diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan rata-rata nilai ujian siswa. Hal ini bisa terjadi karena pada setiap kelompok diskusi terjadi suasana kompetitif untuk menjadi yang terbaik pada setiap kelas sehingga terpacu semangat setiap kelompok untuk memahami setiap materi ajar yang didiskusikan. Selain itu, tutor setiap kelompok dipilih secara demokratis oleh para siswa sehingga mampu mewujudkan suasana yang akrab dan harmonis di antara sesama anggota kelompok dan tutor. Kondisi semacam ini sangat diperlukan ketika para siswa harus mempelajari banyak materi ujian.
Mungkin ada rekan-rekan sejawat guru yang memiliki metode dan strategi lain dalam menyiapkan siswa didik menghadapi ujian nasional? ***
saya berterima kasih sekali karena blog ini menyajikan data yang sangat saya butuhkan dalam kepengurusan penelitian yang sedang saya laksanakan. moga lebih maju di hari mendatang. amin……. 🙂
ooo
syukurlah pak edy kalo ada manfaatnya. terima kasih doa dan apresiasinya, pak.
:112 Bagus sih tapi tolong donk jelaskan kelemahan n kelebihan diskusi kelompok( Tugas aq he he he)
ooo
wah, mesti buka2 referensi lagi nih, hehehehe 😆
Kalau mau ikut Jambore Asean 2008 di Jakarta, Indonesia. Kunjungi blog kami http://rover-stibels.blogspot.com
Ringtones….
Motorola ringtones free. Ringtones….
:)>- ass. ya akhi. domo arigatou gozaimasu.
walah, bahasa jepang itu, ya, mbak ria, hehehe ….
good…
tolong dikasih info ttg referensi buku metode tutor sebaya dunkz 😛 soalnya saya butuh banget…thx
@keke,
wah, dalam bentuk cetakan, saya juga ndak punya, mbak keke … tapi mbak keke bia mencarinya lewat google, kok. masukkan saja keyword yang berkaitan dengan model pembelajaran tutor sebaya.
cara mudah jadi kaya. kunjungi http://myblogmyown.wordpress.com/2009/03/20/hello-mau-kaya/
silahkan ikuti petunjuknya.
selamat menikmati
Baca juga tulisan terbaru myblogmyown berjudul food and danger that will arise
salam kenal..
🙄 🙄 😆 😆 lebih lengkap lagi dunks bahasa nya….thanks
blognya memberikan pencerahan..kbetulan skripsi saya membahas tutor sebaya dalam pengajaran bahasa jepang. kalau boleh saya minta rekomendasi buku atau bahan pustaka untuk didalami.terimakasih
.-= Baca juga tulisan terbaru nuraeni berjudul Istilah anggota =-.
terima kasih apresiasinya, mbak. doh, model tutir sebaya itu kebetulan saja hanya berdasarkan pengalaman dan sharing dg teman2, mbak. hingga sekarang, saya juga belum mendapatkan rujukannya.
😡 SEANDAINYA SEMUA GURU MENYADARI BAHWASANYA SISWA ATAU SEORANG ANAK MUDAH MENERIMA ILMU DAN PENGETAHUAN MELALUI TEMAN SEBAYA, MENERAPKAN PEMBELAJARAN DENGAN MEMANFAATKAN TUTOR SEBAYA. Saya rasa pembelajaran yang joyfull, meaningfull akan tercipta. Namun sayangnya selama ini masih banyak guru yang menajadikan dirinya sebagai SUMBER, bukan fasilitator bagi mereka. :)>-
sepakat banget mbak rhena. semoga saja hal ini menginspirasi rekan2 sejawat guru utk mulai getol melakukan inovasi pembelajaran.
Saya tertarik dengan metode diskusi dengan tutor sebaya… jika bapak/ibu berkenan memberikan hasil penelitiannya tentang itu, sy sangat senang sekali….. saya tunggu ya bapak/ibu…
wah, saya belum melakukan penelitian khusus ttg metode ini, mas ali. tapi sudah saya praktikkan hampir setiap tahun pelajaran.
Gracias… :d
.-= Baca juga tulisan terbaru batiknovita.com berjudul "Kaftan Batik Dobi Pelangi Aks (KBDPA-01) – Rp.148.500" =-.
Menarik catatan Bapak mengenai upaya mendongkrak perolehan kualitas anak didik dalam menghadapi UN lewat model pembelajaran yang telah teraplikasikan di sekolah Bapak. Sungguh sebuah upaya yang perlu diteladani oleh banyak guru di negeri tercinta ini.Yakinlah saya bahwa melalui upaya yang sungguh-sungguh tentu membuahkan hasil yang tiada mengecewakan.
.-= Baca juga tulisan terbaru Sungkowoastro berjudul "PERPUSTAKAAN SEKOLAH YANG MENGONDISIKAN SISWA BERMINAT MEMBACA" =-.
terima kasih, mas. ini hanya merupakan upaya utk mengantarkan anak2 sukses un tanpa mencekoki mereka dg model2 drill dan karantina, hehe …
terus semangat pak, sangat mulia pak sawali 🙂
terima kasih atas supportnya.
tutor sebaya hanya bisa terlaksana apabila salah satu atau lebih peserta didik banyak yang memungkinkan untuk dapat menjalankannya, apabila peserta didik banyak yang belum bisa akan kurang terlaksana dengan maksimal atau tidak dapat jalan sama sekali,,
saya masih belum paham bila efektifitas diskusi kelompok tutor sebaya dibandingkan dengan non diskusi kelompok, berbagai studi memang menunjukkan model interaktif lebih menarik, ditambah lagi dengan unsur kompetisi, daripada model2 konvensional.
Mungkin studi penelitiannya akan lebih menantang bila diskusi kelompok tutor sebaya dibandingkan dengan diskusi kelompok tutor non sebaya, nanti bisa dilihat dari sisi kompetisinya, apakah peran tutor masih berfungsi manakala peserta kelompok lebih terpicu semangat berkompetisi dengan kelompok lain
langkah-langkah dalam pembelajaran tutor sebaya dapat dilihat di buku apa?. terima kasih
langkah2nya sptnya agak sulit