Melalui rubrik “Konsultasi” di website guraru.org, seorang guru bahasa Indonesia SMA melontarkan sebuah pertanyaan yang cukup kontekstual dan menggelitik. Oleh pengelola guraru.org, pertanyaan tersebut dikirimkan kepada saya melalui email untuk direspon. Berikut pertanyaan yang menggelitik itu.
Dengan hormat,
Dapatkah saya diberi ide untuk memanfaatkan teknologi seperti sosial media untuk pelajaran Bahasa Indonesia? Soalnya setiap kali pelajaran ini murid-murid saya, SMA kelas X, tidak bergairah.
Terima kasih
Meski terkesan “naif”, saya mencoba untuk memberikan respon seperti berikut ini.
Ini pertanyaan yang sangat menarik ketika dunia sudah memasuki era virtual yang ditandai dengan “euforia” penggunaan sosial media, semacam facebook atau twitter. Di tengah “euforia” semacam itu, tidak ada salahnya apabila sosial media dijadikan sebagai salah satu media yang mampu menjadi “magnet” pembelajaran. Secara umum, ada empat aspek keterampilan yang disajikan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek ini tentu saja tidak semuanya bisa ditumbuhkembangkan dengan menggunakan media sosial. Keterampilan menyimak dan berbicara, misalnya, jelas akan lebih menarik apabila menggunakan media audio, visual, atau audiovisual. Ini artinya, media sosial tidak harus “dipaksakan” penggunaannya dalam pembelajaran semua aspek keterampilan berbahasa.
Jejaring sosial semacam facebook akan lebih bermakna dan bermanfaat apabila digunakan sebagai media dalam pembelajaran keterampilan membaca dan menulis. Melalui facebook, anak-anak bisa diajak untuk menumbuhkembangkan minat bacanya terhadap teks-teks yang tersaji dalam sebuah dokumen di facebook. Anak-anak juga bisa diajak untuk memacu “adrenalin”-nya dalam menulis melalui catatan atau update status di dinding facebook. Jika rutin dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan, facebook benar-benar akan membuahkan “keajaiban” dalam melatih keterampilan membaca dan menulis.
Sebagai media sosial berbasis web, tentu saja facebook hanya akan bisa optimal apabila terkoneksi melalui jaringan internet di handphone, notebook, laptop, atau personal computer. Keunggulannya sudah sangat jelas, anak-anak bisa terus belajar, tanpa harus berada di ruang kelas. Sepanjang mereka bisa mengakses internet dan memiliki akun facebook, anak-anak bisa terus belajar secara informal di mana saja dan kapan saja mereka berada.
Sebelum menggunakan facebook sebagai media sosial dalam pembelajaran bahasa Indonesia, pastikan bahwa anak-anak telah mampu mengaksesnya dengan baik. Jika murid-murid sudah familiar dengan facebook, mengapa tidak ditingkatkan kapasitasnya menjadi sebuah media sosial yang menarik dan menyenangkan dalam pembelajaran? Hal ini selaras dengan amanat Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang dengan jelas mencantumkan kemampuan guru memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran sebagai kompetensi pedagogik dan kemampuan guru memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri sebagai kompetensi profesional.
Persoalannya sekarang, bagaimanakah cara memulainya? Untuk menjawab pertanyaan ini, yakinkan dulu bahwa semua siswa yang kita ajar sudah memiliki akun facebook. Melalui inisiatif kita sendiri, buatlah sebuah group facebook secara tertutup. Artinya, hanya murid-murid kita yang menjadi anggota group-nya. Bagaimana cara membuat group di facebook? Mudah saja! Manfaatkan menu “Buat Group” yang ada di bar samping kiri halaman facebook. Kalau masih mengalami kesulitan, cari saja panduan di internet, pasti ketemu! Namakan group yang kita buat sesuai dengan kelas yang kita ajar, misalnya, Siswa Kelas X-A, Siswa Kelas X-B, dst., tergantung “selera”.
Sampaikan informasi tentang group facebook yang telah kita buat, lantas anjurkan kepada anak-anak untuk bergabung menjadi anggota sesuai dengan group di kelasnya masing-masing. Melalui group tersebut, kita bisa mengoptimalkannya untuk melatih keterampilan membaca dan menulis sesuai dengan kompetensi dasar yang ada dalam silabus atau untuk kepentingan penyampaian pesan dan informasi yang lain. Melalui menu File yang ada di group facebook, kita bisa memanfaatkannya untuk menyajikan teks-teks menarik dan aktual untuk kepentingan pembelajaran, opini, materi, tugas mandiri, atau yang lain. File-file tersebut akan terdokumentasi secara rapi dan teratur sehingga bisa menjadi semacam “perpustakaan maya” yang bisa terus dimanfaatkan.
Di dalam ruang “dokumen” pula, kita bisa mendesain tugas, informasi, atau apa pun yang terkait dengan mata pelajaran bahasa Indonesia dan para siswa bisa berinteraksi di sana secara kritis dan kreatif. Untuk memberikan motivasi kepada anak-anak agar menjadi anggota group yang aktif, kita bisa memberikan “reward” dan penghargaan buat mereka. Group facebook semacam ini tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk melatih keterampilan membaca, tetapi juga sekaligus bisa dimanfaatkan untuk melatih keterampilan menulis. Melalui bimbingan secara intensif, anak-anak akan terus belajar memanfaatkan media sosial ini untuk terus melakukan eksplorasi, entah dalam hal kosakata, kalimat, gaya bahasa, idiom, maupun wacana utuh, baik dalam genre fiksi maupun non-fiksi.
Nah, selamat berinovasi, semoga dengan “terobosan” semacam ini, guru Bahasa Indonesia tidak lagi menghadapi anak-anak yang “lesu darah” dalam belajar bahasa, tetapi justru akan terus meningkat gairahnya dari hari ke hari. Dengan cara demikian, kita tidak hanya sekadar menjadi “guru kurikulum”, tetapi juga “guru inspiratif”. ***
Inovasi seperti ini tampaknya bukan mustahil untuk dilakukan. Syarat utamanya mungkin adalah kemampuan dan kesiapan admin dalam mengelola grup tersebut. Jika tidak bisa jadi kemudian grup itu justru menambag ‘lesu darah’ para siswa.
Dengan adanya kemudahan berinternet dalam media sosial yag ada, sudah selayaknya para peserta didik dan masyarakat luas, terutama yang berprofesi sebagai pendidik dapat menjadikan sebagai ladang pembelajaran yang melatih tanpa memaksa untuk setiap orang yang yang terlibat didalamnya. Dengan suatu metode yang berinovasi karya tentunya, agar tidak menimbulkan rasa kejenuhan yang berkepanjangan yang mengakibatkan mati suri.
Sukses selalu
Salam
Ejawantah’s Blog
tapi ada kekurangannya juga mas. kalo keseringan di jejaring sosial, lama2 malah jadi kecanduan. sosialisasi ke masyarakat secara langsung juga jarang.
harus ada filternya juga, biar ga bablas.
Sependapat dengan pak Sawali untuk memanfaatkan media sosial untuk pembelajaran.
Saya sudah menggunakan media sosial facebook untuk membuat grup pembelajaran bagi siswa, memang cukup bermanfaat, sayangnya terkadang saya terkendala dengan keterbatasan admin untuk setiap saat memantau aktivitas grup.
yang lebih bermanfaat untuk pembelajaran bahasa Indonesia itu, tentu saja, adalah blog, Pak Sawali. bisa jadi tempat menulis, dsb 🙂
akses untuk kesana sangatlah mudah. Nmaun keseriusan SDM dan murid dalam menggunakanya yang dipertanyakan.
Bikin Blog seperti Blongnya Pak Sawali juga bisa dibuat sebagai pembelajaran lho ;D
itu adalah hal yang mungkit jarang terpikirkan oleh guru guru jaman sekarang…
BLOG Bersama
yang namanya belajar memang tidak harus melalui buku saja pak, dan sebagai pendidik memang harus kreatif dalam memanfaatkan media-media yang saat ini sedang digandrungi anak muda
ide yg bagus pak, kreatif dan inovatif…:)
Pembelajaran dengan media sosial sangat kreatif dan inovatif apabila sarana dan SDM guru maupun siswa mendukung. Baik itu dengan media sosial face book atau blog/web. Sebagai sharing saja, berikut ini beberapa blog yang saya kelola untuk media pembelajaran murid-murid saya.
http://www.srikandieko.co.cc/, http://eksisku.wordpress.com/, http://eksissmpn1wsb.blogspot.com/, dan Grup Pasinaon Basa Tuwin Sastra Jawi pada face book. Matur nuwun (http://ekohastuti-ayomenulis.blogspot.com/). Sebagai wali kelas juga dibuatkan grup untuk memudahkan komunikasi antar siswa maupun dengan guru. Kebetulan saya menjadi wali kelas 7A maka nama grup Kelas VIIA.
Optimaliasi pemanfaatan media sosial untuk pembelajaran BI, patut dicoba…
Alangkah bagus-nya ide bahwa guru kita bisa memanfaatkan social media sebagai media pembelajaran. Dgn semakin murah-nya gadget sekarang ini yg mana rata2 sudah integrated dg facebook dan twitter sy kira akan sangat bermanfaat bagi anak2 murid. Semoga semakin banyak para guru kita terinspirasi utk pemanfaatan techonology utk aplikasi di dunia pendidikan. BTW, salut utk situs ini krn di-manage secara profesional. Bahkan dari sisi SEO sudah di-optimize banget krn terdaftar di google webmaster, yahoo site explorer, dan Bing webmaster. Bahkan utk analytics pakai 3 software selain GA ada juga http://trends.builtwith.com/analytics/Effective-Measure. Wah ini pengetahuan baru bagi saya. Good work..well done!
Sip Pak Sawali. Saya membaca predikat baru bagi guru. “Guru Kurikulum”, “Guru Inspiratif”, dan “Guru Facebooker”. akan saya coba ide Pak Sawali ini Pak. Terima kasih.
ide yang cemerlang pak,,saya mungkin akan lebih beruntung sekali jika bertemu dengan guru seperti bpak,,memanfaatkan meduia sosial sebagai media pembelajaran,,,habat…
hemm postingan yang snagat berguna gan ..
wah.. hebat.. bisa menambah ilmu ternyata media sosial, tapi tergantung penggunanya saja..
artikelnya bagus gan, apalagi sekarang orang memanfaatkan media sosial untuk alay alayan. 🙂
terima kasih gan infonya menarik banget nih
Bahasa Indonesia memang harus digalakkan penggunaanya di social media, karena sekarang para remaja lebih memilih bahasa alay dari pada bahasa Indonesia yang baik dan benar 🙂
Ide untuk menggunakan facebook sebagai sarana belajar bahasa menurut saya bagus. Diakui di facebook, penyimpangan kaidah berbahasa Indonesia (alay misalnya) berkembang biak.
Saya kadang-kadang iseng memberi komentar di status anak-anak sekolah. Bagaimana pun cara mereka menulis status, baik alay maupun berkaidah, saya mengomentari dengan bahasa yang baik. Setidaknya baik menurut saya.
Lama-lama anak-anak itu merespon komentar saya dengan bahasa dan penulisan yang semakin baik. Mungkin mereka merasa tidak enak ya? hehe Mereka sendiri menyadari Alay bukanlah cara yang sopan untuk berkomunikasi dengan orang yang dianggap lebih senior.
Salam
semua media memang bisa dibuat sebagai media pembelajaran,,,
tergantung dengan pemamfaatannya,,,, 🙂
terima kasih sharingnya gan,,,
Kalau pembelajaran menggunakan Facebook kemungkinan besar itu bisa. Seperti yang Bapak sampaikan itu. Tapi kalau menggunakan Twitter sepertinya sulit. Mengingat tulisan di Twitter itu hanya sampai 140 karakter saja.
Dengan adanya guru2 kreatif, semoga pendidikan di Indonesia tercinta ini bisa (lebih) maju.
Terima kasih Pak.
terimakasih atas infonya,
terima kasih atas infonya pak
sangat bermanfaat
wah sangat kreatif banget cara pak Sawali ini….bisa kita sharing ke yang lain ya pak….
ada sisi positif dan sisi negatif dari media socila yang hadir sekarang…
semoga dapat lebih bermanfaat social media bagi pengajaran di Indonesia
susah seriusnya kalo dibawa ke ranah sosial media pak…
waahhh ide bagus tuh… 😀
Salut untuk saudaraku satu ini.Saya sebetulnya sudah memakai untuk pembelajaran,sebatas pengumpulan tugas dan pembentukan Grup untuk masing masing kelas, belum bisa optimalkan fasilitas di jejaring FB,
Jaya pendidikan Indonesia
untuk anak-anak memang masih butuh stidaknya pengawasan dari orang tua, atau memakai seseuatu halnya dengan bijak dan tidak berlebihan
harusnya bahasa indonesia menjadi bahasa nasional yang setidaknya menjadi tolak ukur pendidikan karakter
Sekarang sudah saatnya memanfaatkan sosmed sebagai media pembelajaran pak.
sekarang memang sudah saat nya memanfaat kan median online sebagai media pembelajaran
Belajar bahasa Indoenesia dengan memanfat media jejaring sosial emang membantu.
kalau pakai blog juga memabntu tuh kaya nya 🙂
latihan nulis di blog kan seru 😀
salam hangat..
Nah, yang saya makin bingung soal Bahasa. Malah bahasa2 singkat itu sering seliweran di Timeline saya. Mau bertanya, katanya ngga gaul. Beneran ngga nanya, malah ngga tau artinya, #serbasalah 🙁
wow… pasti seru !
Saya nggak setuju dengan ide pemanfaatan media sosial itu pak, tetapi suwangat suwetuja sebagaimana dijelaskan di atas tentang euforia itu. 😀
Untuk koneksi cepat, itu perlu dicoba pak. Untuk koneksi lambat, perlu sekali dicoba. Untuk koneksi inet sebarang, sangat perlu dicoba 😆
Untuk koneksi cepat, itu perlu dicoba pak. Untuk koneksi lambat, perlu sekali dicoba. Untuk koneksi inet sebarang, sangat perlu dicoba 😆
makasih gan infonya. .
Setuju banget! Guru harus kreatif memanfaat teknologi yang ada untuk membuat siswa-siswi lebih kreatif dan semangat belajar.
Tidak hanya sekedar guru kurikulum tetapi guru inspiratif
Kalimat ini dalam banget pak maknanya, mungkin artinya kita harus segera berubah, iya berubah. Tidak terpaku dengan itu aturan dan pedoman yang terlalu baku.
Pastikan juga IP terblokir untuk mengakses situs2 yg ‘aneh-aneh’..
bagus pak,, kalau bisa diterapkan pada semua mata pelajaran akan lebih maksimal..
lama tidak mampir di gubuk sini…
Setuju sekali, sekaligus mengajak siswa menggunakan media sosial untuk hal-hal yang positif dan produktif ..
Kita memang harus merubah paradigma pembelajaran di era digital ini. Paradigma baru yang perlu kita kedepankan adalah ini: (1) Belajar tidak harus di dalam kelas, (2) Belajar Boleh Ramai, (3) Belajar Boleh Salah. Sebenarnya, hal ini bukan sama sekali baru tapi kita sering lupa hakikat pembelajaran yang menyenangkan. Untuk semua rekan guru: “Damailah burung-burung, damailah manuk-manuk.”
Waktu saya jadi guru, saya sering mengajar dengan sistem bermain ,,, tidak didalam kelas…. alhail murid ku senang semua
Assalamualaikum, Pak!
Lama tidak bertandang di sini dan sedikit berkomentar atas artikelnya.
Pembelajaran bahasa Indonesia perlu sekali ‘menantang’ sosial media. Karena dirasa saat ini penggunaan bahasa teks di sosial media semakin aneh. Yang sedang populer saat ini, “Miapa” (maksudnya: demi apa?) Ada lagi, “Ciyus” (maksudnya: Serius?) dan masih banyak lagi.
terkadang banyak orang yang lebih nyaman belajar melalu media sosial, seperti saya hehe
Tentu apa yang diungkapkan oleh arikaka merupakan salah satu suara dari adik-adik kita. Nah, guru dalam hal ini saya rasa harus mampu memanfaatkan media sosial sebagai sarana pembelajaran. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk membuat peran media sosial sebagai sarana belajar.
Komunikasi yang sifatnya verbal akan terus menjadi pilihan utama di sekolah-sekolah kita. Nah, justru kehadiran media sosial dan kemampuan siswa-siswa kita yang justru di atas para guru mereka bisa menjadi modal utama.
Bahkan kini hampir setiap siswa memiliki akun di media sosial dan mereka umumnya memiliki kemampuan mengakses media-media sosial yang ada jauh lebih tinggi.
Penggunaan media sosial bisa mendorong budaya menulis di kalangan pelajar kita. Kita pasti mafhum bahwa jumlah dosen-dosen di perguruan tinggi yang mampu menulis di jurnal-jurnal ilmiah sangatlah terbatas. Ini seharusnya bisa menjadikan media sosial untuk mendorong budaya menulis yang lebih baik.
Kebanyakan anak muda jaman sekarang, menggunakan social media. hanya untuk pergaulan semata, serta hanya untuk bernarsis narsis ria, memajang foto2 nya. serta memamerkan ke semua teman2nya, memang kelakuan kaya gitu mungkin hanya sebagian. atau hanya untuk bermain poker zynga, kalau untuk laki2. hehehe
kalau memakai sarana digital, nanti takutnya malah kemana-mana pak… update status melulu
Menarik sekali menyimak posting ini,saya sangat setuju ketika media Jejaring Sosial dijadikan Media Pembelajaran.Namun yang perlu diingat adalah ekses ekses daripada teknologi canggih ini semaksimal mungkin ditekan.
Jangan sampai justru dengan Jejaring Sosial menggunakan teknologi informasi yang luarbiasa menjadikan kita di perbudak olehnya.
Gunakan situs jejaring sosial sebijaksana mungkin beritahu hal positip dan negatip yang timbul,tuntun Generasi muda kita kearah yang benar
pengajaran yg nice
Ada sisi positif dan negatifnya Pak,,kalau kita tidak memanfaatkan IPTEK ntar kita ketinggalan.