Beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan kiriman sebuah buku keren dari Mas Muhammad Noer, sang penggagas dan praktisi kursus membaca cepat online. Judulnya Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas karya Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. Memang bukan buku baru (cetakan pertama Mei 2000), tetapi buku terbitan Kaifa edisi II (Januari 2010) ini selalu menumbuhkan inspirasi baru untuk meng-orkestrasi pembelajaran di kelas. Meski sudah berkali-kali membaca, selalu saja ada yang masih luput dipraktikkan dalam pembelajaran di sekolah. Semakin sering dibaca, buku ini bagaikan kotak pandora yang menyajikan beragam misteri ketika dibuka. Terima kasih Mas Muhammad Noer. Buku inspiratif ini sangat bermanfaat buat saya dalam ikut berkiprah menciptakan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sekaligus dirindukan oleh murid-murid saya.
Paulo Freire, sang kontroversial dari Brasil pernah melontarkan kritik tajam terhadap atmosfer dunia pendidikan “gaya bank” yang dianggap hanya melanggengkan kekuasaan kaum penindas terhadap sesamanya. Para siswa didik sengaja didesain untuk menjadi penurut dan anak mami. Naradidik hanya diperlakukan sebagai objek dan bukan subyek. Dalam proses belajar-mengajar, guru tidak memberikan pengertian kepada naradidik, tetapi memindahkan sejumlah dalil atau rumusan kepada siswa untuk disimpan yang kemudian akan dikeluarkan dalam bentuk yang sama jika diperlukan. Bak tong sampah ilmu pengetahuan, naradidik adalah pengumpul dan penyimpan sejumlah pengetahuan. Imbas dari atmosfer pembelajaran semacam itu adalah lahirnya keluaran pendidikan yang miskin kreasi dan daya cipta. Mereka hanya seperti robot yang selalu taat dan patuh pada komando “sang majikan”.
Kritik tajam Paulo Freire agaknya mengilhami banyak pemerhati dunia pendidikan dari berbagai belahan untuk mengembalikan “fitrah” peserta didik sebagai subjek pendidikan yang mesti diperlakukan secara utuh dan manusiawi sebagai manusia pembelajar yang bebas dan merdeka. Konsep Quantum Teaching yang digagas oleh Dr. Georgi Lozanov, yang kemudian dilanjutkan oleh muridnya, Bobbi DePorter, sejatinya juga merupakan upaya untuk membebaskan siswa didik dari belenggu proses pembelajaran yang menindas. Dengan mengadopsi beberapa teori, seperti sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistik, Quantum Teaching berupaya menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Dengan menggunakan konsep “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”, Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa, tetapi siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik ketika belajar. Dengan Quantum Teaching, seorang guru secara inspiratif mampu memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan para naradidik sesuai dengan fungsinya masing-masing. Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang memerlukan pemikiran rasional, serta elemen-elemen lain yang bersifat matematis- ilmiah. Sedangkan, otak kanan lebih banyak berurusan dengan masalah pemikiran yang abstrak dan imajinatif, seperti warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinalitas, daya cipta, dan bakat artistik. Pemikiran otak kanan lebih santai, kurang terikat oleh parameter ilmiah dan matematis.
Untuk memberikan keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan peserta didik dibutuhkan proses pembelajaran yang menggairahkan dan menyenangkan hingga kelas bagaikan sebuah orkestra yang menyuguhkan perpaduan dan harmoni. Dalam implementasinya di kelas, Quantum Teaching menggunakan prinsip: (1) segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar; (2) segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan; (3) pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan siswa diperoleh banyak konsep; (4) akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil apa pun; (5) jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran kita, misalnya dengan memberi tepuk tangan, berkata: bagus, baik, dll.
Desain pembelajaran dalam Quantum Teaching lebih dikenal dengan akronim “TANDUR” …Desain pembelajaran dalam Quantum Teaching lebih dikenal dengan akronim “TANDUR”, yakni: (1) TUMBUHKAN: tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat BagiKU” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar; (2) ALAMI: ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar; (3) NAMAI: sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah “masukan”; (4) DEMONSTRASIKAN: sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”; (5) ULANGI: tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan , “Aku tahu dan memang tahu ini”; dan (6) RAYAKAN: pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.
Desain pembelajaran Quantum Teaching bisa terimplementasikan secara menarik dan menyenangkan apabila sejumlah syarat berikut ini terpenuhi, di antaranya: (1) guru wajib memberi keteladanan sehingga layak menjadi panutan bagi peserta didik, berbicaralah yang jujur, jadi pendengar yang baik dan selalu gembira (tersenyum); (2) guru harus membuat suasana belajar yang menyenangkan/kegembiraan: “learning is most effective when it’s fun”. “Kegembiraan” berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari), dan nilai yang membahagiakan pada diri peserta didik; (3) lingkungan belajar yang aman, nyaman dan bisa membawa kegembiraan (pengaturan meja dan kursi diubah dengan berbagai bentuk, beri tanaman, hiasan lain di luar maupun di dalam kelas; pengecatan warna ruangan, meja, dan kursi yang yang menjadi keinginan dan kebanggaan kelas, ruangan kelas dihiasi dengan poster yang berisi slogan, kata mutiara pemacu semangat); (4) guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan terlibat dan berpengaruh yang kuat pada proses belajarnya. Guru dapat memengaruhi suasana emosi siswa dengan cara: kegiatan-kegiatan pelepas stres, seperti menyanyi bersama, mengadakan permainan, outbond, dan sebagainya, aktivitas-aktivitas yang menambah kekompakan, seperti melakukan tour, makan bersama, dan sebagainya, menyediakan forum bagi emosi untuk dikenali dan diungkapkan, yaitu melalui bimbingan konseling, baik oleh petugas BP/BK maupun guru itu sendiri; (5) memutar musik klasik ketika proses belajar mengajar berlangsung. Namun sekali-kali akan diputarkan instrumental dan bisa diselingi jenis musik lain untuk bersenang-senang dan jeda dalam pembelajaran; (6) sikap guru kepada peserta didik (pengarahan “Apa manfaat materi pelajaran ini bagi peserta didik” dan tujuan, perlakukan peserta didik sebagai manusia sederajat, selalu menghargai setiap usaha dan merayakan hasil kerja peserta didik, memberikan stimulus yang mendorong peserta didik, mendukung peserta 100% dan ajak semua anggota kelas untuk saling mendukung, memberi peluang peserta didik untuk mengamati dan merekam data hasil pengamatan, menjawab pertanyaan dan mempertanyakan jawaban, menjelaskan sambil memberikan argumentasi, dan sejumlah penalaran.
Tentu saja, masih banyak persoalan menarik dalam buku setebal 283 halaman yang mustahil terungkap pada tulisan ini. Yang pasti, untuk menjadi seorang Quantum Teacher, diperlukan perubahan mind-set dari model pembelajaran konvensional berbasis pendekatan behaviourisme ke model pembelajaran inovatif berbasis pendekatan konstruktivisme. Tanpa perubahan mind-set dan paradigma semacam itu, agaknya mustahil orkestrasi pembelajaran melalui Quantum Teaching bisa terwujud.
Yang tidak kalah penting, situasi lingkungan sekolah juga perlu mendorong dan memberikan ruang gerak yang leluasa kepada para guru untuk berinovasi dengan berbagai gaya dan model pembelajaran. Nah, salam peduli anak bangsa dan tetap semangat untuk menjadi guru yang inspiratif yang kehadirannya selalu dirindukan oleh siswa didiknya. ***
Sugeng kepanggih malih, Pak.
Wah, kalau bisa ber-quantum memang dahsyat. Tapi, kalau buat yang awam seperti saya yang lelet seperti siput mungkin kurang cocok. Bisanya dengan pelan-pelan.
sugeng pinanggih ugi, mas baihaki. hehe … kenapa jadi suka merendah begitu, mas? hiks.
untuk berquantum sih sepertinya saya cocoknya masih berkategori mendengarkan quantum daripada saya yang berquantum..
la wong saya ini masih dibilang berwawasan minim kok berquantum 😀
salam sejahterah selalu pak
salam sejahtera juga, mas andi. hehe … saya juga sedang dalam taraf utk belajar dan mempraktikkan quantum teach ini di sekolah, mas.
wah mantap tuh bukunya, cari ebooknya dulu ah
hmm … saya ndak tahu ebook-nya dah ada apa belum, ya, mas? semoga pencariannya berhasil.
mantaf, saya blog tentang dunia pendidikan, meski tidak begitu paham ttg pendidikan, mbah sangat peduli dan ingin membantu bangkitnya pendidikan Indonesia
salam kenal, salam hangat dari Malang
salam kenal dan salam hangat juga dari kendal, mbah jiwo. terima kasih atas support dan apresiasinya, mbah.
wah, jaman sekarang ini tentunya pendidikanpun telah meloncat jauh kedepan, lihat saja pembelajaran2 begitu, khususnya kursus membaca cepat. semoga gada lg buta hurup ya pak.. (applause)
perubahan memang perlu terus dilakukan, mas ginting, agar dunia pendidikan kita seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat dan bangsanya.
Terima kasih motivasinya ….
sama2, bu pita, terima kasih atas apresiasinya.
manteb sekali tuch bukunya…!
beli aaah…. (thinking)
mangga, mas argun, semoga cepet dapat bukunya.
wah keren ni pembelajaran melalui Quantum Teaching ini…. (applause)
coba setiap pendidik bisa menerapkan tekhnik pembelajaran ini…wah pasti anak didiknya pada seneng dan pada mudah dalam mencerna pelajaran….
arah yang dituju memang demikian, mas sop. semoga dg quantum teaching, pembelajaran berbasis PAIKEM benar2 bisa terwujud.
quantum teaching memudahkan pembelajaran
semoga bisa diadopsi di semua lini
salam sukses selalu..
sedj
amiiin, salam sukses juga, mas sedjatee. memang kondisi seperti itulah yang kita harapkan.
Semoga lingkungan pendidikan di Indonesia mendukung ruang gerak para pendidik kita untuk menjadi quatum teacher
amiiin, terima kasih support dan doanya, pak.
lama tidak mampir disini pak. itu buku bagus ya. he2.
ndak apa2, mas haris. hehe … buku ini memang bisa menjadi rujukan yang bagus utk mengelola pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, mas.
kunjungan sore ni Pak….he..he..he… 🙂
di tunggu artikel terbarunya… 🙂
matur nuwun, mas sop.
Pingback: Tweets that mention Catatan Sawali Tuhusetya -- Topsy.com
Peran guru serta keaktifan murid menjadi faktor utamanya pak, betul kan…
betul, betul, betul! hehe … 100 buat mas reza.
Met..malem Pak..
Lama rasanya tak bersua,baik online maupun offline.. (thinking)
selamat malam juga, sang bayang. hehe … mudah2an suatu ketika kita bisa ketemu lagi di darat, mas.
rasanya susah menemukan guru yang bisa berpikir sejalan dengan hal2 yang diterapkan dengan quantum teaching.
hmm… saya sendiri sedang belajar dan memang apa yang disuguhkan dalam buku ini benar2 menarik utk diterapkan, mas novi.
buku yang sangat cocok buat para pengajar ya pak
sebenarnya bukan hanya cocok utk guru, mas, tapi juga buat mereka yang suka bergelut dg dunia anak2.
wow….keren sekali pak !!
dapat buku yang di tandatangani penulisnya…
hmm … mas muhammad noer bukan penulisnya, mas, hehe ….
Lama tak berkunjung
apa kabar pak?
Quantum Teaching hmmmm jadi tertarik untuk membeli buku tersebut 🙂
alhamdulillah, baik dan sehat, mas hamdani. semoga mas hamdani juga demikian. buku ini memang menarik dan layak dimiliki setiap guru.
betul sekali pak, selain perubahan mind-set para pengajar, situasi lingkungan sekolah juga sangat diperperlukan.
setuju sekali, mas. utk menerapkan quantum teaching memang dibutuhkan sinergi semua pemangku kepentingan pendidikan (sekolah).
buku yang bagus sekali pak, terobosan yang inovatif dan inspiratif (applause)
saya kiran tidak salah, mas. buku ini memang bagus dan inspiratif. cocok dijadikan rujukan setiap guru.
Proses belajar mengajar akan mengalir saat jarak antara yang diajar dan yang mengajar dihilangkan. Tidak ada rasa takut atau malu dari siswa kepada guru/dosennya. Pengajar akan bisa mentransfer ilmunya dg mudah bila siswanya merasa dia sebagai temannya. Itu yang saya rasakan, entah yang lain.
salam persahablogan 🙂
setuju banget, mas. idealnya memang demikian. pendekatan konstruktivisme pun juga demikian. siswa diposisikan sbg subjek pembelajaran, sehingga jarak antara guru dan murid tdk begitu jauh. terima kasih tambahan infonya.
Semoga bisa menjadikan bangsa ini lebih baik,
Salam
salam juga, mas sri. terima kasih support dan doanya.
semoga bisa lebioh baik lagi pak
amiiin, semoga memang demikian, mas. terima kasih support dan apresiasinya.
Saya semakin salut
saya semakin percaya pendidikan di Indonesia kan semakin maju
amiiin, mudah2an, mas achoey.
semoga quantum teaching menjadi inspirasi untuk pendidikan di Indonesia yang lebih baik
memang seperti itulah yang diharapkan mamah aline. terima kasih support-nya.
terima kasih banyak sudah berbagi,.
moga sukses selalu.
jika ingin tau profil saya silahkan kunjungi..di..
click this
dan kunjugni juga koleksi kami di..
click this
Ulasan yang menarik sekali Pak Sawali.
Buku ini secara pribadi benar-benar memberi inspirasi kepada saya sekaligus menambah kecintaan saya pada dunia pendidikan dan pengajaran.
Semoga kita semua bisa berbagi dengan orang lain dengan cara-cara yang kreatif, inovatif dan memenuhi kaidah-kaidah belajar yang menyenangkan.
Mohon maaf baru komentar sekarang Pak.
Salam,
Muhammad Noer
Orkestrasi Pembelajaran melalui Quantum Teaching.,,,
Buku itu ingin sekali saya miliki,,
& pasti isinya bermanfaat bagi yang sudah membacanya,..
sampai’ bapak berXX membacanya..:)
bukunya masih ada gag?
boleh pesan bukunya 1?
kalo blh tw, brpa hrgany?
buku yang menarik, makasih sudah berbagi