Terdorong oleh semangat bersilaturahmi dan mendokumentasikan pemikiran, opini, dan refleksi “gado-gado” kehidupan, serta catatan-catatan ringan seputar masalah pendidikan, bahasa, dan sastra, saya telah “terlempar” ke kompleks blogosphere. Tepatnya 31 Juli 2007, saya mendiami rumah di sini. Enam bulan kemudian, tepatnya 5 Januari 2008, saya resmi pindah di gubug ecek-ecek ini. Kalau dihitung, sudah hampir setahun saya menjadi bagian dari komunitas blogosphere.
Dalam rentang kehidupan manusia, waktu setahun memang bisa dibilang waktu yang amat pendek. Namun, dalam perjalanan di kompleks blogsphere, setahun telah membawa saya ikut mengalami pasang surut dunia ngeblog (secara gramatikal, bentuk yang benar adalah “mengeblog”, karena kata dasarnya hanya terdiri atas satu suku kata “blog” *halah sok tahu*). Sahabat di dunia maya terus bertambah. Blogwalking pun telah banyak membuka sekat-sekat dan “parit” pengetahuan saya yang sempit dan mampat. Untuk memantau postingan teman-teman, saya juga telah membuat halaman khusus di sini dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan google-reader. Dari halaman itulah saya memulai jalan-jalan ke rumah teman-teman untuk bersilaturahmi sambil menumpahkan komen sampah, hehehehehe 😛
Agar postingan di rumah lama bisa juga terbaca di gubug ini, saya sengaja mengimpornya. Berdasarkan statistik, gubug ini telah terisi 210 postingan, 3,867 komentar, dan 796 komentator (bisa dilihat di bar samping). Jejak pengunjung yang bisa terpantau sejak 12 April 2008 sebanyak 27.176 (bisa dilihat di footer blog ini). Sementara itu, berdasarkan data di technorati, ada sekitar 527 reaksi terhadap blog ini, baik yang berupa link-blog maupun tracback. Terima kasih saya sampaikan kepada teman-teman yang telah berkenan untuk ikut memberikan makna terhadap kehadiran blog ecek-ecek ini. Berikut ini skrinsutnya.
Selain membuka ajang silaturahmi dan cakrawala pengetahuan, blog juga memberikan pengalaman baru buat saya tentang pengelolaan blog. Berkat teman-teman juga, saya bisa sedikit melakukan edit-css, terutama untuk mengoprek-oprek theme. Saya tidak tahu persis, sudah berapa kali blog ini berganti theme. Selalu saja muncul rasa tidak puas, hehehehehe 😆 terhadap tampilan blog. Lebih-lebih jika ada teman yang menyentil saya kalau blog ini berat loading-nya, saya pun tak segan-segan mengganti tampilan. Saya cenderung menyukai theme minimalis yang dominan warna putih. Seperti biasanya, saya berusaha agar theme yang ter-install “tampil beda” dari tampilan aslinya.
Demikian juga revolution-blog-wordpress-theme karya desainer Brian Gardner yang sekarang ini saya pakai. Hampir semua theme-files-nya telah saya oprek-oprek, mulai Stylesheet (style.css), Comments (comments.php), Search Results (search.php), Footer (footer.php), Page Template (page.php), home.php (home.php), 404 Template (404.php), Main Index Template (index.php), Archives (archive.php), hingga Header (header.php). Saya tidak tahu, apakah dengan cara seperti itu, saya telah menyalahi TOS versi Brian Gardner, hehehehe 💡 Skrinsut aslinya seperti berikut ini.
Bandingkan dengan revolution-blog-wordpress-theme yang telah saya modifikasi berikut ini!
Teman-teman yang ingin menggunakan Theme Revolusi oprekan saya *halah* bisa mengunduhnya di sini. Theme inilah yang paling lama bertahan di gubug ini, hehehe 😆 Entahlah, setiap kali meng-install theme yang lain, selalu saja ada keinginan untuk kembali lagi ke Theme Revolusi.
Meski demikian, blog ini bukannya bebas dari error. Selalu saja ada kejadian tak terduga; mulai fakir bandwith, server yang lemot, hingga kesalahan database. Syukurlah, bandwith untuk blog ini sudah bisa teratasi, karena disediakan bandwith hingga 25 GB setiap bulan. Server pun telah pindah di server baru. Sementara itu, untuk mengecek database yang error, saya telah memasang plugin WP-DBManager yang bisa digunakan untuk Backup DB, Manage Backup DB, Optimize DB, atau Repair DB. Mudah-mudahan blog ini menjadi lebih mudah untuk diakses.
Demikian sekelumit kisah pasang surut menyusuri kompleks blogosphere selama hampir setahun ini. Saya cenderung berpendapat bahwa blog lebih banyak memberikan manfaat ketimbang madharat-nya. Semoga makin banyak saudara kita yang “demam ngeblog” 💡 Selanjutnya, mohon diluruskan jika ada pernyataan saya yang salah. Ok, terima kasih, salam ngeblog, salam budaya, dan salam kreatif! ***
Unless, of course, you know different. ,