Nasi Aking dan Sirnanya Empati Kita terhadap Sesama

Ketika Pak Gempur melakukan ajakan “provokatif” untuk menggempur kebijakan pemerintah yang hendak menjadikan tahun 2008 sebagai tahun politik lewat YM, tiba-tiba saja ingatan saya jatuh pada saudara-saudara kita yang bernasib tragis dan mengenaskan, bahkan berujung kematian. Ini sebuah fakta yang sulit kita bantah kebenarannya. Saat ini banyak saudara kita yang terpaksa harus makan nasi aking. Bahkan, ketika persediaan bahan makanan yang hanya layak dikonsumsi unggas itu habis, sang Malaikat Maut sudah siap untuk menjemput mereka ke alam barzah. Ironisnya, banyak pejabat kita yang sengaja membutakan matahati dan menulikan telinganuraninya. Mereka justru sibuk membangun negosiasi untuk membeli mobil dinas atau piknik ke luar negeri dengan dalih studi banding. Om Google sangat sensitif merekam berbagai peristiwa itu, sehingga kita dengan mudah dapat mengikutinya. Lihat saja di sini dan di sini.

Banyak pertanyaan yang bisa dikemukakan, mengapa sikap empati kita terhadap sesama seolah-olah sudah terkikis dari dinding hati dan nurani kita. Seiring dengan merebaknya pola dan gaya hidup materialistis, konsumtif, dan hedonistis, yang melanda masyarakat kita belakangan ini, diakui atau tidak, telah membikin perspektif kita terhadap nilai-nilai kemanusiaan menyempit. Kesibukan berurusan dengan gebyar duniawi, disadari atau tidak, telah membuat kita abai terhadap persoalan esensial yang menyangkut interaksi dan komunikasi sosial terhadap sesama. Jangankan mengurus nasib orang lain, mengurus diri sendiri saja masih payah? Mengapa kita mesti repot-repot merogoh uang recehan untuk gelandangan dan pengemis kalau mencari duwit haram saja sulit? Mengapa kita susah-payah membantu korban kecelakaan lalu lintas kalau pada akhirnya kita mesti repot-repot memberikan kesaksian di depan aparat yang berwenang? Kenapa kita mesti membebani diri mengurus anak-anak telantar dan yatim piatu kalau setiap pagi kita masih kerepotan memberikan uang saku untuk sekolah anak-anak kita?

Di mata dunia, sebenarnya bangsa kita sudah lama dikenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban tinggi dengan entitas kesetiakawanan sosial yang kental, tidak tega melihat sesamanya menderita. Kalau toh menderita, “harus” dirasakan bersama dengan tingkat kesadaran nurani yang tulus, bukan sesuatu yang dipaksakan dan direkayasa. Merasa senasib sepenanggungan dalam naungan “payung” kebesaran” religi, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan. ltulah yang membuat bangsa lain menaruh hormat dan respek. Semangat “Tat twan Asi” (Aku adalah Engkau) –meminjam terminologi dalam ajaran Hindu–, telah mampu menahbiskan rasa setia kawan menjelma dan bernaung turba dalam dada bangsa kita, sehingga mampu hidup damai di tengah-tengah masyarakat multikultur.

Namun, merebaknya “doktrin” konsumtivisme, agaknya telah telanjur menjadi sebuah kelatahan seiring merebaknya pola hidup materialistik dan hedonistis, yang melanda masyarakat modern. Manusia modern, menurut Hembing Wijayakusuma telah melupakan satu dari dua sisi yang membentuk eksistensinya akibat keasyikan pada sisi yang lain. Kemajuan industri telah mengoptimalkan kekuatan mekanismenya, tetapi melemahkan kekuatan rohaninya. Manusia telah melengkapinya dengan alat-alat industri dan ilmu pengetahuan eksperimental dan telah meninggalkan hal-hal positif yang dibutuhkan bagi jiwanya. Akar-akar kerohanian sedang terbakar di tengah api hawa nafsu, keterasingan, kenistaan, dan ketidakseimbangan.

Pemahaman pola hidup yang salah semacam itu, disadari atau tidak, telah melumpuhkan kepekaan nurani dan moral serta religi. Sikap hidup instan telah melenyapkan budaya “proses” dalam mencapai sesuatu. Sikap sabar, tawakal, ulet, telaten, dan cermat, yang merupakan entitas kebersahajaan dan kejujuran telah tersulap menjadi sikap menerabas, pragmatis, dan serba cepat. Orang pun jadi semakin permisif terhadap perbuatan-perbuatan yang tidak jujur di sekitarnya. Budaya suap, kolusi, nepotisme, atau manipulasi anggaran sudah dianggap sebagai hal yang wajar. Untuk mengegolkan ambisi tidak jarang ditempuh dengan cara-cara yang tidak wajar menurut etika.

Kesibukan memburu gebyar materi untuk bisa memanjakan selera dan naluri konsumtifnya, membuat kepedulian terhadap sesama menjadi marginal. Jutaan saudara kita yang masih bergelut dengan lumpur kemiskinan, kelaparan, dan keterbelakangan, luput dari perhatian. Fenomena tersebut jelas mengingkari makna kesetiakawanan sosial yang telah dibangun para founding fathers kita, mengotori kesucian darah jutaan rakyat yang telah menjadi “tumbal” bagi kemakmuran negeri ini.

Sebagai bangsa yang memiliki peradaban tinggi di mata dunia, bagaimanapun harus memiliki good will (kemauan baik) untuk mengondisikan segala bentuk penyimpangan moral, agama, dan kemanusiaan, pada keagungan dan kebenaran etika yang sudah teruji oleh sejarah. Budaya kita pun kaya akan analogi hidup yang bervisi spiritual dan keagamaan. Jika kultur kita yang sarat nilai falsafinya itu kita gali terus, niscaya akan mampu menumbuhkan keharmonisan dan keseimbangan hidup, sehingga mampu mewujudkan paguyuban hidup sosial yang jauh dari sikap hipokrit, arogan, dan bar-bar.

Yang kita perlukan sekarang adalah bagaimana menumbuhsuburkan nilai-nilai empati itu dari generasi ke generasi. Secara naluriah, manusia membutuhkan pengakuan dan pengertian. Kedua kata inilah yang selama ini, disadari atau tidak, telah hilang dalam kamus kehidupan kita. Empati sangat membutuhkan kehadiran dua kosakata indah ini. Merebaknya berbagai praktik kekerasan dan vandalisme pun sebenarnya disebabkan oleh runtuhnya pilar pengakuan dan pengertian tadi. Kita makin tidak intens dalam mengakui keberadaan orang lain dan makin tidak apresiatif untuk mengerti keberadaan orang lain.

Sungguh, benar-benar sebuah tragedi kemanusiaan yang terpampang di atas panggung sosial negeri ini apabila banyak saudara kita yang mati kelaparan, justru pemerintah hendak mencanangkan tahun 2008 sebagai tahun politik; tahun warming up menuju pesta demokrasi 2009. Sekali lagi, kita disuguhi lakon-lakon absurd yang membuat dada kita makin terasa sesak.

Yup, meski hanya sebatas kata-kata dan retorika, mari kita sambut ajakan untuk mencanangkan 2008 sebagai Tahun Antikelaparan dan Gizi Buruk dengan cara memasang banner dan membuat postingan khusus. Semoga langkah kecil kita ini bisa memberikan bisikan “gaib” di telinga para pengambil keputusan untuk membangun kepedulian terhadap nasib saudara-saudara yang kurang beruntung. ***

Comments

  1. edy

    empati manusia belum bener-bener sirna kok, pak
    masih banyak yg berempati terhadap sesama
    yg harus disorot itu di tingkat penguasa
    tapi kita ga bisa kelamaan menunggu perbaikan dari situ
    jalanin aja dari diri sendiri semampunya

    edy’s last blog post..Kecelakaan Akibat Jalan Berlubang

    ooo
    yups, memang masih ada kok bung. yang kita sayangkan kan mereka yang punya kebijakan untuk mengambil keputusan itu. kenapa juga ndak segera tergugah melihat makina banyaknya korban yang mati kelaparan?

  2. Dimensi yang disentuh luas sekali pak, sepertinya tidak ada yang terlewatkan. Oya, saya sudah bikin juga 😀 . *maaf promosi*
    Mari menumbuhkan harapan, bergandeng tangan, memupuk kepercayaan. Dengan harapan sedikit kita, tangan-tangan kecil kita, dan kepercayaan yang mungkin tipis tapi masih ada, semoga kedepan akan lebih baik.

    Goop’s last blog post..MieAyam

    ooo
    walah, biasa aja kok mas goop. ok, sepakat banget, untuk menjadi sebuah langkah besar memang perlu dimulai dari langkah2 kecil.

  3. Saya merasakan sorotan terhadap sebuah masalah adalah salah satu sumbangan perjuangan terbesar untuk masalah itu. 😐
    Tanpa adanya sorotan ke publik, siapa yang tahu mengenai masalah itu…

    Berbicara juga perwujudan empati, dengan berbicara orang lain jadi tahu… 😀

    Effendi’s last blog post..Gerakan Perlawanan Tibet

    ooo
    yups, bener mas gun. kalau ndak ada yang ngomong, bisa jadi problem2 itu akan makin tenggelam dan tak terekspose ke publik.

  4. Aku sangat-sangat setuju Pak Guru. Ke-sedih-an yang Pak Guru rasa-kan akan hilang-nya ke-peduli-an kita adalah ke-sedih-an kami juga. Sering sekali kita hanya ber-baik-baik dengan mereka yang bisa mem-beri-kan sesuatu kepada kita, tanpa pernah ber-pikir untuk mem-beri-kan kepada mereka yang lebih mem-butuh-kan, dan jelas bukan nilai-nya tapi ke-peduli-an dan kasih sayang kita dengan segala usaha yang bisa kita lakukan untuk mereka 🙂

    extremusmilitis’s last blog post..Berteman Dengan Hati

    ooo
    itulah kenyataan ironis yang sering kita temukan bung militis. secara tidak sadar, kita justru sering berbuat baik kepada orang yang memberi sesuatu kepada kita, bukan menyayangi mereka yang justru sangat membutuhkan uluran tangan kita.

  5. ya Allah.. ridu miris banget deh dengan kejadian2 seperti ini.. tadi aja ada lagi korban yang meninggal di tangerang, tapi karena gak ada biaya untuk rumah sakit siy.. kasihan banget yah pak..

    ridu’s last blog post..Untuk Pertamax Kali

    ooo
    wah, di tangerang ternyata ada juga, ya, ridu. semoga kejadian itu tak akan kembali terulang. dan itu bisa tertanggulangi jika ada kepedulian dari siapa saja untuk meringankan beban mereka.

  6. saya kira problem gizi buruk ini hampir dialami oleh sebagian masyarakat Indonesia. seiiring dengan semakin beratnya beban ekonomi dan naiknya hampir semua kebutuhan pokok maka pilihannya cuman satu, bertahan dengan apa yg ada. semoga badai segera berlalu

    Totok Sugianto’s last blog post..Biar Gak Gaptek, Rakit Sendiri PC Anda

    ooo
    bener banget mas totok. semoga saja hal itu bisa segera teratasi.

  7. seandainya seluruh penduduk Indonesia yg dirasa ‘n merasa mampu tuh iuran Rp.1000 perkepala. trus uangnya dikumpulin dibuat bantu2 gt kira2 bs sdikit mbantu ga yah? tapi kl ada “uang administrasi” yah sama aja bo’ong. serong kekiri serong kekanan tralala la la la la la la la la

    “semoga Tuhan menyibak kabut hitam dihati mereka, sehingga sinarNYA mampu menerangi setiap sudut hati dan membangkitkan naluri kemanusiaannya”

    masmoemet’s last blog post..Lembur 2 ( ternyata )

    ooo
    yups, ide brilian itu masmoemet. aku sepakat itu. kalau masih ad ayang tega ngemplang, wah, mudah2an yang tega memakan harta untuk orang miskin hidupnya ndak bakalan selamat dunia akhirat. *emosi mode on* doa masmoemet menyentuh banget, semoga Tuhan mengabulkannya.

  8. kenyataan pahit yang harus kita telan. semakin maju zaman, semakin tipis rasa kemanusiaan. ya, mari kita mulai dari diri kita dulu, gimana? siapa tau nanti para bloger bisa melakukan perubahan. semoga ya.

    hanna’s last blog post..Lelaki Malangku

    ooo
    yup, sepakat banget mbak hanna. aksi besar memang perlu dimulai dari aksi2 kecil, termasuk langkah yang ditempuh oleh para bloger.

  9. permasalahan gizi buruk dari dulu tidak terselesaikan, bahkan saat ini semakin parah.
    Negara ini benar2 memelihara fakir miskin dan anak2 terlantar
    semakin bertambah..

    hanggadamai’s last blog post..Sesuai Komentar Anda?

    ooo
    makin bertambahknya fakir miskin dan anak2 telantar mudah2an tak menjadi indikator keberhasilan pemerintah dalam menjalankan amanat uud’45.

  10. Empati? Saya kira susah ditemui di dunia yang kian komersil ini. Di daerah saya yang ndeso saja sudah ngga ada guyub rukun membantu saudara. Karena apa? Sekarang kalau sehari ngga kerja orang serumah ngga akan bisa makan, jadi alih-alih membantu saudaranya mereka memilih membantu dirinya sendiri.

    Samsul’s last blog post..Top Commentators di samsulhadi dot com

    ooo
    wew… ternyata hilangnya sikap empati itu sudah masuk ke dusun2 ya, mas sam? makin ndak ngerti juga nih!

  11. sebenarnya saya itu bingung pak dengn kondisi negara dan bangsa kita ini, paradoks yg sangat tinggi dpat dilihat dengan mata telanjang kan, politikus sbg pengambil kebijakan sering hanya mengutamakan kepentingan pribadinya, dan disekelilingnya terjadi kemiskinan besar2an yg mengintai setiap bayi yg lahir dgn kondisi kritis kurang gizi dan sebagainya.. masya Allah

    fauzansigma’s last blog post..Pelajaran dari Pemilu Malaysia

    ooo
    itulah kalau para politisi kita telah kehilangan hati nurani, sigma. rakyat ndak pernah lagi dipikirkan.

  12. Saya ingat zaman dulu….saya juga sempat mengalami makan nasi aking, dan untuk saat itu nasi aking sebetulnya hal biasa, dikukus lagi dan dimakan dengan parutan kelapa muda. Saat itu selain makan nasi aking, juga makan gatot (sejenis gaplek, ketela pohon yang dikeringkan), nasi jagung dan lain-lain…lauknya sayur lodeh rebung (bambu muda). Masalahnya dulu kemiskinan lebih merata (walau setelah besar, saya baru tahu banyak pejabat yang hobi berpesta) dan media tak gencar mengungkapkan hal itu.

    Saat saya sudah punya anak, sekitar tahun 1983, pembantu saya sering mengumpulkan nasi yang nggak habis termakan, di cuci bersih dan dikeringkan…dan nasi yang sudah dikeringkan ini (nasi aking), di bawa pulang saat dia mudik.

    Sekarang, ditengah semakin banyak pameran kemewahan melalui TV (walau sebetulnya yang megap-megap lebih banyak)….namun banyak juga yang untuk makan sekali seharipun tak mampu.

    edratna’s last blog post..Arisan

    ooo
    yup, bener sekali bu enny. saya pun pernah merasakan hal2 semacam itu. namun, perasaan kita benar2 jadi miris ketika kondisi yang berlangsung sekarang ini sudah beda jauh dengan zaman dulu. ketika banyak orang yang kepalapan, wew… kok masih banyak juga pejabat yang sedang nego masalah mobil dinas atau jalan2 ke luar negeri. ironis betul, bu.

  13. Mungkin kesalahan juga terdapat dalam masyarakat kita sendiri. Dalam pandangan masyarakat, mempunyai keluarga atau keturunan adalah yang yang paling penting. Padahal menurut saya bukan saja mempunyai keluarga atau keturunan yang penting namun juga merencanakan keluarga untuk masa depan juga sama pentingnya. Masyarakat kita masih banyak yang berpendapat, ah pokoknya yang penting kawin nikah saja, soal makan besok apalagi pendidikan anak2nya sudah pasti nggak terfikirkan, itu sih bagaimana nanti saja!!

    Jadinya ya begini ini, penduduk banyak, tapi tidak terurus dan persoalan sosial merebak di sana sini. Jangankan di negara miskin kayak kita, di negara maju saja orang2 masih memikirkan perencanaan keluarga atau keluarga berencana (family planning) yang komprehensif, apalagi di negara kita yang masih berantakan ini tentu perencanaan keluarga sangat penting.

    Sungguh ironis ya, negara2 Skandinavia yang sangat makmur yang termasuk paling makmur di dunia penduduknya tidak bertambah2, sementara di negara kita yang sulit memberi makan rakyatnya, bayi2 terus bertambah setiap waktu, dan sebagian dari mereka lahir tanpa perencanaan keluarga yang mantap…….

    **halaaah** (horeee halaah-nya ngga lupa!!) :mrgreen:

    Yari NK’s last blog post..Asyiknya Belajar Geografi???

  14. Menjadi pemimpin di negara ini, memang susah Pak. Rakyatnya banyak dan maunya juga banyak. Sebenarnya bukan tidak memikirkan nasib rakyat tapi tetap ada yang terlewat. Sebenarnya kan, tanggung jawab itu sudah dibagi-bagi, misalnya ke menteri, ke kepala daerah, dll. Yang paling dekat dengan orang kelaparan adalah masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Sayangnya, ada masyarakat yang lebih mementingkan urusan di tempat lain dibandingkan di tempatnya sendiri. Contoh, ada yang banyak nyumbang ke Palestina tapi ngga banyak nyumbang ke pembangunan daerahnya.
    Ada lagi contoh buruk, seperti saya ini, banyak ngajak kebaikan di internet tapi hampir ga pernah ngajak kebaikan di lingkungan saya. Bahkan di keluarga pun juga jarang.
    Saya sering pusing dengan kelakuan pemimpin negara, tapi ngga ambil pusing dengan kelakuan pemimpin rumah tangga dan pemimpin masyarakat. Ngga tau kenapa, koq semut di ujung lautan itu kelihatan lebih jelas dibandingkan semut di depan mata saya.

    Iwan Awaludin’s last blog post..Trauma

  15. “Nasi Aking”…, masih mudengkah para netter akan istilah itu ?. Jangan2 apa yang tertulis dan apa yang ditulis, cuma jargon semata…
    Tak usah netter lah. Tanpa penelitian ilmiah, bisa dipastikan bahwa “nasi aking” hanyalah legenda bagi orang2 ber “HP” seperti (sebagian besar masyarakat) kita. Saya sendiri pernah mengalami jaman susah, semasa SD dulu. Sekeluarga 8 orang, yang makan “nasi murni” hanya seorang yaitu bapak, sementara lainnya cukup nasi jagung, atau kalau di tempat saya namanya “orog-orog”. Minum manisnya pakai gula abang…
    Buat Pak Sawali, ngapurane bila komentar saya tak pernah menyentuh isi tulisan njenengan, karena sejak dulu aku paling males baca. Endi sing tulisane gedhe2 tur cetho, yo kuwi sing tak komentari.
    Tur maneh, saiki kan ning ngendi-endi wis akeh tukang… “Tukang Komentar” maksudku. Maka seandainya ada pemilahan & pemilihan, masukkan tulisan saya ini di tempat yg tidak kategori “komentar”…

  16. Nasi aking itu memang simbol betapa laparnya bangsa ini.. karena jika bangsa ini kaya raya dan makmur, maka nasi aking dimakan hanya untuk melestarikan budaya dan klangenan masa lalu pak!

    saya sangat apatis kali ini… menjadi tak bertenaga untuk menatap masa depan akan ke mana bangsa ini.. saya capek dan lelah berteriak.. kadang butuh tempat penumpahan yang lebih ekstrim dari sekadar menulis di blog.. tapi, ketika menoleh ke belakang sejenak, ada tanggung jawab yang harus saya selesaikan dengan para makmum saya yang cuma dua orang itu.. segera saja saya lunglai.. mereka membuat saya teringat bahwa saya harus lebih santun dan banyak senyum..

  17. Ass,yah kalau sudah begini mestinya kita mencari jalan keluarnya ya pak… Dan semoga niat Hana tuk masalah ini terwujud dengan baik…dan semoga Hana-Hana lain lahir dan ikut menuntaskan paling tidak adalah kita partisipasi pada sesama/ peduli pada sesama.Tulisan bapak mengingatkan pada kasus anak yang kekurangan gizi di Makassar.Sedih sekali negeri ini masih aja pemerintah kita tidak menuntaskan. Wassalam.

    fira’s last blog post..Bila Saatnya Tiba

  18. Fakir miskin dan anak-anak ditelantarkan oleh negara.

    Pak, tolong kirim url banner itu dong. Saya browsing pakai wap browser dan posting via email. Kalau ada yang bantu memberi url banner ke saya via email, wah… Maturnuwun sanget.

    Arif’s last blog post..Mari Peduli

  19. Setuju Pak,
    kita sambut ajakan untuk mencanangkan 2008 sebagai Tahun Antikelaparan dan Gizi Buruk dengan cara memasang banner dan membuat postingan khusus dan …juga sisihkan sebagian rizki kita agar saudara2 kita segera bisa makan seperti kita,

  20. Yung Mau Lim

    Pak,jika menonton tv dan ada berita tentang kelaparan saya sering miris.Pernah ada berita di TV, orang2 pada berebut sembako sampai ada yang terinjak-injak.Mereka sepertinya sudah pada lupa bahwa yang di kiri kanan mereka adalah saudara2 mereka juga.
    Bapak pernah menonton video tentang peristiwa Poso? Video itu dikirim oleh teman melalui HP.Wah, saya tak pernah membayangkan ada kejadian yang begitu memilukan dan tragedi yang paling mengerikan yang pernah kuketahui.Habis nonton saya langsung stress berat Pak, filenya langsung saya hapus,karena saya tidak mau menonton untuk kedua kalinya.Dalam ruang ini saya gak tega cerita ke Bapak, selain tidak etis juga khawatir Bapak stress berat seperti saya.Saya sempat merenung dan bertanya,mengapa di bumi pertiwi yang insannya memiliki peradaban tinggi masih ada makhluk barbar yang dapat melakukan hal yang diluar akal sehat kita.
    Saya berpendapat pelajaran tata krama di sekolah harus digalakkan kembali.

  21. Semoga gerakan yang lewat dunia maya..terwujud pula di dunia nyata dan mampu menggelitik nurani orang2 yang konon katanya ebkerja untuk rakyat.. tapi bukan untuk mensejahterakan tapi menyengsarakan

    toeti’s last blog post..Liburan Sepertinya Bukan Hakku Lagi

  22. @ all:
    terima kasih kepada teman-teman yang telah berkenan merespon kampanye ini. semoga saudara2 kita yang sedang menghadapi ancaman kelaparan bisa secepatnya tertangani.

    Sawali Tuhusetya’s last blog post..Istirahat Sejenak!

  23. Assalamu’alaikum Pak Sawali,

    Ingin sekali rasanya terlibat langsung di lapangan sebagaimana yg akan bapak lakukan bersama teman2 blogger yg akan kopdar di semarang nanti.

    Mohon do’anya Pak sawali, semoga ada gerakan cepat untuk mengatasi hal ini, terkhusus di daerah saya..

    Alhamdulilah, saya sudah sematkan banner campaign untuk ini.

    Wassalam

    Rozy’s last blog post..Di Pintu-Mu, Hamba Bersujud..

    ooo
    waalaikum salam, mas rozy. yup, semoga tindakan dan aksi kita dalam membantu saudara2 kita yang sedang terancam kelaparan bisa meringankan beban mereka, mas.

  24. Budaya suap, kolusi, nepotisme, atau manipulasi anggaran sudah dianggap sebagai hal yang wajar.

    Mungkin inilah yang dinamakan jaman edan. Kalau nggak edan nggak keduman.

    Edi Psw’s last blog post..Awas! Beredar Telur Asin Palsu

    ooo
    bisa jadi itu memang menjadi pertanda zaman edan seperti yang pernah dikemukakan oleh ranggawarsito, pak edi.

  25. @ all:
    Terima kasih kepada teman-teman, baik yang memberikan komentar maupun trackback. kita berdoa bersama-sama semoga saudara-saudara kita yang saat ini tengah terancam musibah kelaparan segera terselamatkan melalui sentuhan tangan gaib-Nya. Juga terima kasih kepada teman2 bloger yang telkah berkenan ikut menyukseskan kampanye antikelaparan dan gizi buruk.

    Sawali Tuhusetya’s last blog post..Istirahat Sejenak!

  26. Nasi AKING.
    Mungkin..!, sekali lagi “Mungkin” nanti akan ada seorang pemimpin untuk indonesia yang saat ini sedang menikmati Nasi Aking bersama keluarganya. Pemimpin yang seperti ini sangat peka terhadap rakyatnya. Kalau di kaji secara bahasa,
    nasi aking berarti :

    “a king” = seorang Raja.
    Jadi nasi a king adalah nasinya seorang raja.
    Semoga…….

    (Ajitec)

  27. duh postingan 2008, tapi masi relevan pak, kakak saya sering menjemur nasi sisa yang ndak habis kemakan, dan didaerah saya namanya sega king pak, nasinya para raja… hehehhe
    raja di surga ya, katanya khan orang miskin yang sabar bakalan jadi raja di surga…

  28. Nasi Aking dan Sirnanya Empati Kita terhadap Sesama,,,

    Mudah-mudahan ada seseorang yang dermawan yang di utus oleh ALLAH
    untuk membantu sesama kita yang sedang kelaparan..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *