Awalnya hanyalah sebuah keisengan. Gagasan, pemikiran, ide, atau entah apa pun namanya yang sering menyesak di kepala saya butuh ruang dan media publikasi. Mengandalkan koran sebagai ruang publikasi, ternyata tidak selalu cukup untuk menampung pemikiran-pemikiran naif saya. Saya tak punya kesanggupan sepenuhnya untuk menundukkan selera dan otoritas redaksi dalam menyortir dan menyeleksi tulisan yang hendak dimuat. Walhasil, saya pun iseng membuat blog pribadi. Melalui blog, kapan dan di mana pun –sepanjang terkoneksi internet– saya bisa menulis sekaligus memublikasikannya tanpa harus dibatasi kriteria yang njlimet dan rumit. Masalah tulisan saya disukai pembaca atau tidak, itu persoalan lain. Kalau ada pengunjung yang menyukainya, saya anggap sebagai sebuah berkah. Pun toh kalau tak ada pengunjung yang mau meliriknya, setidaknya pundi-pundi dan arsip “perpustakaan virtual” di blog ini makin “gendut”. Siapa tahu suatu ketika ada juga yang kesasar setelah iseng-iseng memasukkan “kata kunci” di mesin pencari.
“Pulchrum dicitur id apprensio”, kata filsuf skolastik, Thomas Aquinas. Adagium yang berarti “keindahan bila ditangkap menyenangkan” itu menyiratkan makna bahwa keindahan (baca: tulisan) menjadi mustahil menyenangkan dan bermakna tanpa media publikasi. Tulisan mokal bisa dibaca dan dinikmati orang lain tanpa publikasi. Sebuah kesia-siaan –mohon maaf kalau dianggap berlebihan– apabila kepala kita dianugerahi Tuhan dengan seonggok otak yang demikian cemerlang dalam menjangkau ranah logika dan imajinasi yang (nyaris) tanpa batas hanya dibiarkan membeku dan memfosil di balik tempurung kepala kita. Ini artinya, menulis termasuk bagian dari “fitrah” kemanusiaan kita sebagai mahluk berpikir (homo sapiens) yang konon memiliki empat lapis alam pikiran, yakni ahamkara (ego atau keakuan), manah (naluri pikiran), buddhi (akal budi pikiran), dan chitta (kesadaran pikiran).
Pamor pemikiran cemerlang yang memancar dari balik gendang alam pikiran kita jelas tak akan bermakna apabila tidak bisa dirasakan manfaatnya oleh orang lain. Salah satu ikhtiar yang tepat dilakukan untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran cemerlang dari balik alam pikiran kita agar bermanfaat bagi publik adalah menulis. Melalui tulisan, kita bisa melakukan aksi-aksi kritis, memberitahu/mengajak/ membujuk/memengaruhi orang lain, menyuarakan nilai kebenaran, keadilan, dan kejujuran, menggiring opini publik, membangkitkan semangat, atau membangun optimisme. Syukur-syukur dikemas dengan balutan ragam bahasa yang indah dan komunikatif, sehingga bisa menghibur sekaligus berguna (dulce et utile) bagi orang lain.
Itulah sebabnya, menjelang akhir tahun 2011 ini, saya mencoba menguji nyali untuk menakar kesanggupan menulis satu hari satu postingan di blog. Dalam pandangan awam saya, menulis adalah “kebutuhan” seorang blogger. Ia tidak lagi dipahami sebagai sebuah kewajiban semata, apalagi dipaksa-paksakan. Menulis bagi seorang blogger bisa dianalogikan dengan kebutuhan makan atau minum untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat lahiriah. Menulis adalah aktivitas rutin seorang blogger dalam upaya memenuhi kebutuhan yang bersifat rohaniah. Jika kebutuhan ini terpenuhi, sang blogger akan mendapatkan “gizi” dan “nutrisi” batin yang akan mampu membangkitkan energi dan semangat baru. Mendapatkan kunjungan dan respon pengunjung, tampilnya postingan di halaman “bergengsi” sebuah mesin pencari, naiknya peringkat google, makin langsingnya peringkat alexa, atau apresiasi sebuah web direktori terhadap blog kita adalah bagian dari “gizi” dan “nutrisi” batin yang diperoleh seorang blogger.
Siapakah Sejatinya Blogger Itu?
Kosakata “blog” dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI) yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Depdiknas (2008) ternyata belum diakui sebagai sebuah entri. Yang bisa kita temukan adalah entri “web” dalam KBI yang mengandung pengertian: sistem untuk mengakses, memanipulasi, dan mengunduh dokumen hipertaut yg terdapat dl komputer yg dihubungkan melalui internet. Kalau pengertian ini yang kita jadikan sebagai rujukan, agaknya “web” tidak sama dengan “blog” karena entitas tulisan yang menjadi penanda utama kehadiran sebuah blog justru tidak terakomodasi. Sebagai rujukan utama terhadap perkembangan kosakata bahasa Indonesia sudah seharusnya para pakar dan penyusun KBI memperhatikan dinamika yang terjadi di tengah-tengah masyarakat pemakai bahasa. Kosakata “blog” sudah seharusnya dijadikan sebagai entri tersendiri seiring dengan dinamika “euforia” penggunaan blog sebagai media untuk beraktualisasi diri dan berekspresi yang demikian marak dan masif di dunia virtual. Semoga hal ini segera direspon serius oleh para pakar dan penyusun KBI pada edisi mendatang.
Dalam Tesaurus Bahasa Indonesia karya Eko Endarmoko (Gramedia Pustaka Utama, 2006) pun entri “blog” juga tidak ditemukan. Kita justru bisa menemukan istilah “blog” di wikipedia yang didefinisikan seperti berikut ini.
Blog merupakan singkatan dari web log adalah bentuk aplikasi web yang menyerupai tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah halaman web umum. Tulisan-tulisan ini seringkali dimuat dalam urut terbalik (isi terbaru dahulu baru kemudian diikuti isi yang lebih lama), meskipun tidak selamanya demikian. Situs web seperti ini biasanya dapat diakses oleh semua pengguna internet sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut. Blog mempunyai fungsi yang sangat beragam, dari sebuah catatan harian, media publikasi dalam sebuah kampanye politik, sampai dengan program-program media dan perusahaan-perusahaan. Sebagian blog dipelihara oleh seorang penulis tunggal, sementara sebagian lainnya oleh beberapa penulis. Banyak juga weblog yang memiliki fasilitas interaksi dengan para pengunjungnya, seperti menggunakan buku tamu dan kolom komentar yang dapat memperkenankan para pengunjungnya untuk meninggalkan komentar atas isi dari tulisan yang dipublikasikan, namun demikian ada juga yang yang sebaliknya atau yang bersifat non-interaktif.
Ngeblog (istilah bahasa Indonesia untuk blogging) harus dilakukan hampir setiap waktu untuk mengetahui eksistensi dari pemilik blog. Juga untuk mengetahui sejauh mana blog dirawat (mengganti template) atau menambah artikel. Sekarang ada lebih 10 juta blog yang bisa ditemukan di internet dan masih bisa berkembang lagi, karena saat ini ada banyak sekali perangkat lunak, peralatan, dan aplikasi internet lain yang mempermudah para blogger (sebutan pemilik blog) untuk merawat blognya. Selain merawat dan terus melakukan pembaharuan di blognya, para blogger yang tergolong baru pun masih sering melakukan blogwalking, yaitu aktivitas para blogger meninggalkan tautan di blog atau situs orang lain seraya memberikan komentar.
Definisi ala wikipedia agaknya bisa dijadikan sebagai rujukan untuk menentukan siapakah sejatinya blogger itu. Bisakah seorang pemilik akun blog –terlepas dari jenis mesin blog yang digunakan– yang tidak pernah memosting tulisan bisa disebut sebagai seorang blogger? Bisakah seorang pemilik akun blog bermesin wordpress, misalnya, disebut sebagai blogger kalau tulisan yang muncul di blognya hanya tulisan bertitel “Hello World”? Bisa jugakah seorang pemilik akun blog dengan jumlah bejibun disebut sebagai blogger kalau tak satu pun judul tulisan yang dipublikasikan di salah satu blognya?
Tak perlu disikapi terlalu serius kalau saya melontarkan sederet retorika semacam itu. Semua terpulang pada diri kita masing-masing. Rutinitas menulis di blog lebih banyak dipengaruhi oleh minat, kesungguhan, dan atmosfer yang mendukungnya. Bisa jadi blog-blog yang dibiarkan tak terawat oleh pemiliknya lantaran banyaknya kesibukan mengurus persoalan-persoalan off-line, terhambatnya koneksi internet, bosan ngeblog, atau telanjur kena zat “adiktif” dalam jejaring sosial, sehingga tak sempat menengok rumah virtualnya. Kita sangat berharap kompleks blogosphere tetap ramai dan dinamis dengan munculnya tulisan-tulisan terbaru dari sahabat-sahabat blogger dengan berbagai macam topik yang diangkatnya. Nah, salam ngeblog dan salam kreatif! ***
sepertinya kisah ini hampir sama dengan kisah saya yang penasaran dengan dunia maya, hampir setiap mencari bahan pendukung kuliah sering berakhir di sebuah blog (waktu itu), lama-lama saya ketularan ikut buat blog dengan ilmu seadanya, hingga bisa seperti sekarang yang masih menjadi pemula 🙂
dari yang seadanya menjadi luar biasa kalau ingin mengembangkan,, sama-sama belajar<<<<
oh, ya, itu artinya, memang blog sangat dibutuhkan oleh para netter, mas ari. bener, ndak?
Sangat sepakat dengan Pak Sawali bahwa menulis itu kebutuhan seorang blogger. Tapi anehnya di Komunitas Blogger Surabaya, anggotanya susah banget jika dimintai kontribusi tulisan. Banyak sekali alasan, yang tidak bisa menulis, terlalu sibuk, atau apapun alasannya untuk tidak mau menulis di blog komunitas. Kalau seperti itu, apa masih pantas disebut blogger, bukankah identitas blogger itu tulisannya di blog? :d
hahaha… menguece, aku wong Suroboyo loh…
wahahaha.. ngerti dewe kan jah :))
widih, saya ndak ikut2an loh, mas dion dan mas fay, haks.
idealnya memang demikian, mas dion. menurut saya, aktivitas seorang blogger memang dilihat dari aktivitasnya dalam memublikasikan tulisan di blognya.
Tulisannya bagus banget Pak, dengan pemikiran mendalam. Menulis kalau diatur-atur pasti mematikan kreativitas yah. Namun kala itu adalah kewajiban yah mau gak mau harus dijalani. Untung ada blog ya, kita bebas berkreasu menuliskan semua apa yang terasa. Dan saya juga sedang belajar meningkatkan kemauan agar bisa menulis satu posting satu hari. Masih tersendat-sendat sih, namun tetap yakin, semakin banyak saya tulis semakin banyak luncuran ide yang akan datang. Sukses ya Pak Sawali 🙂
terima kasih, bu evi. saya juga sedang mencoba membuat “resolusi” utk diri sendiri, bahwa menjelang akhir tahun ini bisa memosting satu tulisan setiap hari. ternyata memang banyak tantangannya. salam sukses juga buat bu evi.
mencari tempat yang tenang untuk mencari inspirasi juga kebutuhan seorang blogger 😀
salam keanal yah dan sempatkan mampir ke website kami di http://www.hajarabis.com
dengan ditemani secangkir kopi di malam hari,,
setuju sama mbak Evi ,kalau nulis dengan aturan sangat sulit buat ngembangin apa yang ada di dalam fikiran kita,saya kalau nulis ya yang ada dalam kepala saya,meskipun kadang-kadang suka gak nyambung,,
semangat terus buat satu hari satu postingannya
Bagus tulisannya Pak.
Bagi blogger pemula seperti saya ini kadang-kadang mengalami kesulitan dalam menulis blog. Udah buka akun blognya tapi bingung apa yang akan ditulis. Jadinya tulisannya cuma sedikit dan kurang berbobot.
hehe … jangan merendah begitu dong, mas udin. berbobot atau tidaknya sebuah tulisan juga sangat relatif, kok. ada seorang pengarang besar bilang, syarat menjadi penulis, bahkan mungkin juga blogger ada 3, yakni: 1. menulis, 2. menulis, dan 3. menulis, hehe …
bagi saia yang penting tetep ngeblog walau terpaksa berganti-ganti nama domain dan sub domain, setidaknya keinginan menulis masih tetap ada dan dengan begitu dapat saia ceritakan kepada anak-anak saia nantinya, bahwa bapaknya pernah ngeblog dan menulis di internet 🙂
*sudah lama tak ngobrol bareng, insyaAllah jika ada waktu nanti sowan*
wow … mantab juga, mas fay. sebuah keteladanan memang perlu dilakukan oleh ortu. semoga kelak anak2 mas fay bisa mengikuti jejak yang jauh melebihi ayah tercintanya.
Saya terkadang juga bingung mau jawab bagimana terhadap pertanyaan yang semacam ini, “Sekarang kesibukannya lagi ngapain Pras?”. Kalau saya menjawab ngeblog atau jadi blogger, seringnya orang awam yang nanya pasti nanya lagi apa itu blogger?
Jadi daripada ribet, sekarang saya menjawabnya “Penulis di website”, langsung wajah orang awam itu mengekspresikan seperti tidak percaya atau kagum…
memang benar, mas pra, ternyata banyak orang di sekitar kita yang sama sekali tak pernah tahu blog itu apa? apalagi kalau ditanya siapa blogger itu, hiks.
setiap interview, saya selalu menjawab nge-blog setiap ditanya “apa kesibukan sekarang”.
Jujur, dong.
Mereka balik nanya lagi “suka nulis? Kenapa ga coba melamar di media massa aja??” Hehehe
hehe … antara blog dan media massa memang bisa bersinergi, mas adit. banyak juga kok sekarang jurnalis sekaligus menekuni aktivitas yang lain sbg blogger.
blogger itu menyenangkan…
Belakangan saya sering bingung, menulis bagi saya apa cuma kebiasaan atu hobi semata. Ya itu tadi, blogger memang di tuntut menulis. Bukan copy-an kan Pak? 🙂
konon yang bagus memang yang orisinal, mas, apalagi konon sekarang google lebih selektif dalam mengindeks tulisan di blog atau web.
“Melalui blog, kapan dan di mana pun –sepanjang terkoneksi internet– saya bisa menulis sekaligus memublikasikannya tanpa harus dibatasi kriteria yang njlimet dan rumit.”
Setuju sekali dengan kalimat ini. Berawal dari frustasi karena tulisan tidak terpublikasi, mending saya posting di blog. Ya… itung-itung sembari latihan agar tulisan agak mendingan . Tinggal istiqomahnya saja. Bismillah…
amiin, semoga mas ayip bisa istikomah dan konsisten ngeblognya.
sebagai teman jenuh…
pak guru, saya bukan orang yang pandai menulis bahkan menjadi seorang penulis yang baik adalah hal yang sedikit sulit saya capai .. tapi setelah saya belajar mengenali diri lebih dalam, lebih dalam dan semakin dalam .. ternyata ada banyak imaginasi dan informasi yang mungkin bermanfaat dan bisa saya bagi kan kepada orang yang membutuhkan. informasi dalam bentuk kata-kata atau tulissan, suara, gambar atau video .. jika seorang blogger difokuskan pada aktifitas menullis, berarti saya adalah salah satu orang yang tidak akan pernah berhasil menjadi seorang blogger .. naah setelah komen disini, saya makin bingung apa hakikat nya seorang blogger ..
walah, kenapa mas rio jadi merendah begitu, hehe … ini juga semata-mata pendapat saya pribadi kok. saya garis bawahi istilah “blogger” dalam postingan ini sekadar utk memberikan penekanan bahwa update blog itu menjadi amat penting dilakukan oleh seorang blogger.
males memang menulis itu,,… tp lama kelamaan asyik juga,,.. walau sya tak pandai menulis juga Bukan penulis,,… tp Menulis sungguh mempunyai kesan trsendiri…. 😀
seorang teman bilang, menulis termasuk salah satu resep agar hidup tetap sehat, hehe …
wah,,… masa pak,,..??? tp memang menulis membuat itak menjadi fress!!! hehehe
kenyataannya memang demikian, mas. betul sekali. bahkan ada yang bilang, meulis merupaan cara yang tepat menjaga kesehatan.
Membuat “Otak” maksudnya..!!! 😀 hihihihihi
Dari awal, saya pun membuat blog hanya sebuah keisengan yang tak sengaja, tapi setelah lama-lama jadi seperti blogholic walaupun memang tantangan blogger adalah tetap eksis membuat tulisan, nah itu bagian yang sulit buat saya. Dengan blogwalking, cakrawala ide mulai bermunculan dan inspirasi jadi mulai cair.
salam ngeblog dan blogwalking
blognoerhikmat
boleh copas:
History of the blog
The blog are part of the World Wide Web to its creation. At first there is a defined name, but its purpose was more or less the same as that of contemporary blog. Here is a list of the first blog:
Alba Internet: Tim Berners-Lee at CERN begins to make a list of all new sites as they come online.
June 1993: NCSA oldest archived ‘News’ list of sites.
June 1993: Netscape starts working is’ What’s New! “List of places.
January 1994: Justin Hall launches Justin Home page links would become from the metro.
April 1997: Dave Winer launches Scripting News.
December 1997: Jorn Barger coins the term weblog” ‘
Salam Kenal gan 🙂