Kreativitas Penciptaan: antara Kekuatan Personal dan Atmosfer Komunitas

Sesungguhnya, kreativitas penciptaan, khususnya dalam dunia kepenulisan, merupakan wilayah personal, merdeka, dan otonom. Bahkan, ada yang meyakini bahwa dunia kepenulisan merupakan “dunia panggilan” yang sangat erat kaitannya dengan bakat dan talenta. Konon, tanpa bakat dan talenta, seseorang tak akan pernah memiliki “dunia panggilan” sebagai seorang penulis besar. Benarkan demikian?

danartoYa, ya, ya! Kalau kita mengikuti alur sejarah, seorang penulis besar memang dilahirkan oleh zamannya. Almarhum Pram, misalnya, dia menjadi besar justru karena mengalami berbagai peristiwa kelam yang sarat dengan penindasan dan tekanan. Perpaduan atmosfer represif yang terus menderanya, ditopang minat besar dan semangat perlawanan yang luar biasa, diakui atau tidak, telah membawanya pada suasana kreativitas yang menggelora dan membadai dalam kepekaan imajinasinya. Dalam suasana tertekan, Pram justru terpacu untuk memburu jatidiri lewat jalan pena yang bertahun-tahun digelutinya. Namun, sebelum melahirkan karya-karya masterpiece, adakah orang yang berani menjamin kalau Pram memang memiliki bakat dan talenta menulis? Bisakah diketahui dengan pasti bahwa si Polan adalah seseorang yang punya bakat besar di bidang kepenulisan sebelum melahirkan teks-teks kreatif yang meluncur dari tangannya?

Bisa jadi memang ada pengaruh bakat atau talenta sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir ketika seorang penulis menyandang nama besar. Namun, mereka diyakini tak lahir begitu saja sebagai seorang penulis, tetapi melalui sebuah proses. Bahkan, bukan mustahil bakat itu jadi sia-sia kalau tak diasah, dipertajam, atau dikembangkan lebih lanjut. Yang justru akan menjadi kendali seorang penulis adalah minat dan semangat besar, ditopang dengan ketekunan untuk mengasah kemampuan dan menggali potensi diri hingga talenta itu benar-benar mencuat ke permukaan. Pengalaman literer dinilai juga memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap serajat kepengarangan seseorang. Secara otodidak, mereka mencoba mengakrabi berbagai bacaan berbobot literer tertentu sehingga secara tidak langsung menempa kepekaan intuitifnya atau mengembangkan daya jelajah imajinatifnya.

Yang tidak kalah penting, jelas atmosfer kreativitas yang mendukungnya. Atmosfer kreativitas tak selalu identik dengan suasana kemanjaan dan kemerdekaan berkreasi. Situasi yang serba tertindas dan tertekan bisa juga dimaknai sebagai sebuah atmosfer kreativitas yang bisa mendorong seseorang untuk terus berkarya sebagai upaya untuk mendapatkan legitimasi kepenulisan di tengah deraan nasib yang menelikungnya.

Dalam konteks demikian, betapa perlunya menciptakan atmosfer kreativitas sebagai media untuk membangun ruang-ruang berkreasi, khususnya bagi calon-calon penulis. Mereka butuh banyak asupan kreativitas dari orang-orang sekelilingnya untuk memacu semangat dan “adrenalin”-nya dalam mengasah potensi yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, lahirnya kantong-kantong dan komunitas-komunitas sastra bisa dimaknai sebagai upaya untuk menciptakan atmosfer kreativitas itu; bukan lantaran sikap latah, apalagi sikap berkenes ria. Dengan kata lain, kehadiran kantong dan komunitas sastra bukan dimaksudkan untuk menggiring sang penulis ke dalam ideologi atau ikatan primordial tertentu. Sebagai sosok yang merdeka dan otonom, sang penulis tetap memiliki kekuatan personal untuk terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan karakter dan kekhasan dirinya.

Dalam sebuah obrolan dengan penulis pemula, saya digelisahkan oleh lontaran pendapatnya yang cukup menggelitik untuk dicermati.

“Waktu di SMP dan SMA saya merasa kesulitan menemukan tempat yang nyaman, yang bisa memacu saya untuk belajar menulis. Rata-rata, orang di sekeliling saya cuek dan tak peduli. Saya sangat merindukan sebuah pertemuan yang bisa memberikan saran dan kritik terhadap tulisan-tulisan saya. Namun, selama ini saya belum menemukannya, hingga akhirnya setelah saya bekerja, saya berpendapat bahwa saya memang tak berbakat menjadi seorang penulis!”

Dari nada bicaranya, saya menangkap kesan kuat betapa seorang calon penulis, sebut saja Wulan, amat membutuhkan atmosfer sebuah komunitas yang bisa terus mengasah kepekaan intuisi dan imajinasinya. Memang benar, selama ini seorang pengarang dengan kekuatan personalnya bisa melahirkan karya-karya besar, tanpa harus melalui jalan komunitas. Melalui pengalaman-pengalaman literer dan semangat besarnya, mereka bisa eksis berkreasi hingga tak jarang sanggup melahirkan karya masterpiece. Namun, sungguh, alangkah naifnya apabila kita gagal menyediakan sebuah komunitas yang nyaman buat calon-calon penulis akibat keasyikan kita memburu jatidiri. ***

109 Comments

  1. saya kalo kepingin dapat asupan gizi kreativitas (nggak cuma nulis ya…)…malah senengnya jalan-jalan pak, liat-liat jalanan, perilaku orang, liat pameran, ngobrol…

    tapi komunitas memang perlu…biar kita bisa ketemu guru dan juga sparring partner 😀 terlatih jadinya…

    Baca juga tulisan terbaru geRrilyawan berjudul BOLONG…

  2. komunitas merupakan sarana tukar ide dan pikiran yang berwarna-warni, hingga memunculkan berbagai kreativitas. ibarat ratusan lidi ketika diikat dalam satu benda yang bernama sapu, maka ia akan menjelma kekuatan besar dibanding hanya seutas lidi semata..

    Baca juga tulisan terbaru pensiun kaya berjudul Ulasan pagi 12 Mei 2009 – Back to Basic

  3. DV

    Sepertinya intinya adalah seorang berkarya membutuhkan lingkungan yang mendukung, termasuk lingkungan yang menekan pada akhirnya justru terbaca sebagai sebuah “dukungan” ya Pak Sawali?

    Saya pernah dan selalu merasakan seperti itu, Pak.
    Kalau pas masih santai, wah biasanya kerjaan ndak kelar-kelar, kalaupun kelar hasilnya jelek, tapi pas sedang tertekan, diburu deadline, kreativitas muncul.

    Entah ini baik atau buruk, tapi sejauh “dibaca” oleh klien sebagai sesuatu yang baik ya ndak papalah hehehe

    Baca juga tulisan terbaru DV berjudul Make Love, no Goodbye

    • @DV,
      hehe … agaknya setiap orang punya “mood” yang berbeda dalam berkreativitas, mas don. saya kira mas don ndak salah kok ketika kreativitas muncul justru ketika diburu deadline,hehe …

  4. Arifudin

    Ya, betul. Kadang memang kita perlu seseorang untuk sekedar diajak ngobrol2 waktu karya kita perlihatkan.

  5. menurut saya pribadi semua orang punya kreatifitas menulis. hanya dia mau mengeksplorasi atau tidak. para blogger sudah pasti bisa menulis. menulis yang bagus tidak harus berupa sastra seperti masa lalu. malah harus membuat trend sendiri untuk menandai jaman 😉

    Baca juga tulisan terbaru DETEKSI berjudul Jawa Pos Online Update Pukul 10.00

  6. Kreativitas Penciptaan: antara Kekuatan Personal dan Atmosfer Komunitas

    Waduh Pak Sawali…
    Dari Judulnya saja aku wis berat, opomaneh isinya yang panjang…
    Tilik keslametan waelah!
    Nek comment mengko ndak malah klera-kleru.
    Suk nek pas aku mudeng wae…

    Baca juga tulisan terbaru marsudiyanto berjudul Tanggal, Bulan dan Tahun

  7. kata orang, bakat hanya memberi konstribusi 1 % selebihnya adalah usaha.usaha.usaha. salah satunya dengan menjalani proses kehidupan seperti yang pak sawali urai.
    Pengalaman saya baru dapat ide jika aktif dan selalu berkreasi. jika duduk diam, merenung, mencari ide malah gak dapat2. bawaannya melamun terus. untung gak sampai kesambit 😀

    Baca juga tulisan terbaru novi berjudul Bangunan Stren Kali Pantas digusur?

  8. pernah seorang teman berkata pada saya, belanja ide, bisa belanja di shopping stasiun trotoar lampu merah bahkan dilingkungan rumah sendiri. yang penting membiasakn menulis sebagai sesuatu yang mengasikkan.

    dan menulis bagi saya apapun bentuknya adalah berkesenian, sampai tulisan-tulisan di plakat para demonstran itu juga saya anggap berkesenian..

    Baca juga tulisan terbaru senoaji berjudul Jangan takut kepada gelapnya malam yang temaram benderam tanpa nyepam. Karena ada GENTAYANGAN yang akan bertandang sebelum titik dan com. LMAO

    • @senoaji,
      wah, bagus banget tuh, mas seno. kalau setiap orang berpandangan bahwa menulis itu sebuah aktivitas berkesenian, pasti menulis menjadi aktivitas yang menyenangkan dan mengasyikkan.

  9. saya merasakan betapa sulitnya menyatukan ide/keinginan dalam sebuah wadah yang namanya komunitas dan itu masih berproses sampai sekarang.

    Baca juga tulisan terbaru antokoe berjudul Ngajak NgeBLOG

    • @antokoe,
      hehe … komunitas bukan utk menyatukan atau menyeragamkan pendapat kok, mas anto, tapi sbg media utk menciptakan suasana yang mampu memacu kreativitas.

  10. saya pengin menulis saya pengin bicara atmosferpun memberi banyak ide tapi mengapa tak bisa tertuang atau terlontar juga?
    aku seorang pengecut dalam ide-ideku

  11. sepakat pak …
    klo bisa yang sudah senior juga bisa memupuk benih2 penulis yang laen 🙂

    Baca juga tulisan terbaru afwan auliyar berjudul Liar Game

  12. namun sayang kreativitas sekarang makin susah untuk menunjukkan keasliannya begitu banyak plagiat dengan berbagai dalih…jadinya banyak mematikan rkeatifitas yang ada…

    tapi semoga masih ada ide-ide yang murni hasil karya kita sendiri

    so menghargai itu penting emang

    Baca juga tulisan terbaru Omiyan berjudul KPK Tanpa Antasari Ashar Masih Punya Taring

    • @Omiyan,
      wah, repot juga kalau kreativitas hanya sebatas upaya utk melakukan plagiat. kalau komunitasnya ada, hal itu pasti bisa dibuka dan dijadikan wacana diskusi bahwa plagiasi itu justru menghancurkan lreativitas itu sendiri.

  13. dan pak sawali akan menyediakan komunitas itu? saya akan daftar 🙂

  14. “Waktu di SMP dan SMA saya merasa kesulitan menemukan tempat yang nyaman, yang bisa memacu saya untuk belajar menulis. Rata-rata, orang di sekeliling saya cuek dan tak peduli. Saya sangat merindukan sebuah pertemuan yang bisa memberikan saran dan kritik terhadap tulisan-tulisan saya. Namun, selama ini saya belum menemukannya, hingga akhirnya setelah saya bekerja, saya berpendapat bahwa saya memang tak berbakat menjadi seorang penulis!”

    Syndrome ini juga pernah menimpa saya….

    Baca juga tulisan terbaru Xitalho berjudul Kenali Dirimu

  15. lok menurutku, ada bakat ato gak, itu hak begiry penring, yang penting ada usaha dan kemauan untuk berisaha agar kita bisa.

    tanpa ada usaha dan kemauan itu, biarpun didukung bakat yang bagus, jug agak akan ada gunanya…

    Baca juga tulisan terbaru alief berjudul Monas…, Aku Datang……

    • @alief,
      nah, begitulah, mas alief. saya kira bener banget. betapapun hebatnya bakat dan talenta seseorang kalau ndak pernah dikembangkan, bakat dan talenta itu jadi sia2.

    • @antown,
      hehe … bener juga itu, mas anto. konon ada seorang filsuf bilang, semakin kita tahu, semakin banyak pula hal yang tidak kita ketahui.

    • hehe … kalau gitu ciptakan terus situasi kepepet itu, mas heri, hehe … ok, sama2, mas. sukses kan acara pelatihannya?

  16. salah satu pemicu untuk lebih baik disamping talenta kreativitas dan proses, adalah feedback, akan lebih bisa diejawantahkan memang jika ada dukungan komunitas ataupun minimal feedback yang bersahabat dan membangun, serta ritual pertemuan untuk saling mengkayakan persepsi maupun informasi untuk bisa diolah bersama atau apapun yang bersifat saling, entah saling mengisi, saling pancing ide, panas-panasan update informasi dan lain sebagainya, saya juga pengin ada suasana seperti itu, karena sebenarnya menulis dan membaca adalah juga proses belajar itu sendiri…

    Baca juga tulisan terbaru suryaden berjudul character assasination

    • iya, mas surya, saya sepakat banget. feed-back memang sangat dibutuhkan, terutama utk mengetahui kekurangan2 sebuah tulisan. upaya saling gosok dan gesek seperti inilah yang perlu ditumbuhkan dalam sebuah komunitas.

  17. Lebih ke bertanya, Pak.
    Komunitas penulis, khususnya komunitas online, adakah yang disertai pengasuhan, Pak? Jangan-jangan seperti kehidupan blogging gini, ada tulisan, ada komentar, sekedar apresiasi saja, minim pengasuhan secara moril maupun teknis, terlebih kaderisasi.

    Baca juga tulisan terbaru dhoni berjudul Human Capital, in Such of a Theory

    • ada kok mas doni, misalnya saja web penulislepas.com. di sana ada model pengasuhan dan pembimbingan online. tapi utk postingan ini lebih difokuskan pada komunitas offline.

  18. kadang kreatifitas dapat tersendat gara-gara mood
    sehingga terasa hanyalah ide-ide hambar..
    alangkah baiknya mas sawali memberikan tips-tips agar seseorang dapat berkonsentrasi agar mendapatkan ide-ide yang diinginkan yang sebelumnya tidak ada gambaran sama sekali

    Baca juga tulisan terbaru annosmile berjudul Monumen Palagan Tumpak Rinjing yang terlupakan

    • hehehe … terima kasih masukannya, mas anno. tapi sesungguhnya saya sedang membicarakan hasil diskusi usai pentas musikalisasi puisi yang tengah membicarakan perlu tidaknya sebuah komunitas dan jejaring dalam dunia sastra.

  19. jaman sekarang rasanya lebih mudah menemukan atmosfir itu, komunitas blog salah satunya.
    mungkin saya tidak berbakat jadi penulis, tapi saya senang membaca karya sastra. karenanya saya senang membaca tulisannya pak sawali, atau daniel mahendra gitu 🙂

    Baca juga tulisan terbaru mascayo berjudul Megawati, Antasari, dan Flu Babi

    • hehe … terima kasih apresiasinya, mascayo. saya sepakat, utk mendapatkan atmosfer kreativitas bisa dengan membaca postingan teman2.

  20. waw kalo casual cutie kreatifitas didapat dari banyak membaca, jalan-jalan, nenangin diri (diem sendiri di suatu tempat buat nenangin pikiran), masak, nge blog, dll…yang penting punya usaha dan kemauan yang keras untuk mengembangkan tingkat kreatifitas dan bakat kita yang terpendam.

    Baca juga tulisan terbaru casual cutie berjudul Shu Uemura Tokyo Lash Bar

    • mantab juga tuh cara2 mbak cutie dalam menciptakan atmosfer kreativitas, apalagi jika didukung dengan usaha dan kemauan yang keras. pasti hasilnya oke!

  21. terkadang orang yang mempunyai bakat belum tentu arif mas. kebanyakan lebih mempedulikan diri sendiri.
    malah orang yang tekun lebih bijaksana dan peduli terhadap yang lain.
    jadi tergantung orangnya, mau berusaha untuk mengembangkan diri atau tidak dan mau peka terhadap sosial dan lingkungan sekitar.

    Baca juga tulisan terbaru Ansyah berjudul Antara http://www.iroel.web.id, http://www.sawali.info dan hidden scriptnya http://www.0fees.net dengan Pindahnya http://www.ansyah.com

  22. Saya ingat pada saat SMP dan SMA dulu, tugas mengarang adalah tugas yang paling saya tidak suka. Sukar sekali mau membuat sebuah karangan. Eh, giliran saat kuliah, saya paling suka ngarang. Setiap kali UTS atau UAS, saya paling demen ngarang dalam menjawab soal ujian :))

    Kekurangan guru Bahasa dan Sastra Indonesia saat SMP dan SMA yang saya alami adalah para guru itu tidak pernah mencoba membahas mengapa karangan si murid dapat nilai seperti yang tertera. Umpan balik yang didapat siswa hanya nilai yang mungkin tidak menjelaskan apa pun.

    Saya kira, seperti blogger yang memiliki komunitas, penulis yang memiliki usia kehadiran lebih tua daripada blogger juga memiliki komunitasnya sendiri. Tinggal calon penulisnya sendiri apakah aktif mencari tahu keberadaan komunitas tersebut atau tidak.

    BTW, saya setuja-setuju saja apabila Pak Sawali menginisiasi penyediaan komunitas penulis itu. Tentu akan makin banyak penulis mula yang segera muncul menjadi penulis-penulis kawakan.

    Baca juga tulisan terbaru Kombor berjudul Koalisi Partai Demokrat Koalisi Timun Wungkuk

    • terima kasih support-nya, mas arif. tapi sesungguhnya ini utk komunitas secara offline, kok, mas, dalam lingkup kecil2an, agar kegelisahan yang selama ini dirasakan oleh penulis pemula bisa tersalurkan lewat pertemuan2 rutin di komunitas itu.

  23. kalau boleh disimpulkan dan ditarik hikmahnya, jangan merasa terpasung dalam kondisi yang membatasi ya, pak? pengalaman memperlihatkan bahwa kreativitas tidak akan surut dalam keadaan yang tidak mendukung, walaupun kondisi yang kondusif tentunya akan menyuburkan dan menjadi katalis dalam proses kreatif seseorang. tapi itu pun bila orang yang bersangkutan memiliki motivasi intrinsik yang besar pula.

    • iya, betul banget, mbak yulfi. konon, motivasi intrinsik itu amat besar pengaruhnya terhadap terwujudnya keinginan dan harapan seseorang.

  24. Kreatifitas awalnya krn brani memulai, salah bgmpun jg tetap d mulai, lambat laun kan blajar, nah hasil dr blajar itulah tumbuh kreatifitasnya

    • sepakat banget, mas nopi. kalau ndak ada keberanian memulai, kreativitas bisa jadi ndak akan pernah muncul.

    • walah, mbak ifa bisa saja nih. jangan merendah begitu dong! kirain yang mirip ceker ayam ketikan komputernya, hehe …

  25. Saya terlanjur ra mudengan,maka saya belajar dari ra mudengan dan kebodohan saya.
    Namun sayang kemerdekaan untuk menulis belum benar-benar tercipta sehingga harus menguntai kata agar berkesan lebih indah dalam makna yg tersamar. (takut ketangkep maksude Pak..ehehehehe..).

    Dengan kebebasan mengalir di sungai yang besar akan mempermudah air cepat sampai ke samudra..

    • lagi2 sangbayang suka merendah. saya baca postingan2nya selalu menarik, indah, dan sarat renungan. kadang2 situasi reperesif malah melahirkan karya2 bagus.

  26. Meski saya menulis awuran yang penting nulis terus aja pak,biarkan orang mengkritik sebab dari kritik itu akan memacu untuk cepat berubah dan menemukan karakter..
    Tp ene maseh mungkin lo Pak..ehehehehe..

    • betul sekali, seperti apa yang pernah dikatakan alm. pram. resep jadi pengarang itu konon ada 3, yakni menulis, menulis, dan menulis, hehe ….

  27. di solo, atmosfir komunitas jadi penting. bagi saya pribadi, berkomunitas sangat menunjang produktivitas. apalagi model berkomunitas saya di Kabut Institut sangat unik, beda dg komunitas kebanyakan, sehingga jauh lebih menunjang!

    Baca juga tulisan terbaru haris berjudul Jalan dan Spiral Kebisuan

    • wah, kalau sebuah komunitas benar2 diberdayakan, agaknya juga akan sangat besar manfaatnya bagi pengembangan dunia kepenulisan, mas haris. btw, Kabut Institus itu komunitas di kampus, yak?

  28. Betul pak, ide menulis atau kreativitas bisa muncul dalam lingkungan apapun. Ditengah hiruk pikuk terkadang malah muncul membuat ide penulisan yang menggambarkan situasi itu.
    Yang penting jangan membatasi diri sendiri (komentar sok tahu…lha saya menulis ya baru latihan di blog …hahaha)

    Baca juga tulisan terbaru edratna berjudul Pengalaman selalu menyisakan pembelajaran

    • walah, ndak sok tahu kok, bu, memang setiap orang punya “mood” yang berbeda-beda. adayang butuh suasana sepi, tapi tak jarang dalam situasi ramai malah muncul keinginan utk menulis.

  29. wah pak dhe guru berhati mulia
    menyediakan tempat buat para penulis

    • walah, mas suwung senengnya kok husnuzon, hehehe …. ini hanya diskusi kecil soal perlu tidaknya sebuah komunitas. itu saja, kok, hehe …

    • betul banget, mas okta. sambil ngobrol, minum kopi, lalu mbahas karya, yang lain termotivasi utk menulis.

  30. Adi

    Emang bener kayaknya pak.
    Orang yg emang dari lahir punya bakat mungkin g begitu memerlukan lingkungan kondusif untuk mendukung perkembangan bakatnya, tapi bagi pemula sangat penting artinya…

    Baca juga tulisan terbaru Adi berjudul Menghapus /category/ dari Struktur Permalink

    • wah, itu dia, kita kan belum tahu seseorang itu berbakat atau tidak sebelum menghasilkan karya. makanya, komunitas diharapkan bisa menjadi wadah penggalian potensi dan talenta.

  31. Salam
    Mungkin atmospher yang dibutuhkan tiap orang untuk memacu kreativitasnya masing-masing beda kaliya Pakde..tergantung kebiasaan dan kenyamanannnya, ya itu tadi ada yang merasa harus bergabung dengan komunitas ttt, ada yang pandai berkontmeplasi sendiri..banyak-banyak cara sepertinya ya Pakde 🙂

    • iya, bener banget, mbak ney. utk penulis yang sudah jadi agaknya ndak begitu membutuhkan komunitas. tapi bagi penulis pemula agaknya sebuah komunitas akan sangat membantu mereka dalam menciptakan atmosfer kreativitas.

  32. KIRA2 BISA JADI PENULIS GAK YA PAK.. MENGINGAT diri saya jarang atau bhkan tidak pernah berada dalam lingkungan mereka yang hobi nulis….

    Baca juga tulisan terbaru ircham berjudul Koalisi Blogger

    • @saifunalyoom,
      sepertinya begitu, mas, pas dg teori tabularasa. anak seperti kertas putih yang berselaput lilin. lingkungan yang akan sangat memengaruho sang anak dalam mengembangkan talenta dan kepribadiannya.

  33. salam, saya pengunjung baru. senang bisa menemukan blog ini.

    wah…. keduanya saya rasa penting, faktor pribadi akan menentukan apakah dia mau berjalan atau tidak dlm situasi apapun. sedangkan atmosfir akan mempengaruhi seberapa cepat dia akan berjalan, berlari, atau hanya merangkah, bahkan justru membuat terdiam.

    Baca juga tulisan terbaru Muntoha berjudul Membangun Kembali Motivasi (2)

    • @Wandi thok,
      update harian? maksudnya mesti update setiap hari? hehe … boro2 setiap hari, pak, dua hri sekali bisa istikomah itu sdh bagus, kok, hehe … maklum, mesti ngelola 5 blog, hehe ….

  34. Salam buat Mr. Apdet pak. Ini pas login. nek ora nganggo jeneng sakarepnya sendiri kok pak. (CSDW, Wong Bingungan, Gue Esteler, dsb), soale jenengku ketok ndeso bangat kok pak 🙄 Ben gaul dikit. (Sing penting ora nduwe niat menggauli) 😀

    ******* Memang ada resikonya ya pak? *******
    Aku juga bingung ama diriku sendiri kok pak. Tapi suka ngrusui tanggane 😀

    Baca juga tulisan terbaru Wandi thok berjudul The play setan

    • @mathematicse,
      iya, pak, konon bakat tdk semata-mata menjadi penentu sukses seorang penulis. yang lebih utama dari itu semua adalah menulis, menulis, dan menulis, hehe ….

  35. Apakah seorang penulis besar harus mengalami lagi peristiwa dahsyat dalam hidupnya sehingga lahir karya-karya besar? Harus hidup dalam komunitas kepenulisan yang kental? Mungkin tidak harus. Tapi, nyatanya, banyak para penulis besar itu lahir setelah mengalami berbagai peristiwa tragis dan bergaul dalam komunis penulis.

    Baca juga tulisan terbaru racheedus berjudul Maaf, Aku Tak Mampu Mendua

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *