Di tengah maraknya kasus mafia yang melanda negeri ini, kita kehilangan sosok sastrawan yang amat setia dengan dunianya, Wisran Hadi. Beliau wafat pada Selasa, 28 Juni 2011 (pukul 07.30 WIB) akibat serangan jantung di Kota Padang Sumatera Barat dalam usia 66 tahun. Almarhum tiba-tiba tersungkur ketika sedang mengetik tulisan. Menurut istri almarhum, Raudhah Thaib, saat dibawa ke kamar untuk diberi obat, nafasnya sudah tersengal-sengal. Saat itulah, sastrawan yang juga budayawan ini menghembuskan nafasnya yang terakhir. Wisran Hadi meninggalkan istri Raudhah Thaib (46) serta empat orang anak, yaitu St Ahmad Riyadh, St M Ridha, St M Tarikh, dan Puti Aisyah Humairah.
Wisran Hadi pernah menulis kumpulan naskah drama berjudul Empat Orang Melayu yang berisi empat naskah drama: ”Senandung Semenanjung”, ”Dara Jingga”, ”Gading Cempaka”, dan ”Cindua Mato”. Atas karyanya itu, almarhum mendapatkan penghargaan South East Asia (SEA) Write Award 2000. Novel yang pernah dibukukan, antara lain Tamu, Imam, Empat Sandiwara Orang Melayu, dan Simpang. Cerpen-cerpennya kerap dipublikasikan di media cetak dan dibukukan penerbit Malaysia berjudul Daun-daun Mahoni Gugur Lagi. Sedangkan, 12 naskah drama karya tamatan Akademi Seni Rupa Indonesia (kini Institut Seni Indonesia) Yogyakarta ini pernah memenangkan Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara Indonesia yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dari 1976 hingga 1998, ikut International Writing Program di Iowa University, Iowa, Amerika Serikat pada tahun 1977 dan pernah mengikuti observasi teater modern Amerika pada tahun 1978 dan teater Jepang pada tahun 1987. Dia juga pernah mendapat Hadiah Sastra 1991 dari Pusat Pengembangan Bahasa Depdikbud karena karya buku dramanya Jalan Lurus mendapat Hadiah Sastra 1991 dari Pusat Pengembangan Bahasa Depdikbud dan dijadikan buku drama terbaik pada Pertemuan Sastrawan Nusantara 1997.
Sungguh, wafatnya Wisran Hadi benar-benar merupakan sebuah kehilangan buat negeri kita yang sedang membutuhkan pencerahan melalui karya-karya literer yang bermutu. Karya-karya almarhum, meski secara langsung tidak mampu melakukan sebuah perubahan, setidaknya telah memberikan kontribusi sosio-kultural-emosional dalam dinamika dan perjalanan peradaban bangsa yang tengah tertatih-tatih akibat dihimpit banyak beban dan persoalan. Sastrawan bukanlah politisi yang memandang setiap persoalan berdasarkan kalkulasi untung-rugi dengan banyak kepentingan yang bermain-main di dalamnya. Sastrawan juga bukan penguasa atau pengusaha yang nalurinya selalu bergerak untuk mengendus setiap peluang dan kesempatan sebagai investasi untuk melanggengkan kekuasaan, harta, dan kemewahan. Sastrawan lebih banyak bersentuhan dengan persoalan-persoalan kemanusiaan yang selama ini terabaikan oleh para pengambil kebijakan yang dinilai sudah kehilangan kepekaan dan nurani.
Sungguh, di tengah “kebangkrutan moral” yang mengancam negeri ini, kita sangat membutuhkan sosok sastrawan semacam (alm.) Wisran Hadi yang mampu menyentuh setiap persoalan hidup dan kehidupan dengan lebih jernih melalui kepekaan intuitif dan mata batinnya, yang kemudian terekspresikan melalui teks-teks sastra yang “liar”, mencengangkan, sekaligus mencerahkan. Meski almarhum telah meninggalkan kita semua, karya-karyanya akan menjadi warisan kekayaan literer yang tak akan pernah habis mengalirkan “nutrisi” batin kepada segenap anak bangsa dari generasi ke generasi.
Sungguh, bangsa kita benar-benar merasa kehilangan sosok sastrawan dan budayawan yang demikian setia menekuni dunianya hingga Malaikat Maut menjemputnya menuju ke alam keabadian itu. Selamat jalan, Abah, semoga Allah memberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya, amiin! ***
Malam mas, apa kabarnya?? Mas kebetulan baru2 ini Google menghapus secara massal domain co cc, sehingga blog saya kembali lagi ke domain blogspot com, mohon kiranya untuk meng-edit URL link KEDAIOBAT dengan : http://kedai-obat.blogspot.com/ makasih banget ya mas, ditunggu utk konfirmasinya ya 🙂
ikut berduka pak, semoga beliau wisran diterima disisiNya di tempat yang layak. Semoga banyak tunas bangsa yang terinspirasi oleh peninggalannya yang abadi yaitu karya-karya sastra untuk menggugah semangat berkehidupan sebagaimana cita-cita kita semua. Amin
Turut berduka cita…
Ikut berduka. Semoga karya-karya yang beliau tinggalkan tetap hidup senantiasa…
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Turut berduka atas wafatnya sastrawan dari Tanah Minang. Kita sungguh kehilangan tokoh-tokoh yang mampu menjadi teladan.
http://newyorkyakarta.net/tahta-untuk-rakyat-sabda-pandita-ratu/
Satu persatu budayawan dan sastrawan mulai pergi, nah yang menjadi pertanyaan sekarang “saya belum melihat pengganti yang pantas, bahkan belum muncul sebaik mereka” 🙁
turut berduka cita…
turut berduka.. semoga karyanya selalu abadi dan dikenang..
tutur berduka pak Sawali.
Semoga Alloh SWT menerima semua amal ibadahnya dan mengampuni segala dosanya. Amin
Turut merasakan apa yang dirasakan oleh semua satrawan dan pecinta sastra Indonesia. Semoga arwahnya diterima Tuhan Sang Pencipta, untuk berad di sisi-Nya. Dan, semoga ketokohan dalam kesastraan dan kebuadayaannya menjadi inspirasi bagi sastrawan dan budayawan generasi yang ditinggalkan. Amin.
Salam kekerabatan.
turut berduka cita>>>
innalillahiwainailaihhirojiun
semoga amal ibadahnya di terima alloh swt
selamat jalan, Pak Wisran. prestasi terakhir Pak Wisran adalah memenangkan sayembara novel DKJ 2010. novelnya Presiden jadi satu dari empat pemenang sayembara itu. semoga novel ini segera diterbitkan. amin.
saya tunggu novel itu,, semoga laku keras pak>>>>
kalau ingat-ingat novel,, banyak yang belum khatam membacanya,, semoga saja lebih termotivasi<<<<
semoga mati syahid dalam berjuang menyebarkan kebenaran.