Kehidupan “Wong Cilik” dalam Teks Cerpen

Cerpen, bagi saya, adalah upaya penulis untuk mengabadikan berbagai peristiwa kemanusiaan, untuk selanjutnya diwartakan kepada publik dengan menggunakan media bahasa. Dalam konteks demikian, terasa naif apabila cerpen hanya memuja keindahan. Percuma saja apabila cerpen diekspresikan melalui idiom-idiom bahasa yang terlalu njlimet, bahkan bombastis. Sebab, cerpen-cerpen semacam itu tidak akan pernah masuk dalam khazanah pemikiran publik. Ini tidak lantas berarti bahwa cerpen jadi “alergi” dan anti-keindahan. Sebagai teks sastra, dengan sendirinya cerpen jelas mustahil terlahirkan dari rahim sang penulis tanpa medium bahasa.

Meski demikian, ada persoalan yang lebih urgen ketimbang itu. Banyak fenomena kemanusiaan yang menarik untuk direnungkan, diolah, dan digodog. Rakyat kecil yang tertindas, baik oleh rezim di dalam dirinya sendiri maupun di luar dirinya, penguasa yang pongah, atau interaksi sosial keseharian yang sarat dengan mitos-mitos, bagi saya, sangat menarik untuk ditafsirkan.

Setidaknya, itulah yang tergambar dalam cerpen-cerpen saya yang terpublikasikan, baik di blog ini maupun di blog Jalur Lurus. “Sepotong Kepala”, misalnya, mengisahkan tentang nasib Sukardal yang gila lantaran tak kuasa memanggul beban nasib yang menelikungnya. Dia harus mati dengan cara yang tragis setelah Manirah, istrinya mengadu nasib di negeri orang. Jasadnya hanya tinggal gembungnya saja. Sepotong kepalanya entah di mana? Yang lebih tragis, kematian Sukardal tetap menjadi misteri. Entah siapa yang telah tega berbuat biadab semacam itu.

Jagal Abilawa” bertutur tentang Sumi yang tengah hamil. Repotnya, dia nyidham tokoh dalam jagad pewayangan, Jagal Abilawa, salah satu kerabat Pendawa yang dikenal perkasa, tetapi baik hati. Anehnya, tokoh Jagal Abilawa yang diminta yang sudah berusia ratusan tahun. Tentu saja, permintaan itu dianggap hal yang mustahil bagi tokoh “aku”, sang suami. Sebagai suami yang baik, tokoh “aku” terus berupaya untuk mendapatkan permintaan istrinya, hingga akhirnya bertemulah dengan Ki Jantur Branjangan, seorang mantan dalang yang sudah tua. Setelah dipersembahkan kepada istrinya, bukan main senangnya. Hidup Sumi berubah. Dia tidak lagi memedulikan suaminya. Setiap hari hanya bercengkerama dengan Jagal Abilawa kesayangannya. Hingga akhirnya saat melahirkan, anak yang dilahirkan ternyata benar-benar seperti Jagal Abilawa yang sangat rakus menyedot air susunya. Sumi meninggal menjadi korban anak kandungnya sendiri.

Kepala di Bilik Sarkawi” bertutur tentang Sarkawi yang malang. Tubuhnya yang cacat menjadi bahan olok-olok orang. Atas petunjuk Ki Maruto, akhirnya dia nekad mencuri septong kepala mayat tetangganya yang sudah dikubur untuk mendapatkan kekayaan. Tragisnya, dia juga tak sanggup melawan sebuah kekuatan dari luar dirinya. Dia mati dengan cara yang tragis di kamar pemujaannya.

Kang Panut” mengisahkan seorang Kang Panut yang miskin. Hidupnya hanya mengandalkan penghasilannya sebagai tukang masak air di rumah tetangganya yang kebetulan punya hajat. Suatu ketika dia mati dengan sebab yang tidak jelas. Anehnya, dia hidup lagi. Itulah yang menggegerkan kampung. Setelah hidup lagi, Kang Panut seperti menyebarkan hawa maut. Tubuhnya berbau busuk hingga akhirnya ia diancam oleh para penduduk kampung untuk dimusnahkan.

Tumbal” bertutur tentang keluarga Lik Karimun yang kehilangan anaknya yang baru berumur 7 bulan. Menurut kabar, anaknya raib karena menjadi tumbal pembangunan sebuah jembatan desa. Intrik dan kasak-kusuk pun menyebar. Konon, isu tumbal itu hanya digunakan untuk menutup-nutupi kasus ditilapnya uang bandha desa oleh Pak Lurah. Persoalan pun menjadi semakin rumit. Tragisnya, ada tiga perempuan yang telah kehilangan bayi, tiba-tiba saja merasa menyusui seorang bayi. Mula-mula nikmat, namun lama-lama mulut bayi itu mencengkeram dengan kuat payudara mereka.

Warni Ingin Pulang” bertutur tentang persoalan patriarkhi. Warni yang nekad melaksanakan tugas sebagai guru di pulau seberang terpaksa harus tercerabut dari akar keluarganya. Dia tidak lagi diakui sebagai anak oleh orang tuanya. Menurut ayahnya, sebagai perempuan, Warni tidak perlu berkarier. Namun, hal itu ditolaknya. Di tempat tugasnya, Warni menikah dengan Laode yang amat dicintainya. Seiring dengan itu, tiba-tiba muncul kecemburuan sosial. Para penduduk asli merasa risih dan terancam oleh kehadiran kaum pendatang. Kekerasan pun pecah. Para penduduk asli memusuhi kaum pendatang. Tiba-tiba saja, Warni merasa rindu dengan kampung halamannya. Namun, ia sangsi, apakah ia masih bisa diterima di tengah-tengah keluarganya, terutama ayahnya.

Penjara, ternyata tak selamanya bisa menjadi tempat yang tepat untuk melakukan pertobatan. Itulah yang dialami Badrun. Dalam cerpen “Penjara”, Badrun dengan mata kepala sendiri mencium berbagai kebusukan, mulai dari para sipir yang nakal dengan meminta upeti para keluarga napi atau sengaja membebaskan para napi dari sekapan penjara. Selain itu, dia harus menjadi “korban” sodomi para napi yang sudah rindu hawa kebebasan di luar penjara.

Apa yang akan dilakukan oleh penduduk kampung ketika ada seorang warga yang gila dan suka mengamuk dengan parang terhunus? Jawaban itu bisa disimak dalam “Marto Klawung”. Ya, dalam cerpen ini, Marto Klawung yang gila sering membuat keonaran. Para penduduk sepakat untuk membelok atau memasungnya. Pemasungan berhasil. Namun, anehnya Marto Klawung berhasil melepaskan diri dan menemui tokoh “aku”. Dengan pura-pura jinak, Marto Klawung secara tak terduga membabat kaki si “aku” dengan parangnya.

Sang Pembunuh” bertutur tentang tokoh “aku” yang menjadi korban Juragan Karta beserta antek-aneknya. Masalah ganti rugi tanah yang dinilai tidak sepadan menjadi fokus kisah ini. Tokoh “aku” yang tidak mau menerima ganti rugi dari Juragan Karta –yang selalu berkoar-koar ingin memajukan kampung– justru kena fitnah. Dia dinyatakan bersalah karena membunuh temannya sendiri, Karjo. Akhirnya dia harus mendekam di penjara. Setelah terbebas, dia pun kembali ke kampung halaman. Namun, ternyata, Narti istrinya, telah menjadi istri muda Juragan Karta. Tokoh “aku” pun tak sanggup memendam amarah. Dengan darah mendidih, dia melabrak Juragan Karta dan membunuhnya.

Apa yang akan dilakukan oleh seorang ibu muda yang melihat anaknya sedang sakit, padahal sang suami tidak ada di rumah? Itulah masalah yang dihadapi tokoh “aku”. Panas si Ratih, anaknya, tak kunjung turun. Mau ke rumah sakit, dhuwit tak punya. Untunglah ada Marno, pemuda yang dulu menaksir tokoh “aku”, tapi ditolaknya. Si “aku” lebih memilih Kang Kadir yang miskin. Berkat bantuan Marno, si Ratih sembuh. Namun, hal itu justru memicu persoalan baru. Kang Kadir yang baru saja pulang dari kota merasa cemburu. Maka, perkelahian pun tak dapat dihindarkan. Marno dihajar Kang Kadir hingga babak belur. Kondisi semacam itulah yang tergambar dalam cerpen “Pulang“.

Gapit” bertutur tentang suasana tegang dan panas pada saat menjelang dan berlangsungnya pemilihan pilkades (pemilihan kepala desa). Masing-masing kubu berusaha untuk meraih massa. Bahkan, seringkali menghalalkan segala cara. Itulah yang dilakukan Gopal dalam upaya memenangkan jagonya, Pak Bandiyo. Para penduduk pun merasa risih dengan ulahnya yang suka bikin onar. Anehnya, Pak Bandiyo berhasil juga jadi kepala desa. Namun, tak lama setelah pelantikan, muncul masalah baru dan rumit. Pak Bandiyo bernasib tragis. Tubuhnya ditemukan sudah tak bernyawa dengan luka-luka menganga. Muncul pertanyaan, siapakah pembunuh yang sudah demikian sadis menganiaya sang kepala desa itu?

Topeng”, ya, memang hanya sebuah topeng. Bentuknya pun sudah tidak menarik. Permukaannya kasar. Dahinya lebar. Hidung pesek dengan kedua pipi menonjol. Namun, banyak keanehan yang dialami Barman. Dia selalu merasakan seolah-olah ada kekuatan gaib yang memancar dari balik topeng itu. Suatu secara tiba-tiba pula topeng itu terlepas dari dinding. Lantas, secepat kilat menancap dan menyatu dengan wajah Barman. Wajah Barman pun benar-benar berubah dan berganti rupa menjadi wajah topeng peninggalan almarhum mertuanya. Kampung pun jadi gempar.

Sementara itu, dengan nada getir dan sedikit surealis, cerpen “Perempuan Bergaun Putih” mendedahkan nasib wong cilik yang kehilangan seorang anak gadis yang diharapkan menjadi tumpuan keluarga kelak sebelum disunting seorang lelaki. Namun, Tuhan berkehendak lain. Sang gadis meninggal dengan sebab yang tidak jelas. Semenjak kematian si gadis, di bukit hutan jati selalu muncul perempuan bergaun putih yang selalu menyenandungkan elegi pemujaan terhadap rembulan yang perih.

Melalui cerpen-cerpen yang tersaji di blog ini, saya hanya ingin mewartakan bahwa selama ini ada sisi-sisi kemanusiaan yang nyaris terlupakan. Kepedulian terhadap nasib sesama (nyaris) terkikis oleh gerusan nilai-nilai modern dan global yang demikian dahsyat. Semoga cerpen-cerpen tersebut bisa sekadar menjadi pengisi waktu luang, syukur-syukur bisa menjadi bahan refleksi agar kita terangsang untuk mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan itu dalam nurani kita yang selama ini terbang entah ke mana. *halah*.

oOo

Catatan:

(Postingan ini tidak saya maksudkan untuk menilai cerpen-cerpen saya sendiri karena menilai itu menjadi wewenang sepenuhnya dari pembaca. Ini sekadar untuk memenuhi permohonan Pak Ersis Warmansyah Abbas, seorang dosen Unlam sekaligus “seleb blog” yang tampil eksentrik; hiks, dengan ciri khas kalungan sorban saktinya, hehehehe 😆 yang meminta saya sesekali menuturkan seputar *halah* proses kreativitas saya dalam menulis cerpen. Mohon maaf kalau postingan ini belum juga bisa memuaskan kehendak dan “libido” Pak Ersis, hehehehe 😆 )

Comments

  1. Ya ya … tentang Sukardal itu … ditulis dalam catatan pinggir Goenawan Mohamad bertitel: Death of Sukardal … begitu melengket di memori. Saya bacanya sudah sangat lama di Tempo. Begitu mengesankan. Mau ngecek malas, sebab bundalan Temponya bertumpuk-tumpuk he he.

    Saya pikir, Pak Swali memang membumikan cerpen ke ladang pikir dengan apik dan ciamik. Ya ya, tentu Sampeyan dah baca juga kan, Prosef Kreatif I dan II yang dieditori Pamusuk Eneste? Itulah yang memotivasi saya menagadakan lomba: Mengapa Saya menulis. Dikukukan menjadi: Menulis Mudah; Dari Babu Sampai Dosen.

    Yab ya … betapa asyiknya kalau para bloger menuliskan latar proses kreatifnya dan ‘kita’ bukukan. Bukan tidak mungkin sangat bermanfaat. Bagaimana? Pak Swali mau mengambil tanggung jawab sedemikian? Biar libido menulis terjaga? Moga aja. Amin.

    Ersis W. Abbas’s last blog post..Menulis Membangun Sliturahmi

    ooo
    makasih banget supportnya, pak ersis. semoga bisa istiqomah nulisnya, hehehehe 😆

  2. Membaca cerpen seperti melanglang ke dunia lain. Ke dunia yang tidak pernah kita jelajahi sebelumnya. Kadang menohok nurani, kadang menggelitik, kadang memaksa kita untuk berfikir dengan cara yang lain. Dari sudut pandang lain.

    Mardies’s last blog post..Petualangan Mardies dengan Seorang Nenek

    ooo
    wow… penafsiran mas mardies ttg cerpen luar biasa. saya kira bener sekali tuh mas. cerpen juga bisa mengajak pembacanya utk bersikap kritis menyiasati keadaan.

  3. Percuma saja apabila cerpen diekspresikan melalui idiom-idiom bahasa yang terlalu njlimet, bahkan bombastis. Sebab, cerpen-cerpen semacam itu tidak akan pernah masuk dalam khazanah pemikiran publik.

    Ya … setuju sekali.
    Seringkali topeng keindahan hanya akan mengaburkan “tuntunan” yang akan disampaikan dari suatu karya, bahkan sangat mungkin akan berakibat karya tersebut hanya akan menjadi suatu “tontonan” saja.

    Ada lagi …
    Seperti halnya nikmat sehat (misalnya)…
    Kita mungkin tidak akan pernah tahu bagaimana indah dan besarnya suatu kenikmatan yang bernama “sehat” jika kita selalu ada dalam keadaan sehat. Kita akan tahu nikmatnya sehat jika kita pernah merasakan sakit.

    BTW cerpen Pak Sawali yang masih sangat membekas adalah yang tentang pembunuhan yang dilakukan oleh mantan primadona panggung karena dilatarbelakangi kecemburuan pada primadona baru. *maaf lupa judulnya Pak hehehe … tapi yang jelas ada Bos Sawali di situ hehehe*

    ooo
    wew… sepakat banget dg pendapat pak ariyadi itu. wah cerpen yang itu judulnya “sang primadona” pak, yang mengisahkan sutarmi yang merasa tergeser perannya.

  4. Wah, ini seperti sinopsis cerpen-cerpennya Pak Sawali ya?

    Walaupun singkat, tapi Pak Sawali mampu mendeskripsikannya dengan sangat baik, merangkum isi cerita dengan kata-kata yang apik dan enak dinikmati.

    😀

    mathematicse’s last blog post..Cerita Narsisme ?15?

    ooo
    ndak juga pak, ini hanya sekadar memenuhi permohoan dari yang mulia suhu ersis, hehehehehe 😆

  5. Ouch, saya masih saja belum meluangkan diri untuk bikin satu pun cerpen…mulainya gimana ya? 😀

    Donny Reza’s last blog post..Jangan (Terlalu) Terkejut

    ooo
    walah, mas donny kan dah biasa nulis, hehehehe 😆 nulis cerpen? yup, mulai aja, hehehehe 😆

  6. @Pak Ersis

    Kenapa nggak di cek di caping.wordpress.com aja pak, kali aja catatan pinggir yang itu sudah di post di sana. 😀

    danalingga’s last blog post..Menggoda Cinta

    ooo
    yup, yang dikatakan mas dana bener banget, pak ersis. catatan pinggirnya GM dimuat di blog itu.

  7. Pak, mo lapor. Sepertinya ada komen saya yang di telan anti spamnya tuh. Tolong di cek pak. Maksih.

    Btw, gimana sebenarnya prosesnya ketika dari sebuah ide tentang kehidupan kaum “biasa” itu bisa menjadi cerpen yang lumayan panjang. Soalnya saya seringnya jadi paling sehalaman pak. 😀

    danalingga’s last blog post..Menggoda Cinta

    ooo
    laporan diterima mas dana dan udah saya selamatkan, hehehehe 😆 walah, biasanya kalo dah dapat ide, saya sih hanya menuangkan gambaran dalam imajinasi ke dalam bahasa, mas dana. udah gitu, kalo mau malah masih bisa terus dipanjangin kok, hehehe 😆 btw, cerpen juga ndak harus dibatasi jumlah halamannya kok mas dana, kecuali kalo mo dimuat di koran. mesti tunduk pada ketentuan redaksi.

  8. Tuntunan dan nasehat dalam selubung cerpen memang menarik Pak karena kadang orang2 menjadi malas kalau dinasehati secara langsung.

    ooo
    yup, bener banget pak deKing. kalo petuah dan nasihat langsung kan sudah dilaksanakan dg baik oleh para dai dan para khotib. dus, tugas penulis, *halah* menuangkan amanatnya ke dalam bentuk lain. biar ndak terlalu vulgar dan menggurui.

  9. kalo saya nulis cerpen baru bisa sekedar curhat. hiks..hiks… kapan ya aku bisa nulis cerpen yang ada muatan moral, sosial, sampai bisa membawa reison d’etre kenapa cerpen itu ada yang semata-mata untuk mengatakan apa yang hanya bisa dikatakan olehnya.

    little_@’s last blog post..Merindu Purnama

    ooo
    wah, curhat pun bisa dibikin cerpen ok, kok mezza. curhat pun kan bisa juga membawa pesan2 moral juga. itu semua juga tergantung penulisnya.

  10. Setelah saya sudah lama tidak nongol, ternyata pak sawali terus berkarya dengan tulisan2 yang berkualitas.
    saya memang belum membaca semua cerpen pak sawali. setelah saya Membaca “sinopsis” cerpen-cerpen bapak diatas, sepintas terlihat cerita yang ditawarkan itu beragam tapi setelah diteliti lebih jauh lagi ternyata cerpen-cerpen bapak hanya memiliki satu alur saja, Kesedihan. Semuak tokoh cerpen yang bapak sajikan pasti merasakan kesakitan, perih, dan sengsara.
    kenapa gak buat cerpen yang ceritanya lebih ceria, mungkin tentang anak band yang mengangkat musik religi sebagai tema band mereka, tentang anak SD yang sedang bermain lompat tali, atau tentang maniak Internet yang tiap hari kerjanya hanya ngeblog, supaya cerpen2 bapak lebih “berwarna”. Mungkin tema-tema yang saya tawarkan tidak sesuai dengan pribadi bapak secara tema yang saya tawarkan ini hanyalah tema “anak-anak” belaka, tapi kejeniusan seorang penulis bisa dilihat dari sejauh mana dia mampu mambuat tulisan yang sangat berbeda dari keseharian dan kepribadian dia.
    Ini cuma saran omong kosong dari saya. boleh diterima boleh dibuang

    Hair’s last blog post..Plesetan Sebuah Lagu

    ooo
    wah, terima kasih masukannya mashair. cuman saya itu lagi seneng2nya menulis tentang darah dan penderitaan, hehehehe 😆 mudah2an saja lain kali sempat juga nulis dg tema2 yang mashair tawarkan itu.

  11. buanyak jugax yaks, pak, cerpennyah…
    akuh nyoba bikin cerpen eh malah kek skrip sinetron…ya mending bikin cerita humor ajah 😆

    abeeayang™’s last blog post..Nginep di Hotel

    ooo
    wew… cerita humor bisa juga dikembangkan jadi cerpen serius kok. moh kasyim sama suman hs yang dikenal sebagai bapak cerpen pada awal2nya malah suka nulis cerpen humor tuh.

  12. Kalo saya sih cuma suka baca cerpen doang. Tapi sebenernya pengen juga sech sekali2 buat cerpen. Tapi sampai saat ini belum kesampaian . Cz q malah sibuk sekolah, ujian CCNA and ngeblog. he he he he he!!!!!
    God Bless You All

    Elfrida’s last blog post..Ada Apa Dibalik Mengucap Syukur?

    ooo
    wah, baca cerpen sudah bagus kok mbak frida. kalo emang mau bikin cerpen ya tulis ajh, hehehehe 😆 kalu mau2 doang, *halah* nanti malah ndak satu pun yang jadi, hehehehe 😆

  13. Tak dapa disangkal lagi kualitas kepenulisan pak sawali dalam jagad maya dan nyata.. cerpen-cerpen membumi berbicara manusia dan kemanusiaan adalah tema sentral dari tulisan beliaunya..

    Bahwa apa yang diangkat oleh pak sawali selalu bercerita tentang getirnya hidup, sepenuhnya menjadi hak penulis. Tak bisa saya atau siapapun memesan dan berharap pak sawali menuliskan sebuah cerpen sesuai dengan keinginannya. Dalam bingkai sastra, itu hal yang tabu.. selera pasar dan aroma industrialisasi menjadi sangat kental. Apalagi kalau sudah kejar tayang? Tentunya menjaga nilai itu sulit. Bukan begitu bapak?

    Ah, andai saja saya bertemu pak sawali, langsung saya bungkukkan badan saya, kusambar tangan bapak, lalu kucium penuh hikmat sebagai pertanda seorang santri hormat pada kyai-nya!

    Salam hormat saya untuk pak sawali…

    gempur’s last blog post..Dari Penuh Mengosong

    ooo
    wew… makasih pak gempur, tapi jangan berlebihan dong pak, terlalu tinggi itu buat saya. saya hanya nulis yang tergambar dalam imajinasi saya doang kok, pak, hehehehe 😆 apalagi yang terakhir itu, pakek mbungkuk2 segala, wew… emang kyai? belum ada kamusnya, pak, hehehehe 😆

  14. wah2.. sudah banyak juga yah cerpen2 karya pak sawali.. saya mendingan baca cerpen2 pak sawali daripada nonton sinetron yg gak jelas itu..

    *kapan yah ridu bisa bikin cerpen??

    ooo
    wew… makasih mas ridu kalo dah sempat baca cerpen2 saya, hehehehehe 😆 kapan saja kan mas ridu bisa nulis cerpen. begitu ada ide, langsung aja tulis. kalo nungu2 waktu, ntar malah ndak jadi. repot, kan? *halah*

  15. wah…
    saya mesti banyak belajar nih pak…

    cerpern saya kurang menarik sepertinya…
    hehhehe….

    moerz’s last blog post..Surat Untuk Pembangkang Di Atas Altar

    ooo
    walah, saya juga baru belajar nulis cerpen mas moerz. mari kita sama2 belajar. sapa bilang cerpen2 mas moerz ndak menarik. ok juga kok, tinggal mengembangkannya dg konflik2 yang lebih seru. itu saja, halah.

  16. P. Sawali nggeluti Sastra, Aku ngupleg-upleg Matematika. Mudah2an ada sinergi antara kita…
    Sastra bukan Matematika, Matematika jauh dari Bahasa Sastra.
    Prinsip Matematika, dengan sedikit lambang, mencoba ngungkapkan sejuta makna, tapi kalau bahasa Sastra, mau ngungkap satu hal, bisa gunakan sejuta kata. (he… 10X).
    Mbahas Cerpen (Serita Pendek) bisa dengan Urpan (Uraian Panjang) ….
    Jalur Lurus, ternyata berkelok2, hingga untuk menujunya, saya mesti lewat jalur tikus alias melalui gang sempit, lewat “Hanya blog seorang guru, lalu pindah angkot ke sawali.info…, karena yang saya link sudah terlanjur blog yang terbit awal 08 itu. Tapi tak apa, jalur itu sengaja saya pertahankan, karena walau katanya sudah tak ditinggali lagi, tapi sudah terlanjur akrab saya lewati, sambil nyawang2 pemandangan kiri/kanan, sekaligus nostalgia. Bannernya merah menyala, semangat 45, mengingatkan suasana 17 Agustusan…
    Pindah jalur lagipun tetep tak ikuti.
    Kita sama, tak pernah puasssssss !!!.

    Marsudiyanto’s last blog post..PINTOE GERBANK BLõG ÈM

    ooo
    hahahahaha 😆 sebenarnya antara matematika dan bahasa itu dua ilmu yang ndak dapat dipisahkan kok pak. keduanya saling melengkapi dan saling bersinergi. bener juga tuh pak. satu simbol kaya makna. tapi utk ngurai simbolnya kan perlu media bahasa jugak. itu artinya, keduanya saling melengkapi dan bersinergi. *halah sok tahu ya pak marsudi, hehehe 😆 * yup, ok, makasih banget pak marsudi sampun kersa tindak2 dhateng gubug kula, hehehehe 😆

  17. kalau cerpennya di bukukan gimana ya?

    *dah lama juga dodot nggak baca cerpen*

    ooo
    siip, mohon doa dan dukungannya, yak, mas dodot.

  18. Menceritakan proses kreatif didi sendiri bukanlah barang haram. Justru itu yang diharapkan pembaca bagaimana latar belakang dan proses penciptaan sebuah karya. Apa yang Mas lakukan di postingan kali ini justru memberi banyak inspirasi bagi diriku dan mungkin banyak orang untuk mengembangkan kemampuan berdasarkan ide dan pengembangannya.

    Ide Bang Ersis patut juga dipertimbangkan. Ada sedikit buku yang berisi tentang proses kreatif, kenapa kita tidak membuat hal yang sama. Silakan Mas berkolaborasi dengan Bang Ersis untuk mewujudkan buku semacam itu. Tentu masih ingat dengan seri Chicken Soup and Soul (bener ga sih judulnya) yang menjadi pelopor buku-buku inspirasi? Buku proses kreatif juga bisa jadi buku inspirator terbaru.

    Terus menulis dengan cerdas dan independen, Mas!

    Tabik!

    Zulfaisal Putera’s last blog post..Lomba Penulisan Esai ?Pelestarian Film Indonesia? Tahun 2008

    ooo
    ok, makasih banget pak zul, mudah2an aku bisa mewujudkan harapan pak zul itu.

  19. wahh,,, menarik mas cerpen nya,,, jd inget sama mas fa’iz anaknya om tomi (ASTRO) dia juga puisi nya banyak 😀
    sampai aku ada yg tertarik sama puisinya faiz tersebut,, hehehhe,, aneh ya,,

    kuta beach bali’s last blog post..Sudahkan anda bergabung dengan Bux.to

    ooo
    ok, makasih mas apresiasinya. btw, si faiz? kayaknya dah pinter bikin puisi juga yak?

  20. cK

    menurut saya cerpen-cerpen om sawali ini bisa dibikin jadi buku lho… udah coba ke penerbit, om??

    cK’s last blog post..Serupa Tapi Tak Sama, LOVE dan Love Actually

    ooo
    makasih mbak chika. utk penerbit? wah, belum dapat tuh mbak. mbak chika punya kenalan penerbit buku, hehehehe 😆 jadi malu!

  21. ga tau kenapa saya kok tidak pernah membaca sampai selesai suatu cerpen..

    memang dasar saya malas baca….

    sukses selalu pak sawali buat cerpen2nya ya…

    ridhocyber’s last blog post..Link Exchanges For Blogger

    ooo
    makasih mas ridho. yup, dicoba utk baca cerpen dikit2 dulu. enak dan menyenangkan kok baca cerpen itu, hehehehe 😆

  22. Wah, ternyata pak sawali ini bukan saja lihai ngeblog tapi juga lihai menulis cerpen. Kalau saya baca dari beberapa uraian yang ada di atas, kayaknya menarik banget. Btw, saya dulu juga pernah sekali nulis cerpen pada saat masih pacaran semasa SMA dulu. Hehehe…

    ooo
    walah, makasih pak edi apresiasinya. yap, pak edy pernah bikin cerpen waktu sma, yak. isinya pasti menarik. seusia gitu biasanya cerpennya banyak yang romantis dan sentimentil, hehehehe 😆

  23. Sebenarnya di dalam sebuah cerpen mengenai “Wong Cilik” saya ingin sekali mendengarkan kisah wong cilik ini dari sudut yang lain dan tidak melulu bercerita mengenai problematika klise yang dialami oleh para wong cilik. Dan sepertinya cerpen2nya Pak Sawali cukup berhasil mengetengahkan nuansa “baru” dalam cerpen2 mengenai wong cilik. Siip deh. Terus berkarya, ya pak Sawali!

    **wah tumben di komenku ini nggak ada kata “halaah”nya hehehe….** :mrgreen:

    Yari NK’s last blog post..?Gratis? Ke Semua Operator!! Kenapa Tidak??

    ooo
    makasih, bung yari. mohon dukungannya bung agar aku bisa tetep “istikomah” dalam menulis, *halah* ini ada halah-nya, hiks.

  24. pak sekali2 mostingin tentang *cara* bikin cerpen nyang enyak, pak…biar kita semuah bisa belajar :mrgreen:

    Abeeayang™’s last blog post..Nginep di Hotel

    ooo
    walah, aku juga masih belajar kok mas abee. ok, deh, kapan2 nanti aku tak mosting penulisan cerpen menurut versiku. yup, makasih mas abee masukannya.

  25. BadraNY

    Salam kenal Pak Guru,
    saya baru mulai mbaca-mbaca tulisan Pak Guru

    ooo
    salam kenal juga, makasih, yak, telah mampir.

  26. setuju Pak saya sendiri lebih senang cerpen yg sederhana, lugas, simpel dan pendek (soale kadang ada juga tu cerpen yg puanjang, hehehe jdi bukan cerpen ya namanya 😀 )

    joyo’s last blog post..Kebenaran adalah?(1)

    ooo
    yup, setuju, Mas joyo. btw, ada juga loh cerpen yang panjang banget, misalnya “Kritikus Adinan” karya Budi Darma. Itu bisa menjadi sebuah novelet, hehehehe, tapi tetap aja menarik, kok, kalo dibaca.

  27. Sudah bisa di “kumcer-kan” Pak? Atau boleh juga di e-kumcer-kan lewat PDF, biar komplit sekalian. trus kta dondload rame2… Gimana pak?

    Ozan’s last blog post..Sial, Salah Kirim

  28. Hebat…..terus berkarya ya pak.
    Sinopsis cerpen bapak, membuat saya bisa membaca semua karya bapak, dan melihat sudut pandang penulisan yang berbeda dengan lainnya.

    edratna’s last blog post..Empat sekawan dan cita-citanya

  29. semoga pemimpin kita semakin bisa merasakan kehidupan wong cilik…

    sluman slumun slamet’s last blog post..Pesona Bumi Kie Raha ???..

    ooo
    amiin, mudah2an ya pak slamet, para pemimpin kita itu tidak lupa asal-usulnya sebelum mereka jadi pemimpin, hehehehe 😆

  30. tahukah Pak? Bapak adalah inspirasi & motivasi saya dalam menulis 😀
    meski tulisan saya mungkin kebanyakan hanya pikiran nggladrah yang sering satir
    saya segera cek u’r cerpen out & berharap moga bisa buat cerpen juga kaya Pak Sawali

    tomy’s last blog post..MERINGKUS TUHAN

    ooo
    walah, jangan terlalu berlebihan pak tomy, hehehehe 😆 saya juga baru belajar menulis kok. wah, jadi ikutan seneng kalo pak tomy mau nulis cerpen. kutunggu postingannya, ya, pak!

  31. PRIAMBODO

    TOLONG KIRIM CERPEN KESETIAKAWANAN

  32. :d Cakep pak. Saya mau ah bikin cerpen yang kayak gitu..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *