Ketika Kobaran Api Mengepung Shinta

Dalang: Ki Sawali Tuhusetya

Sisa-sisa perang dahsyat masih terasa. Di sana-sini, terlihat gedung-gedung, kantor-kantor pemerintah, rumah-rumah penduduk, atau bangunan lain yang porak-poranda; hangus dan hancur berkeping-keping bercampur darah kering; darah para korban perang yang tak berdosa. Bau busuk mayat yang tak sempat terkubur menyengat hidung. Peristiwa tragis yang meluluh-lantakkan sendi-sendi peradaban dunia pewayangan baru saja berlangsung. Hampir dua bulan lamanya, para penduduk dipaksa hidup dalam ancaman desingan peluru, ledakan bom, atau dentuman meriam. Dampaknya benar-benar dahsyat. Dalam sekejap, bumi Alengka (nyaris) rata dengan tanah, kecuali kawasan-kawasan tertentu yang dinyatakan sebagai zona bebas perang.

Memang, perang yang menghebohkan itu berhasil menamatkan riwayat kekuasaan rezim Rahwana yang dikenal korup, lalim, bengis, dan sewenang-wenang. Namun, tidak lantas berarti situasi pascaperang menjadi lebih baik. Kondisi keamanan justru makin kacau. Perampokan dan penjambretan merajalela. Angka pengangguran melonjak drastis. Anak-anak terancam putus sekolah. Para gelandangan berkeliaran di sudut-sudut kota. Hal itu diperparah dengan sikap penguasa baru yang lamban dalam mengantisipasi perubahan.

Gunawan Wibisono yang telah ditahbiskan sebagai presiden baru dinilai tidak menunjukkan sikap sense of crisis. Dia justru makin bernafsu menghabisi kekuatan-kekuatan lama yang masih tersisa. Mantan-mantan pejabat beserta keluarganya diuber-uber. Mereka yang melakukan perlawanan langsung “tembak di tempat”. Semua wayang yang dicurigai sebagai antek rezim lama disikat tanpa diadili. Yang mengherankan, Penasihat Ramawijaya yang dulu dianggap sebagai sosok demokrat sejati, tidak berusaha meluruskan kebijakan-kebijakan sang presiden yang nyleneh dan berlebihan.

“Maaf, menurut pendapat saya, kebijakan Pak Gunawan benar-benar terlalu berlebihan. Main sikat seenaknya. Iya kalau benar, kalau salah sasaran? Apa justru tidak akan menjadi bumerang bagi kewibawaan beliau sendiri?” kata Jenderal Hanuman dengan jidat berkerut di ruang kerja Penasihat Ramawijaya yang sejuk.

“Sudahlah, Hanuman! Perang baru saja usai. Aku yakin, beliau masih memiliki idealisme untuk membangun negeri Alengka dengan caranya sendiri!” sahut Ramawijaya tanpa menatap sang jenderal.

“Tapi, Pak …”

“Sudahlah, sekarang urus saja pekerjaanmu! Gembleng itu para prajurit dengan baik! Negeri ini sangat membutuhkan prajurit-prajurit yang tangguh!”

“Siap, Pak! Tapi jika kebijakan Pak Gunawan terus dibiarkan, saya khawatir banyak rakyat yang makin tidak simpati. Apalagi, rakyat Alengka saat ini benar-benar hidup dalam kesulitan! Mereka butuh rasa aman, butuh pekerjaan, butuh penghidupan yang layak!”

“Ah, itu persoalan yang gampang diatasi! Pak Gun pasti sudah memiliki rencana yang matang untuk membikin rakyat negeri ini hidup makmur dan sejahtera! Oh, iya, Jenderal, bagaimana keadaan istriku, Shinta, di Taman Argasoka? Prajurit-prajuritmu masih setia menjaganya?”

“Tentu saja, Pak! Itu memang sudah menjadi kewajiban mereka! Tapi, maaf, kenapa Ibu ditempatkan di Taman Argasoka, tidak bersama Bapak?” jawab Hanuman balik bertanya.

“Sebelum aku mendapatkan bukti-bukti kesucian Shinta, aku memutuskan untuk pisah ranjang! Coba bayangkan Jenderal, berbulan-bulan lamanya Shinta disekap Rahwana! Siapa yang dapat menjamin kalau Shinta masih dalam keadaan suci?”

“Lantas, maksud Bapak?”

“Aku ingin menguji kesucian Shinta lewat pati obong. Aku berharap, Shinta tetap hidup dan segar-bugar. Itu artinya, dia benar-benar perempuan suci dan terhormat! Namun jika meninggal, jelas dia telah ternoda. Lebih baik begitu daripada aku harus berdampingan dengan perempuan kotor!” jawab Ramawijaya dengan vokal yang berat dan tertahan. Hanuman tak bisa bereaksi apa-apa. Jenderal berbintang empat dari Kendalisada itu hanya bisa mengelus dada dan geleng-geleng kepala mendengar kenekadan junjungannya.

“Sudahlah Hanuman! Kamu tidak usah bengong seperti itu. Tolong sampaikan pada Shinta, dia harus membuktikan kesuciannya di tengah kobaran api!” tegas Ramawijaya.

“Ttt… tapi …”

“Sudahlah! Ini perintah, Jenderal! Sekaligus saya ingin memberikan contoh kepada rakyat bahwa menegakkan hukum itu tidak boleh pandang bulu!” Ah, menegakkan hukum apa rasa cemburu yang berlebihan? Gumam Hanuman pada dirinya sendiri.

***

Di tengah-tengah kondisi negeri yang kacau, Presiden Gunawan masih sibuk dengan kepentingan pribadinya; menghabisi mantan-mantan pejabat yang dianggap akan menjadi penghalang kekuasaannya. Demikian juga Ramawijaya. Penasihat Alengka itu bukannya meluruskan kebijakan sang presiden, melainkan justru memanjakan perasaan sentimentilnya; menguji kesetiaan sang istri melalui cara yang amat tidak populer; pati obong. Tampaknya, kedua elite negeri Alengka itu tengah mengalami euforia kemenangan perang, sehingga melupakan ribuan, bahkan jutaan rakyat yang tengah menantikan perbaikan nasib.

Jenderal Hanuman benar-benar seperti tengah berhadapan dengan buah simalakama. Nuraninya sebagai wayang yang akrab dengan rakyat benar-benar terluka menyaksikan para penguasa yang sibuk mementingkan dirinya sendiri. Namun, loyalitasnya sebagai jenderal tak memungkinkan dia untuk berkata “tidak” di depan atasan. Beberapa saat lamanya, Hanuman hanya bisa termangu. Kepalanya benar-benar puyeng berat.

“Maaf, Jenderal, sejak tadi kok melamun terus? Ada yang bisa saya bantu?” seloroh Trijatha secara tiba-tiba dari sudut Taman Argasoka yang rindang. Hanuman blingsatan. Wajahnya memerah begitu melihat gadis Alengka yang diam-diam memikat hatinya itu. Di medan perang, Hanuman memang dikenal sebagai prajurit tangguh. Ratusan musuh bisa dia taklukkan hanya dalam hitungan detik. Namun, menghadapi seorang Trijatha, dia tampak gugup dan salah tingkah. Keringat dingin meleleh di sudut jidatnya.

“Eeem, nggak! Eee… saya mendapat perintah dari Penasihat Rama untuk menemui Dewi Shinta! Ada hal penting yang ingin kusampaikan!” sahut Hanuman tergagap.

“Oh, kalau begitu mari saya antar!” kata Trijatha sambil tersenyum ramah. Hati Hanuman makin berdenyar-denyar tak keruan.
“I..iyya, terima kasih!”

Begitu bertemu dengan Dewi Shinta, Hanuman segera menyampaikan perintah junjungannya. Tapi aneh! Dewi Shinta tidak menampakkan sikap nervous. Bahkan, ketulusan dan kepasrahan tampak memancar dari tatapan matanya yang cerah.

“Inilah saat yang aku tunggu Hanuman! Saya ingin menunjukkan, tidak hanya kepada Kanda Rama, tapi juga kepada dunia bahwa aku benar-benar perempuan suci! Seandainya aku mati, paling tidak aku sudah menunjukkan kesetiaan dan kepatuhan kepada lelaki yang aku cintai!” kata Shinta dengan bola mata berbinar-binar.

“Tapi, maaf, Bu, jangan lupa mohon petunjuk kepada Sang Pencipta!”

“Terima kasih, Hanuman! Pesan Sampeyan akan saya laksanakan!”

Pertemuan selesai. Dewi Shinta segera melakukan kontak dengan penasihat spiritualnya, Narada.

“Kamu tidak usah khawatir, Shinta! Kesucianmu akan sanggup memadamkan kobaran api. Seandainya kayu-kayu di hutan Alengka ini ditebangi untuk membakarmu, tubuhmu akan tetap segar-bugar! Yakinlah! Pasrahkan jiwa ragamu kepada Sang Pencipta!” kata Narada dengan vokalnya yang khas. Dewi Shinta semakin mantab. Nyalinya tumbuh berlipat-lipat.

Sementara itu, di alun-alun kota Alengka, para penduduk sudah tumpah-ruah mengerumuni tumpukan kayu kering. Baru kali ini mereka akan menyaksikan sebuah peristiwa langka yang mungkin tak akan pernah terulang sepanjang zaman; pati obong. Alun-alun seperti tak sanggup menampung luapan ribuan wayang yang datang secara bergelombang dari berbagai penjuru Alengka. Mereka lupa terhadap segala penderitaan hidup sehari-hari; tak peduli lagi terhadap kemiskinan yang menjerat dan menelikung nasib mereka. Ribuan pasang mata terpusat pada tumpukan kayu kering yang tak lama lagi akan digunakan untuk memanggang tubuh Dewi Shinta. Wartawan media cetak dan elektronik pun makin sibuk mengabadikan peristiwa yang akan menjadi bagian dari sejarah negeri Alengka pascaperang itu. Sesekali, mereka mengarahkan kamera ke wajah Penasihat Ramawijaya dan Presiden Gunawan Wibisana yang duduk di atas panggung kehormatan.

Maka, ribuan pasang mata pun terbelalak ketika menyaksikan tubuh seorang perempuan bergaun serba putih dengan rambut tergerai panjang berkelebat dari balik Taman Argasoka. Ya, dialah Dewi Shinta yang akan menjalani “eksekusi” pati obong. Dengan kawalan ketat para prajurit, perempuan itu tampak anggun melenggang menuju tumpukan kayu. Yang terjadi kemudian adalah teriakan dan pekik histeris dari mulut ratusan perempuan begitu tumpukan kayu yang telah disiram bensin itu disulut oleh seorang prajurit. Dalam sekejap, api pun berkobar menjilat dinding langit. Terdengar ledakan dan suara gemeretak dari pilar-pilar kayu yang terbakar. Alun-alun Alengka panas dan bergetar. Para penduduk terus merangsek dan merapat menuju kobaran api. Dalam benak mereka, tubuh Dewi Shinta telah hangus jadi abu.

Teriakan dan pekik histeris kian menjadi-jadi. Sebentar lagi, nama Dewi Shinta akan menjadi bagian dari sejarah masa lalu. Para penduduk Alengka tak bisa menyaksikan lagi aura keanggunan yang selalu memancar dari balik tubuh perempuan molek itu. Namun, bola mata para penduduk membelalak lebar ketika kobaran api makin menyusut. Mereka menyaksikan tubuh Dewi Shinta tetap segar-bugar, bahkan makin tampak cantik dan memesona. Mereka benar-benar tak percaya menyaksikan pemandangan menakjubkan itu. Mereka hanya bisa terpaku dengan mulut menganga ketika Dewi Shinta menggeliat dan berjalan anggun menuju panggung kehormatan. Penasihat Ramawijaya menyambut kedatangan perempuan suci dan terhormat itu dengan kebahagiaan yang sempurna.

“Wahai, rakyat Alengka! Ini bukti bahwa kami tidak main-main dalam menegakkan hukum. Siapa pun yang bersalah, entah itu melakukan korupsi, menipu, merampok, atau melakukan pelanggaran yang lain, akan kami tindak tegas tanpa pandang bulu! Kami ingin mewujudkan negeri Alengka yang damai, aman, adil, makmur, dan sejahtera!” kata Presiden Gunawan Wibisana dengan vokalnya yang serak dan berat. Rakyat Alengka bersorak. Aplaus meriah membahana ke seluruh penjuru langit.

“Ah, biasa! Penguasa baru memang suka mengumbar janji! Buktikan dong, jangan omong melulu!” celetuk seseorang dari pojok alun-alun di sela-sela tepuk-sorak yang membahana.

“Hus! Jangan keras-keras! Kedengaran anthek penguasa baru tahu rasa Sampeyan!” sahut yang lain.

“Ah, biarin! Kenyataannya memang begitu kok!”

“Hus, diam! Cerewet amat sih!” ***

oOo

Keterangan gambar:

1. Sri Rama

2. Hanuman

3. Dewi Shinta

3. Narada

Comments

  1. horeee pertamaX
    wah suatu cerita yang keren pak.bisa menceritakan keadaan sekarang dengan tokoh pewayangan. saya juga utopis pak dengan janji-janji para calon pemimpin sekarang. janji mereka setinggi langit. pendidikan gratislah, pengobatan gratislah. tapi buktine nonsen. rakyat buth bukti bukan hanya janji

    dafhys last blog post..Jeritan Hati Anak Petani

    hanya iseng kok, mas dafhy, hehehehehe 😀 kayaknya bener, mas, masih banyak pemimpin yang suka obral janji tanpa bukti :mrgreen:

  2. menarik sekali membaca beberapa postingan bapak mengandung makna pelajaran yang luas dalam menyikapi gejolak yang terjadi mendekati sasaran yang filosofis
    salam kenal dan kenankan saya belajar dari tulisan bapak
    best regard
    totok

    genthokelirs last blog post..Seberapa Siapkah Kita ?

    hehehehe 😆 tulisan iseng saja kok, mas totok, hehehehe 😆 makasih telah menyempatkan diri utk baca wayang slengekan tak bermutu ini, hehehehe 😀

  3. Jangan2 yang ngisi Editor “Jawapos-Tiap Minggu (pojok wayangan) bapak ? kok dari ceritannya
    bisa diambil dari keadaaan negara ini….Bagus banget pak…salut : :205

    Diahs last blog post..Ganti Wajah

    wew… ya nggaklah, mbak diah. saya bukan siapa2 kok. rubrik wayang di jawa pos kan sudah ada pengasuhnya sendiri. 💡

  4. Gedhang woh pakel yaa Pak…

    Biasanya semakin banyak janjinya… semakin banyak ndak nepatinya. Tapi sayangnya… banyak nyang suka dibuai dgn janji. :acc

    serdadu95s last blog post..Tips menghadapi problem “Long Distance” dlm Bercinta…

    ungkapannya menarik,bung serdadu, hehehehe 😆 suka obral janji tapi nggak pernah ditepati. ironis juga ya bung kalau ternyata banyak yang suka juga, haks :mrgreen:

  5. FAD

    Apa kira kira ada ya..Wanita modern seperti shinta…Tulus Cinta,Enggak Matre,enggak membuat suaminya Korupsi,…aduh outopis bgt nih.

    FADs last blog post..Thinking Outside The Box – Blue Rupiah

    agaknya nggak gampang, mas fad, hehehehe 😆 apalagi shinta kan bener2 tokoh fiktif. alangkah bahagianya bisa menemukan seorang perempuan spt shinta, haks :oke

  6. cerita pak sawali ini selalu membuat saya cekikikan sndiri pak, ada kritik yang pedas unutk penguasa dan masukan yang kritis jg kepada masyrakat.. tiba2 saja masyrkt lupa bahwa mrk sedang dilanda krisis multidimensi ketika ada pertunjukan shinta yang masuk ke api apa ituh tadi.. dan untuk penguasa.. mbak shinta yang di dakwa melanggar hukum tetap terkena ganjaranya, padahal dia adalh istri panglima hanuman itu ya.. luar biasa.. semoga generasi bapak bisa diwariskan ke generasi selanjutnya.

    fauzansigmas last blog post..Bernapas Dalam-dalam

    wew… ada yang keliru, sigma, hehehehe 😆 shinta itu bukan istri hanuman. melainkan kekasih sri rama. 💡

  7. di koran Alengka Post, yang diberitakan kok lain ya!
    eh, kliru koran tahun 1930-an
    jaman presiden belon lahir

    gakpedes last blog post..Di Bawah Bendera Revolusi:

    hah, sempat kaget juga, pak, hehehehe 😆 kok ada koran alengka post, haks 💡

  8. Wah, satire ini, satire…
    Ciamik rawian kali ini!

    satire …. ? mas daniel bisa aja nih, hiks. jadi malu :mrgreen:

  9. Pak, berhubung saya baru aja selesai baca bukunya Romo Mangun, yang menceritakan tentang kerajaan Mataram, kok rasanya kita selalu paranoid ya….menghabisi lawan-lawan sampai anak turunannya. Lha kalau begini terus, kapan terjadi kedamaian….bukankah kita bisa belajar dari negara lain, walaupun berperang kata saat kampanye, namun setelah memang kalah, langsung mendukung yang menang, karena tujuannya adalah menjadi negara yang kuat dan melindungi warganya, siapapun pemimpinnya.

    edratnas last blog post..Telah ada Website tentang “anak indigo”

    bener sekali, bu. bangsa kita mesti banyak belajar dari negara lain bagaimana cara mengelola konlik, hehehehe 😆 agar tak gampang terhasut dan mudah dendam. masing2 pihak harus siap menang dan kalah. yang menang *halah* jangan menepuk dada, yang kalah juga jangan sakit hati 💡

  10. Pati obong itu pengorbanan atau dikorbankan?

    Sebuah pertanyaan diakhir cerita!! 💡 🙄

    Qizinks last blog post..Percintaan pada Bulan Kawalu

    hehehehehe 😆 menurut mas qizink sendiri gimana? kayaknya kok lebih tepat disebut sebagai sebuah pengorbanan shinta demi membuktikan kesuciannya, *halah* 💡

  11. aLe

    Nampaknya memang pemimpin negara kita kudu dikasih Pelatihan Manajemen Konflik deh kyaknya :devil
    *diciduk polisi* :mrgreen:

    wew… memang perlu kok, mas ale. bahkan menjadi sebuah keniscayaan, hehehehe 💡

  12. saluut,
    ok banget Pak,
    refleksi, analogi apa satire 😛

    hadi arrs last blog post..BBM dan Ojek

    hehehehe 😛 kalau menurut pak hadi, masuk kelompok mana? refleksi, analogi, atau satire, haks 💡

  13. mungkin ini yang namanya sastra perlawanan pak? benarkah?
    kalo soal sastra saya angkat tangan deh…
    tapi saya sering nyentil persoalan bangsa ini dengan posting2 katrok semacam sketsa-sketsa pendek, apa sudah layak disebut karya sastra.. halahhhhh…… :112

    saya ndak tahu, pak slamet, haks. termasuk sastra perlawanan atau apa, hehehehe 😆 asal nulis saja kok, hiks :mrgreen: btw, secara garis besar kareya sastra itu ada dua, pak *sok tahu*: karya literer, seperti esai, kritik, atau teori sastra, juga karya kreatif, seperti cerpen atau novel. Pak slamet bisa kok mengira-ira sendiri, hehehehe 😆 btw, tulisan sketsa pak slamet oke juga kok 💡

  14. Salut cerita perwayangan versi Ki Dalang pak guru, nih.

    Hannas last blog post..Untuk Jiwaku

    walah, biasa aja kok, pak ersis, hehehhee 😀

  15. cape juga bacanya 😛
    wah hampir mirip dengan ngeri tercinta ini ya pak..
    tapi cerita ini seperti ceritanya nabi sulaiman yg dibakr ya pak..Sama seperti mbak tini, kira2 siapa y sinta di negeri ini??
    kira2 sang prseiden bisa taubat gak ya pak??

    hanggadamais last blog post..Nama Jepangku

    hehehehehe 😆 coba deh mas hangga nebak, hahahahaha 😆 shinta sosok perempuan yang luar biasa. sanggup menjaga kesucian walau terusa mendapat desakan dan tekanan 💡

  16. btw ditunggu lagi ya pak cerita seperti ini…

    hanggadamais last blog post..Nama Jepangku

    oke, makasih mas hangga 💡 mudah2an masih dapat bahan cerita, haks :oke

  17. Mungkin di Negara Antahberantah saja penegakan hukum secara terbuka dilaksanakan.

    aminherss last blog post..Break Those 3 Bad Habits

    waduh, kadang2 saya juga pesimis, pak melihat sepak terjang para penegak hukum di negeri kita, hiks. meski demikian, kita teteap berharap mudah2an supremasi hkum itu bukan hanya slogan kosong, pak amin 💡

  18. demo mahasiswanya mana pake? 🙂

    pagi pada ngumept kayaknya, ndoro seten, wakakakaka 😀

  19. weleh…weleh..

    Ini namanya ” BECIK KETITIK OLO KETORO ”
    Klu bahasa Pondhok-annya ” waqul jaal Khaq, wa jahqol Batil, innal baatila kanaa jahuqo ”

    Manggut-manggut…terkesima dengan sikap Dewi Shinta dalam membuktikan KEBENARAN yang tanpa tedheng aling-aling. Hukuman PATI OBONG yang dikenakan tak membuat dia GENTAR dan MIRIS.

    Santri gundhuls last blog post..Teka teki “Tapak Kuntul Mabur”

    yaps, makasih infonya, mas santri :oke btw, dewi shinta memang bisa dijadikan sbg simbol perempuan yang teguh pendirian karena sanggup bertahan di tengah sarang macan “harimau”, haks :oke

  20. saya bingung mau komentar apa, takutnya sok tau…. tapi akhirnya selesai juga saya membaca cerita ini. awalnya kurang tertarik karena gambar wayang (biasa lah anak muda jaman sekarang, budaya sendiri gak minat). tapi setelah saya baca, menurut saya (sebagai anak yang belum tinggi bahasanya) kayaknya pas bgt nih buat sambut pemilu…. hehe……

    djagungs last blog post..Inikah rasanya MP ?

    hehehehehehe 😆 ini juga lagi belajar nulis ttg wayang kok, mas jagung, tidak aneh kalau bahasanya masih kacau, haks 💡

  21. Wah…. membaca cerita ini kok saya semakin “muak” dengan dunia politik ya ?? Wakakakakak :411

    Saya mendingan mendengar politikus yang “realistis” dalam kampanye tapi membawa perbaikan untuk negara dan bangsa, walaupun sedikit, daripada mendengar politikus yang lagi “cuci gudang” janji tapi ternyata barang2 hasil cuci gudang kualitasnya jelek janji2 hasil “cuci gudang” tersebut palsu…. Mungkin waktu berkampanye dia mengobralkan janji tersebut dengan hati yang gombal… barangkaleeeee….Capeeee deee… :292

    Yari NKs last blog post..Kebangkitan Republik “Domba” Indonesia?? Capeee deh!

    hehehehehe 😆 itulah yang terjadi, bung yari. menjelang pemilu mereka demikian mudah obral janji. tapi setelah dapat kursi, jadi lupa diri, hiks 😆 kapan ya bung kita punya politisi yang bener2 mau berpihak pada rakyat dan tulus berjuang utk bangsa *mimpi* :mrgreen:

  22. Mari kita berpolitik dalam dunia blogger… He..He..

    Bambosis last blog post..Pembahasan Adsense Earning

    hehehehehe 😆 denger malingsia malah sudah, mas bambosi. pasti ramai kalau menjelang kampanye, yak? banyak mosting ttg masalah politik dan menggaet mangsa, haks :mrgreen:

  23. males ngurusin politik, dirumah ada politik, diskolah politik, ditv politik, puyeng ah mikirin politik..
    😮 cuma lewat kuping kanan kluar kuping kiri

    galihs last blog post..Now Release!! Paperless-Opinion Font

    itulah mas galih kalau politik jadi panglima, haks. mimpi, bangun, mimpi, bangun, selalu saja ngurusi politik, hiks :mrgreen:

  24. panjenengan milih sinten Pak Pilgub niki? :411
    tiwas sampun milih, mung dibuang teng pediangan kemawon :291
    paribasanipun kados laron mlebu suluh 😈

    tomys last blog post..UCAPAN TERIMA KASIH

    waduh, pilgub? siapa ya, pak, hehehehe 😆 kalau aku pilih calon yang memang peduli terhadap nasib rakyat. itu saja. bertindak nyata, bukan hanya obral janji, hiks :oke

  25. Mestinya Shinta bisa menuntut hal yang sama kepada Rama. Ditinggal berbulan-bulan apa ada jaminan Rama tidak jajan?

    Sebagai informasi, Wibisono itu adik Rahwana yang membelot ke kubu Rama. Ada pun adik Rahwana yang menjadi simbol patriotisme dan nasionalisme adalah Kumbokarno. Dia tidak membela Rahwana tetapi Alengka Diraja.

    Sampeyan mau jadi pengkhianat macam Wibisono atau patriot seperti Kumbokarno?

    arifs last blog post..AKKBB Organisasi Liar, Kopdar Dengan Fertob 15 Juni di Monas

    hebat 🙄 penafsiran yang bagus, mas. itu lebih manusiawi. btw, kalau menurut mas arif saya lebih cocok jadi pengkhianat kayak gunawan w atau patriot kayak kumbokarno, hehehehe 😆 perasaan, kalau saya sih lebih cocok jadi pengkhianat melalui dunia pendidikan sehingga bisa mengindoktrinasi para siswa saya utk jadi pengkhianat pada negara 😥

  26. ayu

    wah kayaknya bakal ada DALANG BARU ne..!

    WAKTU ADALAH UANG..!namun meski aku harus menyempatkan waktuku untuk membaca semua tulisan bapak,aku gak akan menyesal,karna aku akan dibayar dengan ilmu dan pengetahuan yang ku dapat dari semua tulisan bapak.
    GOOD LUCK PAK SAWALI..!
    kutunggu tulisanmu..

    Baca juga tulisan terbaru ayu berjudul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *