Senin-Rabu, 4-6 Oktober 2010, yang lalu, saya bersama 29 guru yang tergabung dalam Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Prov. Jawa Tengah, 8 Kepala TK Pembina, 11 Pengawas TK/SD, dan 11 Kepala SD RSBI se-Jawa Tengah mengikuti Workshop Penguatan TPK, khususnya berkaitan dengan implementasi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (PBKB). Dalam workshop yang berlangsung di LPMP Jawa Tengah dan dibuka oleh Kepala Seksi SMP Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Prov. Jawa Tengah, Johny Lorang tersebut disajikan materi umum tentang kebijakan pemerintah di bidang Pendidikan Dasar, 6 materi pokok (kebijakan Pemerintah tentang pendidikan karakter, pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa, belajar aktif, kewirausahaan, pengembangan KTSP, dan paparan rintisan implementasi PBKB jenjang TK, SD, SMP), dan materi penunjang tentang Rencana Kerja dan Tindak Lanjut Kegiatan.
Tujuan penyelengaraan workshop, antara lain (1) menyamakan persepsi penyelenggaraan PBKB serta pendidikan nasionalisme dan kebangsaan; (2) memberikan pemahaman dalam menerapkan pendekatan pembelajaran aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan karakter, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam KTSP; dan (3) memberikan pengetahuan tentang sekolah rintisan implementasi PBKB, sekolah piloting pembinaan nasionalisme melalui jalur pendidikan.
Narasumber utama dari Pusat Kurikulum (Puskur) Kemdiknas, Pak Zulkifri Anas, mengungkapkan bahwa karakter pada hakikatnya merupakan suatu sifat yang mewujud dalam bentuk daya dorong/daya juang dari dalam ke luar (inside out) yang dibangun/dibentuk melalui perpaduan dari nilai-nilai moral yang diinternalisasikan dari luar dan potensi dari dalam yang akan melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku dalam wujud kebajikan dan penampilan terpuji. Dalam perspektif demikian, pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif.
Secara teknis, pendidikan budaya dan karakter bangsa diartikan sebagai proses internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan peserta didik secara aktif dibawah bimbingan guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan serta diwujudkan dalam kehidupannya di kelas, sekolah, dan masyarakat. Dalam konteks demikian, karakter tidak cukup sekadar diajarkan, tetapi justru perlu ditularkan melalui keteladanan.
Persoalannya sekarang, di tengah kompleksitas persoalan kemasyarakatan dan kebangsaan yang sudah kian mengarah pada situasi dan atmosfer peradaban yang sakit yang ditandai dengan maraknya perilaku kekerasan, anarki, vandalisme, korupsi, dan berbagai aksi anomali sosial yang lain, mampukah institusi pendidikan kita menjalankan fungsinya untuk mengimplementasikan pendidikan budaya dan karakter bangsa secara simultan dan berkelanjutan hingga mampu mencapai tujuan yang diharapkan?
…. proses internalisasi pendidikan budaya dan karakter ke dalam institusi pendidikan di tengah rumit dan kompleksnya persoalan kebangsaan dan kemasyarakatan justru perlu dimaknai sebagai cara Tuhan untuk meningkatkan derajat dan kualitas hidup bangsa kita.Dengan nada optimis, Pak Zul, demikian kami menyapanya, mengungkapkan bahwa Tuhan tidak akan pernah memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Artinya, setiap manusia memiliki “fitrah” potensial untuk mengatasi setiap masalah yang dihadapi. Semakin rumit dan kompleks persoalan yang dihadapi akan semakin teruji dan kian berkualitas pula kehidupan seseorang. Berkaitan dengan proses internalisasi pendidikan budaya dan karakter ke dalam institusi pendidikan di tengah rumit dan kompleksnya persoalan kebangsaan dan kemasyarakatan justru perlu dimaknai sebagai cara Tuhan untuk meningkatkan derajat dan kualitas hidup bangsa kita.
“Yang perlu terus didorong adalah membangkitkan kekuatan internal untuk memberikan tekanan yang lebih kuat sehingga kekuatan eksternal yang negatif bisa teratasi,” tegas alumnus Curtin University of Technology Perth, Australia (1997) itu. Ia mencontohkan, ketika seseorang sering menggunakan kata penghubung “tetapi” setiap kali menghadapi masalah, yang terjadi kemudian adalah sikap gampang menyerah dan mudah patah arang. “Gunakan kata walaupun, untuk memperkokoh kekuatan internal dari dalam diri kita,” lanjutnya.
“Kami ingin menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa, tetapi kekerasan dan korupsi yang terjadi di luar sana begitu merajalela, sehingga kami tak mungkin sanggup untuk membangun karakter dan kepribadian siswa yang tangguh”.
Kami akan terus berusaha menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa, walaupun kekerasan dan korupsi yang terjadi di luar sana begitu merajalela!
Contoh ungkapan semacam itu, dalam pandangan Pak Zul, akan makin mengendurkan semangat kita untuk membangun peradaban bangsa yang lebih bermartabat. Alangkah inspiratifnya jika ungkapan tersebut diubah menjadi: “Kami akan terus berusaha menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa, walaupun kekerasan dan korupsi yang terjadi di luar sana begitu merajalela!” Ungkapan tersebut, menurutnya, akan mampu memberikan spirit bagi pendidik untuk membangun karakter generasi masa depan yang tangguh.
Ya, ya, sebuah pernyataan sikap yang sederhana, tetapi penuh makna. Setidaknya, ada 18 pendidikan budaya dan karakter bangsa yang perlu ditanamkan kepada peserta didik melalui bangku pendidikan, sebagaimana tergambar dalam tabel berikut:
| No. | Nilai | Deskripsi |
| 1 | Religius | sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain). |
| 2 | Jujur | perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. |
| 3 | Toleransi | Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. |
| 4 | Disiplin | tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. |
| 5 | Kerja Keras | perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. |
| 6 | Kreatif | berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. |
| 7 | Mandiri | sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. |
| 8 | Demokratis | Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. |
| 9 | Rasa Ingin Tahu | Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. |
| 10 | Semangat Kebangsaan | Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. |
| 11 | Cinta Tanah Air | Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. |
| 12 | Menghargai Prestasi | Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. |
| 13 | Bersahabat/Komunikatif | Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. |
| 14 | Cinta Damai | Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. |
| 15 | Gemar Membaca | Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. |
| 16 | Peduli Lingkungan | Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. |
| 17 | Peduli Sosial | Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. |
| 18 | Tanggung-jawab | Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. |
Secara bertahap dan berkelanjutan, ke-18 nilai tersebut bisa ditanamkan kepada peserta didik melalui kegiatan Ekstrakurikuler, Bimbingan Konseling, Pembiasaan (Terprogram, Rutin, Spontan, dan keteladanan), integrasi dalam mata pelajaran, dan Muatan Lokal (Mulok).
Semoga upaya mulia untuk membangun generasi masa depan yang berkarakter dan berkepribadian kuat benar-benar bisa terwujud. Tetap semangat dan salam peduli anak bangsa! ***
pertamax
jare PKI ora oleh mlebu kurikulum opo iyo to pa?
isu itu sdh lama muncul, mas, khususnya buku2 ips memang pernah dilarang beredar dan dipakai.
Kurikulum untuk pendidikan budipekerti tolong ditinjau ulang untuk diterapkan kembali dalam kulrikulum sekolah pak.
Dengan Mengatasi Permasalahan Yang Kecil; Maka Kita Dapat Mengatasi Permasalahan Yang Besar.
Sukses Selalu
Salam ~~~~ “Ejawantah Blog”
setuju banget, mas indra. memang benar, perlu ada upaya revitalisasi serius utk membumikan pendidikan budi pekerti ini.
wah pak, sepertinya ini hal bagus ya..
oiya, blog pak sawali PR2 ya, cocok nih buat ikutan bisnis yang ada di link saya (worship)
terima kasih apresiasi dan tawarannya, mas. saya coba ke tkp dulu, yak!
Semoga kurikulumnya semakin bagus, tepat sasaran, Amin.
betul sekali, mas, pendidikan karakter termasuk tantangan baru buat para guru utk mengintegrasikannya ke dalam proses pembelajaran.
Halo teman,
Kurikulum sekolah memang perlu mendapat perhatian secara rutin.
betul banget, mas. memang idealnya demikian, kok.
menganai pendidikan karakter di kabupaten saya kok belum jadi bahan pembicaraan ya pak, tapi dari blog ini dan dari blognya pak ahmad sudrajad saya mulai sedikit memahami.
semoga tak lama lagi menyentuh ke barito timur
pasti, kang bud, sebab pendidikan karakter sdh menjadi program nasional dan akan terus digulirkan ke semua daerah.
sepertinya hal hal seperti ini sedang marak marak nya ya…
kenapa tidak muncul saat kita masih berusia muda ya.. -_-a
tapi, semoga dengan adanya hal seperti ini, generasi muda semakin maju =)
ya, ya, ada yang bilang, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, mas guru, hehe ….
Teladan lebih baik daripada seribu nasehat. Orangtua dan Guru-guru berkarakter pasti mampu melahirkan anak-anak yang berkarakter. tanggung jawab orangtua dan guru di era global ini memang menjadi semakin berat namun kalau kita berjuang bersam-sama membangunnya Saya yakin cita-cita luhur ini segera tercapai.
saya setuju banget, bu pita. inti pendidikan karakter memang bermuara pada keteladanan, dan yang jelas perlu sinergi antara ortu, tokoh masyarakat, dan sekolah!
Pingback: Tweets that mention Workshop Penguatan Tim Pengembang Kurikulum Provinsi | Catatan Sawali Tuhusetya -- Topsy.com
wah kegiatan workshop seperti itu sangat bagus sekali Pak…
memang Pak, sebagai pendidik haruslah bisa mendidik anak didiknya tidak hanya pintar intelektual saja, tapi juga harus menanamkan nilai religius yang baik…sehingga nantinya tidak hanya pintar saja, karena banyak sekali orang yang pinter kabalinger…contohnya sudah banyak, orang-orang yang korupsi itu pada dasarnya mereka itu kebanyakan orang-orang pinter lulusan s1 dll,tapi saya tidak menyalahkan orang-orang pinter atau sarjana loh Pak…..he..he..he.. tapi karena tidak punya integritas dan iman jadilah seperti itu…he..he..he…. (doh)
setuju banget, mas sop. memang sebuah tugas dan tantangan yang berat. meski demikian, guru harus tetap optimis bahwa program seperti akan jalan terus. semoga pendidikan karakter bisa melahirkan generasi masa depan yang berkarakter dan berkepribadian kuat.
Untuk saat ini pendidikan karakter sepertinya sangat perlu sekali, dan sebisa mungkin segera diterapkan untuk memberi andil bagi perbaikan bangsa kita pada masa mendatang. Apalagi kondisi bangsa saat ini, yang sudah memasuki tahap AWAS, bukan lagi WASPADA apalagi SIAGA. Hasil pendidikan saat ini tentunya baru bisa dinikmati beberapa tahun yang akan datang.
Walaupun saat ini (setahu saya) pendidikan karakter masih dalam tahap sosialisasi, sekiranya tidak ada salahnya para guru untuk dapat mengaplikasikannya. Bagi guru yang belum pernah mendapatkan sosialisasinya, blog http://www.sawali,info ini sudah memberikan gambaran tentang pendidikan karakter.
wah, bener sekali tuh, pak jai. situasi peradaban saat ini agaknya memang benar2 berstatus awas, sehingga pendidikan karakter menjadi penting dan mendesak utk segera diaplikasikan.
Pingback: SMP 2 Pegandon Online
Pingback: Pendidikan Karakter « Riyadi's Blog
heheh posting pak sawali persis Model postingan Guru..sip maju terus pak.!!
hehe … saya kan memang seorang guru, mas adib.
workshop seperti itu harus terus dilakukan pak supaya dunia pendidikan kita fresh trus… (applause)
setuju, mas ginting, asalkan jangan keseringan ikutan workshop, hehe …
Nice info pak.. hehehe… ijin save buat koleksi pak.. 🙂
mangga, pak fendik, matur nuwun.
Elemen karakter itu sama-sama penting dan saling terkait dengan kehidupan maka akan ada prioritas dalam penyampaiannya. Namun tidak mungkin semuanya disampaikan dalam satu waktu.
Sudah dirumuskan. Para guru memiliki pedoman dalam Pengajaran tentang karakter, dengan rumusan ini akan lebih terarah sehingga tidak ada lagi kebingungan diantara pendidik tentang apa-apa yang harus disampaikan secara berkesinambungan.
setuju banget, mas mandor, terima kasih support dan tambahan infonya. semoga rekan2 sejawat mulai mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran.
kurikulum negeri ini sering berganti. moga aja kali ini beneran kuat
pendidikan karakter tdk mengubah kurikulum, kok, mas. hanya diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran.
Semoga upaya mulia untuk membangun generasi masa depan yang berkarakter dan berkepribadian kuat benar-benar bisa terwujud —>
Amin
amiiin, semoga memang demikian, mbak. terima kasih support dan apresiasinya.
Andai ke-18 nilai itu berhasil ditransferkan kepada anak didik, pasti dampaknya akan luar biasa indah… 🙂
setuju banget, mbak. semoga hal itu bisa terwujud.
mantap Pak..sukses selalu
terima kasih apresiasinya, mas. jadi malu nih!
wah hebat pak,
banyak kata-kata baru dan bermanfaat yang saya temukan disini.
Thanks pak wali
doh, biasa saja, mas dikma.
Mantab dech postingannya…
jadi nambah pengetahuan nich 😀
biasa saja, mas argun, hehe ….
pak bisa dikirimi contoh pengembangan silabusnya dan contoh RPPnya, disini belum ada yang punya dan belum menjadi pembahasan
nah, silabus dan rpp-nya belum ter-update semua, kang bud. masih nunggu dari sekolah piloting, hehe … nyuwun pangapunten, nggih.
GOOOOOO!!!
Always success Sir…….
Visit me back
mantabs… nambah ilmu nih
terima kasih apresiasinya!
That’s wonderful, just keep it up.，
It’s the very thing i want to catch. Thanks!,
dari ke 18 butir di atas sebenarnya sudah terdapat pada mata pelajaran agama sejak dulu bahkan lebih luas, permasalahannya hanya tidak diminta untuk dimasukkan ke dalam RPP setiap mata pelajaran seperti yang diprogramkan saat ini.Menurut saya yang penting bagaimana actionnya bukan cuma tertulis dalam program kerja, saya yakin bila setip pendidik di sela-sela menjelaskan teori tertentu dalam mengajar selalu menghubungkan dengan konsep karakter dalam kehidupan sehari-hari, pasti dunia pendidikan ke depan akan santun.
Selamat pak, semoga Tujuan tersebut akan segera terealisasi dan tercapai. Amin…salam dari pekalongan.
setuju banget, pak sas. sebagus apa pun program disusun kalau tdk diimbangi semangat dan komitmen dan action, agaknya juga tdk akan memberikan dampak berarti bagi peserta didik. salam juga dari kendal, pak sas.
Assalaamu’alaikum bapak…
18 nilai diatas kelihatan mempunyai beberapa persamaan dengan silibus mata pelajaran pendidikan moral yang diajar di Malaysia. Memang satu langkah yang bijak untuk menanam sikap santun dikalangan pelajar atau sesiapa sahaja yang mengikuti kertas kerjanya. Tapi saya rasa, apa yang amat dibutuhkan adalah bagaimana tindakan si penerima selepas itu. Sebabnya sehebat mana pun jua kertas kerja yang dibuat, ianya pasti nggak berjaya tanpa adanya respons daripada kalangan pendengar.
Salam sukses buat bapak.
setuju banget. memang benar, yang lebih penting adalah action-nya, bukan semata-mata pada program. salam sukses juga buat mamamurai.
tukang gosip setuju sekali pak, dengan 18 point ini semoga mampu meningkatkan karakter generasi masa depan para siswa kita…
programnya memang dah oke, mas, sekarang memang tinggal action-nya.
saya sangat setuju pak, dunia pendidikan kita memang sangat membutuhkan workshop2 berkualitas semacam ini
workshop memang diperlukan, mas, asalkan ndak keseringan aja, hehe …
di tengah2 krisis karakteritas dunia pendidikan kita, workshop yang telah diadakan ini semoga bisa mengembalikan kualitas pendidikan indonesia. amin ya robbala alamin
amiiin, semoga demikian, mas. terima kasih support dan doanya.
saya setuju pak, dengan diadakannya workshop ini kita semua berharap bahkan sangat besar akan terwujudnya generasi masa depan yang berkarakter dan berkepribadian kuat.
itulah yang diharapkan secara kolektif oleh bangsa ini, mas. semoga generasi masa depan negeri ini tdk hanya cerdas scr intelektual, tapi juga cerdas secara emosional, sosial, dan spiritual.
Setiap kali kurikulum memang harus diuji, dikembangkan ke arah yang lebih baik.
Saya akui menjadi Guru zaman sekarang tak mudah, arus global yang masuk ke negara kita, baik melalui tulisan maupun elektronik (internet dll) memaksa Guru harus bisa mengikuti perubahan dan menjaga agar murid2nya bisa tetap belajar dengan baik. Dan itu bukan hanya tanggung jawab Guru, namun harus didukung oleh orangtua, serta lingkungan.
18 karakter diatas, kalau di perusahaan tempat saya bekerja dulu, disebut dengan soft kompetensi….soft kompetensi ini dimasukkan secara inheren dalam setiap materi yang diajarkan, atau bisa dibuat semacam kumpulan yang nantinya bisa diajarkan pada situasi lain, seperti dalam bentuk outbound, dan ekstra kurikulum lain.
Semoga sukses ya pak…pendidikan generasi muda kita ditangan bapak dan teman-teman Guru semua.
amiiin, terima kasih tambahan infonya, bu enny. memang benar, tantangan guru zaman sekarang memang makin rumit dan kompleks. meski demikian, sikap optimis agaknya perlu juga terus dipacu utk membangkitkan kekuatan internal. terima kasih supportnya, bu.
Workshop ini paling tidak akan menjadi penguat bagi siapapun yang mengikutinya untuk selalu optimis menjalankan program yang disepakati. Meski benturan dari sana-sini yang kadang menjadi semacam rasa pesimisme untuk mewujudkannya, tapi tidak lantas menjadikan diri untuk berbuat sesuatu yang baik kedepannya kandas.
setuju banget, mas ifan. sikap optimis memang perlu terus ditumbuhkan, walaupun tantangan makin rumit dan kompleks.
Dahsyat Pak
Maju terus para pendidik
Maju terus pendidikan Indonesia
terima kasih support dan apresiasinya, mas achoey.
salam kenal pak… kunjungan balik ditunggu pak dan semoga silaturahmi ini terjaga (worship)
salam kenal juga, pak ramlan. terima kasih kunjungannya.
wah…workshop seperti itu memang sangat bermanfaat sekali Pak…
kunjungan pagi ni Pak…sambil lari pagi…he..he..he… (highfive)
sambil lari pagi aja bisa blogwalking, hehe …
saya juga suka ikutan worshop pak, eh seminar maksudnya… 😀
hehe … seminar memang aktivitas yang pas buat mahasiswa, mas reza.
susahnya jadi guru profesional. harus pandai ngolah kurikulumnya..
dan terutama sejauhmana pengaruhnya bagi kemajuan peserta didik.
memang bukan hal yang mudah, pak, meski demikian apa pun yang terjadi kan tdk pernah menyurutkan kita utk mengintegrasikan nilai2 karakter itu kepada siswa, pak, hehe …. *kok jadi sok tahu saya, haks*
Terimakasih mas buat infonya… sukses selalu
sukses selalu juga, mas. sama2, terima kasih atas apresiasinya.
satu hal yang saya rasakan selama menjadi pelajar (thinking) (thinking) (thinking) , kurikulum kita ini kok sepertinya mengajari kita menjadi buruh, padahal bangsa yang maju mendidik generasinya menjadi pengusaha/pebisnis, ini cuman pendapat ogut yah…….
—————-
constipation remedies
constipation relief
what to do for constipation
kurikulum sekarang sudah memberikan “hidden” kurikulum tentang kewirausahaan dan enterpreneurship loh, mas, hehe …. meski belum bisa berjalan maksimal.
Kurikulumnya semakin bagus, dan sempurna. Implementasinya kadang mentah dan seperti makan urap kok hanya dimakan sayurnya saja? mentang2 yang banyak vitaminnya di sayurannya. Tapi kok ternyata makannya tidak lahap ya…. padahal sayurannya segar lho…..? Mengapa ..? apakah karena tidak enak ya…? atau kurang menarik selera?
Urap akan nikmat jika disajikan dengan bumbu-bumbunya plus lagi sesuaikan selera yang makan, apakah pedas, asin, atau perlu tambahan trasi ? atau kelapa yang agak muda ? atau bahkan seperti di NTB kelapa biar tua tetapi dibakar dahulu supaya harum, baru ditambah jeruk sambal jadi harum gurih nikmat, ? nah terakhir disajikan hangat-hangat dan menarik. Lahap deh makannya, nambah lagi-nambah lagi nantinya….
Di sinilah guru perlu PTK agar bisa memaksimalkan kualitas produksi dan menghasilkan produk yang bagus.
Maaf itu ilustrasi kurikulum ibarat sayuran sudah semakin ditambahkan nilai nutrisinya biar senakin sehat yang memakannya. Namun disajikan begitu saja tidak mungkin kan ? karena ditangan juru masak yang profesional maka kurikulum akan dinikmati secara lahap oleh siswa-siswa kita. Tentunya koki profesional itu adalah guru kan ?
Jangan-jangan guru kita terjebak dalam idealisme kurikulum, dan lupa perbedaan selera masing-masing siswa di daerah ya…. sehingga tidak menarik dan bahkan tidak dimakan sama sekali oleh siswa. buktinya siswa kurus-kurus(nilainya, kelulusannya) lalu kalau disalahkan gurunya pasti tidak terima, karena “guru sudah tersertifikasi itu kan profesional ” tetapi tengoklah hasilnya, kenyataannya dong…
Ibarat pabrik siswa adalah bahan mentahnya. Karena sudah diseleksi maka dinyatakan bahan mentah standar bagus. Mengapa hasil produksinya banyak yang BUSUK, dan cacat sehingga mengancam kehancuran pabrik “sekolah” itu. Siapa yang disalahkan ? apakah bahan mentahnya (siswa) atau buruhnya/ karyawannya (guru) atau kepala sekolahnya (managernya)
Ketahuan sekarang ternyata kemampuan Guru sebagai pengolah bahan baku lupa bumbu urap yang sesuai selera siswa. Jika Alumni bagus maka semua dari guru, kepala sekolah, nama sekolah jadi bagus semua. Tetapi jika siswa jeblok (banyak tidak lulus) rusaklah nama sekolah guru dan kepala sekolah.
Kesimpulannya :
Kurikulum sudah bagus, guru harus kreatif dan menjadi tauladan.
Siswa adalah lebih penting dari Guru dan Managemen itu sendiri, karena siswa lah yang bisa mengankat nama sekolah.
Jangan pernah menganggap Guru lebih penting dari siswa. karena akan menghasilkan arogansi guru, berarti memberi contoh dan tauladan yang tidak baik.
wah, terima kasih banget pencerahannya, pak suharyanto. opini yang sangat bermanfaat dan berharga bagi seorang guru agar tdk terjebak dalam sikap arogansi.
Dengan Mengatasi Permasalahan Yang Kecil; Maka Kita Dapat Mengatasi Permasalahan Yang Besar.
memang semua harus di pertimbangkan dengan matang, supaya yg nggak baek bisa di minimalisir ya Pak…belajar dan terus belajar….moga moga bisa !