Bhisma pun Menepati Dharmanya

Dalang: Ki Sawali Tuhusetya

Padang Kurusetra benar-benar menjadi lembah kematian. Bau anyir darah menyeruak ke segala sudut dan penjuru lembah. Mayat-mayat berserakan tak tentu arah bagaikan gugusan bangkai babi hutan yang terjagal para pemburu liar. Moncong burung-burung bangkai berpesta, menerbangkan bau busuk hingga ke pintu-pintu langit, diterbangkan angin kemarau yang kering hingga menjangkau ceruk-ceruk dunia tanpa batas. Para pengelola stasiun TV tak ubahnya kaum kapitalis yang menjadikan tragedi pewayangan ini sebagai bagian komoditas yang mengalirkan banyak iklan dan kerincing duwit. Sesekali, mereka mengundang para pengamat dan pakar perang untuk menaburkan sensasi opini tentang seluk-beluk perang dan tak lupa “dipaksa” untuk melakukan analisis ilmiah, siapa yang kelak akan keluar sebagai pemenang dari arena yang memilukan dan tragis itu.

Salah satu adegan Bharatayuda“Sudah jelas, Kurawa yang akan keluar sebagai pemenang. Saya berani taruhan! Saya akan membakar kartu identitas saya sebagai pengamat perang, bahkan potong leher saya kalau sampai Kurawa kalah. Dari teori perang yang saya pelajari, Kurawa menang segalanya. Dukungan logistik oke, persenjataan paling mutakhir, prajuritnya juga bejibun. Saya hampir kesulitan menemukan sisi kekalahan dari pihak Kurawa,” kata seorang pengamat perang berapi-api ketika dipancing seorang presenter TV untuk memprediksi pihak mana yang akan memenangkan perang dahsyat itu.

“Wah, sepertinya Bung Mustaka Akbar ini kok tampak memihak benar kepada Kurawa, ya, hehe … Lantas, bagaimana menurut Bung Lembah Manah sendiri,” sergah sang presenter centil sambil melirik ke wajah seorang pakar perang yang kelihatan santun.

“Hmm … omong kosong kalau Kurawa yang akan menang. Mereka boleh unggul dalam hal logistik, persenjataan, atau jumlah prajurit. Tapi ingat, Bung Mustaka, kita bicara soal perang! Tak hanya melulu teori yang mesti digunakan untuk membedahnya. Perlu juga pakai akal dan hati nurani. Di mana pun dan kapan pun, kebenaran tak akan pernah bisa dikalahkan atau dimatikan. Sudah jelas-jelas, Pendawa-lah yang berhak atas tahta Hastina. Sepertinya Bung Mustaka tak pernah baca buku-buku sejarah. Kita tahu betapa liciknya Kurawa yang dengan berbagai cara telah menyingkirkan Pendawa dari Indraprasta; mulai permainan dadu di Balai Sigala-gala yang membuat Drupadi dipermalukan di depan umum hingga Pendawa harus diasingkan secara incognito selama puluhan tahun. Dari sisi ini, tak ada dalih apa pun keangkaramurkaan bakal mampu mengalahkan kejujuran,” balas sang pakar.

“He … he … Bung Lembah Manah jangan begitu dong! Apa tidak boleh saya …”

Belum usai Bung Mustaka Akbar mendebatnya, sang presenter buru-buru menyetopnya. “Oke, Anda simpan dulu pendapat Anda, Bung Mustaka. Kita lanjutkan nanti setelah yang satu ini …”

Usai tayangan iklan, debat pun kian memanas. Sesekali, sang presenter menayangkan penggalan-penggalan perang dahsyat di Kurusetra seakan-akan hendak melakukan konfrontasi terhadap opini-opini yang menyeruak selama talk-show berlangsung. Bung Mustafa Akbar makin yakin atas kebenaran pendapatnya ketika menyaksikan pihak Pendawa makin terdesak.

Ya, ya, ya, Pendawa memang sedang menghadapi situasi kritis. Prajuritnya terus terdesak. Maklum, Sang Bhismalah yang didaulat pihak Kurawa untuk menjadi panglimanya. Selain Bisma, Kurawa juga didukung oleh Dorna, mantan guru Pandawa yang ahli menggunakan senjata dan pakar strategi perang, serta prajurit gaek, Salya, yang dikenal memiliki kekuatan Chandra Birawa yang ganas dan mematikan. Siapa tidak gentar menghadapi para prajurit senior yang tampil nggegirisi semacam itu? Sementara, pihak Pendawa hanya memiliki satu penasihat perang, yakni Kresna. Itu pun tak boleh terlibat langsung dalam perang. Kresna hanya boleh memberi petunjuk ketika Pandawa sedang mengalami kesulitan.

Maka, dalam waktu lebih dari sepekan komando Kurawa berada di tangan Bisma, pasukan Pendawa kocar-kacir. Tidak sedikit prajurit yang mati, bahkan para perwira terbaik pun harus gugur di medan yang tragis dan memilukan; menjadi korban keganasan Bisma yang tampil ngedap-edapi. Siasat gunung segara yang diterapkan pihak Kurawa benar-benar bagaikan benteng baja yang sulit ditembus. Arjuna dan Bhisma yang biasanya tampil trengginas pun hanya sekadar bisa bertahan; tanpa memiliki kekuatan untuk melakukan serangan balik.

Melihat situasi perang yang kurang menguntungkan, Pendawa segera mengadakan rapat darurat untuk membahas bagaimana mengatasi situasi yang kritis itu. Dalam suasana hening dan resah, Kresna, sang penasihat Pendawa, dengan gaya yang kalem dan tenang, segera mengambil sikap.

“Kita memang tengah berhadapan dengan panglima Kurawa yang tangguh. Mustahil rasanya kita bisa memenangkan perang ini,” kata Kresna sambil mengelus-elus dagunya.

“Terus, bagaimana kita mesti bersikap? Haruskah kita membiarkan para prajurit dijadikan bulan-bulanan, atau menyerah begitu saja?” tanya Puntadewa tak sabar.

“Bukan! Kita masih bisa mengalahkan Sang Bisma, dengan satu syarat, dia harus dilawan oleh prajurit perempuan!”

“Hmm … kenapa bisa begitu?” tanya Bima.

“Ceritanya panjang! Sekarang, kita mesti menyiapkan prajurit perempuan untuk menghadapi ketangguhan Sang Bisma!”

Maka, berdasarkan kesepakatan, Srikandi, istri Arjuna, yang harus menghadapi panglima Kurawa itu. Perang dahsyat pun kembali berkecamuk. Suara dan deru tank serta berondongan senjata seperti menggetarkan pintu langit. Bumi bergoyang seperti dihantam gempa berkekuatan 7,5 skala richter.

Dalam situasi perang yang dahsyat, Bisma tersentak ketika melihat Srikandi menuju ke arahnya. Sementara itu, di angkasa sukma Dewi Amba yang pernah disakiti hatinya oleh Bisma telah siap meraga sukma ke dalam tubuh Srikandi. Bisma sadar bahwa lembaran hidupnya akan segera berakhir. Ia berguman, “Dewi Amba, aku tak mungkin lari dari sumpahmu. Tapi, sebagai prajurit, aku tak akan membiarkan kemenanganmu dengan mudah kamu dapatkan,” tegasnya.

Situasi perang pun berbalik. Prajurit Pendawa berhasil merangsek dan mendesak prajurit Kurawa mundur ketika sebuah panah Srikandi berhasil menancap di dada Bisma. Tak lama kemudian, disusul panah Arjuna hingga mendorong panah Srikandi bagaikan sebuah paku yang dipalu panah itu menembus dahsyat ke punggung prajurit yang telah bersumpah untuk tidak menikah itu. Tubuh Bisma pun penuh dengan panah, hingga tubuhnya yang ambruk dan sekarat pun tidak sampai menyentuh tanah. Ia seolah-olah berkasurkan panah dengan kepala terkulai.

Seketika perang pun dihentikan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada prajurit agung yang amat besar jasanya pada keturunan bangsa Barata itu. Untuk sementara, pihak Kurawa dan Pendawa sepakat untuk menghentikan peperangan.

Dalam keadaan sakaratul maut, Bisma tersenyum lega karena telah memenuhi darma baktinya; rela gugur di medan Kurusetra di tangan perempuan yang pernah disakitinya, Dewi Amba yang menitis ke dalam tubuh Srikandi. Karena kepalanya terkulai, Bisma minta diganjal dengan tiga anak panah ke tanah. Kepala Bisma pun rebah tersangga oleh tiga anak panah itu. Ketika meminta minum, dia pun tak mau disuguhi arak dan anggur. Bisma cukup diberi air jernih yang memancar dari tanah yang jatuh persis di mulutnya dan dengan nikmatnya minum air langsung dari perut bumi itu.

Sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, Bisma menasihati Duryudana untuk berdamai dengan memberikan separuh negeri Hastina kepada Pendawa dan bisa hidup rukun, karena kepandaian Arjuna menandingi para Dewa. Duryudana mustahil sanggup mengalahkannya. Namun, dengan pongah, Duryudana yakin bakal memenangkan perang dahsyat itu. Walhasil, keesokan harinya perang dashyat pun kembali berkecamuk. Lantaran kekuatan Kurawa sudah jauh berkurang sejak gugurnya sang Bisma, Pendawalah yang diuntungkan. Dari hari ke hari, prajurit Pendawa selalu menyampaikan kabar kemenangan, hingga akhirnya perang yang tragis itu berakhir.

Tak tahu pasti, bagaimana kabar Mustafa Akbar, sang pengamat perang, yang dengan jumawa mengklaim bahwa Kurawalah yang akan keluar sebagai pemenang dalam perang besar Bharatayudha itu. Yang pasti, sejak kabar kemenangan Pendawa disiarkan di berbagai media, dia tak menampakkan batang hidungnya lagi di layar ajaib itu. (Tancep kayon). ***

Comments

  1. wah pak sawali memang dahsyat, menyitir dunia pewayangan untuk menyatir dunia nyata yang terjadi saat ini

    apa yang terjadi di masa lalu memang sering dijadikan panduan di masa kini dan yang akan datang
    .-= Baca juga tulisan terbaru budiono berjudul "Tak Ada Tahun Berulang" =-.

  2. Hanya satu kata saja pak “wa qul ja al haqqu wa zahaqol batil” = ketika datang kebenaran maka lenyaplah kebatilan

    • setuju banget, mas. orang tua kita juga bilang: “sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti”. kejahatan pasti akan berhasil ditumbangkan oleh kebaikan dan kearifan.

  3. mantap tulisan pak guru yang satu ini ..
    @budiono: sitiran pak sawali semoga menggugah bangsa ini
    @arif: yakinlah bahwa kebenaran pada akhirnya akan menang, bila tidak di dunia, maka di akhirat itu sesuatu yang mutlak adanya
    ada lagi kutipan ayat:
    “kam min fiatin qoliilatin ghalabat fiatan katsiiratan biiznillaah..”
    betapa sering kelompok kecil bisa mengalahkan kelompok yang besar (QS Al-Baqarah:249, ketika Allah menceritakan bagaimana Thalut dan Daud (David) beserta pasukannya yang posturnya kecil dan jumlahnya sedikit bisa mengalahkan Jalut (Goliath) yang posturnya raksasa dan jumlah pasukannya sangat banyak.
    jadi, apakah saat ini akan muncul lagi David vs Goliath yang kesekian kalinya?

  4. Meskipun saya nggak hafal nama-nama wayang, namun setiap ada cerita tentang wayang saya menyukainya!

  5. bharatyudha sering dikenal cuma adegan perang itu ya? itu pun samar-samar. soal bharatyudha aku cuma tahu anggota pandhawa. itu aja! dikit banget kan..
    kenapa perang itu terjadi dan strategi-strateginya bisa dijelasin gak ya?

    • hmm … konon ada 2 peristiwa besar dalam pewayangan sbgm yang dimuat dalam babat mahbharata dan ramayana. setiap peristiwa mengandung latar belakang yang berbeda, tapi sesungguhnya mengandung muatan yang sama, yakni perang antara kebathilan dan kebenaran. baik mahabharata maupun ramayana mengandung berbagai adegan yang tragis dan memilukan. sungguh panjang peristiwanya.

  6. Cerita yang menarik. Pelajaran tentang memperjuangkan kebaikan seharusnya tidak gentar melawan kejahatan. Karena kebaikan sejatinya tak bisa dikalahkan dengan kejahatan. Terima kasih. 🙂

    • terima kasih atas apresiasinya, mas. saya kira menang demikian, setiap peristiwa dalam perang besar selalu menyisakan saripati kehidupan yang layak direnungkan.

  7. betul betul dasyat perumpamaannya,…. hehehehe… ini pelajaran yang berharga buat kita semua, dengan segala kelebihan yang ada pada diri kita belum tentu bisa membuat kita menang pada segala hal,…
    .-= Baca juga tulisan terbaru dameydra berjudul "Pelatihan Operator DAPODIK Sekolah di Ngawi" =-.

  8. pandawa yang terasing itu kalo sekarang siapa ya pak? satrio piningit indonesia itu kira2 siapa ya..penasaran saya..yang jelas bukan surya paloh khan…haaaa

    • hehe … ini murni konteks pewayangan, mas boyin. kalau toh ada kemiripan dg peristiwa kekikinan itu semata-mata faktor kebetulan semata.

  9. Dibalik kelembutan seorang wanita tersimpan kekuatan yang dahsyat, kebenaran pastilah akan muncul sebagai pemenang meski menunggu waktu yang cukup lama

    • betul sekali, pak sholeh. itu tercermin dari kehebatan srikandi yang berhasil menaklukkan panglima kurawa, bhisma, yang tangguh dan hebat itu.

  10. :-?Aku og masih belum paham ya. Emang ada hubungannya ma pemerintahan, Pak? Hidup Srikandhi! Lhoh. @-)

    • hehe … ini murni cerita wayang model slengekan. kalau toh ada kemiripan dengan peristiwa kekinian semata2 hanya faktor kebetulan semata.

  11. pandai politik di gedung DPR tak ubahnya toko perwayangan yang ribut masalah itu2 saja, kapan selesainya,
    sedangkan di belahn bumi lain (England) mereka sibuk menarik JAZZ karena satu nyawa yang terlempar ke Akherat, sedangkan di tanah air kita?, tiap hari berita anak jatuh dari RUSUN tak pernah disentuh,, apa memang harta sudah menutupi kemanusian kita..
    😕
    .-= Baca juga tulisan terbaru Yunus Chalim berjudul "Rocker Beriman" =-.

  12. wahh gwe suka nuyyy ceritanya heheh

    berkunjung n ditunggu kunjungan baliknya makasih

  13. Cerita wayang memang merupakan cerminan kehidupan, dan karenanya pasti bakal dihadapi oleh manusia. Hanya saja masa dan pelakunya saja yang berbeda, selebihnya sama saja. Tak terkecuali kisah Bharatayuda ini, yg pada era sekarang dapat muncul juga di dunia politik. Kurawa mungkin bisa naik ke tampuk pemerintahan, tapi Pendawa tidak akan tinggal diam. Saat rakyat menjerit di bawah kaki Kurawa, maka di saat itulah Pendawa akan menyerbu dan menyuarakan kebenaran.

    Salut untuk Pak Sawali yang menggambarkan cerita ini dengan sangat baik dan menarik. 😀

    • wah, terima kasih banget tambahan infonya, bung eko. kisah pewayangan, meski tercipta pada era walmiki dan wiyasa, memang masih cukup relevan dan kontekstual dengan peristiwa kekinian.

  14. sepertinya dalam segala segi cerita dari pewayangang selalu bisa dikaitkan dengan situasi dan kondisi apapun dan dimana pun 😀

    lalu kemanakah perginya mustafa akbar itu? apakah dia akan kembali lagi memberikan pendapatnya atau malah akan membuat konfrensi pers bahwa kurawa-lah yang akan selalu menang dlam setiap peperangan (doh)

    mantep pak ceritanya plus kait mengaitkannya 🙂

    • hehe … ini juga sekadar sentilan buat para pengamat yang seringkali kurang independen, mas addi, hehe …

  15. Ki Mustaka Akbar alias Ki Gede Endase sepertinya senasib dengan Roy Suryo…
    Kepakarannya telah dikalahkan oleh prediksi jitu Ki Lembah Manah…
    Kebenaran pasti dan seharusnya menang…

  16. Sudah tau kalau pemerintahannya salah, tapi tetep saja dibela, tambah lagi melawan saudaranya. Apa masih relevan kalau diterapkan saat ini?

    • hehe … itu potret dalam dunia pewayangan yang agaknya bisa kontekstual kalau dikaitkan dengan persoalan sosial saat ini, mas.

  17. kunjungan malam hari… ingin minta follownya dari sobat blogger yang sudah top ini… terimakasih atas partisipasinya.. biar gak paki L silahkan Klik di sini aja program 1001 komentar, berprtisipasilah

  18. Sip nih ceritanya. Inget dulu wktu kecil sering d ajak Alm Ayah nonton wayang Jawa timuran.. 🙂

  19. maaf pak
    saya kurang paham tentang pewayangan

    namun, sedikit banyaknya saya mencoba mencerna ilustrasi yang pak guru tuliskan…

  20. weleh2, kalo di kampung saya ada orang nanggap wayang, jadi ngantuk saya, 😀 padahal jowo asli 😀

    salam ngeblog
    .-= Baca juga tulisan terbaru ofaragilboy berjudul "Sibuk …….!!!" =-.

  21. Selamat pagi sahabatku
    Saya datang lagi untuk mengkokoh-kuatkan tali silaturahmi sambil menyerap ilmu yang bermanfaat. Semoga anda hari ini lebih baik dari kemarin.

    Saya juga mengundang sahabat untuk mengikuti acara Jambore on the Blog dengan tali asih yang menarik dan bermanfaat. Silahkan bergabung di http://mbahcholik.info/2010/01/31/jambore-on-the-blog/
    Terima kasih
    Salam hangat dari Surabaya

    • selamat pagi juga, pakdhe. wah makaih banget infonya. saya harus banyak belajar dari pakdhe nih ttg dunia blog.

  22. hehehe .. pinter sekali pak guru membuat istilah-istilah perwayangan dan menerapkannya lakon-lakon tersebut ke aktor dunia nyata … paling tidak saya tahu banyak tokoh wayang sekarang, hihihihi :d
    .-= Baca juga tulisan terbaru gadgetboi berjudul "Ubuntu menendang google, mengandeng yahoo" =-.

    • doh, ini hanya sekadar cerita slengekan, mas. kalau ada kaitannya dg dunia nyata, semata2 faktor kebetulan saja, hehe …

    • hehe …. memang sulit mencari sosok bsima di dunia nyata, kang bud. siapa yang mau meninggalkan harta, tahta, dan wanita, haks.

  23. Haruskah ada srikandi untuk menyelesaikan prahara yang melanda negeri ini. Analoginya rumit tapi maknyuss…

  24. Salam super-
    Salam hangat dari pulau Bali-
    menarik sekali artikel anda..
    saya comment dulu baru baca ya…

  25. wahhh ampun deh kalo tentang perwayangan 😮
    tp saya ttp membacanya mskpn g begitu paham :)>-

  26. Pak Dhe memang suka cerita wayang ya..? wah, jadi inget embah dirumah..
    Embah saya juga suka cerita wayang..

    • oh, ya, salah satu stasiun TV beberapa waktu yang lalu (hampir) setiap minggu menayangkan pentas wayang kulit, mbak.

  27. bisa dijadikan perumpamaan dan pembelajaran mas… nice 🙂

  28. Lakon sudah pasti menang. hehehe.. Mungkin di negeri ini pada akhirnya yang benar akan menang, dan salah pasti ketahuan salah..
    .-= Baca juga tulisan terbaru Anas berjudul "New Variant Virus Edd.exe" =-.

    • hehe … itu memang kesan umum yang sering terjadi dalam lakon klasik, mas anas. ada juga loh dalang yang bersikap sebaliknya.

  29. Saya kagum sekali dgn tulisan2 mas tentang wayang. .Kita yg orang timur dgn budaya yg adiluhung seharusnya lebih menghargai budaya kita.
    Kita jgn terjebak dgn mengagung2kan budaya asing yg cenderung akan memecah belah kita.

    • setuju banget, mas nyoman. tapi utk tulisan wayang di blog ini hanya sekadar slengekan, mas, yang ditulis sedikit nakal dan mbeling, haks.

  30. informasi yang tepat dan akurat dapat menjadi penentu dalam “peperangan”, dan itu dimiliki oleh Kresna tentang Bisma.

    membaca ini terasa sedang nonton wayang benaran, biarpun tidak diinterpretasikan tetap menarik sebagai suatu cerita.
    .-= Baca juga tulisan terbaru HE. Benyamine berjudul "PILKADA 2010: IKLAN POLITIK RUDY ARIFFIN" =-.

    • hehe … biasa sajalah, bang ben. hanya sekadar tulisan slengekan belaka, kok, sambil sentil sana-sini, haks.

  31. neo

    sudah lama tidak baca cerita perwayangan.. *kayanya saya bisa belajar dari anda* o:-)
    .-= Baca juga tulisan terbaru neo berjudul "Kartini Masa Kini" =-.

  32. kira-kira siapa srikandi yang akan hadir dalam dunia wayang negeri kita, pak satu?

    wah, pak satu memang dahsyat dalam menuliskan kisah pewayangan sebagai analogi dari kehidupan moderen. sering-sering membaca kisah wayang, lama-kelamaan saya jadi mengerti juga, walaupun masih sedikit.

    terima kasih ya, pak.
    .-= Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul "No Idea" =-.

    • widih, mbak yulfi bisa saja, nih. tulisan ini biasa saja, kok. secara tersirat, lakon ini sesungguhnya juga ingin mengangkat ttg kesetaraan gender, mbak, hehehe …

  33. Wah asyik juga Pak Sawali kalau jadi dalang. Negeri kita jadi negeri pewayangan. Tapi Pak saya tidak akarab dengan dunia wayang ini. Mohon izin untuk dicopy ya, bacanya belum tamat.
    Terima kasih.
    Salam

    • hehe … mas azis? ini hanay sekadar kisah slengekan, kok, haks. mangga kalau mau dikopas. matur nuwun.

  34. sedap nih saya baca yang ginian.. benar2 serasa di Indonesia 🙂

  35. saya mau nanya nh mas..
    sebenarnya cerita tentang mahabarata itu sejarah nya indonesia apa sejarahnya india…

    makasih ya…

    • hmmm …. ada banyak versi kisah mahabharata dan ramayana, mas. kalau dilihat dari sumber aslinya, konon, kedua epos itu karya besar pujangga india bernama viyasa dan valmiki.

  36. Aku mau nanya pak sebenar’a
    Cerita Mahabrata ini pernah terjadi/ apa hanya cerita saja & berasal dari siapa awalnya cerita ini..???

    Makasih,
    di tunggu jawabannya..:)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *