Tak Perlu Bersikap Reaktif!

Beberapa hari belakangan ini banyak teman bloger yang terusik oleh kehadiran blog I hate Indon. Pasalnya, kehadiran blog ini dianggap makin memperkeruh suasana panas yang sudah lama terpicu oleh arogansi negeri jiran kita yang sudah berkali-kali menjadi tukang stempel budaya kita dengan branding Malingsia. Walhasil, tensi kita yang sudah lama memuncak ke ubun-ubun makin tak sabar untuk melakukan tindakan emosional berbau dendam –juga dibalut sikap nasionalisme– sebagai bukti bahwa kita bukan bangsa “bekicot” yang gampang dipermainkan. Hampir tak ada sisa 1/1000 space pun bagi I hate Indon untuk sedikit berbaik hati dengan bangsa kita. Simbol-simbol negara semacam Sang Saka Merah Putih atau Burung Garuda pun diembatnya juga. Bahkan, juga mengaitkannya dengan Polandia yang –bisa jadi– dimaksudkan untuk menghasut bangsa berbendera putih-merah itu. Berikut ini skrinsut-nya.

ganyang-indon.gif

*Makin mendidih darah di ubun-ubun.*

Iseng-iseng, saya pun tanya Om Google. Ada banyak tulisan yang membahas kehadiran I hate Indon. Salah satu di antaranya adalah blog Bung Prasetyo Andy Wicaksono. Menurut analisis Bung Pras, pemilik I hate Indon adalah orang Indonesia sendiri yang besar di Jakarta. Alasannya?

Karena pada beberapa postingan yang dia tulis sendiri [karena ada beberapa yang merupakan saduran dari website2 berita Malaysia, yang sepertinya sudah diubah-ubah biar yang baca tambah panas], dia menggunakan bahasa gaul Indonesia dengan sangat fasih.

Itulah analisis Bung Pras. Lantas, saya pun kembali iseng untuk melihat profil pemilik I hate Indon. Berikut ini skrinsutnya.

i-hate-indon.gif

Ternyata, pemilik I hate Indon adalah seorang konsultan yang tinggal di Jakarta, Bekasi, Indonesia. Benar atau tidak profil yang ditampilkan oleh sang pemilik, itulah yang masih menjadi tanda tanya. Tapi, agaknya tulisan Mas Muhammad Musadiq Marhaban makin membuktikan bahwa orang-orang Malaysia masih banyak yang waras juga. 😆 Mudah-mudahan benar adanya. Di tengah-tengah memanasnya situasi semacam itu, agaknya memang diragukan kebenarannya kalau pemilik I hate Indon benar-benar orang Malingsia.

*Tensi mulai menurun.*

Ya, ya, yah, kita berharap, mudah-mudahan “perang” itu tak terjadi. Bagaimanapun juga, antara Indonesia dan Malaysia pernah membangun sejarah peradaban sebagai bangsa bertetangga yang ikut berkiprah dalam membangun peradaban dunia yang *halah* rukun dan damai melalui ASEAN. Ini artinya, kita tak perlu –menurut hemat saya– bersikap reaktif dan terprovokasi oleh kehadiran sebuah blog yang –mungkin– sengaja dibuat untuk menambah panasnya situasi.

Persoalannya sekarang, kalau pemilik I hate Indon itu memang bukan orang Malaysia, lantas siapa? Kalau memang benar ulah bangsa kita sendiri, lantas siapakah dia sesungguhnya? Barangkali ada bloger “detektif” — seperti Mas Mbelgedez yang dulu “sukses” nguber-uber si Ratu Bloger — yang berkenan untuk menyelidikinya? *Halah, kayak ndak ada kerjaan sajah!!!*

No Comments

  1. hooo…
    analisa saia begini pak, munkin blog tersebudh dibuadh dengan tujuan agar mendafadkan fagerank tinggi (karena dilink dari blog-blog se-Endonesa yang memfosting tentang blog tersebudh). Lha, lalu setelah situasi mereda, blog tersebudh digunakan untuk memberikan back-link untuk meningkatkan blog-blog yang di-monetize-kan pak
    *faranoid abis mbaca SEO-books dsb* :mrgreen:

  2. heheh…
    seorang teman via ym mempostingkan ke saya untuk melaporkan blog tersebut sebagai blog yang harus di tutup ke penyedia jasa (blogspot). terlepas apapun, saya fikir ide itu lebih efektif daripada ikutan rame dan ngamuk2 di blog tersebut 🙂
    even itu yang membuat oang malaysia atau indo, jelas tujuannya ngga jelas heheheh

  3. @ almascatie:
    Bisa jadi benar, Mas Almas, makanya kayaknya kok kalau kita harus mengumbar sumpah serapah di blog tsb malah sia-sia. Ada seorang teman bloger yang menginformasikan, lebih baik kita ban saja blog itu beramai-ramai dengan cara membuka blog tsb, lantas klik aja menu “tandai blog” pada kiri atas halaman blogspot. Makin banyak yang klik makin cepet di-ban sama Google. Gitu katanya.

    @ Hoek Soegirang:
    Walah, makin nggak bener tuh, Mas Hoek. Bikin sensasi untuk kepentingan sendiri. Kenapa mesti menempuh cara2 semacam itu, yak?

    @ edo:
    Oh, begitu, ya, Pak Edo. Seorang teman yang komen di blog yang satunya juga memberitahu agar kita beramai-ramai nge-ban tsb. dengan cara membuka blognya, lantas klik aja menu “tandai blog” pada kiri atas halaman blogspot. Makin banyak yang klik makin cepet di-ban sama Google.

    @ bacteria:
    Betul Mas Bach. Makin cepet hilang dari dunia maya makin bagus tuh Mas.

  4. Saya sendiri tidak heran setelah ada komentar bahwa tujuannya meningkat rupiah. tapi mbuh lah..

    semula pun saya mau memposting crita ini, tapi malah meningkatkan “libido” si penulis i hate indon itu.. jadi saya hanya diam.. tidak komentar di sana, hanya liat2 saja. Bukankan emas itu diam? *takut di kritik kalau bilang; diam adalah emas*

  5. Malaysia itu negara kecil dengan jiwa pembelajar yang besar. Kita negara besar dengan jiwa pembelajar yang kecil. Mengapa harus panik lihat dan dengar tetangga (itu juga kalau benar ditulis oleh tetangga)menggerutu. Banyak yang bisa dan harus dikerjakan. Salah satunya, teruslah berbenah biar tak kehilangan kebanggaan lagi sebagai bangsa yang penuh ide dan kreatif.

    Semoga tak seburuk yang disangka!

    Salam!

    Tabik!

  6. @ danalingga:
    Saya juga menunggu, Mas Dana, mudah2an ada teman bloger yang bersedia melacak siapa yang berada di balik blog I hate Indon itu.

    @ kurtubi:
    Kita bisa nge-ban blog itu, kata seorang teman, dengan mengunjunginya, lantas klik aja menu “tandai blog” pada kiri atas halaman blogspot. Makin banyak yang klik makin cepet di-ban sama Google. Konon begitu, mas Kurt, nanti Google dengan sendirinya *halah sok tahu* akan menutup blog itu.

    @ Rozy:
    Walah, pelopor ESQ dari Jakarta? Masih belum jelas Mas Rozy. Ntar kita tunggu aja, yak!

    @ deKing yang biasa2 saja:
    Setuju banget, Pak deKing. Jangan terprovokasi!!! :mrgreen:

    @ Zulfaisal Putera:
    Yak, tepat sekali ajakan Pak Zul. Ikut mendukung, Pak. Jangan sampai kita kehilangan kebangaan sebagai bangsa yang besar. OK!

  7. Menurut-ku Pak Guru, sebelum kita meribut-kan masalah-masalah ter-sebut, alangkah lebih baik-nya kita ber-tanya pada diri kita sendiri apakah kita sudah men-cintai budaya kita? apa-kah kita sudah ikut me-lestarikan karya bangsa kita sendiri?

    Dan, untuk apa kita mem-buang-buang energi dengan masalah provokasi seperti itu? Lebih baik kita bahu membahu menjaga agar kekayaan bangsa yang kita miliki saat ini bisa lestari sampai anak cucu kita. Bukan begitu Pak Guru? 😉

  8. Wah…. sudah nggak heran kok Pak Sawali, saya sudah sering melihat kok komen2 orang Malaysia yang lebih goblog rusak dari tulisan2 di blog itu. Itu di atas sih masih agak sopan.

    Percuma deh kasih komen di situ juga, bukannya dianya jadi tambah pinter bener, malah kitanya yang jadi ikut2an globlog rusak! Ya nggak? :mrgreen:

  9. saya agak males menanggapi blog itu, karena sebenarnya membuat blog malingsia saja sudah membuktikan bagaimana bangsa ini sudah tidak mampu lagi memisahkan mana rakyat Malaysia dan mana pemerintah Malaysia yang memang kurang ajar itu

  10. Saya kebetulan berada di “sarang lawan”. Saya hanya mencoba menanggapi semua kebencian dengan cinta dan kasih sayang. Selama saya masih bisa membalas perlakuan mereka dengan kepala dingin, dan tidak memberikan perlawanan sebagaimana yang mereka harapkan, maka lambat laun mereka justru akan respek, dan akan memberikan pengakuan secara tulus bahwa bangsa Indonesia tidaklah sebodoh dan sekasar yang mereka kira. Bahwa bukan hanya mereka yang paling cerdas dan berbudaya. Alhamdulillah, dengan cara tersebut, saya tak mendapatkan pandangan sebelah mata, dan kita dapat hidup berdampingan dan saling menghargai.

  11. Jangan terpancing emosi dan provokasi. Saya tidak suka dengan perang, Pak. Saya mencintai kedamaian. Tapi, sepertinya itu hanya bagian dari mimpi saya yang sangat panjang dan melelahkan. Saya ingin kita semua, khususnya bangsa ini bisa saling mengasihi, mencintai, dan menghargai satu sama lain. Dan, bisa lebih mencintai, melestarikan, dan mengembangkan kebudayaan kita yang memang unik dan antik.

    Ya… kita tunggu deh hasil penyelidikkannya.

  12. Saya cuma sekali nge-klik link-nya
    dan memang benar apa kata Paman Extrem, jangan-jangan karena kita lupa sehingga banyak kecolongan (hal ini ada pula di tempat Paman Michael De Be)

  13. Lah, itu komen blum selesai udah nyelonong masuk, maaf Paman Sawal, kesalahan teknis, berikut ini lanjutannya…

    Akhirnya hati-hati dengan provokasi, jangan reaktif, dan coba mari kita antisipatif 😀

    sampun Paman, pareng, matur nuwun :mrgreen:

  14. Saya mulanya mo mendukung komen no #1 di atas .. 😆
    Siapa itu ya ? Oh, almas … 😀

    BTW, apa maksudnya kebenaran sejati itu adalah negerimu ini ? 🙁
    Kok gak yakin ya ?

    #Apakah aku kehilangan nasionalisme ….

  15. saya penganut filsafat berat sang darta goutama , biar lah mereka ( malingsia )biar kena hukum karma atas perbuatan ke kita selama ini.percayalah ………………fuck malingsia

  16. Hihihiiii.. Saya nanggapin situs itu ya kayak ke Ratu Adil dulu. Diemin ajah. 😛

    Wiw… Lama-lama Indonesia – Malaysia masuh kondisi stalemate juga kalo ga ada tindakan lebih lanjut mengenai hubungan bilateral kedua negara.

  17. @ erander:
    Bisa jadi hanya sekadar untuk provokasi atau utk menaikkan rating blognya, Pak. Semuanya masih serba tanda tanya 😆

    @ bangbadi:
    Bahkanm perlu di-lag atau di-ban. Klik menu “tandai blog” pada kiri atas halaman blogspot. Makin banyak yang klik makin cepet di-ban sama Google.

    @ extremusmilitis:
    Setuju banget Bung Militis. Kita juga perlu melakukan refleksi dan renungan agar kita juga nggak gampang menyalahkan pihak lain.

    @ Yari NK:
    Oh, kalau kita lihat postingannya dah melecehkan simbol2 negara, ternyata masih ada yang lebih kurang ajar ya, Bung Yari! Ckkkkkk…. :mrgreen:

    @ mbelgedez:
    Walah, selama ini Mas Mbel malah sdh beraksi, yak! Perang dengan sesama bloger rame juga, yak!

    @ caplang™:
    Setuju banget Bung Caplang. Kayaknya sekarang ini emang banyak tuh yang usil memancing2 emosi, hehehehe 😆

    @ anggara:
    Waduh, betul2 negeri tetangga yang bikin susah, ya, pak Anggara.

    @ Dee:
    Hati2 saja tinggal di sarang lawan, Mas Nudee. Jaga diri baik2, yak! Moga2 nggak terjadi apa2.

    @ yusuf:
    Walah! *Hanya bisa garuk2 kepala!*

    @ Hanna:
    Setuju, Mbak Hanna! Tapi mudah2an situasi semacam itu bukan mimpi lagi. Makin lama orang juga makin jenuh terhadap kekerasan, kan, sehingga akan muncul situasi yang bertaburkan cinta dan kasih sayang.

    @ cK:
    Ya tuh, Mbak Chika. Mbandel juga tuh. Om Google belum mengambil sikap juga tuh. OK, kita tunggu aja kalau ada teman bloger yang bersedia menyelidikinya.

    @ goop:
    Setuju dengan sikap semacam itu, Mas Goop. Pandangan yang jernih dan nggak mudah terpancing provokasi.

    @ Amelia:
    Yak, ada yang menduga seperti itu, Mbak. Tapi sebaiknya kita tunggu perkembangan.

    @ Hoek Soegirang:
    Halah, PR lagi. *Baru mikir kapan sempat nggarapnya :mrgreen: *

    @ Herianto:
    Walah, begitu, ya Pak? Tapi suatu ketika kebenaran sejati pasti akan *halah sok tahu* muncul.

    @ wellnada:
    Oh, bagus juga tuh Pak Welly. Sapa sing nadur bakal ngunduh, hehehehe 😆

  18. Udah baca blognya pakde Rovicky? Jangan-jangan yang bikin memang sengaja memperkeruh suasana, dan belum tentu orang Malaysia.
    Sebaiknya kita kepala dingin….

  19. @ Moerz:
    Sabar, Mas Moer, sabar, yak! Siapa menabur angin bakal menuai badai. OK?

    @ ekowanz:
    Bener banget Mas, Ekowanz! Makin banyak baca blognya, makin bikin darah kita mendidih. Mending nggak usah baca sekalian. :mrgreen:

    @ hariadhi:
    OK, makasih infonya, Mas.

    @ GRaK:
    Sepakat yang mana dulu, Mas, hehehehehe 😆

    @ Imam Mawardi:
    Walah, moga2 makin banyak yang bersikap lapang dada dan sabar, ya, Pak.

    @ edratna:
    Belum sempat Bu. Baik. nanti saya tak meluncur ke sana. Makasih infonya.

  20. Sabar…sabar…sabar…sepertinya memang kata-kata itulah yang paling tepat untuk sekarang ini.
    Negara kita memang lagi terpuruk di sagala sisi, karena itu sudah saatnya kita bangkit dan bangkit lagi.
    P Sawali, salam kenal.
    Kalau semua guru punya blog seperti bapak, saya yakin pendidikan kita pasti akan lebih cepat majunya.Insya Alloh.

  21. @ heniwisma:
    OK setujtu banget, kita mesti sabar menghadapi berbagai cobaan yang menimpa bangsa kita, hehehehehe 😀 OK, makasih apresiasinya!

    @ sigid:
    Bisa jadi, yak, Pak Sigid, tapi memang dah kebangeten tuh blog. Mudah2an bisa segera terbongkar kedoknya.

  22. Sudahlah, pak! kita tahan diri dulu aja, mudah2an mereka gak kualat, kan dulu mereka belajarnya ama kita?! hehehehehe

    10 tahun lagi, buat mereka datang lagi pada kita untuk belajar akhlak yang lebih baik lagi..

    Tugas njenengan pak guru, bikin pintar dan berakhlak baik anak bangsa ini, nggih pak!

  23. biar ndak dihina yang memperbaiki diri, kan nggak ada kesempata orang untuk lihat yang negatif-negatif dari kita. Wong nyatanya TKI kita ya banyak bermasalah, dan bikin masalah. Di dalam negeri sendiri yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin itu kan fakta to.
    Kalau memang banggga dengan Pancasila ya mari kita terapkan nilai-nilai Pancasila bukan malah melecehkan pancasila dengan perilaku yang negatif.

  24. banyak indon mendidih,marah,sewot
    realitasnya:banyak indon mbabu,nguli di bumi kaya malaysia
    dan senang sekali lihat indon marah bagaikan lihat kera yang marah

  25. Untuk orang Malaysia di sini: Tenaga Kerja Indonesia (TKI) itu UMNO kalian yang undang ke Malaysia, agar UMNO berjaya di pilihan raya menghadapi Chinese. Mereka itu bukan orang Malaysia tetapi diberi hak memilih dalam pilihan raya, how can?
    Lalu UMNO pun minta dikirim guru-guru matematika dari Indonesia, agar Melayu tak kalah dari Chinese. Janganlah kalian lupa.

    1. Assalamualaikum, saya dr Malaysia. Moga bahgia saudara2 di Indonesia. Apa puncanya perbalahan ini? Memalukan bagi kedua pihak.

      Sedia maklum Malaysia adalah tanjung & pulau y ddiami pndatang dari plbagai bangsa. Kaum Melayu terbesar yang majoritinya berasal dari Tanah Indonesia, diikuti kaum Cina dan India.

      Satu contoh kebodohan kedua pihak yang diperhatikan di sini,

      pada Malaysia, mereka sudah tahu yang soal kebudayaan dan hakciptanya adalah teramat snsitif bagi Indonesian. Lalu mereka mengambil budaya nenek moyang mereka yang mereka ketahui dan ikuti dengan yakin kerana mereka juga berbangsa Jawa, Banjar dan sbagainya..
      ..tanpa melakukan perbincangan dalam untuk sama2 cari penyesuaian. Lantaran angkuh dengan kemewahan yang dikecapi dan pantas membangun, membawa sekali keruntuhan moral di kalangan generasinya. Hasilnya timbullah perbalahan dari dua negara satu rumpun ini.

      pada Indonesia pula, sebilangan yang berperasaan cemburu, kecewa dan terkebelakang telah dengan mudahnya terprovokasi oleh tindakan Malaysia maka terhasillah kupulan seperti BENDERA dan sebagainya yang menganjurkan kekerasan, diburukkan lagi oleh exploitasi media dan kumpulan2 yang mengaut keuntungan dari kedua negara..

      Pada Israel pula, rancangan mereka untuk melaga-laga negara Islam di Asia Tenggara ternyata berputik, diiringi dengan senyuman lebar pemimpinnya..
      Dibantu oleh Amerika yang bekerjasama dengan Thailand menghapuskan minorti Islam di selatan Thai. Tahukah anda juru seksa di Teluk Guantanamo adalah sebilangan agak ramai diimport dari Thailand?

      Berhenti di sini melibatkan Thailand. Renungi diri kita, saudara-saudari. adakah kerana budaya agama yang kita anuti bersama boleh diketepikan, diganti dengan lolongan sumbang dan sumpah seranah dari kedua pihak?

      Mana asas kita?

      Jika Indonesia diapa-apakan, adakah Malaysia akan bantu?
      \
      Jika Malaysia diapa-apakan, adakah Indonesia akan bantu?

      Jika jawapan bagi kedua pihak adalah tidak, maka malulah kita sebagai satu bangsa nusantara yang berjiran, berkongsi agama, rupa, makanan dan bahasa…………..

  26. Saya pribadi curiga yang buat blog lucu itu orang Indonesia asli. Whatever-lah, makian2 disana itu sama sekali ngga bikin saya jadi marah. Malah, saya makin ketawa dan kagum karena orang yang menulis blog itu tahu banyak akan sejarah2 bangsa Indonesia dan kelihatannya dia pasti bukan orang yang bodoh (terpelajar sekali, maksud saya). Dan terlebih lagi, kata-katanya “sangat indonesia” sekali (jikalaupun dia bisa berbahasa dan terbiasa mengetik dalam bahasa Indonesia, itu akan membenarkan hipotesa pertama saya tentang betapa cakapnya penulis blog itu). Hebatnya lagi, dia meminta respon langsung. Wow, itu jelas sekali menandakan adanya indikasi untuk mengharapkan pengakuan eksistensi.

    Tapi, ma’af, terakhir kali saya cek…kenapa alamat blog ini sering dikaitkan dengan blog lucu itu ya?. Heran saya… para hadirin heran ngga?.

    Salam hangat untuk semuanya 😀

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *