(Refleksi Hari Blogger Nasional 2012)
Saya benar-benar lupa kalau 27 Oktober itu merupakan Hari Blogger Nasional. Untung diingatkan Mas Donny Verdian melalui mentions di akun twitter, sehingga bisa ikut meramaikan Hari Blogger Nasional dengan posting seadanya, meski terbilang agak terlambat.
Konon, Hari Blogger Nasional pertama kali dicanangkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika RI (Menkominfo), Muhammad Nuh, pada 27 Oktober 2007 dalam Pembukaan Pesta Blogger yang namanya telah diubah menjadi event On Off Indonesia (OnOffID). Mungkin lantaran belum pernah sekali pun hadir dalam Pesta Blogger, sangat bisa dimaklumi kalau pada akhirnya saya tidak pernah memasukkan Hari Blogger Nasional dalam kalender tahunan. Selain itu, ada atau tidak ada Hari Blogger Nasional, pengaruhnya terhadap atmosfer blog di kompleks blogosphere juga tidak begitu signifikans.
Di negeri ini, blogger agaknya masih berwarna “abu-abu”. Namanya tidak banyak dikenal masyarakat kebanyakan. Hanya kalangan tertentu yang dianggap sudah “melek IT” dan memiliki tingkat literasi virtual memadai yang akrab dengan “laboratorium virtual” ini. Coba iseng-isenglah bertanya kepada tetangga kanan-kiri dan handai taulan! Adakah di antara mereka yang mengenal “profesi” ini? Bahkan, Kamus Bahasa Indonesia yang diterbitkan Pusat Bahasa (2008) atau KBBI Daring juga tidak mencantumkan kosakata “blog” sebagai lema. Ini artinya, blog dan orang-orang yang terlibat di dalamnya masih menjadi sebuah “Indonesia” yang tertinggal.
Meski demikian, pencanangan Hari Blogger Nasional, dalam pandangan awam saya, setidaknya memunculkan dua pesan kuat. Pertama, peran blogger dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara makin diperhitungkan. Ide-ide dan pemikiran kreatif yang terus bermunculan dari para blogger setiap hari bisa menjadi “therapi kejut” buat para pengambil kebijakan. Mereka tak jarang melontarkan kritik terhadap berbagai perilaku anomali sosial, buruknya layanan birokrasi, maraknya kasus korupsi, mafia hukum, dan sejenisnya di tengah lambannya pemerintah dalam merespon berbagai persoalan yang mencuat ke permukaan. Jika kritik konstruktif semacam itu terus dibangun oleh para blogger, bukan mustahil blogger akan benar-benar mampu menjalankan fungsinya sebagai “pilar kelima demokrasi” setelah eksekutif, legislatif, yudikatif, dan pers. Di tengah abad gelombang informasi yang ditandai dengan meningkatnya pengguna internet seperti saat ini, diakui atau tidak, tulisan para blogger banyak menghiasi halaman pertama mesin pencari sehingga memudahkan para pengguna internet dalam menemukan suara-suara kritis yang berkait dengan berbagai persoalan bangsa dan negara. Sungguh keliru kalau ada yang membuat stigma bahwa blog identik dengan content “sampah” yang hanya memuat postingan “curhat” melulu di ranah publik.
Kedua, blogger tak pernah mati. Di tengah gempuran media sosial yang begitu dahsyat di ranah maya, blogger masih terus berusaha mempertahankan eksistensi dirinya untuk berekspresi. UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang dinilai bisa menjadi ancaman serius buat para blogger dalam berekspresi pun tak sanggup “membunuh”-nya. Blogger masih hidup dan eksis. Berdasarkan data Salingsilang.com jumlah blogger Indonesia kini mencapai 5.331.093 orang. Bisa jadi jumlah itu masih bisa bertambah karena mungkin masih ada beberapa blogger yang belum sempat mendaftarkan blognya di direktori Salingsilang.com.
Memang harus diakui, masa subur blog tak sedashyat sekitar tahun 2007/2008 ketika media sosial dan mikro-blogging belum tumbuh sepesat sekarang. Mereka tak hanya aktif secara online, tetapi juga berupaya mempererat jalinan silaturahmi secara offline melalui kopi darat (kopdar). Kopdar juga tak hanya sekadar saling bertemu, tetapi juga menjadi ajang “kompetisi ngeblog” secara sehat, sehingga blogger yang jarang update terpicu “adrenalin”-nya untuk kembali ke “habitat” di kompleks blogosphere. Blog makin tumbuh subur ketika berbagai komunitas blogger mulai bermunculan sebagai wadah aspirasi dan menjadi pusat “think-thank” para blogger dalam merumuskan ide-ide kreatif, baik di ranah online maupun offline. Mereka yang tergabung dalam komunitas blogger merasa memiliki tanggung jawab moral untuk membangun citra, marwah, dan martabat blogger di tengah belantara informasi.
Namun, seiring dengan menjamurnya media sosial semacam facebook, twitter, atau google+, disadari atau tidak, sebagian blogger telah “bermetamorfosis” dan beralih jalur ke ranah mikro-blogging. Kehadiran media sosial seakan menjadi magnet, bahkan mengandung zat “adiktif” yang membuat sebagian blogger secara perlahan-lahan meninggalkan medan blogosphere. Tidak sedikit blog yang sengaja dibiarkan tak terurus hingga “mati suri”, padahal aktivitas mereka di media sosial begitu masif dan mengagumkan.
Saya tidak bermaksud mempertentangkan secara vis a vis antara blog dan media sosial. Kedua media virtual ini sama-sama memiliki peran mutualistis yang saling melengkapi dan menguntungkan. Jika “dikawinkan”, keduanya akan mampu menghasilkan “anak-anak” pemikiran dan ide-ide kreatif yang mencerahkan dan memberikan kontribusi besar dalam dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kalau memang demikian, mengapa blog mesti ditinggalkan? Bukankah blogger secara nasional telah mendapatkan “legitimasi” sejak lima tahun yang lalu?
Semoga gempuran media sosial yang begitu dahsyat di tengah gelombang informasi ini tidak meruntuhkan semangat blogger dalam menjalankan fungsinya sebagai “pilar kelima demokrasi”. Nah, Selamat Hari Blogger Nasional! Dirgahayu Blogger Indonesia! ***
Pak Sawali, kalau saya sih percaya bahwa segala sesuatu ada pangsa pasarnya. Hehehehe. Kapan-kapan kalau ke Jawa Tengah saya mau sowan ke sekolah tempat njenengan ngajar.
Mangga, silakan, Mas Sam. Sungguh senang kalau berkenan singgah/.
Selamat Hari Blogger juga Pake!
Semoga tetap konsisten dan eksis ngeblog……
Amiin, selamat hari blogger juga, ya, Mas Nanang. Semoga bisa “istikomah”.
Selamat hari blogger nasional
Dunia blog tetep ramai dengan segala rupa warnanya
Setuju sekali. Blog memang tak akan pernah mati, meski gempuran media sosial begitu dahsyat.
Saya percaya, Blog tak akan pernah mati, selama masih ada orang-orang seperti Bapak yang konsisten untuk menulis dan terus menulis.
Selamat Hari Blogger Nasional…
Selamat Hari Blogger Nasional juga, Pak. Terima atas kunjungan, apresiasi, dan komentarnya.
Wah, baru tahu nih kalau tanggal 27 Oktober ini , menjadi Hari Blogger Nasional. Makasih Pak Wali infonya. Hem..mau nulis apa ya buat memperingati Hari Blogger?
Saya juga lupa kalau tidak diingatkan rekan tweeps di twitter, Bu.
Selamat hari blogger Nasional
Semoga blogger Indonesia makin sukses..
Amiin, selamat hari blogger nasional juga, Bos.
Selamat hari blogger nasional Pak Sawali. Semoga konten yang dihasilkan para blogger membawa kebaikan buat masyarakat Indonesia. Salut buat Pak Sawali yang terus konsisten menulis dan berbagi.
Selamat Hari Blogger juga, Mas Noer, terima kasih atas support dan apresiasinya, ya. Sukses selalu buat Mas Noer.
Selamat hari blogger nasional. Semoga terus ngeblog dan berbagi ilmu
Salsm
omjay
Amiiin, Selamat Hari Blogger juga buat Omjay.
Selamat Hari Blogger, Pak Sawali..
Semoga saya dapat konsisten ngeblog sabagaimana Bapak.. 🙂
Amiiin, selamat Hari Blogger juga, Mas Vizon. Blog Mas Vizon selama ini juga ndak pernah “vakum” postingan, kok. Postingannya juga oke dan mencerahkan.
Artikel yang dahsyat dan menggugah Pak.
saya sebagai blogger umur jagung saya baru tahu kalau kemarin adalah hari Blogger Nasional…
terima kasih Infonya Pak….
semoga saya bisa terus aktif….
Walah, artikel biasa saja, Mas. Selamat Hari Blogger juga, semoga semangat negeblognya tak pernah luntur .
Selamat Hari Blogger, Pak Sawali..
semoga saya bisa tetap terus menulis di blog dengan konsisten. Saya harus meniru semangat Pak Sawali nih..
Selamat Hari Blogger juga, Mbak Nana. Hem … Mbak Nana juga masih eksis ngeblog, kok, buktinya tulisan terbaru terus mengalir di blog.
Selamat Hari Blogger Pak Sawali.
Boleh saya ibaratkan Blogger adalah rumah, Sosial Media adalah alat jalan2. Kalo udah letih jalan ya kembali ke rumah hehehe 😀
Setuju sekali, Mas Whiz. Sosmed bisa juga diindetikkan dengan tempat nongkrong dan kumpul-kumpul, hehe ….
Selamat hari blogger, selamat hari sumpah pemuda,
terkadang, saya mengklaim sebagai blogger juga, walau tak punya blog…
punya e primbon dengan engine blog 😀
Selamat hari blogger juga, Mas Sri. Hem … e primbon? Apa itu, Mas?
maksude primbon ya seputar semarang ini pak, bahasa jawane direktori apa pak, primbon to? 😀
saya setuju pak,,sampai kapanpun blog tidak akan mati,,justru akan semakin berkembang,,,
selamat hari blogger….
Mudah-mudahan demikian, Bos. Selamat hari blogger juga, ya?
Selamat hari blogger nasional pak
juga hari sumpah pemuda
Selamat hari blogger dan Sumpah Pemuda juga, Mas Adib. Tetap semangat, ya!
Saya baru tahu kemarin kalau ada hari blogger, selamat Hari Blogger Nasional
Saya juga hampir lupa kalau tidak diingatkan sahabat tweeps di akun twitter.
Terima kasih atas tulisan ini. Menurut hemat saya, pengguna Website masih tetap eksis dan memiliki nilai tinggi dibandingkan dengan media sosial yang lainnya misalnya facebook. Alasannya ialah Website/ Web log memiliki nilai ekonomis yang tinggi dibandingkan dengan media sosial misalnya facebook. Pajak pembuatan Situs lebih besar dan pengguna harus membayar biaya perpanjangannya setiap tahun. Sedangkan Media sosial seperti facebook pembuatannya gratis dan tidak perlu biaya perpanjangan.
Selamat hari blogger nasional buat para blogger nasional di manapun berada dan salam hangat untuk pak Sawali Tuhusetya. Saya sering mengunjungi blog bapak melalui Om Jay, sahabat Facebook saya. Bahasa tulisan dalam blog ini sungguh bagus dan teliti. Selamat berkenalan pak Sawali, Ini Websiteku http://www.blasmkm.com. Semoga selalu sukses dan berkati Tuhan, Amin
Setuju sekali, Pak. Blog dan sosmed memang berbeda. Terima kasih atas kunjungannya. Saya sudah pernah kopdar dengan Omjay. Salam sukses.
Blog tak kan pernah mati.
Dirgahayu Blogger Indonesia!
salam,
Setuju banget, Bos. Selamat Hari Blogger juga, ya. Salam sukses.
Selamat Hari Blogger Nasional, memang pengguna blogger masih terbatas , salah satu faktornya karena kebiasaan rakyat indonesia yang belum menyukai budaya baca, gimana mau nulis Pak De, wong baca aja masih sungkan..
Hem … bisa jadi begitu, Mas Miftah. Membaca dan menulis memang seperti dua sisi dalam satu keping uang.
Salam Sastra
Semoga sehat selalu Pak Drs. Sawali, M.Pd.
Selamat Pak telah menjadi Pemenang I Lomba Blog Kebahasaan dan Kesastraan Tingkat Nasional.
Mohon ijin tukaran tautan Blog.
Selamat Hari Blogger Nasional.
Terima kasih.
Salam sastra juga, Pak Hukmi. Selamat juga buat Bapak. Sungguh senang apabila blog saya ditaut. Nanti akan saya taut balik.
Jangankan orang kampung, guru yang merupakan orang terdidik masih sangat sedikit yang memanfaatkannya meskipun sekedar untuk media kreatifitas apalagi menjadi media pembelajaran
Selamat Hari Blogger, semoga para blogger tetap semangat menyalurkan kreatiftas2nya..
Selamat atas prestasinya, Bapak. Buah ketekunan nge-blog Bapak senantiasa menorehkan prestasi. Semoga dapat menginspirasi guru-guru di Indonesia.
Tetap semangat Pak…bagi saya ngeblog merupakan hobi sekaligus lahan mencari nafkah….hehehe
Tetap semangat menulis artikel artikelnya Pa, moga manfaat bagi semua orang…salam sukses
Selamat ya pak buat pencapaiannya.. Semoga kita para blogger semakin bisa memberikan tulisan/informasi yang bermanfaat bagi orang lain..
Saya jadi semngat lagi nich setelah baca tulisan di atas. Baru tahu kalau kita ini pilar kelima demokrasi…, jadi kita termasuk yang ikut serta berperan aktif bagi perubahan dan kemajuan bangsa ya???
Saya jadi semangat lagi nich setelah baca tulisan di atas. Baru tahu kalau kita ini pilar kelima demokrasi…, jadi kita termasuk yang ikut serta berperan aktif bagi perubahan dan kemajuan bangsa ya???